• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah suatu hal yang penting dalam menentukan jenis uji statistik yang digunakan dalam penelitian (Nursalam, 2008). Penelitian ini bersifat Deskriptif serta pendekatan penelitiannya adalah Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui Kelainan Refraksi pada usia sekolah SD dan SMP Era Ibang Medan.

2. Populasi, Sampel Penelitian dan Tehnik Sampling

Populasi adalah keseluruhan subjek yang memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan peneliti (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa/i SD dan SMP Era Ibang Medan dengan jumlah 315 siswa/i, dimana pada tingkat Sekolah Dasar berjumlah 206 siswa/i serta pada tingkat Sekolah Pertama berjumlah 109 siswa/i yang tercatat aktif sekolah pada tahun ajaran 2011/2012.

Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sesuai dengan pendapat Arikunto (2006), apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik di ambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat di ambil antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih tergantung situasinya, maka sample diambil 25%, sehubungan dengan populasi penelitian sebesar 315orang , maka besar sample yang di ambil 25%.

n = N x 25 % = 315 x 25 % = 78,75 =79 orang Dimana :

n = Jumlah sample minimal yang diambil dalam penelitian ini. N = Jumlah populasi

Jadi sample yang diambil sebanyak 79 orang yaitu SD 52 siswa/i dan SMP 27 siswa/i dan memenuhi kriteria sebagai berikut: Siswa/i yang bersedia menjadi responden, siswa/i yang sudah mengenal huruf atau angka, dan siswa/i yang bersekolah di SD dan SMP Era Ibang Medan periode 2011/2012 dimana cara baginya sebagai berikut:

nSD = Jumlah populasi SD / Jumlah populasi keseluruhan x Sampel keseluruhan

= 206 / 315 x 79 = 52 siswa/i

nSMP = Jumlah populasi SMP / Jumlah populasi keseluruhan x Sampel keseluruhan

= 109 / 315 x 79 = 27 siswa/i

Tehnik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah dengan penarikan sample secara probability sampling dengan metode proportionate stratified random sampling. Probability sampling adalah penarikan sample secara acak

dimana proses kesempatan dipilih untuk menjadi sample sama untuk setiap individu. Sedangkan metod stratified random sampling menggambarkan suatu metode dimana peneliti secara acak mengambil sejumlah peserta dari setiap tingkatan yang menggambarkan karakteristik dari populasi tersebut (Brockopp, 1999).

Dalam penelitian ini, jumlah sample yang diambil dari setiap tingkatan dapat ditentukan dengan cara perhitungan sesuai dengan jumlah populasi dari setiap tingkatan atau kelas (Sugiyono, 2004) yaitu:

Tingkat SD Kelas I : 32/206 x 52 = 8 orang

Kelas II : 49/206 x 52 = 12 orang

Kelas III : 36/206 x 52 = 9 orang

Kelas IV : 28/206 x 52 = 7 orang

Kelas V : 31/206 x 52 = 8 orang

Kelas VI : 30/206 x 52 = 8 orang

Tingkat SMP Kelas I : 49/109 x 27 = 12 orang

Kelas I : 27/109 x 27 = 7 orang

Kelas I : 33/109 x 27 = 8 orang

3 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sekolah SD dan SMP Era Ibang Medan Jln. Simalingkar Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor. Alasanya mengambil tempat di

sekolah SD dan SMP Era Ibang karena merupakan salah satu sekolah yang belum pernah dilakukan suatu penelitian dan pemeriksaan kesehatan kususnya kesehatan mata oleh petugas kesehatan setempat. Sekolah Era Ibang merupakan salah satu sekolah yang tidak jauh dari perkotaan dan mudah dijangkau oleh peneliti dan terdapat populasi yang cukup banyak untuk diteliti. Penyusunan proposal dan waktu penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2011 sampai dengan Januari 2012.

4. Pertimbangan Etik

Setiap penelitian yang menggunakan subjek manusia harus mengikuti aturan etik dalam hal ini adalah adanya persetujuan. Etika yang perlu dituliskan pada penelitian antara lain: Lembar persetujuan (Informed Consent) yang merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden ataupun dari guru atau kepala sekolah sebagai wakil dari orang tua. Tujuannya adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.

Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian baik informasi atau masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian (Setiadi, 2007).

