• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study.Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan data sekunder yang bersumber dari data riset kesehatan dasar tahun 2007 dan data BPS. Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu 1)tersedia data konsumsi, 2) tersedia data PDRB/kapita, 3) tersedia data tingkat kemiskinan, 4) tersedia data tingkat pendidikan penduduk usia 15 tahun ke atas, dan 5) mewakili karakteristik perdesaan dan perkotaan menurut BPS 2000. Semua data tersebut terdapat dalam kurun waktu 2007. Penelitian dilakukan selama enam bulan, yaitu bulan Oktober 2010 sampai Maret 2011

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Contoh penelitian ini adalah kabupaten di Indonesia yang dipilih dengan pemenuhan kriteria yaitu 1) tersedia data konsumsi, 2) tersedia data PDRB/kapita, 3) tersedia data tingkat kemiskinan, 4) tersedia data tingkat pendidikan penduduk usia 15 tahun ke atas, dan 5) mewakili karakteristik perdesaan dan perkotaan menurut BPS 2000. Data terkumpul yang memenuhi kriteria pertama sampai kriteria keempat berjumlah 96 kabupaten dari 347 kabupaten. Kemudian dilakukan pengklasifikasian contoh berdasarkan karakteristik wilayah perdesaan dan perkotaan menggunakan klasifikasi BPS 2000 (Tabel 3). Hasilnya didapatkan 31 kabupaten dengan karakteristik perkotaan dan 65 kabupaten dengan karakteristik perdesaan. Contoh untuk wilayah perdesaan hanya diambil 31 kabupaten karena akan dilakukan uji beda dengan wilayah perkotaan. Pengambilan contoh pada wilayah perdesaan dilakukan berdasarkan proporsi tiap wilayah (pulau).

Untuk menentukan suatu daerah termasuk perdesaan dan perkotaan digunakan suatu indikator komposit (indikator gabungan) yang skor atau nilainya didasarkan pada skor atau nilai dari tiga buah variabel yaitu kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan akses fasilitas umum. Penentuan skor suatu daerah adalah seperti Tabel 3. Kolom (1) menunjukkan variabel/ klasifikasi yang digunakan, dan kolom (2) menunjukkan nilai skor dari setiap variabel.

Tabel 3. Variabel, Klasifikasi, Skor & Kriteria Desa 2000 (BPS 2007)

Variabel/ Kllasifikasi Skor Variabel/ Kllasifikasi Skor Total Skor  Skor Minimum  Skor Maksimum 2 26 B) Sekolah Dasar  Ada atau <=2,5 km  > 2,5 km 1 0 1. Kepadatan Penduduk/ km2 < 500 500-1249 1250-2499 2500-3999 4000-5999 6000-7499 7500-8499 >=8500 1 2 3 4 5 6 7 8 C) Sekolah Menengah Pertama  Ada atau <=2,5 km  > 2,5 km 1 0 D) Sekolah Menengah Umum

 Ada atau <=2,5 km  > 2,5 km 1 0 E) Bioskop  Ada atau <=5 km  > 5 km 1 0 2. Persentase Rumah Tangga Pertanian >= 70,00 50,00-69,99 30,00-49,99 20,00-29,99 15,00-19,99 10,00-14,99 5,00-9,99 <5,00 1 2 3 4 5 6 7 8 F) Pasar/Pertokoan  Ada atau <=2 km  > 2 km 1 0 G) Rumah Sakit  Ada atau <=5 km  > 5 km 1 0 H) Hotel/ Billiar/ Diskotek/

Panti pijat/ Salon  Ada  Tidak ada

1 0

3. Akses Fasilitas Umum 0,1,2,…10

I) Persentase Pumah Tangga Telepon

 > =8,00  < 8,00

1 0 A) Sekolah Taman Kanak-

Kanak (TK)

