• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi antara ibu dengan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengamatan yang dilakukan pada satu waktu tertentu. Lokasi penelitian bertempat di SMP Negeri 1 Dramaga dan rumah para siswa di sekitar Kecamatan Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa SMP Negeri 1 Dramaga tergolong sekolah yang memiliki banyak prestasi, sehingga ingin diketahui hubungan antara kualitas siswa dengan kepuasan dalam berhubungan dengan ibunya. Waktu penelitian termasuk persiapan, pengumpulan data, pengolahan, dan analisis data serta penulisan laporan mulai dilaksanakan pada bulan Mei 2011 sampai Februari 2012.

Teknik Penarikan Contoh

Populasi penelitian ini adalah remaja kelas delapan dan masih tinggal serumah serta diasuh oleh ibunya. Jumlah kelas delapan di SMP Negeri 1 Dramaga ini terdiri dari sembilan kelas, yaitu kelas 8.1 sampai dengan 8.9. Dari sembilan kelas ini dipilih secara acak dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian yaitu kelas 8.4 dan 8.6. Jumlah siswa kelas 8.4 dan 8.6 adalah 82 siswa yang terdiri dari 35 siswa laki-laki dan 47 siswa perempuan. Dari jumlah siswa ini, diambil contoh secara acak sebanyak 60 responden yang terdiri dari 30 laki-laki dan 30 perempuan, serta 60 orang ibunya. Selanjutnya dilakukan wawancara terhadap 60 responden terpilih di sekolah sedangkan ibunya diwawancarai di rumah. Purpossive Purposive

Purposive

Simple Random

Stratified Random

Gambar 2. Metode Pengambilan Contoh Bogor

SMP Negeri 1 Dramaga Siswa kelas 8

(9 kelas)

Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n=82

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji coba kuesioner dilakukan sebelum penelitian untuk mengetahui reliabilitas alat ukur. Setelah dilakukan uji coba reliabilitas dan validitas kuesioner didapatkan hasil sebagai berikut: nilai Cronbach alpha untuk alat ukur gaya pengasuhan sebesar 0,601, nilai Cronbach alpha untuk alat ukur kelekatan sebesar 0,684, dan nilai Cronbach alpha untuk alat ukur kepuasan remaja terhadap ibunya sebesar 0,698.

Data primer diperoleh langsung dari kuesioner yang ditanyakan kepada keluarga yang memiliki ibu dan anak usia remaja. Data primer yang akan diperoleh dengan bantuan kuesioner, meliputi karakteristik keluarga, karakteristik ibu, karakteristik remaja, gaya pengasuhan, tipe komunikasi dalam keluarga, kelekatan dan kepuasan). Data sekunder yang diperoleh adalah data karakteristik sekolah dan data jumlah murid kelas delapan SMP Negeri 1 Dramaga (Tabel 1).

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

Jenis Data Variabel Skala Data Kategori Data

Primer Karakteristik Keluarga :

Rasio Rasio 1. Besar Keluarga 2. Pendapatan Keluarga BKKBN 1998

Garis Kemiskinan Kabupaten Bogor BPS (2010) Karakteristik Ibu : 1. Pendidikan 2. Usia 3. Pekerjaan Ordinal Rasio Nominal Pendidikan terakhir Hurlock (1980) Pekerjaan Utama Karakteristik Anak: 1. Usia 2. Jenis Kelamin Rasio Nominal Hurlock (1980) Laki-laki, Perempuan

Gaya Pengasuhan Ordinal Penelitian Wulandari (2009)

Pola Komunikasi: 1. Tipe komunikasi 2. Alokasi waktu

Ordinal Rasio

Burns dan Pearson (2011) -

Kelekatan Ordinal Armsden dan Greenberg

(1987)

Kepuasan Hubungan Ordinal Tidak puas, cukup puas,puas

Sekunder Karakteristik Sekolah

SMP Negeri 1 Dramaga dan Jumlah Siswa Kelas 8

Rasio Data sekolah SMP Negeri 1

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer yang sesuai. Data yang telah dikumpulkan diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analyzing. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif dengan melakukan tabulasi data dan analisis inferensia dengan melakukan uji hubungan antar variabel.

