• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep ekowisata merupakan salah satu alternatif untuk pengembangan kawasan pariwisata dalam suatu wilayah yang tetap memperhatikan konservasi lingkungan dengan menggunakan potensi sumberdaya serta masyarakat setempat. Pengembangan kawasan ekowisata bukan merupakan suatu pengembangan kawasan industri pariwisata yang hanya bersifat sektoral. Dalam pengembangan tersebut, terdapat aspek-aspek lain yang saling berhubungan dan menentukan keberhasilan pengembangannya. Dalam pengembangan ekowisata mangrove, keseimbangan yang menepatkan dimensi-dimensi sosial, lingkungan dan ekonomi menjadi penting untuk dikaji. Disatu sisi, pengembangan ekowisata ditujukan untuk menghasilkan keuntungan secara ekonomi, namun di sisi lain, pengembangan juga harus memperhatikan terjaganya kualitas lingkungan, baik secara biofisik maupun sosial. Konsep semacam ini, sering disebut sebagai konsep pembangunan berkelanjutan dengan prinsip memperhatikan masa depan, lingkungan, persamaan dan partisipasi dalam konteks isu-isu kehidupan pertumbuhan ekonomi serta kualitas lingkungan.

Sebagai awal penelitian ini, dilakukan pengumpulan data berkaitan dengan hutan mangrove di kawasan Pelabuhan Tengkayu II meliputi potensi biofisik yang berkaitan dengan bidang biologi (vegetasi, satwa burung) dan data fisik (luas dan letak, sarana dan prasarana, iklim, topografi dan tanah, hidrologi, lanskap). Kemudian melakukan pengumpulan data pengunjung dan masyarakat sekitar (identitas, persepsi, partisipasi dan harapan), serta permasalahan yang timbul di kawasan hutan mangrove tersebut. Dari data yang terkumpul ditentukan daya dukung fisik dari hutan mangrove sebagai kawasan wisata. Selanjutnya, dilakukan penilaian kelayakan pengembangan ekowisata terhadap hutan mangrove di kawasan pelabuhan Tengkayu II. Langkah terakhir menentukan strategi pengembangan berdasarkan kriteria penilaian sebelumnya.

Berdasarkan hal di atas, maka disusun diagram alir pemikiran penelitian seperti yang tertera pada Gambar 1.

Pengunjung : Jumlah Identitas Motivasi, Aktivitas dan Harapan Potensi Biofisik Kawasan Mangrove: Biologi : Vegetasi

Satwa burung dan ikan Fisik :

Luas dan Letak Sarana dan Prasarana Iklim

Topografi dan Tanah Hidrologi Lanskap Masyarakat Lokal Identitas Persepsi, partisipasi dan harapan Permasalahan - kebijakan Pemerintah Daerah - ekologi - sosial ekonomi Penilaian kelayakan pengembangan ekowisata

Daya Dukung Kawasan : Jumlah kunjungan yang dapat diserap ekowisata mangrove

Kondisi eksisting

Analisis Deskriptif Analisis SWOT Kawasan Hutan Mangrove Pelabuhan Tengkayu II

Strategi Pengembangan Ekowisata Magrove Secara Berkelanjutan.

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Pemilihan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Tarakan Propinsi Kalimantan Timur dengan lokasi penelitian kawasan konservasi hutan mangrove yang terletak di

Kawasan Pelabuhan Tengkayu II Jalan Gajah Mada. Waktu penelitian dimulai November 2005 – Februari 2006.