 Ada atau <=2,5 km  > 2,5 km

1 0

J) Persentase Rumah Tangga Listrik

 >= 90,00  < 90,00

1 0

Cara perhitungan skor adalah sebagai berikut:

a. Variabel kepadatan penduduk mempunyai skor antara 1-8, satu bagi daerah dengan kepadatan kurang dari 500 orang per km2, dua bagi daerah dengan kepadatan 500-1249 orang per km2 dan seterusnya sampai dengan 8 bagi daerah dengan kepadatan lebih besar atau sama dengan 8500 orang per km2.

b. Skor persentase rumah tangga pertanian berkisar 1-8, satu bila daerah memiliki 70 persen atau lebih rumah tangga tani, dua bila 50-69,99 persen, dan seterusnya sampai 8, bila daerah memiliki persentase rumah tangga tani kurang dari 5.

c. Variabel akses fasilitas umum merupakan kombinasi antara keberadaan dan akses untuk mencapai fasilitas perkotaan.

d. Skor untuk akses fasilitas umum adalah 1 dan 0. Jumlah skor didapatkan dari jumlah fasilitas umum di suatu kabupaten kemudian dibagi jumlah desa/kelurahan. Nilai fasilitas umum menunjukkan dominasi daerah. Jika nilai lebih dari 0,5 maka wilayah tersebut dikategorikan wilayah dominan perkotaan dan diberi skor 1.

e. Jumlah skor ketiga variabel tersebut digunakan untuk menentukan apakah suatu daerah termasuk daerah perkotaan atau perdesaan. Daerah dengan skor 9 atau kurang digolongkan sebagai daerah perdesaan, sedangkan daerah dengan skor gabungan mencapai 10 atau lebih digolongkan sebagai daerah perkotaan.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data sekunder. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik fisik wilayah, karakteristik sosial ekonomi dan data konsumsi penduduk. Semua data dalam kurun waktu 2007.

Tabel 4. Jenis data yang dikumpulkan

No Variabel Sumber Data

1 Konsumsi pangan Raw data konsumsi Riskesdas 2007 (Balitbangkes, Kementerian Kesehatan RI)

2 Karakteristik fisik wilayah:  Penggunaan lahan

 Hasil komoditas pertanian pangan  Jumlah penduduk

 Kepadatan penduduk

Daerah dalam angka 2007(BPS)

3 Karakteristik ekonomi dan sosial:  PDRB perkapita

 Tingkat kemiskinan

 Mata pencaharian penduduk

 Tingkat pendidikan penduduk usia 15 tahun ke atas

 Akses fasilitas umum: jumlah sekolah, tempat pelayanan kesehatan, tempat hiburan, pasar, pertokoan, serta persentase kepemilikan listrik dan telepon.

 PDRB kabupaten/ kota di Indonesia 2004-2008 (BPS)  Indikator sosial ekonomi

tingkat provinsi 2007 (BPS)

 Daerah dalam angka 2007(BPS)

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data yang akan dilakukan meliputi coding, entry, editing/cleaning, dan analisis. Coding dilakukan dengan menyusun codebook sebagai panduan entri dan pengolahan data. Setelah itu, dilakukan entri dan

editing/ cleaning data. Editing/ cleaning data dilakukan untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Selanjutnya dilakukan analisis data yang diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Office Excel dan Stastical Program for Sosial Sciences (SPSS) 16 for Windows.

Data karakteristik sosial ekonomi meliputi tingkat pendidikan, tingkat kemiskinan, dan PDRB/ kapita ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Untuk data konsumsi pangan yang diketahui melalui raw data Riskesdas 2007 sudah dalam bentuk energi (kkal) sehingga tinggal dihitung jumlah konsumsi rata-rata penduduk tiap komoditas pangannya. Data konsumsi tiap komoditas dan kelompok pangan selanjutnya dibuat persentase tingkat konsumsi dengan membandingkannya berdasarkan kecukupan 2000 kkal/kap/hari serta kebutuhan ideal menurut kelompok pangan (50% untuk serealia dan 6% untuk umbi- umbian).

