• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Vegetasi mangrove

Ekosistem hutan mangrove di kawasan konservasi Pelabuhan Tengkayu II terdiri dari 6 famili dan 13 jenis yang sebagian besar didominasi oleh famili Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, dan Aegiceraceae (Tabel 19). Jenis tumbuhan mangrove yang ditemukan pada penelitian ini lebih banyak bila dibandingkan dengan jenis mangrove pada penelitian Rugian (2003), yang menemukan 5 famili dan 9 spesies. Perbedaan jumlah jenis yang diperoleh diduga disebabkan karena perbedaan wilayah geografis, dimana pada tiga stasiun penelitian ini dilakukan pada kawasan yang tidak terlalu luas dan cendrung berdekatan. Sedangkan Rugian (2003), melakukannya pada tiga lokasi di pesisir Pulau Tarakan yang berbeda. Selain itu, lokasi penelitian ini telah mengalami proses perbaikan oleh alam dan rehabilitasi, penanaman kembali yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Tarakan.

Tabel 19. Taksonomi mangrove

Famili Species Nama Lokal

Rhizophoraceae Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Bruguiera gymnorhiza Bruguiera sexangula Bruguiera cylindrica Bruguera parviflora Bakau Bakau merah Tomo Mutut kecil Bius Bius Avicenniaceae Avicennia marina

Avicennia lanata Avicennia alba

Api-api putih Api-api Api-api

Sonneratiaceae Sonneratia alba Perepat

Meliaceae Xylocarpus granatum Inggili

Arecaceae Nypa fruticans Nipa

Myrsinaceae Aegiceras Corniculatum Kacang-kacangan

Pada stasiun 1 ditemukan 5 famili dengan 7 jenis mangrove, dari jenis tersebut yang dominan adalah Rhizophora apiculata, kemudian jenis Sonneratia alba. Mangrove yang ditemukan pada stasiun 2 lebih bervariasi yaitu 6 famili dan 13 jenis dengan jumlah terbanyak adalah Rhizophora apiculata, kemudian dengan jumlah sedang diantaranya Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba, Xylocarpus

granatum, dan Aegiceras corniculatum. Pada stasiun 3, ditemukan 5 famili dan 9 jenis mangrove, jenis terbanyak adalah Rhizophora apiculata, kemudian

Aegiceras corniculatum, Bruguiera parviflora dan sonneratia alba (Tabel 20). Rhizophora apiculata merupakan jenis tumbuhan mangrove yang banyak ditemukan pada daerah yang mengarah ke darat sedangkan jenis Sonneratia alba

dan Aegiceras corniculatum lebih banyak tumbuh di daerah yang berdekatan dengan laut. Jenis tumbuhan mangrove lain pada lokasi penelitian mempunyai jumlah sedang sampai hanya ada beberapa pohon saja, tidak membentuk zonasi dan ditemukan secara acak. Dari darat ke laut susunannya secara umum adalah zona pertama didominasi oleh Rhizopora apiculata dan sedikit jenis Xylocarpus granatum di stasiun 2. Zona selanjutnya adalah zona campuran, pada zona ini

Rhizophora apiculata cukup mendominasi yang bercampur dengan Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflora, Bruguiera sexangula, Bruguiera cylindrica, Rhizophora mucronata, Xylocarpus granatum dengan sedikit Nypa fruticans. Zona berikutnya ditemukan Avicennia marina, Avicennia lanata, Avicennia alba, dan Aegiceras corniculatum. Pada zona pinggiran didominasi oleh Sonneratia alba sebagai tumbuhan pioner.