Gambar 2. Lokasi penelitian

Kawasan mangrove Tengkayu II seluas 8 ha yang menjadi objek penelitian ini, berada di Jalan Gajah Mada termasuk dalam wilayah Kelurahan Karang Rejo Kecamatan Tarakan Barat. Kawasan tersebut berdekatan dengan pusat keramaian di Kota Tarakan, dimana di sebelah timur terdapat pasar umum, pusat

perbelanjaan modern Ramayana/Gusher Plaza dan lokasi rencana pembangunan hotel. Bagian utara berbatasan langsung dengan Jalan Gajah Mada, sub terminal dan pemukiman penduduk Kelurahan Karang Anyar Pantai. Pada bagian barat kawasan terdapat pelabuhan, TPI Tengkayu II, dan sedikit pemukiman. Pada bagian utaranya terdapat perusahaan cold storage, mess karyawan (Gambar 2).

Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi empat kelompok dengan aspek-aspek yang diteliti diantaranya; faktor biologi meliputi aspek vegetasi dan satwanya, kemudian faktor fisik meliputi luas dan letak, sarana prasarana, iklim, topografi geologi, hidrologi dan lanskap. Data mengenai masyarakat sekitar berkaitan tentang identitas, presepsi, partisipasi dan harapan. Data berkaitan dengan wisatawan yang berkunjung meliputi jumlah, identitas, motivasi, aktivitas dan harapan mereka (Tabel 1).

Tabel 1. Jenis data

No Kelompok Jenis data Aspek-aspek

1. 2. 3. 4. Faktor Biologi Faktor Fisik Masyarakat Wisatawan

- Vegetasi (jenis, jumlah dan penyebaran) - Satwa (jenis, jumlah dan penyebaran) - Luas dan letak

- Sarana dan prasarana - Iklim

- Topografi geologi dan tanah - Hidrologi

- Lanskap

- Identitas (umur, jenis kelamin, mata

pencaharian, pendidikan)

- Persepsi, partisipasi dan harapan

- Jumlah

- Identitas (umur, jenis kelamin, mata

pencaharian, pendidikan, asal daerah) - Motivasi, aktivitas dan harapan

Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan bersifat eksploratif dengan tujuan untuk menggali fakta yang ada. Arah penelitian adalah untuk mendapatkan data potensi sumberdaya untuk pengembangan ekowisata mangrove, tingkat persepsi, partisipasi masyarakat dan pengunjung dalam kegiatan tersebut, serta kebijakan pengelolaan ekosistem mangrove. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan, dengan melakukan pengukuran potensi hutan mangrove dan melakukan wawancara langsung dengan pengunjung, masyarakat lokal dan pihak-pihak terkait. Untuk mengetahui persepsi mereka terhadap pengembangan ekowisata pada kawasan konservasi hutan mangrove PelabuhanTengkayu II Kota Tarakan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah tersedia.

Pengumpulan data sekunder dengan cara mengumpulkan dokumen- dokumen hasil studi/penelitian, peraturan perundang-undangan dan data pendukung lainnya yang dikeluarkan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dari Dinas/Instansi terkait dengan penelitian, yaitu: Kantor Wilayah/Dinas Kehutanan, Dinas Perikanan, Dinas Pariwisata Seni dan Budaya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat Kota Tarakan, Kantor Camat Tarakan Barat, Kantor Desa Karang Rejo.

Pengumpulan Data Vegetasi dan Satwa

Pengumpulan data vegetasi dan satwa dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung di lapangan. Pengamatan vegetasi di kawasan hutan mangrove dilakukan dengan cara mengambil contoh bagian-bagian tumbuhan, mencatat nama daerah, ciri-ciri, tempat tumbuhnya yang kemudian diidentifikasi dengan melihat buku petunjuk yang ada, serta menghitung kerapatannya.

Untuk menginventarisasi vegetasi digunakan metode garis berpetak, arah jalur pengamatan tegak lurus terhadap pantai ke arah darat. Pada setiap zona mangrove yang berada di setiap transek garis, diletakkan petak-petak contoh (plot) berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10 x 10 m untuk tingkat pohon (diameter >4 cm), 5 x 5 m untuk tingkat pancang ( 1,5 – 4 cm), 2 x 2 (semai atau tumbuhan bawah), dan jarak setiap zona mangrove satu dengan yang lain adalah 50 m.

