• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Grobogan pada tiga desa/kecamatan pengembangan Jagung Putih yaitu Desa Sumber Jatipohon (Kecamatan Grobogan), Desa Godan (Kecamatan Tawangharjo) dan Desa Karangasem (Kecamatan Wirosari). Lokasi ditentukan secara purposive sampling karena lokasi tersebut merupakan desa binaan Ditjen TPH Kabupaten Grobogan yang direferensikan menanam Varietas Unggul inovasi Balitbangtan jenis Jagung Putih komposit (Anoman dan Srikandi Putih). Sedangkan pemulia/inventor teknologi Jagung Putih tersebut di Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, Sulawesi Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2015 di tiga desa Kabupaten Grobogan Jawa Tengah.

Jenis dan Sumber Data Pengumpulan data dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu :

a. Data primer : data yang diperoleh dari hasil survey, wawancara dengan petani dan inventor/pakar Jagung Putih Anoman dan Srikandi Putih di tiga desa Kabupaten Grobogan menggunakan instrumen kuesioner untuk mengetahui karakteristik dan minat/motivasi petani dan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi serta efektivitas Varietas Unggul Jagung Putih komposit inovasi Balitbangtan.

b. Data sekunder : data produksi, luas lahan, varietas unggul, penyebaran benih jagung nasional yang diperoleh dari instansi terkait, seperti Ditjen Tanaman Pangan; Direktorat Benih Nasional; Puslitbang Tanaman Pangan; Balitsereal, BPTP, BPS provinsi/kabupaten; Dinas TPH provinsi/kabupaten; dan sumber lain seperti jurnal nasional dan internasional serta instansi terkait dengan kebutuhan penelitian.

Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui responden secara purposive sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel secara sengaja dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner. Pemilihan responden penelitian adalah petani jagung di Kabupaten Grobogan di tiga kecamatan/desa yaitu Desa Karangasem Kecamatan Wirosari, Desa Godan Kecamatan Tawangharjo dan Desa Jatipohon Kecamatan Grobogan masing-masing 40 petani sehingga keseluruhan responden sebanyak 120 petani. Tahap selanjutnya, untuk menganalisis efektivitas teknologi Varietas Unggul Jagung Putih (Anoman dan Srikandi Putih) sebanyak 15 responden yang terdiri dari 9 petani dari 120 petani yang mengadopsi Varietas Unggul Jagung Putih (Anoman dan Srikandi Putih) ditambah 6 orang nara sumber dari Pemulia, Dinas TPH Kabupaten Grobogan, dan Mitra Bisnis/Pengepul. Sedangkan dalam melihat hubungan efektivitas dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap adopsi adalah variabel yang mempengaruhi adopsi yaitu pendapatan petani, informasi teknologi, dukungan penyuluh, hama penyakit dan ketersediaan benih tersebut dan atribut efektivitas pada kuadran A (prioritas utama) yaitu : produksi, daya tahan, dan harga.

Tabel 6. Matrik tujuan, alat analisis dan sumber data penelitian

No Tujuan Alat analisis Sumber data ∑ sampel

1. Mengidentifikasi karakteristik dan minat petani mengadopsi Varietas Unggul Jagung Putih Analisis Deskriptif Primer : Petani (responden) 120 responden 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi Varietas Unggul Jagung Putih (Anoman dan Srikandi Putih) Analisis Regresi logistk Primer : Petani (responden) 120 responden 3. Menganalisis efektivitas teknologi Varietas Unggul Jagung Putih (Anoman dan Srikandi Putih) untuk meningkatkan kualitas berdasarkan preferensi petani supaya tercapai tujuan yang diinginkan

Skala Likert, Analisis IPA Primer : Petani adopsi Varietas Unggul Jagung Putih, Key person (Pemulia, Dinas TPH Grobogan, Mitra bisnis, Kel. tani) 15 responden (9 petani dan 6 orang narsum) 4. Mengetahui hubungan

efektivitas dan faktor- faktor yang mempengaruhi adopsi petani terhadap Varietas Unggul Jagung

Putih (Anoman dan

Srikandi Putih)

Korelasi Sederhana (Rank Spearman)

Primer : Petani 15 responden

Metode Analisis Data

Adopsi petani terhadap Varietas Unggul Jagung Putih dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa menarik kesimpulan yang berlaku secara umum. Analisis deskriptif digunakan untuk memberi gambaran karakteristik petani adopsi Varietas Unggul Jagung Putih inovasi Balitbangtan dalam bentuk tabel/diagram dan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi dianalisis dengan model regresi logistik. Analisis efektivitas Varietas Unggul Jagung Putih menggunakan kuesioner dengan skala likert dengan metode Importance and Performance Analysis (IPA) dalam melihat hubungan antara kepentingan/harapan dan kinerja dalam bentuk kuadran, serta untuk melihat hubungan efektivitas dengan faktor yang mempengaruhi adopsi petani menggunakan analisis korelasi sederhana (Rank Spearman).