Pengolahan Data

Pada kuesioner terdapat data mengenai karakteristik keluarga, karakteristik ibu, karakteristik remaja, gaya pengasuhan, tipe komunikasi, alokasi waktu komunikasi, kelekatan, dan kepuasan. Berikut merupakan pengolahan data yang dilakukan pada setiap variabel:

Karakteristik keluarga terdiri atas besar keluarga dan pendapatan per kapita. Data besar keluarga dikelompokan berdasarkan data BKKBN (1998), yaitu keluarga kecil (≤4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (≥8 orang). Data pendapatan per kapita keluarga diperoleh dari pendapatan keluarga setiap bulan dibagi dengan jumlah tanggungan dalam keluarga. Pendapatan per kapita per bulan dikelompokkan menjadi empat berdasarkan garis kemiskinan Kabupaten Bogor BPS (2010), yaitu kurang dari Rp 197.319, Rp 197 .319- Rp 394.638, Rp 394.639 – Rp. 591.957, dan lebih dari Rp. 591.957.

Karakteristik ibu terdiri atas usia, pekerjaan, dan pendidikan. Berdasarkan Hurlock (1980), usia ibu dibagi menjadi tiga kategori, yaitu dewasa muda (18-40 tahun), dewasa tengah (41-60 tahun), dan dewasa tua (>60 tahun). Tingkat pendidikan ibu diukur berdasarkan pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti ibu, yaitu (1) Tidak sekolah, (2) Tamat SD/sederajat, (3) SMP/sederajat, (4) SMA/ sederajat, (5) Diploma dan (6) Perguruan Tinggi. Jenis pekerjaan ibu merupakan pekerjaan utama yang dilakukan ibu untuk menghidupi keluarga, yaitu (1) PNS, (2) ABRI/TNI/Polisi, (3) Wiraswasta, (4) Karyawan swasta, (5) Pensiunan, (6) Buruh, (7) Ibu rumah tangga dan (8) Lainnya dengan menyebutkan pekerjaan yang tidak terdapat dalam daftar kuesioner.

Karakteristik remaja terdiri dari usia dan jenis kelamin. Usia remaja tergolong remaja awal (Hurlock 1980), yaitu 13 tahun, 14 tahun, dan 15 tahun. Jenis kelamin dibedakan menjadi (1) laki-laki, (2) perempuan.

Kuesioner gaya pengasuhan dikembangkan dari Wulandari (2009) yang terdiri dari gaya pengasuhan otoriter, permisif, dan demokratis. Gaya pengasuhan otoriter terdiri dari 7 pernyataan, gaya pengasuhan permisif terdiri

dari 8 pernyataan, dan gaya pengasuhan demokratis terdiri dari 8 pernyataan. Gaya pengasuhan merupakan pernyataan tertutup dengan skala likert (1= tidak pernah mengalami gaya pengasuhan seperti yang dinyatakan dalam kuesioner sampai 4= sangat sering mengalami gaya pengasuhan yang dinyatakan dalam kuesioner). Penilaian terhadap data persepsi gaya pengasuhan, yaitu semakin tinggi persentase dari skor yang diperoleh pada suatu gaya pengasuhan tertentu maka semakin ibu menerapkan gaya pengasuhan tersebut. Penentuan gaya pengasuhan paling dominan yang diterapkan, didasarkan pada jawaban dari masing-masing pertanyaan yang kemudian masing-masing dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah skor maksimal pada masing-masing jenis pengasuhan dimensi arahan (otoriter, permisif, demokratis), kemudian dipersentasekan dan dikategorikan.

Pola komunikasi terdiri atas tipe komunikasi dan alokasi waktu komunikasi antara remaja dan ibu. Tipe komunikasi terdiri atas tipe family expresiveness, structural traditionalism, dan conflict avoidance (Burns dan Pearson 2011). Tipe interaksi terdiri dari 25 item kegiatan yang sering dilakukan oleh anak remaja. Semua kegiatan ini ditanyakan baik pada remaja maupun ibu mengenai cara ibu mengkomunikasikan semua kegiatan tersebut dengan menggunakan skala (1= diabaikan, 2=paksaan, 3=diskusi). Skor total dari semua kegiatan kemudian dikategorikan ke dalam tiga tipe komunikasi tersebut, yaitu

family expresivness (51-75), structural traditionalism (26-50), dan conflict avoidance (0-25).