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah pengumpulan data dengan cara apapun, pengumpulan data ini tergantung pada macam dan tujuan penelitian serta data yang akan diambil atau dikumpulkan (Notoatmodjo, 2005). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah alat yang telah dilakukan pemeriksaa visus yaitu Kartu Snellen yang terdiri dari deretan huruf kapital atau angka-angka dengan ukuran yang semakin mengecil yang penilaiannya berupa angka berdasarkan angka dari Kartu Snellen dan pemeriksaan yang menentukan apakah gangguan tersebut disebabkan karena kelainan refraksi digunakan Pinhole.

5.1. Uji Validitas Dan Reliabilitas

Uji Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar– benar mengukur apa yang diukur atau akurat. Ujia Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005).

Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah Kartu Snellen dan Pinhole yang sudah valid dan reliable untuk mengukur ketajaman penglihatan siswa/i serta mengetahui secara langsung apakah siswa/i mengalami kelainan refraksi atau tidak kelainan refraksi.

6. Pengumpulan Data

Menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur pemeriksaan dan memberikan lembar persetujuan (Informed Consent) kepada responden. Menjelaskan jadwal waktu pemeriksaan visus dan pengujian pinhole. Melakukan pemeriksaan visus pertama sekali dengan meminta anak untuk duduk di kursi dan anak duduk dengan posisi tegak dan Kartu Snellen diletakkan di depan anak dengan jarak 5- 6 meter untuk uji tajam penglihatan. Ajarkan anak untuk menggunakan penghalang untuk menutup satu mata. Instruksikan anak untuk tetap membuka kedua mata selama pemeriksaan. Berikan kartu penutup mata yang bersih untuk masing-masing anak dan buang setelah pakai. Jika anak memakai kacamata periksa, periksa dengan kaca mata terpasang. Biasanya mulai dengan menutup mata kiri untuk menguji mata kanan dan dengan mata yang terbuka pasien diminta membaca baris terkecil yang masih dapat dibaca. Penglihatan normal mempunyai tajam penglihatan 6/6.

Dengan Kartu Snellen ini dapat ditentukan kemampuan melihat seseorang, seperti: Bila tajam penglihatan 6/6 berarti ia dapat melihat huruf dengan jarak 6 meter, dan apabila ia hanya dapat melihat huruf pada baris yang menunjukkan angka 30, berarti tajam penglihatannya adalah 6/30.

Bila anak tidak dapat mengenal huruf terbesar pada Kartu Snellen maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter. Bila anak hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperhatikan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan 3/60. Dengan pengujian ini hanya dapat dinilai sampai 1/60 yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter. Dengan uji

lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan anak yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter berarti tajam penglihatannya 1/300. Terkadang mata hanya dapat melihat adnya sinar saja dan tidak dapat melihat lambaian tangan, keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/tak terhingga dan bila sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan penglihatannya adalah 0 atau buta total.

Bila penglihatan tidak maksimal pada kedua pemeriksaan untuk hipermetropia dan miopia dimana penglihatan tidak mencapai 6/6 atau 20/20 maka lakukan uji pinhole dengan uji pinhole diletakkan pinhole di depan mata yang sedang diuji kemudian diminta membaca huruf terakhir yang masih dapat dibaca sebelumnya. Bila tidak terjadi perbaikan penglihatan maka mata tidak dapat dikoreksi lebih lanjut karena hal ini akibat media penglihatan keruh atau terdapat kelainan pada retina atau saraf optik dan apabila terjadi perbaikan penglihatan maka ini berarti terdapat astigmatisme atau silinder pada mata tersebut ataupun kelainan refraksi yang lain (miopia, hipermetropia) yang belum dikoreksi (Ilyas, 2006).

7. Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahap. Data yang diperoleh dari setiap responden berupa data

penurunan visus dan data kelainan refraksi dan tidak kelainan refraksi yang merupakan hasil pemeriksaan kartu Snellen dan Pinhole. Pertama adalah dengan melakukan pengecekan kelengkapan data dan penjumlahan pada seluruh data dari tiap responden, kemudian memberi kode untuk memudahkan melakukan tabulasi. Data yang diperoleh dari pengecekan kelainan refraksi pada usia sekolah SD dan SMP Era Ibang Medan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan persentase.

Dokumen terkait