Gambar 3. Petak pengambilan contoh

a b c 50 meter

Keterangan :

a. Plot 2 x 2 m untuk tingkat semai b. Plot 5 x 5 m untuk tingkat pancang c. Plot 10 x 10 m untuk tingkat pohon

Pengambilan Data Persepsi Pengunjung

Data dikumpulkan secara langsung di lokasi penelitian melalui wawancara dengan responden (interview). Selain itu juga, dilakukan dengan teknik observasi (pengamatan) dan observasi terencana (pedoman dengan kuisioner). Data yang dikumpulkan meliputi :

1. Data karakter responden (umur, asal wisatawan, lama kunjungan, jumlah rombongan wisata, dan jumlah biaya wisata yang bersedia dibayarkan oleh wisatawan).

2. Persepsi wisatawan tentang kegiatan pariwisata khususnya wisata mangrove (apakah motivasi kunjungan, atraksi yang dimintai, fasilitas dan infrastruktur maupun sumberdaya manusia yang diharapkan, serta rekomendasi wisatawan untuk rencana pengembangan ekowisata mangrove di kawasan Tengkayu II Kota Tarakan)

Responden yang diwawancarai adalah wisatawan yang berwisata di Kawasan hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II. Penentuan responden sebagai unit penelitian dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu memilih responden yang akan diambil keterangannya/datanya dengan pertimbangan – pertimbangan tertentu (sudah dapat berpikir secara logis) sebanyak 5% dari rata- rata pengunjung yang datang tiap hari.

N = Rata-rata jumlah pengunjung dalam tahun pertama x 5 %

N = 24417 x 5/100

N = 101.74 sampel

Pengambilan Data Presepsi Masyarakat

Data dikumpulkan secara langsung di lokasi penelitian melalui wawancara dengan responden (interview) dan wawancara mendalam (depth-interview). Selain itu juga, dilakukan dengan teknik observasi (pengamatan) dan observasi terencana (pedoman dengan kuesioner). Data yang dikumpulkan meliputi :

1. Data karakteristik responden (umur, mata pencaharian, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, pendapatan dan lama tinggal).

2. Pemahaman atau persepsi masyarakat lokal tentang ekowisata mangrove 3. Partisipasi masyarakat lokal dalam kegiatan pengembangan ekowisata

mangrove mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan.

Pemilihan responden sebagai unit penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive sampling). Responden yang diamati adalah penduduk dewasa yang berdomisili di sekitar lokasi penelitian secara administratif yang terkait dengan kawasan hutan wisata mangrove. Penduduk dewasa dalam hal ini adalah yang bersangkutan dengan telah matang dalam mengambil keputusan dan berfikir secara positif dalam mengambil tindakan, dan diharapkan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Menurut Kusmayadi dan Endar (2000) rumus pengambilan sampel sebagai berikut :

2 e N 1 N n + =

dimana n : ukuran contoh

N : ukuran populasi

e : nilai kritis/batas ketelitian (10%)

Jumlah kepala keluarga di Kelurahan Karang Rejo pada tahun 2004-2005 tercatat sebesar 1.864 orang, sehingga setelah melalui perhitungan tersebut didapatkan jumlah sampel sebesar kurang lebih 95 orang.

Metode Analisis Data Potensi Ekosistem Mangrove

Data yang dikumpulkan meliputi : data mengenai spesies, jumlah individu, dan diameter pohon yang telah dicatat pada form mangrove, kemudian diolah untuk memperoleh kerapatan spesies, frekuensi spesies, luas areal tutupan, nilai

penting suatu spesies, frekuensi spesies, luas areal tutupan, nilai penting suatu spesies dan keanekaragaman spesies (Bengen, 2002):

a. Kerapatan Spesies (Ki)

Kerapatan spesies (i) adalah jumlah individu spesies i dalam suatu unit area yang dinyatakan sebagai berikut :