Tabel 20. Penyebaran mangrove pada masing-masing stasiun penelitian

No. Spesies Mangrove Stasiun 1 Satasiun 2 Stasiun 3

1. Rhizophora apiculata ++++ ++++ ++++ 2. Rhizophora mucronata ++ + ++ 3. Bruguiera gymnorrhiza - +++ + 4. Bruguiera sexangula - ++ - 5. Bruguiera parviflora - + +++ 6. Bruguiera cylindrica - ++ ++ 7. Avicennia marina ++ ++ - 8. Avicennia lanata ++ + ++ 9. Avicennia alba - ++ ++ 10. Sonneratia alba +++ +++ +++ 11. Xylocarpus granatum - +++ - 12. Nypa fruticans ++ + - 13. Aegiceras corniculatum ++ +++ +++

Keterangan: - - = tidak ada tumbuhan ++ = sedikit ++++ = banyak - + = ada tumbuhan +++ = sedang

Jenis mangrove stasiun 2 lebih banyak daripada stasiun 1 dan stasiun 3. Hal ini disebabkan lokasi stasiun 2 berada di tengah antara stasiun 1 dan 3.

Aktivitas di sekitar lingkungan penelitian mempengaruhi kondisi ini, seperti masyarakat yang yang membuang sampah atau pengambilan kayu mangrove untuk bahan bangunan yang terjadi sebelum kawasan ini dilindungi dan diambil alih oleh Pemerintah Kota Tarakan. Aktivitas di sekitar lokasi mempengaruhi mangrove dan yang akan bersentuhan pertama kali adalah lokasi stasiun 1 dan stasiun 3 (Tabel 20).

Analisis Vegetasi Mangrove

Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba mempunyai peran penting dalam pembentukan ekosistem mangrove di Kota Tarakan yang ditunjukkan oleh indeks nilai penting yang didapat. Rhizophora apiculata memiliki indeks nilai penting sebesar 99,93 – 166,47 % dan Sonneratia alba sebesar 33,36 – 66,07% (Tabel 21). Rhizophora apiculata banyak ditemukan pada lokasi yang lebih menjorok ke darat, sedangkan Sonneratia alba lebih mendominasi daerah yang berdekatan dengan laut yang umumnya mempunyai tekstur tanah lumpur. Jenis

Sonneratia alba sebenarnya bisa memiliki peran penting lebih tinggi, namun karena kawasan ini dibatasi oleh perumahan dan pelabuhan serta kegiatan perikanan di depannya, pada akhirnya membatasi ruang tumbuh jenis ini.

Pada stasiun 1, jenis Rhizophora apiculata memiliki nilai indeks penting tertinggi sebesar 160,47 % dan Sonneratia alba dengan indeks nilai penting tertinggi yang kedua yaitu sebesar 66,07 %. Begitu pula stasiun 2, jenis tumbuhan yang memiliki indeks nilai penting tertinggi adalah jenis Rhizophora apiculata

dengan nilai sebesar 99,93 %, sedangkan untuk jenis yang lain lebih merata, diantara jenis lain yang tertinggi adalah Sonneratia alba sebesar 23,36 %. Sama halnya dengan stasiun yang lain, stasiun 3 yang memiliki indek nilai penting yang tertinggi adalah Rhizophora apiculata sebesar 110,29 %, dan tertinggi kedua adalah Bruguiera parviflora sebesar 40,44 % kemudian Sonneratia alba 38,86% (Tabel 21).

Tabel 21. Komposisi jenis mangrove pada tiap stasiun

No. Jenis Mangrove INP

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

1. Rhizophora apiculata 160,47 99,93 110,29 2. Rhizophora mucronata 15,78 4,93 890 3. Bruguiera gymnorrhiza 0 29,02 6,37 4. Bruguiera sexangula 0 20,82 0 5. Bruguiera parviflora 0 5,39 40,44 6. Bruguiera cylindrica 0 23,66 23,01 7. Avicennia marina 10,32 9,91 0 8. Avicennia lanata 15,57 5,20 9,69 9. Avicennia alba 0 20,73 32,48 10. Sonneratia alba 66,07 33,36 38,86 11. Xylocarpus granatum 0 18,93 0 12. Nypa fruticans 12,35 4,52 0 13. Aegiceras corniculatum 19,41 23,57 29,94 Jumlah 300 300 300