Alokasi waktu komunikasi antara ibu dan remaja, terdiri dari jumlah waktu yang diluangkan oleh remaja dan ibu untuk berkomunikasi dalam sehari. Informasi mengenai alokasi waktu untuk berkomunikasi diperoleh dengan cara di

recall kemudian diperoleh data rincian kegiatan dalam sehari baik remaja

maupun ibu beserta waktunya. Jumlah waktu yang sering digunakan untuk berkomunikasi antara remaja dan ibu dibagi ke dalam empat kategori, yaitu: 5-15 menit, 16-30 menit, 31-45 menit, dan 46-60 menit.

Kelekatan diukur dengan menggunakan kuesioner dari Armsden dan Greenberg (1987) yang berjudul Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) yang terdiri atas tiga dimensi, yaitu kepercayaan, komunikasi, dan pengasingan. Kuesioner kelekatan ini terdiri dari 25 pernyataan tertutup dengan skala likert (1=sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= ragu-ragu, 4= setuju, dan 5= sangat setuju). Hasil skor total tiap dimensi dikategorikan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Penetapan kategori rendah, sedang, dan tinggi pada tiap dimensi

berbeda-beda. Dimensi kepercayaan (Rendah: 10-23, Sedang: 24-37, Tinggi: 38- 50), dimensi komunikasi (Rendah: 9-21, Sedang: 22-33, Tinggi: 34-45), dan dimensi Pengasingan (Rendah: 6-14, Sedang: 15-22, Tinggi: 23-30). Selanjutnya hasil pengkategorian dibagi menjadi dua tipe kelekatan yaitu high security (skor dimensi kepercayaan dan dimensi komunikasi minimal sedang dan skor dimensi pengasingan kurang) dan low security (skor dimensi pengasingan minimal sedang dan skor dimensi kepercayaan serta dimensi komunikasi kurang).

Kepuasan terdiri dari 10 item pernyataan yang dirumuskan sendiri serta diukur dengan dengan menggunakan skala likert (1=sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= ragu-ragu, 4= setuju, dan 5= sangat setuju). Hasilnya dijumlahkan dan dibuat persentase kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu tidak puas (<60%), cukup puas (60%-80%), dan puas (>80%).

Analisis Data

Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensia. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik keluarga, karakteristik ibu, karakteristik remaja, gaya pengasuhan, tipe komunikasi antara ibu dan remaja, alokasi waktu komunikasi ibu dan remaja, kelekatan, dan kepuasan remaja terhadap ibu.

Analisis korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik ibu dan karakteristik remaja, gaya pengasuhan, tipe komunikasi antara ibu dan remaja, kelekatan dan kepuasan. Koefisien korelasi Pearson dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :

n ∑xy – (∑x) (∑y) rxy =√[n ∑x2 – (∑x)2] [n ∑y2 – (∑y)2] Keterangan : x= variabel pertama y= variabel kedua n= jumlah data

Dilakukan pula uji beda independent sample t-test untuk mengetahui perbedaan gaya pengasuhan, tipe komunikasi, kelekatan, dan kepuasan berdasarkan jenis kelamin. Selain itu, uji beda independent sample t-test ini digunakan untuk mengetahui perbedaan persepsi komunikasi antara ibu dan remaja per jenis kegiatan. Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut :

X1 - X2

t = (n1 – 1)s21 +(n2 – 1)s22 1 + 1 √ n1 + n2 – 2 n1 n2

Keterangan :

X1 = Rata- rata variabel 1 X2 = Rata- rata variabel 2 n = Jumlah data

Definisi Operasional

Contoh adalah ibu dan anak remaja kelas 8 yang bersekolah di SMP Negeri 1 Dramaga.

Karakteristik Remaja adalah ciri-ciri khas remaja yang diteliti meliputi usia dan jenis kelamin.

Karakteristik Ibu adalah ciri-ciri khas ibu yang diteliti meliputi usia, pendidikan, dan pekerjaan.

Karakteristik Keluarga adalah keadaan keluarga yang meliputi besar keluarga dan pendapatan keluarga.

Besar Keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah, dikelompokkan menjadi kecil (< 4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (≥ 7 orang).

Pendapatan Keluarga adalah jumlah pendapatan anggota keluarga yang dinyatakan dalam rupiah per bulan.

Pendidikan Ibu adalah jenjang pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh ibu contoh, meliputi sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.

Pekerjaan Ibu adalah jenis pekerjaan yang ditekuni ibu (pekerjaan tetap).

Gaya Pengasuhan adalah bentuk-bentuk perlakuan ibu ketika berinteraksi dengan remaja yang mencakup tiga aspek gaya pengasuhan, yaitu otoriter, permisif, dan demokratis.