Ki = ni / A

Dimana, Ki adalah kerapatan spesies i, ni adalah jumlah total individu dari spesies dan A adalah luas area total pengambilan contoh (luas total petak/plot/kuadrat contoh).

b. Kerapatan Relatif Spesies (KRi)

Kerapatan relatif spesies (KRi) adalah perbandingan antara jumlah individu spesies i (ni) dan jumlah total individu seluruh spesies (Σn) dengan formula sebagai berikut :

KRi = (ni / Σn) x 100 c. Frekuensi Spesies (Fi)

Frekuensi spesies (Fi) adalah peluang ditemukannya spesies i dalam petak contoh yang diamati :

Fi = pi / Σp

Dimana, Fi adalah frekuensi spesies i, pi adalah jumlah petak contoh dimana ditemukan spesies i dan Σp adalah jumlah total petak contoh yang diamati.

d. Frekuensi Relatif Spesies (FRi)

Frekuensi relatif spesies (FRi) adalah perbandingan antara frekuensi (Fi) dan jumlah frekuensi untuk seluruh spesies (ΣF):

FRi = (Fi / ΣF) x 100 % e. Penutupan Spesies (Ci)

Penutupan spesies (Ci) adalah luas penutupan spesies i dalam suatu unit area :

Ci = ΣBA / A

Dimana, BA = ΠDBH2/4, (dalam Cm2), Π adalah suatu konstanta (3,14) dan DBH adalah diameter dari jenis i, A adalah luas area total pengambilan contoh (luas total petak/plot/kuadrat contoh).

DBH = CBH /Π (dalam Cm), CBH adalah lingkaran pohon setinggi dada. f. Penutupan Relatif Spesies (RCi)

Penutupan relatif spesies (RCi) adalah perbandingan antara luas area penutupan spesies i (Ci) dan luas total area penutupan untuk seluruh spesies (ΣCi) :

RCi = (Ci / ΣCi) x 100 %

g. Nilai Penting Spesies (NPi)

Jumlah nilai kerapatan relatif spesies (RDi), frekuensi relatif spesies (RFi) dan penutupan relatif spesies (RCi) menunjukkan Nilai Penting Spesies (NPi) :

NPi = RDi + RFi + RCi

Nilai penting suatu spesies berkisar antara 0 - 300. Nilai Penting ini memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu spesies tumbuhan mangrove dalam komunitas mangrove.

Analisis Penilaian dan Pengembangan Potensi Kawasan Obyek Ekowisata Mangrove

Penilaian potensi obyek wisata disusun meliputi suatu kawasan di suatu daerah dan merupakan kawasan lokasi terpilih (prioritas) sesuai dengan fungsi kriteria penilaian maka yang dipakai dalam penilaian harus mencakup kriteria yang mampu mengkombinasikan beberapa kepentingan yang dimaksud. Berikut ini penyusunan analisis penilaian dan pengembangan potensi kawasan objek ekowisata mangrove berdasarkan penilaian Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2002).

Cara pengamatan/penilaian:

1. Daya tarik, komponen daya tarik yang diamati adalah keindahan alam, keunikan sumberdaya alam, banyaknya potensi sumber daya alam, keutuhan sumber daya alam, kepekaan sumberdaya alam, pilihan kegiatan wisata, kelangkaan, keanekaragaman, kebersihan, dan kerawanan kawasan. Pengamatan dilakukan terhadap kondisi hutan mangrove di kawasan Tengkayu II dan dibantu oleh petugas.

2. Potensi pasar, komponen potensi pasar yang diamati adalah jumlah penduduk lokasi 75 km dari kawasan, kepadatan penduduk lokasi 75 km dari kawasan,

dan tingkat kebutuhan wisata. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dapat dilihat dari data Kota Tarakan Dalam Angka dan dibantu dengan peta. 3. Kadar hubungan/aksesibilitas, komponen yang diamati adalah kondisi jalan

darat, jalan laut, jumlah kendaraan/perahu, frekuensi kendaraan umum dari pusat penyebaran wisata ke objek. Data diperoleh melalui data primer dan data sekunder.