Tabel 22. Kerapatan relatif, Frekuensi relatif dan INP jenis semai pada tiap stasiun penelitian

Stasiun No. Jenis kr-nisb f_relatif INP

Stasiun 1 1. Rhizophora apiculata 98,04 83,33 181,37

2. Rhizophora mucronata 1,96 16,67 18,62

Stasiun 2 1. Rhizophora apiculata 27,94 41,67 69,60

2. Rhizophora mucronata 1,47 8,33 9,80 3. Bruguiera gymnorrhiza 2,94 8,33 11,27 4. Bruguiera sexangula 1,47 8,33 9,80 5. Bruguiera parviflora 55,88 16,67 72,4 6. Bruguiera cylindrica 2,94 8,33 11,27 7. Avicennia alba 7,35 8,33 15,68

Stasiun 3 1. Rhizophora apiculata 65,11 44,44 109,56

2. Rhizophora mucronata 4,65 11,11 15,76

3. Bruguiera parviflora 23,25 33,33 56,58

4. Avicennia alba 6,97 11,11 1809

Zona Vegetasi Mangrove

Zona hutan mangrove di kawasan Pelabuhan Tengkayu II Kota Tarakan dari arah laut secara umum terdiri dari:

1. Zona Sonneratia Alba

2. Zona Avicennia terdiri dari Avecennia alba, Avicennia lanata dan

Avicennia marina.

3. Zona campuran terdiri dari Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflora, Bruguiera sexangula, Bruguiera cylindrica, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Xylocarpus granatum, sedikit Nypa fruticans. Pada stasiun ini juga ditemukan tumbuhan mangrove dari famili Avicenniaceae yaitu Avicennia alba, Avicennia lanata dan Avicennia marina.

4. Zona Rhizophora apiculata

Fauna Hutan Mangrove

Fauna darat yang ditemukan di lokasi penelitian terdiri dari insekta, ular, primata dan burung. Kelompok ini hidup dan beradaptasi pada bagian pohon yang tinggi dan jauh dari jangkauan air laut, meskipun mereka bergantung pada hewan laut untuk kebutuhan makanan, yaitu pada saat terjadi air surut.

Fauna perairan (akuatik) dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu: - Yang hidup di kolom air, terutama berbagai jenis ikan dan udang.

- Yang menempati substrat baik keras (akar dan batang pohon mangrove) maupun lunak (lumpur), seperti kepiting, kerang dan jenis invertebrata lainnya.

Mamalia

Jenis satwa yang sering terlihat diantaranya adalah bekantan (Nasalis larvatus) sebanyak 42 ekor, kera hitam (Trachypithecus villosus) dan berang- berang (Aonyx cinerea). Bekantan merupakan hewan mamalia yang sengaja direhabilitasi di kawasan ini, bentuk dan tingkah laku yang unik menarik untuk dilihat. Jenis mamalia ini mencari makan di kawasan hutan mangrove, jenis mangrove yang menjadi makanan pokok mereka adalah pucuk daun, buah dan bunga jenis Sonneratia alba, terkadang mereka juga memakan kepiting bakau dengan cara memancing menggunakan ekor. Tingkah laku bekantan di kawasan hutan mangrove Tengkayu II jika pagi dan sore mereka akan pergi ke hutan mangrove bagian tepian pesisir, dan siang hari mereka akan berkumpul di tengah kawasan hutan mangrove.

Satwa Burung

Satwa burung yang ditemukan di lokasi konservasi dan wisata hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II terdiri atas 24 jenis jenis, baik yang langka maupun yang umum ditemukan (WWF, 2005). Burung-burung yang ditemukan adalah burung yang bertempat tinggal di lokasi dan ada pula yang hanya sekedar lewat yang menjadikan kawasan hutan mangrove ini sebagai tempat mencari makan.