Pola Komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara remaja dan ibu dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan yang terdiri dari tipe komunikasi (famili expressiveness, structural traditionalism, dan conflict avoidance) dan alokasi waktu komunikasi antara remaja dan ibu (jumlah waktu untuk berkomunikasi antara ibu dan remaja per hari).

Kelekatan adalah ikatan emosional yang dibentuk oleh remaja terhadap ibunya dan dikembangkan melalui interaksi antara ibu dan remaja yang meliputi tiga dimensi, yaitu kepercayaan, komunikasi dan pengasingan.

Kepuasan Remaja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang dirasakan oleh remaja terhadap hubungannya dengan ibu.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah yang dijadikan lokasi penelitian adalah SMP Negeri 1 Dramaga yang terletak tepat di belakang kampus IPB Dramaga, beralamat di jalan Babakan Dramaga nomor 122 Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sekolah ini memiliki luas lahan sebesar 6.740 m², yang terdiri dari 4.989 m² luas bangunan, 637 m² luas halaman, 380 m² luas lapangan olahraga, 200 m² luas kebun, dan luas lainnya sebesar 534 m². Sekolah ini memiliki akreditasi A dan menggunakan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dalam kegiatan belajar mengajar. Kepala sekolah yang memimpin saat ini bernama Drs. H. Hardjasah, MM (2009-sekarang).

SMP Negeri 1 Dramaga memiliki 26 ruang belajar, ruang guru, ruang perpustakaan, laboratorium, ruang TU, dan ruang kepala sekolah. Untuk kegiatan organisasi dan ekstrakulikuler, sekolah ini memiliki ruang OSIS, koperasi, lab. komputer, lab. multimedia, ruang seni degung, ruang praktek masak, dan ruang seni musik. Selain itu terdapat pula ruang UKS dan mushola.

Jumlah siswa yang bersekolah di SMP Negeri 1 Dramaga tahun ajaran 2010/2011 sebesar 1170 siswa. Berdasarkan Tabel 2, jumlah siswa lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan (54,79%) dibandingkan laki-laki( 45,21%).

Tabel 2. Jumlah siswa SMP Negeri 1 Dramaga berdasarkan kelas dan jenis kelamin Jenis

Kelamin

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah

N % n % n % n %

Laki-laki 194 47,20 173 44,59 162 43,67 529 45,21

Perempuan 217 52,80 215 55,41 209 56,33 641 54,79

Jumlah 411 100,00 388 100,00 371 100,00 1.170 100,00

Tabel 3 menunjukkan hampir dua per tiga pegawai (60,00%) memiliki tingkat pendidikan sampai S1 dan hanya sebagian kecil saja (5,71%) yang memiliki tingkat pendidikan hingga S2. Sebagian besar guru tetap yang bertugas memiliki tingkat pendidikan sampai S1 (82,98%) dan hampir seluruh tenaga administrasi memiliki tingkat pendidikan sampai SLTA ( 94,12%).

Tabel 3. Sebaran pegawai SMP Negeri 1 Dramaga berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan Jabatan Jumlah Kepsek Guru Tetap Guru Tidak Tetap Administrasi n % n % n % n % n % SLTA 0 0,00 0 0,00 1 20,00 16 94,12 17 24,29 Diploma 0 0,00 6 12,77 1 20,00 0 0,00 7 10,00 S1 0 0,00 39 82,98 3 60,00 0 0,00 42 60,00 S2 1 100,00 2 4,25 0 0,00 1 5,88 4 5,71 Jumlah 1 100,00 47 100,00 5 100,00 17 100,00 70 100,00 Karakteristik Keluarga Usia Remaja

Remaja yang dijadikan responden pada penelitian ini adalah remaja yang duduk di kelas delapan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan kisaran usia 13-15 tahun. Menurut Hurlock (1980), kisaran usia tersebut tergolong pada kategori remaja awal (12-17 tahun). Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa kelompok usia remaja terbanyak adalah 14 tahun, yang terdiri dari hampir tiga per empat remaja laki-laki (70,00%) dan dua per tiga remaja perempuan (66,67%) dengan rata-rata usia pada remaja laki-laki 14,10 tahun dan remaja perempuan 14,00 tahun.