Data ketersediaan pangan sumber karbohidrat didapat dari data produksi yang dikonversikan ke dalam satuan energi (kkal). Konversi dilakukan dengan menggunakan software Neraca Bahan Makanan dengan asumsi tidak ada ekspor dan impor. Selanjutnya dihitung persentase ketersediaan tiap komoditas dan kelompok pangan sumber karbohidrat berdasarkan kecukupan 2200 kkal/kap/hari serta membandingkan dengan kebutuhan ideal menurut kelompok pangan (50% untuk serealia dan 6% untuk umbi-umbian).

Data karakteristik fisik wilayah digunakan untuk menghitung daya dukung lahan di wilayah tersebut. Rumus yang digunakan adalah rumus daya dukung lahan murni (Tola, et al.2007).

Rumus daya dukung lahan murni (Tola, et al. 2007):

Dimana:

K : daya dukung lahan (orang/ha)

ASi : luas lahan yang ditanami dengan jenis tanaman Si (ha) Ysi : produksi bersih tanaman pangan Si (kkal/tahun)

Csi : tingkat konsumsi untuk masing- masing jenis tanaman pangan dalam menu penduduk (%kkal/tahun)

Analisis inferensia menggunakanStatistical Program for Sosial Sciences (SPSS) 16 for Windows untuk menguji perbedaan semua variabel di wilayah perdesaan dan perkotaan dengan menggunakan Independent Sample T-test dan untuk mengetahui hubungan antar variabel dengan menggunakan korelasi pearson. Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier berganda dengan metode stepwise untuk mengetahui pengaruh variabel independent (ketersediaan pangan, kepadatan penduduk, daya dukung lahan, tingkat kemiskinan, PDRB/kapita, dan tingkat pendidikan) terhadap variabel dependent (konsumsi pangan) yang memiliki hubungan dengan konsumsi pangan sumber karbohidrat. Sebelum dilakukan regresi linier dilakukan uji normalitas, uji autokorelasi dan uji multikolinearitas. Persamaan linier yang terbentuk dari uji regresi adalah:

Y= β0 + β1X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 Y : konsumsi pangan sumber karbohidrat (kkal/kap/hari) β0 :konstanta

β1 - βn : koefisien regresi

X1 : ketersediaan pangan sumber karbohidrat (kkal/kap/hari) X2 : kepadatan penduduk (jiwa/km2)

X3 : daya dukung lahan (orang/ha) X4 : tingkat kemiskinan (%)

X5 : PDRB/kapita (Rp) X6 : tingkat pendidikan (%)

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu menggunakan data-data sekunder tahun 2007 karena data-data pada kurun waktu tersebut yang tersedia sesuai desain penelitian. Selain itu penelitian ini didesain hanya untuk wilayah kabupaten.

Definisi Operasional

Perdesaan adalah kabupaten yang memiliki karakteristik perdesaan yang lebih dominan daripada karakteristik perkotaan berdasarkan pembagian karakteristik wilayah BPS 2000 (Tabel 2).

Perkotaan adalah kabupaten yang memiliki karakteristik perkotaan yang lebih dominan daripada karakteristik perdesaan berdasarkan pembagian karakteristik wilayah BPS 2000 (Tabel 2).

Konsumsi pangan sumber karbohidrat adalah rata-rata konsumsi energi dari pangan sumber karbohidrat (padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar) penduduk di

wilayah kabupaten (kkal/kap/hari dan kg/kap/tahun). Komoditas dipilih berdasarkan ketersediaan data pangan sumber karbohidrat yang dipublikasikan.

Konsumsi beras adalah konsumsi pangan jenis beras baik dalam bentuk aslinya (golongan AA menurut data entrian Riskesdas) maupun pangan turunan (olahan) beras seperti tepung beras dan aneka pangan olahannya (golongan PA menurut data entrian Riskesdas).