Jenis burung yang ditemukan dilokasi penelitian diantaranya elang gondol (Haliastur indus), pelanduk dada putih (Trichastoma rostratum), gelatik batu (parus major), elang rawa timur (Circus spilonotus), remetuk laut (Gerygone sulphurea), kaca mata biasa (Zosterops pulpebrosus), cipoh jantung (Aegithina viridissima), geladi tilik (Dendrocopos moluccensis), kapasan kemiri (Lalage nigra), cabai gesit (Dicaeum agile), sikatan rembu coklat (Rhinomyias bruneata), burung madu belukar (Anthreptes singalensis), cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps), cinenen belukar (Orthotomus atrogularis), jalak bahu putih (Sturnus sinensis), sikatan rimbah dada kelabu (Rhynomyias umbrutilis), burung bahu polos (Anthreptes simplex), cinenen pisang (Orthotomus sitorius), cakakak sungai (Todirhampus chloris), kareo padi (Amauronis phoenicurus) kipasan mutiara (Rhipidura perlata), kokokan laut (Butorides striatus) kipasan belang (Rhipidura juvanica), dan kuntul cina(Egretta eulophotes) (Tabel 23).

Jenis burung yang dilindungi yang terdapat pada lokasi adalah dari jenis burung madu diantaranya burung madu polos (Anthreptes simplex) dan burung madu belukar (Anthreptes singalensis), jenis burung lain adalah jalak bahu putih (Sturnus sinensis) (komunikasi pribadi dengan WWF, 2006).

Tabel 23. Inventarisasi satwa burung di kawasan mangrove Tengkayu II

No. Nama Lokal Nama Latin

1. Elang gondol Haliastur indus

2. Pelanduk dada putih Trichastoma rostratum 3. Gelatik batu parus major

4. Elang rawa timur Circus spilonotus 5. Remetuk laut Gerygone sulphurea 6. Kaca mata biasa Zosterops pulpebrosus 7. Cipoh jantung Aegithina viridissima 8. Geladi tilik Dendrocopos moluccensis 9. Kapasan kemiri Lalage nigra

10. Cabai gesit Dicaeum agile 11. Sikatan rembu coklat Rhinomyias bruneata 12. Burung madu belukar Anthreptes singalensis 13. Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps 14. Cinenen belukar Orthotomus atrogularis 15. Jalak bahu putih Sturnus sinensis 16. Sikatan rimbah dada kelabu Rhynomyias umbrutilis 17. Burung madu polos Anthreptes simplex 18. Cinenen pisang Orthotomus sitorius 19. Cakakak sungai Todirhampus chloris 20. Kareo padi Amauronis phoenicurus 21. Kipasan mutiara Rhipidura perlata 22. Kokokan laut Butorides striatus 23. Kipasan belang Rhipidura juvanica 24. Kuntul cina Egretta eulophotes

Sumber: WWF Indonesia 2005

Banyaknya jenis burung yang terdapat di lokasi konservasi dan wisata hutan mangrove menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di kawasan tersebut merupakan habitat yang sesuai bagi satwa burung.

Reptil

Dari jenis reptil yang ditemukan diantaranya adalah biawak (Varanus salvator), buaya air payau (Crocodilus porosus), Aipysurus eydouxii, Acrochordus granulatus, Cerberus rhyncops, dan Myron richarsonii. Reptil menjadikan hutan mangrove ini sebagai tempat untuk bertelur, tempat mengasuh anak dan juga menjadi tempat mencari makan.

Ikan

Hutan mangrove juga merupakan tempat pemijahan, tempat asuhan dan tempat mencari makan bagi ikan. Jenis ikan ekonomis yang ditemukan di

kawasan ini diantaranya: alu-alu (Sphyraena sp.), sembilang (Plotosus sp.), otek (Macrones gulio), bandeng(Chanos chanos), gulama(Otolithoides biaurthus) dan

(Dendrophysa russeli), senangin (Eleunthronema sp.), belanak (Mugil sp.), kakap

(Lates sp.), Therapon jarbua, baronang (Siganus spp.), kerapu lumpur (Epinephelus sp.), Lujanus sp., danpepija(Harpodon neherius) (Pemerintah kota Tarakan 2004).