Tabel 4. Sebaran contoh berdasarkan usia Karakteristik Remaja laki-laki Remaja perempuan Jumlah n % n % n % Usia (Tahun) 13 3 10,00 5 16,67 8 13,33 14 21 70,00 20 66,67 41 68,33 15 6 20,00 5 16,67 11 18,33 Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00 Min-max 13-15 13-15 13-15 Rata-rata ± SD 14,10±0,55 14,00±0,59 14,05±0,56

Usia, Tingkat Pendidikan, dan Pekerjaan Orang Tua

Sebanyak tiga per empat ayah (75,00%) dan lebih dari separuh ibu (56,67%) berada pada kategori usia dewasa madya (Tabel 5). Rata-rata usia ayah 45,30 tahun dengan kisaran antara 30-59 tahun, sedangkan ibu mempunyai usia rata-rata lebih muda yaitu 40,93 tahun dengan kisaran antara 30-54 tahun.

Hampir sepertiga ayah menamatkan pendidikan terakhir hingga SMA (30,36%) dan SD (26,68%). Tidak berbeda jauh dengan ayah, lebih dari sepertiga ibu menamatkan pendidikan SMA (35,00%) dan hampir sepertiga SD (28, 33%). Namun terdapat sebagian kecil ibu (6,67%) yang tidak bersekolah sama sekali, karena terkait dengan masalah biaya.

Berdasarkan jenis pekerjaan yang dijalani ayah responden, diketahui sebanyak sepertiga (33,93%) bekerja sebagai buruh, seperti buruh bangunan, buruh tani, tukang parkir, penjaga kos, tukang ojek, dan buruh cuci mobil. Selain itu sebanyak lebih dari seperempat ayah (28,57%) bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS), terdiri dari dosen, guru, dan pegawai di dinas pemerintahan. Lebih dari separuh ibu (55,00%) tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga dan sebanyak kurang dari seperempat ibu (23,33%) bekerja sebagai wiraswasta, meliputi pedagang keliling dan usaha warung (Tabel 5). Jumlah ayah responden hanya 56 orang, karena terdapat 4 orang remaja yang sudah tidak mempunyai ayah.

Tabel 5. Sebaran contoh berdasarkan usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu

Karakteristik Ayah Ibu

n % n % Usia Dewasa awal (19-40) 14 25,00 26 43,33 Dewasa madya (40-60) 42 75,00 34 56,67 Total 56 100,00 60 100,00 Tingkat Pendidikan Tidak sekolah 0 0,00 4 6,67 SD 15 26,78 17 28,33 SMP 8 14,28 8 13,33 SMA/SMK 17 30,36 21 35,00 Diploma 5 8,93 3 5,00 Perguruan tinggi 11 19,64 7 11,67 Total 56 100,00 60 100,00 Pekerjaan

Pegawai Negeri Sipil 16 28,57 6 10,00

Wiraswasta 14 25,00 14 23,33

Buruh 19 33,93 7 11,67

Karyawan Swasta 7 12,50 0 0,00

IRT 0 0,00 33 55,00

Total 56 100,00 60 100.00

Besar Keluarga Inti

Besar keluarga merupakan banyaknya jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah serta menggunakan sumber daya yang sama. Berdasarkan besar keluarga inti, lebih dari separuh contoh keluarga remaja laki- laki (56,67%) berada pada kategori keluarga sedang (5-7 orang) dengan rata-

rata jumlah anggota keluarga, yaitu 4 orang. Pada keluarga remaja perempuan hampir dua per tiga (61,67%) berada pada kategori keluarga sedang dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 5 orang. Jumlah anggota keluarga berada pada kisaran 3-9 orang.

Tabel 6. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Besar Keluarga Remaja Laki-laki Remaja Perempuan Jumlah n % n % n %

Keluarga kecil (≤4 orang) 13 43,33 9 30,00 22 36,67

Keluarga sedang (5-7 orang) 17 56,67 20 66,67 37 61,67

Keluarga besar (≥8 orang) 0 0,00 1 3,33 1 1,67

Total 30 100.00 30 100.00 60 100.00

Min-max (orang) 3-6 3-9 3-9

Rataan±SD (orang) 4,73±0,83 5,03±1,13 4,88±0,99

Pendapatan Per Kapita Keluarga

Separuh remaja laki-laki (50,00%) dan hampir separuh remaja perempuan (43,33%) memiliki pendapatan keluarga per kapita per bulan lebih dari Rp 591.957,00 (Tabel 7). Rata-rata pendapatan per kapita per bulan pada keluarga remaja laki-laki sebesar Rp 607.950 dengan kisaran Rp 144.000 – Rp 1.333.333, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pendapatan per kapita

keluarga remaja perempuan, yaitu sebesar Rp 592.330 dengan kisaran Rp 200.000 – Rp 1.333.333. Berdasarkan angka garis kemiskinan kabupaten

Bogor (BPS 2010), terdapat 3,33% keluarga remaja laki-laki yang berada di bawah standar.