Pengujian Sampel Uji Multikolinearitas

Analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Uji asumsi klasik yang sering digunakan yaitu uji multikolinearitas dan analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang ada. Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Mutikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variable Inflation Factor (VIF) (Webster, 1998). Apabila angka VIF melebihi 10 atau nilai tolerance kurang dari 0,1 berarti terjadi multikolinearitas antara variabel-variabel bebas. Beberapa alternatif cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah sebagai berikut:

1. Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang tinggi. 2. Menambah jumlah observasi.

3. Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk menguji validitas atribut-atribut yang akan digunakan dalam model terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor butir, dengan rumus Pearson Moment. Distribusi (Tabel t) untuk tingkat kesalahan 5% dan derajad kebebasan (dk = n-2). Keputusan : jika t hitung > t tabel berarti valid, sebaliknya jika t hitung < t table berarti tidak valid. Untuk menghitung tingkat validitasnya dilakukan dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) for window, sehingga dapat diketahui nilai dari kuesioner pada setiap atribut. Suatu instrument dikatakan valid apabila memiliki korelasi antara butir dengan skor total dalam instrumen tersebut lebih besar dari 0,300 dengan tingkat kesalahan 5 persen.

Menurut Sugiyono (2007), Instrumen reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Bila koefisien positif dan signifikan maka instrument tersebut dinyatakan reliabel. Pengukuran reliabilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan SPSS for windows dilihat dari koefisien Alfa Cronbach. Nilai batas yang digunakan untuk menilai sebuah tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,60. hal ini dapat dikatakan reliabel.

Identifikasi karakteristik dan minat petani adopsi VU Jagung Putih Petani sebagai responden penelitian yang diwakili oleh tiga desa di Kabupaten Grobogan diperkirakan belum semua mempunyai minat yang sama dalam mengadopsi suatu inovasi baru yang diperkenalkan. Adopsi inovasi merupakan suatu proses mental dalam diri seseorang melalui pertama kali mendengar tentang suatu inovasi sampai akhirnya mengadopsi (Soekartawi, 1988). Dari hasil wawancara langsung (kuesioner) dengan petani responden, ada faktor

pertimbangan dari petani untuk mengadopsi dan tidak mengadopsi teknologi Varietas Unggul Jagung Putih. Selain itu, faktor sosial ekonomi seperti umur, tingkat pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga, status kepemilikan lahan, luas lahan, pengalaman usahatani, dan pendapatan petani diharapkan dapat menggambarkan karakteristik petani responden dalam mengadopsi teknologi baru (faktor internal). Tingkat adopsi Varietas Unggul Jagung Putih belum optimal dengan adanya kendala faktor biofisik dan sosial ekonomi. Menurut Sembiring dan Warsito (2004) bahwa tingkat adopsi oleh petani dipengaruhi oleh daya dukung agroekosistem, motivasi, sikap, tindakan dan pengalaman berusahatani serta ketersediaan modal, input produksi dan intensitas pertemuan dengan kelompok tani dan penyuluh.

Definisi operasional faktor internal (karakteristik petani), yaitu : 1) umur petani merupakan lamanya hidup seorang responden, 2) pendidikan formal adalah tingkat pendidikan yang pernah diikuti responden pada bangku sekolah dan diukur dengan tahun, 3) jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang ditanggung oleh anggota lain yang bekerja baik dari sektor pertanian maupun non pertanian, 4) status kepemilikan lahan adalah lahan usahatani merupakan milik sendiri, sewa, dan sanggeman (lahan milik perhutani yang dipinjamkan kepada petani berdasarkan perjanjian), 5) luas lahan adalah luas lahan usahatani yang dimiiki petani untuk berusahatani (sawah irigasi/tadah hujan, ladang/kebun/tegalan, perhutani), 6) pengalaman usahatani adalah lamanya pengalaman petani dalam melakukan usahatani jagung yang dihitung dalam tahun, dan 7) pendapatan adalah pendapatan petani yang diperoleh dari usahatani baik berupa uang atau barang dari rumah tangga petani per bulan dikelompokkan dalam kategori tinggi (> Rp. 5 juta), sedang (Rp. 1 juta – 5 juta), dan rendah (< Rp. 1 juta).