Krustacea

Hutan mangrove merupakan habitat yang sesuai untuk krustcea.krustacea yang banyak ditemukan di lokasi penelitian adalah dari jenis kepiting dan udang. Berikut ini jenis kepiting yang ditemukan antara lain: Scylla serrata, Sesama sp.,

Parasesamar plitcata, Metaplax sp., dan Uca sp. yang mempunyai warna berwarna warni. Sedangkan dari jenis udang, yang banyak ditemukan udang windu (Panaeus monodon), udang putih (Penaeus merguensis), udang bintik/jerbung, dan udang batu (Metapeneaus sp.) (Pemerintah Kota Tarakan, 2004). Sama dengan fauna lainnya, Krustacea menjadikan kawasan hutan mangrove sebagai tempat tinggal, tempat memijah, tempat mengasuh dan mencari makan.

Molusca

Di kawasan hutan mangrove Tengkayu II terdapat fauna invertebrata, salahsatunya molusca kelas gastropoda yang berasosiasi dengan lingkungan hutan mangrove. Jenis yang ditemukan diantaranya Melampus coffeus, Margarites olivacea, Phasianella offinis, Cerithidea scalariformis, Cymatium chlorostonum, Littorina Angulifera, Buccinum tenue, Nerita sp., Telescopium telescopium dan

Crepidula convexa. Sedangkan dari hasil penelitian Astuti (2003), menemukan jenis Urosalpinx sp., Crepidula sp., Nassarius sp., Pedipes sp., Telescopium sp., Cerithiopsis sp., Rissoina sp., dan Turritella sp..

Hutan mangrove menyediakan bahan organik yang berasal dari seresah daun dan pelapukan batang pohon maupun berasal dari sedimen yang tertahan olehnya. Bahan organik yang melimpah tersebut sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup molusca.

Daya Dukung Ekowisata Hutan Mangrove

Daya dukung (carrying capacity) disini dimaksudkan sebagai kemampuan kawasan untuk untuk menerima sejumlah wisatawan. Daya dukung dapat diartikan sebagai intensitas penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam yang berlangsung terus-menerus tanpa merusak alam. Telah dikenal beberapa daya dukung yang berkaitan dengan wisata alam ini. Selain analisis daya dukung fisik (Physical Carring Capacity), juga dikenal daya dukung biofisik, manajerial dan daya dukung sosial (Fandeli dan Muklison, 2003).

Daya dukung secara fisik untuk ekowisata mangrove di kawasan Pelabuhan Tengkayu II adalah sebagai berikut :

- Kawasan ini dibuka selama 9 jam perhari - Area yang tersedia bagi pengunjung 6 hektar

- Jika setiap kali kunjungan perlu 1 jam dan area dibuka 9 jam perhari maka setiap orang dapat melakukan kunjungan sebanyak 9 kali perhari sehingga:

Daya dukung = ) (m individu standart rata - Rata ) (m pengunjung digunakan yang lahan Luas 2 2 = 60.000/666,67 = 90