4. Kondisi lingkungan, sosial ekonomi dan pelayanan masyarakat, hal-hal yang diamati adalah tata ruang wilayah, status lahan, tingkat pengangguran, mata pencaharian peduduk, ruang gerak pengunjung, pendidikan, tingkat kesuburan tanah, sumberdaya alam mineral, aktivitas manusia dan persepsi masyarakat terhadap pengembangan ekowisata hutan mangrove di daerahnya. Data diperoleh melalui data primer dan data sekunder. Komponen yang diamati dalam pelayanan masyarakat adalah sikap dan sifat pelayanan masyarakat terhadap pengunjung dan kemampuan berbahasa dari masyarakat sekitar objek. Data diperoleh melalui data primer dan sekunder.

5. Kondisi iklim, komponen yang diamati adalah pengaruh iklim terhadap waktu kunjungan, suhu udara pada musim kemarau, jumlah bulan kering rata- rata per tahun, kelembaban rata-rata per tahun, dan percepatan angin pada musim kemarau. Data diperoleh melalui data sekunder.

6. Akomodasi, komponen yang diamati adalah jumlah kamar hotel atau

penginapan dalam radius 15 km dari objek, data ini diperoleh dari data sekunder.

7. Sarana dan prasarana penunjang, hal-hal yang diamati adalah prasarana yang menunjang kegiatan pariwisata yang dilakukan, yaitu: kantor pos, telepon umum, puskesmas/klinik, warung internet, jaringan televisi, jaringan radio, dan surat kabar. Sarana yang mendukung kegiatan pariwisata, yaitu: rumah makan/minum, pusat perbelanjaan/pasar, bank, toko cinderamata, tempat peribadatan, dan toilet umum. Data-data ini diperoleh melalui pengamatan di lapangan/data primer.

8. Ketersediaan air bersih, komponen yang diamati adalah debit sumber air, jarak sumber air terhadap lokasi objek, dapat tidaknya air dialirkan ke objek

atau mudah dikirim dari tempat lain, kelayakan dikonsumsi, dan kontinuitas. Data-data ini diperoleh dari data primer dan data sekunder.

9. Keamanan, komponen yang diamati adalah ada tidaknya binatang

pengganggu, ada tidaknya ras yang berbahaya, ada tidaknya kelabilan tanah atau alam, dan ada tidaknya kepercayaan yang mengganggu. Data-data ini diperoleh melalui data primer.

10.Hubungan objek dengan objek wisata lain, komponen yang diamati adalah jumlah objek wisata lain yang sejenis dan tak sejenis. Data diperoleh dari data sekunder.

11.Hasil penilaian secara keseluruhan akan dibandingkan dengan tabel kriteria kelayakan pengembangan wisata, maka akan diperoleh kriteria sangat layak, layak, cukup layak, kurang layak dan tidak layak.

12.Data analisis SWOT diperoleh dari data yang telah dikumpulkan terlebih dahulu pada tujuan penelitian yang pertama ditambah dengan wawancara dengan pihak terkait, seperti: pihak pengelola pariwisata, petugas konservasi hutan mangrove di Kawasan Pelabuhan Tengkayu II, masyarakat sekitar, dan pengunjung.

Daftar kriteria penilaian dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata menurut Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan tahun 2002 dapat di lihat pada Lampiran 1.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis yang menggambarkan/melukiskan keadaan komponen penelitian di suatu kawasan. Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis kondisi sosial ekonomi masyarakat dan pengunjung yang datang ke lokasi.