Tabel 7. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita perbulan

Pendapatan Perkapita Remaja

Laki-laki Remaja Perempuan (Rupiah) n % n % ≤ 197.319* 1 3,33 0 0,00 197.320- 394.638 9 30,00 9 30,00 394.639- 591.957 5 16,67 8 26,67 > 591.957 15 50,00 13 43,33 Total 30 100,00 30 100,00 Min-max 144.0000-1.333.333 200.000-1.333.333 Rata-rata ± SD 607.950 ± 309.148,5 592.330 ± 306.589,7

Gaya Pengasuhan

Setiap gaya pengasuhan yang diterapkan oleh ibu kepada anak akan membawa dampak yang berbeda bagi perkembangan anak. Terdapat dua dimensi gaya pengasuhan arahan (disiplin) menurut Baumrind (1991) yaitu demandingness (kontrol) dan responsiveness (kehangatan). Gaya pengasuhan arahan (disiplin) ini dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu gaya pengasuhan Authoritarian, Authoritative, dan Permissive. Gaya pengasuhan Authoritarian atau biasa disebut gaya pengasuhan otoriter, merupakan gaya pengasuhan yang umumnya sangat ketat dan kaku ketika berinteraksi dengan anaknya. Gaya pengasuhan permisif merupakan gaya pengasuhan dengan cara memberikan kelonggaran atau kebebasan kepada anaknya tanpa kontrol atau pengawasan yang ketat. Gaya pengasuhan Authoritative atau lebih dikenal dengan sebutan gaya pengasuhan demokratis merupakan bentuk perlakuan ibu dengan anaknya dengan cara melibatkan anak dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keluarga dan diri anak.

Pada dimensi otoriter (Tabel 8) menunjukkan bahwa sebagian besar remaja menyatakan tidak pernah mengalami pengasuhan secara otoriter dari ibu. Sebagian besar remaja laki-laki (80,00%) dan remaja perempuan (83,00%) menyatakan bahwa ibu tidak pernah memberikan hukuman tanpa memberi kesempatan untuk menjelaskan duduk persoalannya. Sebagian besar remaja perempuan (90,00%) dan lebih dari tiga per empat remaja laki-laki (77,00%) menyatakan bahwa ibu tidak pernah menuntut remaja untuk mendapatkan prestasi tanpa memenuhi kebutuhan remaja. Lebih dari tiga per empat remaja laki-laki (80,00%) dan remaja perempuan (77,00%) mengaku bahwa ibu tidak pernah menentukan teman bermain untuk remaja. Artinya ibu memberikan kebebasan kepada remaja untuk memilih teman bermainnya. Hampir dua per tiga remaja laki-laki (60,00%) dan hampir tiga per empat remaja perempuan (73,00%) mengaku selalu mendapat pujian ketika remaja mentaati peraturan yang sudah ditetapkan ibu.

Dilihat dari dimensi permisif, hampir seluruh remaja laki-laki (93,00%) dan lebih dari tiga per empat remaja perempuan (77,00%) menyatakan bahwa ibu selalu menuntut remaja untuk berperilaku baik sehari-hari di rumah. Persentase yang besar pada remaja laki-laki menunjukkan bahwa ibu lebih banyak mengatur remaja laki-laki dibandingkan dengan remaja perempuan. Hampir tiga per empat remaja laki-laki (70,00%) dan lebih dari tiga per empat remaja perempuan

(80,00%) mengaku bahwa ibu tidak membebaskan remaja pergi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan remaja. Ini menunjukkan bahwa ibu belum memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada remaja untuk pergi kemana saja meskipun para remaja sudah bisa pergi tanpa orang tua. Lebih dari tiga per empat remaja laki-laki (80,00%) dan hampir seluruh remaja perempuan (97,00%) menyatakan bahwa ibu masih membatasi pergaulan yang dilakukan oleh remaja. Proteksi ibu pada perempuan lebih besar dibandingkan dengan remaja laki-laki, meskipun sebagian besar ibu masih memperlakukan sama antara remaja laki-laki dan remaja perempuan.