Koefisien perputaran = 9 jam/1jam = 9

Total pengunjung per hari = 90 x 9

= 1800 pengunjung per hari

Dalam setiap jamnya, ekowisata hutan mangrove Tengkayu II mampu menampung pengunjung sebanyak 90 orang per jamnya dan dalam satu harinya mampu menampung sebanyak 1800 orang. lokasi. Sedangkan, Pulau Biawak dan sekitarnya dapat menyerap 1200 pengunjung per hari dengan asumsi luas keseluruhan hutan mangrove yang dapat dimanfaatkan adalah 8 ha (Sunari et al., 2005). Dalam Tebaiy (2004) ekowisata mangrove di Taman Wisata Teluk Youtefa Jayapura, Papua, dapat menampung 280.000 jam kunjungan per hari. Hal ini menunjukkan bahwa, jumlah pengunjung yang mampu ditampung suatu lokasi ekowisata hutan mangrove tergantung dengan luasan hutan mangrove yang

digunakan untuk kegiatan ekowisata, rata-rata waktu yang diperlukan pengunjung dalam satu kali kunjungan dan selang waktu dibukanya

Analisis Potensi Objek Ekowisata Hutan Mangrove Di Kawasan Pelabuhan Tengkayu II

Unsur-unsur potensi objek wisata terdiri dari: daya tarik, potensi pasar, kadar hubungan, kondisi lingkungan, pengelolaan perawatan dan pelayanan, kondisi iklim, keadaan perhotelan/penginapan, prasarana dan sarana penunjang, ketersediaan air bersih dan hubungan dengan objek wisata lain.

Daya Tarik

Daya tarik merupakan suatu faktor yang membuat orang berkeinginan untuk mengunjungi dan melihat secara langsung ke suatu tempat yang menarik. Unsur-unsur yang menjadi daya tarik diantaranya: keindahan alam, banyaknya sumberdaya yang menonjol, keunikan sumberdaya alam, keutuhan sumberdaya alam, kepekaan sumberdaya alam, pilihan kegiatan rekreasi, kelangkaan, keanekaragaman, kebersihan lokasi dan kerawanan kawasan.

- Keindahan alam objek wisata mangrove Pelabuhan Tengkayu II meliputi pemandangan lepas menuju objek, di mana vegetasi mangrove ini dapat terlihat dari kejauhan. Hutan mangrove yang rimbun menimbulkan kesan menyejukkan dan menarik pengunjung untuk mendekatinya serta menimbulkan keinginan untuk melihat situasi di dalamnya. Keanekaragaman flora meliputi berbagai macam jenis pohon mangrove dan fauna diantaranya berbagai jenis burung, jenis kepiting yang menarik dengan warna unik dan khas, bekantan sebagai maskot Kota Tarakan, terdapat juga hewan-hewan reptil seperti ular dan kadal, dapat juga ditemukan berang- berang dan monyet hitam yang akrab dengan pengunjung. Suasana di dalam objek sangat sejuk dan cukup menarik untuk dinikmati sambil berjalan-jalan mengitari objek atau duduk di bangku-bangku yang disediakan. Warna yang ditampilkan di dalam objek cukup sesuai dimana warna tiap-tiap fasilitas diusahakan sesuai dengan warna tampilan mangrove sehingga menambah daya tarik lokasi, seperti bangku-bangku yang dicat warna hijau dan fasilitas bangunan dengan warna coklat muda. Variasi pandangan di dalam objek seperti: melihat bekantan yang dapat dilihat dari dekat, kera hitam, berang-

berang, berbagai macam jenis kepiting dengan warna yang unik serta rumah- rumah kepiting, semak belukar, akar-akar pepohonan mangrove, tanah yang khas di dalam mangrove, berbagai satwa burung, kawasan sungai dalam kawasan mangrove dan keunikan tumbuhan mangrove itu sendiri, meliputi berbagai jenis mangrove dan perbedaan seperti akar, batang, daun, bunga, dan buah.

Gambar 5. Bekantan dan sarang kepiting

- Keunikan sumberdaya alam yang terkenal di dalam lokasi hutan mangrove adalah fauna khas Kalimantan yaitu bekantan. Fauna ini merupakan fauna unik secara internasional. Bekantan di kawasan ini hidup bebas dan beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya, sehingga tingkah lakunya sangat menarik untuk diperhatikan.