Konsumsi jagung adalah konsumsi pangan jenis jagung baik dalam bentuk aslinya (golongan AA menurut data entrian Riskesdas) maupun pangan turunan (olahan) jagung seperti tepung maizena dan aneka pangan olahannya (golongan PA menurut data entrian Riskesdas).

Konsumsi ubi kayu adalah konsumsi pangan jenis ubi kayu baik dalam bentuk aslinya (golongan AA menurut data entrian Riskesdas) maupun pangan turunan (olahan) ubi kayu seperti tepung kanji dan aneka pangan olahannya (golongan PA menurut data entrian Riskesdas).

Konsumsi ubi jalar adalah konsumsi pangan jenis ubi jalar baik dalam bentuk aslinya (golongan AA menurut data entrian Riskesdas) maupun pangan turunan (olahan) ubi jalar seperti tepung ubi jalar dan aneka pangan olahannya (golongan PA menurut data entrian Riskesdas).

Tingkat kecukupan konsumsi pangan sumber karbohidrat adalah perbandingan rata-rata konsumsi energi dari pangan sumber karbohidrat (kkal/kap/hari) dengan kebutuhan energi rata-rata 2000 kkal/kap/hari (WNPG 2004) dan kebutuhan ideal menurut kelompok pangan.

Produksi pangan sumber karbohidratadalah hasil pertanian tanaman pangan sumber karbohidrat (padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar) yang diproduksi dalam kurun waktu 2007 berdasarkan data BPS di wilayah kabupaten.

Ketersediaan pangan sumber karbohidrat adalah jumlah pangan sumber karbohidrat yang tersedia di wilayah kabupaten untuk dikonsumsi (kkal/kap/hari). Dihitung dengan menggunakan software Neraca Bahan Makanan dengan asumsi tidak ada ekspor dan impor (kkal/kap/hari dan kg/kap/tahun).

Tingkat kecukupan ketersediaan pangan sumber karbohidrat adalah perbandingan rata-rata ketersediaan energi dari pangan sumber karbohidrat (kkal/kap/hari) dengan kecukupan energi rata-rata 2200

kkal/kap/hari (WNPG 2004) dan kebutuhan ideal menurut kelompok pangan.

Luas lahan adalah satuan panjang dikali lebar dari area yang dimanfaatkan untuk ditanami tanaman pangan sumber karbohidrat (serealia dan umbi- umbian)

Kepadatan penduduk adalah rasio perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah yang ditempati di suatu kabupaten (jiwa/ km2)

Daya dukung lahan tanaman pangan sumber karbohidrat adalah kemampuan suatu wilayah untuk mendukung kehidupan secara layak sejumlah populasi penduduk di atasnya dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan dengan memanfaatkan sumberdaya baik alam maupun sosial yang dimilikinya secara berkelanjutan dari waktu ke waktu. Dalam penelitian ini daya dukung lahan wilayah dispesifikkan dalam hal produksi pangan sumber karbohidrat(padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar) untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk yang diukur melalui daya dukung lahan tanaman pangan sumber karbohidrat (orang/ha)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah pendapatan wilayah atau seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi wilayah tersebut dalam satuan rupiah per tahun. Unit ekonomi tersebut mencakup sector usaha: pertanian, industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih, bangunan (konstruksi), perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, jasa-jasa termasuk pelayanan pemerintah, kecuali pertambangan dan penggalian.

PDRB/kapitaadalah pendapatan rata-rata tiap individu di suatu wilayah yang merupakan hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk tengah tahun wilayah kabupaten.

Tingkat Kemiskinan adalah persentase penduduk miskin berdasarkan pendekatan yang digunakan BPS yaitu berdasarkan pengeluaran konsumsi (consumption expenditure approach) dengan batasan kemiskinan berpatokan pada kecukupan energi (2100 kkal/ kapita/hari) dan kebutuhan dasar non makanan lainnya per kapita per hari (Setneg 2007 dalam Ulfani 2010)

Tingkat Pendidikan adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak bersekolah dan setinggi-tingginya menamatkan SD.

Dokumen terkait