Tabel 8.Sebaran contoh berdasarkan persepsi remaja terhadap pernyataan tentang gaya pengasuhan ibu

No Pernyataan

Persentase (%) Tidak Pernah Sering

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

Otoriter

1 Ibu memberikan hukuman tanpa memberi kesempatan menjelaskan duduk persoalannya.

80 83 10 0

2 Ibu menuntut untuk mendapatkan prestasi yang baik namun mengabaikan apa saja yang dibutuhkan.

77 90 13 7

3 Ibu menyuruh untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan keinginannya tanpa boleh membantah.

43 47 37 33 4 Ibu menentukan teman bergaul. 80 77 17 13 5 Ibu memaksa mengikuti les tambahan tanpa

memperhatikan kegiatan anak.

57 87 43 10 6 Ibu jarang memberikan hadiah ketika anak

memiliki prestasi yang baik di sekolah.

43 63 47 30 7 Ibu jarang memberikan pujian, jika anak mentaati

semua peraturan yang sudah ditetapkan.

60 73 20 23

Permisif

8 Ibu tidak menuntut berperilaku baik sehari-hari di rumah.

93 77 7 10

9 Ibu membebaskan kemanapun anak untuk pergi sesuai dengan kebutuhannya.

70 80 23 13

10 Ibu tidak mengekang untuk melakukan kegiatan apapun selepas sekolah.

23 27 70 67 11 Ibu tidak menerapkan aturan apapun di rumah. 50 67 43 27

12 Ibu membebaskan pergaulan tanpa ada batasan. 80 97 13 0 13 Ibu tidak marah walaupun anak membantah apa

yang menjadi keinginannya.

70 70 17 17 14 ibu saya tidak pernah menyarankan jam tidur atau

jam bangun pagi.

47 60 47 37 15 Ibu selalu mengalah dan mengikuti semua

keinginan anak.

53 53 17 13

Demokratis

16 Anak dapat berdiskusi tentang apapun dengan ibu . 17 10 73 70 17 Ibu memberikan sanksi sesuai dengan perbuatan. 13 10 83 87 18 Ibu akan memberikan peringatan terlebih dahulu

sebelum menjatuhkan sanksi.

17 13 80 87 19 Ibu akan mentoleransi perbedaan pendapat. 23 13 70 80

20 Ibu menanyakan keadaan anak yang sedih. 37 13 13 77

21 Ibu bekerja sama memutuskan masalah penting menyangkut masa depan anak.

13 10 83 80 22 Ibu bersedia mendengarkan keluhan anak. 13 0 80 93

23 Ibu melarang melakukan sesuatu, maka dibarengi dengan alasan di balik larangan itu.

Pada dimensi demokratis lebih dari tiga per empat remaja laki-laki dan remaja perempuan menyatakan sering mengalami pengasuhan dengan gaya demokratis oleh ibunya. Para remaja menyatakan bahwa ibu sering berdiskusi tentang apapun dengan remaja dan ibu pun menghargai pendapat remaja serta mau mendengarkan keluhan remaja, ibu memberi sanksi yang sesuai dengan perbuatan remaja dan terlebih dahulu memberi peringatan sebelum betul-betul menjatuhkan sanksi, ibu juga ikut bekerja sama dengan remaja dalam memutuskan masa depan remaja. Lebih dari tiga per empat remaja perempuan (77,00%) dan sebagian kecil remaja laki-laki (13,00%) menyatakan bahwa ibu sering menanyakan keadaan remaja jika remaja terlihat sedih. Persentase ini menunjukkan bahwa ibu kurang memperhatikan keadaan remaja laki-lakinya dan lebih banyak memperhatikan remaja perempuan. Hal ini disebabkan karena adanya anggapan bahwa anak laki-laki itu lebih kuat dari pada anak perempuan.

Hampir seluruh remaja laki-laki (90,00%) dan seluruh remaja perempuan (100%) menyatakan cenderung diasuh oleh ibu dengan menggunakan gaya pengasuhan demokratis dan hanya sebagian kecil remaja laki-laki saja yang mengaku cenderung mengalami gaya pengasuhan otoriter dan permisif (Tabel 9). Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden mendapatkan pengasuhan yang hangat tetapi tetap tegas dari ibunya. Hasil penelitian ini senada dengan yang dilakukan oleh Rahmaisya (2011) yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempersepsikan gaya pengasuhan dari orang

Dokumen terkait