- Sumberdaya alam yang menonjol adalah flora antara lain; berbagai jenis mangrove diantaranya Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflora, Bruguiera cylindrica, Avicennia marina, Avicennia lanata, Avicennia alba, Sonneratia alba, Inggili (Xylocarpus granatum), Nypa fruticans, dan Aegiceras corniculatum. Fauna yang ditemukan di lokasi objek diantaranya bekantan, kera hitam, berang- berang, kepiting, berbagai jenis burung yang menarik. Lingkungan ekosistem mangrove, dimana terjadi hubungan keterkaitan antara mangrove dengan mahluk hidup lainnya yang ada disekitarnya yang sangat menarik untuk diperhatikan. Sedangkan untuk sumberdaya geologi dan gejala alam di sekitar lokasi objek kurang menonjol.

- Kepekaan sumberdaya alam meliputi nilai ilmu pengetahuan tentang vegetasi mangrove dan berbagai jenis mahluk hidup yang berasosiasi dengannya.

Kemudian nilai pengobatan, dimana terdapat jenis mangrove yang dapat dijadikan obat untuk penyakit tertentu, sedangkan untuk nilai kebudayaan dan kepercayaan tidak ditemukan.

Gambar 6. Kondisi jalan (tracking) di dalam lokasi ekowisata hutan mangrove - Keutuhan sumberdaya alam seperti flora dan fauna tidak terganggu oleh

kegiatan masyarakat, sedangkan untuk lingkungan ekosistem mangrove rawan terhadap kegiatan masyarakat dan kegiatan di sekitarnya. Kebiasaan membuang sampah di sekitar mangrove akan mengganggu ekosistem di dalamnya. Kegiatan perusahaan di sekitarnya dapat mencemari lokasi termasuk pembuangan sisa-sisa produksi seperti es, bahan-bahan kimia pembasmi dapat mematikan organisme mangrove dan asosiasinya, kegiatan pelabuhan dan TPI juga memberi dampak pada ekosistem.

- Pilihan kegiatan rekreasi di hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II ada berbagai macam yaitu melakukan aktivitas jalan kaki dengan santai mengitari objek sambil menikmati pemandangan, bersantai di lokasi dengan duduk di bangku yang disediakan sambil menikmati pemandangan, udara yang sejuk serta mengamati fauna seperti burung, bakantan, kepiting, berang-berang dan pengambilan photo di dalam objek. Di dalam lokasi ini juga sangat mendukung untuk kegiatan pendidikan dan penelitian untuk pelajar dan mahasiswa di Kota Tarakan dan kota sekitarnya.

- Keanekaragaman di kawasan konservasi hutan mangrove dimana ditemukan 12 spesies pohon mangrove, dan mamalia diantaranya bekantan, kera hitam dan berang-berang. Krustacea yang menarik seperti kepiting dengan warna

unik. Reptil seperti buaya, biawak (Varanus salvator) dan kadal, serta berbagai macam burung, ikan, dan moluska.

- Kelangkaan, hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II diantaranya memiliki jenis burung yang langka yang terdapat di lokasi objek diantaranya burung madu belukar(Anthreptes singalensis).

- Kerawanan kawasan, lokasi objek dikelilingi dengan pagar terbuat dari seng sehingga aman dari perambahan, pencurian dan masuknya flora dan fauna. Namun demikian, kawasan ini tidak lepas dari gangguan penduduk sekitar yang melakukan tindakan tidak bertanggung jawab terhadap hutan mangrove. Lokasi ini juga rawan terhadap terjadinya kebakaran, karena dekat dengan pemukiman dan pabrik.