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi VU Jagung Putih Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses adopsi teknologi Varietas Unggul Jagung Putih menggunakan model regresi logistik (logit) untuk menguji pengaruh adopsi dengan peubah penjelasnya. Metode analisis ini merupakan bagian dari analisis regresi yang digunakan ketika variabel dependen (respon) merupakan variabel dikotomi yang terdiri atas dua nilai, dimana yang mewakili kemunculannya diberi angka 1 atau 0. Data peubah bebas meliputi peubah-peubah yang diduga mempengaruhi adopsi petani terhadap Varietas Unggul Jagung Putih yaitu faktor internal/karakteristik petani seperti : umur (tahun), pendidikan formal (tahun), pengalaman (tahun), pendapatan (Rp/bulan), luas lahan usahatani yang dimiliki (hektar). Sedangkan faktor eksternal adalah pengetahuan/informasi teknologi (tahun), dukungan penyuluh (PPL/PPS), ketersediaan benih adalah benih yang ditangkar sendiri oleh petani atau bantuan dari kelembagaan setempat (tersedia, tidak tersedia) dan hama penyakit bulai merupakan hama penyakit yang menyerang tanaman Jagung Putih jika tidak diantisipasi dari awal pembibitan benih atau mengikuti pedoman PTT, dibedakan dalam kategori tinggi dan rendah.

Studi tentang adopsi inovasi teknologi telah banyak dilakukan berdasarkan penelitian empiris yang sangat bervariasi dengan berbagai sudut pandang dan pendekatan yang berbeda-beda. Pendekatan dengan metode regresi logistik sebagai alat analisis dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap adopsi telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Menurut Ebojeit (2012), variabel

independen umur, pendidikan, pendapatan, dan kunjungan penyuluhan memiliki pengaruh yang signifikan sedangkan variabel pengalaman usahatani, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap adopsi jagung hibrida. Penelitian Kariyasa dan Dewi (2012), variabel independen yang mempengaruhi tingkat peluang peningkatan adopsi adalah jarak ke sumber informasi teknologi pertanian, jarak ke tempat pertemuan dan produktivitas selain usia dan pendidikan. Tingkat produktivitas adalah sebagai pertimbangan utama petani untuk mengadopsi program ICM-FFS.

Mosher (1987) dalam Alam (2010), menggunakan variabel independen benih karena tersedianya sarana produksi secara lokal merupakan salah satu syarat pokok untuk berlangsungnya pembangunan pertanian. Inovasi teknologi memerlukan sarana produksi berupa benih berkualitas yang dibutuhkan petani berpengaruh positif terhadap tingkat adopsi. Hal ini sejalan dengan Pribadi (2002) bahwa variabel independen ketersediaan benih varietas unggul diadopsi oleh petani yang mempunyai pendapatan rendah, tidak memiliki akses yang baik terhadap jenis pekerjaan lain. Yuliarmi (2006), menggunakan variabel independen luas lahan garapan petani, biaya pupuk, dan harga gabah dalam faktor adopsi teknologi. Faktor pendorong bagi petani dalam menerapkan teknologi pemupukan berimbang adalah produksi yang lebih tinggi dan faktor penghambatnya adalah tidak adanya jaminan harga yang layak. Penerapan teknologi yang dilaksanakan di Kecamatan Plered tetapi tidak signifikan dalam meningkatkan produksi padi sawah yang diperoleh petani karena ketersediaan pupuk yang tidak tepat waktu dan penggunaan pupuk yang belum sesuai dengan rekomendasi spesifik lokasi.