Analisis daya dukung

Kebutuhan setiap wisatawan akan ruang sangat bervariasi, tergantung pada latar belakang budayanya. Kebutuhan akan ruang menentukan beberapa ukuran fasilitas yang perlu dibangun untuk melayani kebutuhan wisatawan. Sebuah formula matematis yang dirumuskan Boulin (1985) dalam Soebagio (2004), untuk

menentukan daya dukung pengunjung dalam sebuah area wisata dengan standar individu, adalah sebagai berikut:

Daya dukung = individu standart rata - Rata pengunjung digunakan yang lahan Luas

Total pengunjung per hari = Daya dukung x Koefisien perputaran Koefisien perputaran = kunjungan waktu rata - Rata wisata lokasi di hari per jam Jumlah

Analisis Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Ekowisata Hutan Mangrove

Untuk mengukur nilai potensi pengembangan objek wisata di hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II dilakukan penilaian potensi secara kuantitatif dengan menggunakan kriteria penilaian dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata yang dikeluarkan oleh Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2002). Dilanjutkan analisis strategi kebijakan pengelolaan kawasan dengan menggunakan analisis SWOT.

Analisis SWOT ini disusun berdasarkan peta logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts), peluang (opportunities) secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakneses) dan ancaman (threat) didalam menentukan strategi terbaik (Rangkuti, 2004). Analisis ini dilakukan dengan menggunakan data kuantitatif atau deskripsi dengan pendekatan matrik SWOT.

Hal pertama yang dilakukan dalam menentukan matrik SWOT adalah mengetahui faktor strategi internal (IFAS) dan faktor strategi eksternal (EFAS) terlebih dahulu (Rangkuti 2004). Berikut ini adalah cara-cara penentuan faktor strategi internal:

a. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan ekowisata hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II dalam kolom 1.

b. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala sesuai dengan bobot kriteria penilaian objek wisata hutan mangrove.

c. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor berdasarkan hasil penilaian kondisi ekosistem hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II.

d. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya akan berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor.

e. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan bagi kawasan ekowisata mangrove Pelabuhan Tengkayu II.

f. Memberi kode pada kolom 5 untuk memudahkan dalam menyusun alternatif strategi yang akan dilaksanakan.

Tabel 2. Faktor strategi internal

No Faktor-faktor strategi Bobot Nilai Skor Kode 1 Kekuatan

2 Kelemahan

Setelah faktor-faktor strategis eksternal ekowisata hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II diidentifikasi, tabel EFAS disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut, tahapnya adalah:

a. Menyusun dalam kolom 1 (peluang dan ancaman).

b. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, sesuai dengat bobot kriteria penilaian ekowisata hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II.

c. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala berdasarkan hasil penilaian kondisi ekowisata hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II.

d. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya akan berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor.

e. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan bagi kawasan ekowisata hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II. f. Memberi kode pada kolom 5 untuk memudahkan dalam menyusun alternatif

strategi yang akan dilaksanakan. Tabel 3. Faktor strategi eksternal

No Faktor-faktor strategi Bobot Nilai Skor Kode 1 Peluang

2 Ancaman

Selanjutnya unsur-unsur tersebut dihubungkan keterkaitannya dalam bentuk matrik untuk memperoleh beberapa alternatif strategi. Matriks ini menghasilkan empat kemungkinan strategis.

Tabel 4. Matriks SWOT.

Kekuatan Kelemahan

Peluang Strategi Kekuatan-Peluang

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi Kelemahan-Peluang

Menciptakan strategi yang meniminal kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Ancaman Strategi Kekuatan-Ancaman

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan yang mengatasi ancaman

Strategi Kelemahan-Ancaman. Menciptakan strategi kelemahan dan menghindari ancaman

Strategi Kekuatan – Peluang

Dibuat untuk memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

Strategi Kelemahan – Peluang

Dibuat untuk menggunakan seluruh kekuatan didalam mengatasi ancaman.

Srategi Kelemahan – Peluang

Diterapkan Berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

Strategi Kelemahan – Ancaman

Didasarkan pada kegiatan yang bersifat bertahan dan berusaha meminimalkan kelemahan.

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Dokumen terkait