Hutan Mangrove Tengkayu II merupakan zona konservasi yang digunakan juga sebagai tempat kunjungan wisata. Tempat ini juga digunakan sebagai tempat rehabilitasi bekantan. Bekantan yang dahulunya tidak akrab dan susah untuk didekati manusia, kini mulai terbiasa dengan keberadaan manusia atau pengunjung yang datang. Jumlah keseluruhan bekantan rehabilitasi yang ada di objek wisata hutan mangrove di Pelabuhan Tengkayu II berjumlah 42 ekor. Makanan utama bekantan adalah daun, bunga dan pucuk ranting tumbuhan bakau jenis prepat (Sonneratia alba). Karena Sonneratia alba yang terbatas di lokasi ini, petugas sering mengambil potongan tumbuhan segar jenis ini dari tempat lain. Makanan tambahan yang diberikan adalah pisang, sedangkan untuk air minum selalu disediakan melalui bak-bak air yang ditempatkan pada lokasi tertentu.

Fasilitas yang ada di wisata hutan mangrove ini adalah jalan kayu sepanjang 2621 meter, pos jaga 2 buah, MCK 2 buah, kursi bersantai 24 buah, menara 1 buah, tangki air 2 buah dengan kapasitas 1.1 ton, karantina 1 buah, perpustakaan 1 buah namun belum berfungsi semestinya, penyemaian 1 buah, tempat minum bekantan 4 buah, aliran sungai sepanjang 1200 meter dan tempat sampah 4 buah, kantin 2 buah dan papan penerangan 3 buah.

Untuk menuju tempat lokasi wisata dapat digunakan kendaraan bermotor roda 2 atau 4, serta dapat juga dengan menggunakan transportasi air melalui pelabuhan. Pada umumnya, wisatawan lebih suka menggunakan motor roda dua karena terbilang praktis.

Potensi Pasar

Potensi pasar adalah suatu faktor yang menentukan berhasil tidaknya pemanfaatan suatu objek wisata. Faktor tersebut menyangkut jumlah kunjungan dan berhubungan dengan jumlah penduduk sebagai konsumen. Dalam Ditjen PHPA (1993), yang menjadi potensi pasar adalah jumlah penduduk yang berada di kabupaten objek berada, dan jarak objek dengan pintu gerbang bandar udara internasional. Dalam hasil penelitian ini juga dilihat potensi pasar, yaitu penduduk Kota Tarakan, Kalimantan Timur dan penduduk Indonesia. Sedangkan potensi pasar internasional hanya dilihat dari asal negara wisatawan.

Penduduk Kota Tarakan merupakan pasar wisata yang potensial. Jumlah penduduk Kota Tarakan terus meningkat, pada tahun 1999 tercatat sebesar 115.919 jiwa, sedangkan pada tahun 2004 meningkat menjadi 157.574 jiwa, sehingga dalam kurun waktu 1999-2004 pertumbuhannya mencapai 33,89 % atau 7,19 % per tahun dengan kepadatan penduduk sebesar 619 jiwa/km2.

Pasar lain adalah penduduk Kalimantan Timur, jumlah penduduk di Kalimantan Timur pada tahun adalah 2 750 369 jiwa dan ditahun 2005 adalah 2,8 juta jiwa. Dari tahun 2000-2005 mengalami pertumbuhan penduduk yang cukup cepat dengan persentase 2,77 %. Luas wilayah Kalimantan Timur 245 237,80 km2, sehingga kepadatan penduduk adalah 11,22 jiwa/km2 pada tahun 2004. Proyeksi jumlah penduduk Indonesia pada tahun yaitu sebesar 219.898.000 jiwa dengan luas wilayahnya 1.919.317 km2, sehingga kepadatan penduduk adalah 114,57 jiwa/km2.

Tingkat kebutuhan wisata penduduk di kota Tarakan diperkirakan akan terus meningkat. Kondisi ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan perkapita, tingkat kesejahteraan, tingkat kejenuhan tinggi, kesempatan ada, dan perilaku wisata. Pertumbuhan ekonomi Kota Tarakan pada tahun 1999 adalah 3,46%. Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah dimana pelaksanaan pembangunan dan aktifitas perekonomian penduduk semakin meningkat dari tahun ke tahun,

Dokumen terkait