Hendayana (2012), menggunakan variabel independen umur, pendidikan formal, pengalaman usahatani, penguasaan lahan usahatani, pendapatan usahatani, dan Alam Nur (2010) menambah variabel lain yang berpengaruh positif adalah aktivitas mencari informasi teknologi, menunjukkan hubungan yang linear dan berpengaruh nyata terhadap peubah tingkat adopsi. Semakin dinamis suatu kelompok tani, maka semakin tinggi tingkat adopsi inovasi. Khonje et.al (2015), menggunakan variabel independen pendidikan, tanggungan rumah tangga, akses dan informasi teknologi, asset (luas lahan yang dimiliki), dukungan kelompok tani, dukungan penyuluh. Adopsi varietas jagung dapat ditingkatkan melalui peningkatan akses informasi, pasar, dan aset yang masih produktif. Kemudahan akses dan ketersediaan informasi pasar memainkan peran utama dalam mengurangi tinggi biaya transaksi petani. Hal tersebut masih menjadi tantangan karena pelayanan infrastruktur dan dukungan yang masih minim. Inovasi kelembagaan seperti koperasi petani untuk pemasaran kolektif yang dapat mengurangi biaya transaksi semenjak faktor input dan output pasar dalam kondisi tidak sempurna. Secara teoritis model fungsi logit dapat dirumuskan seperti berikut (Hosmer, D.W dan S.Lemeshow. 2000) :

�� ��� − �� = α + βi Xi + ε Keterangan :

Pi = peluang petani mengadopsi teknologi (Pi = 1, jika petani mengadopsi; Pi =0, jika tidak mengadopsi.

1 - Pi = peluang petani mengadopsi teknologi Xi = vektor peubah bebas (i = 1, 2, ... , n)

Dalam regresi logit tidak mengasumsikan hubungan antara variabel independent dan dependent secara linear, namun dalam hubungan fungsi logistik sebagai berikut:

ln (p/(1-p)) = α + β1X1+ β2 X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5 + β6X6+ β7D1 + β8D2 + β9D3 + ε

Keterangan:

 p = peluang petani mengadopsi teknologi (1 = jika petani mengadopsi teknologi, 0 = jika petani tidak mengadopsi teknologi); 1-p= peluang petani tidak mengadopsi teknologi

 X1

= Umur (tahun);  X2 = Pendidikan (tahun);

 X3 = Pengalaman usahatani (tahun);  X4 = Luas lahan yang dimiliki (hektar);  X5 = Pendapatan (Rp);

 X6 = Pengetahuan/informasi teknologi (tahun);

 D1 = Dummy Dukungan Penyuluh (D=1, Aktif, D=0, Non aktif)  D2 = Dummy Hama Penyakit bulai (D=1, tinggi dan D=0, rendah);

 D3 = Dummy Ketersediaan Benih (D=1, tersedia dan D=0, tidak tersedia);  α = konstanta/intersep;

 βi = koefisien regresi ke-i (i = 1,2,3,...9);

 ε = error term

Model ini akan membentuk variabel prediktor/respon (log (p/(1-p)) yang merupakan kombinasi linear dari variabel independen. Nilai ini yang kemudian ditransformasikan menjadi probabilitas (peluang) dengan fungsi logit. Regresi ini menghasilkan rasio peluang (odds ratio) terkait dengan nilai setiap prediktor, artinya probabilitas hasil yang muncul dibagi dengan probabilitas yang tidak terjadi.

Analisis efektivitas teknologi Varietas Unggul Jagung Putih

Analisis efektivitas dikelompokkan dengan menjumlahkan skor dari nilai seperangkat variabel yang bersangkutan berupa pernyataan positif dan pernyataan negatif dari responden dengan skala Likert. Data interval dapat dinalisis dengan menghitung skor pada setiap alternatif jawaban yang diberikan oleh responden sesuai dengan rating yang telah ditetapkan dimulai dari 5, 4, 3, 2, dan 1. Skala indikator untuk menetapkan analisis persepsi reponden terhadap penilaian kuisioner penelitian pada tabel 7.

Tabel 7. Skala indikator untuk analisis persepsi

No. Indikator Jawaban Rating

1. Sangat Setuju/Sangat Baik/Sangat Tepat/Sangat Tersedia 5

2. Setuju/Baik/Tepat/Tersedia 4

3. Ragu-ragu/Kurang Baik/Kurang Tepat /Kurang 3 4. Tidak Setuju/Tidak Baik/Tidak Tepat/Tidak Tersedia 2 5. Sangat Tidak Setuju/Sangat Tidak Baik/Sangat Tidak

Tepat/Sangat Tidak Tersedia

1

Efektivitas merupakan kemampuan untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas suatu lembaga secara fisik dan non fisik dalam mencapai tujuan/keberhasilan maksimal. Analisis efektivitas Varietas Unggul Jagung Putih menggunakan metode IPA, untuk menunjukkan hubungan antara kepentingan/harapan dan tingkat kinerja/kepuasan apakah sesuai dengan tujuan/sasaran yang ingin dicapai kepada pengguna. Data yang digunakan diperolah dari hasil kuisioner dan nara sumber/ahli yang terkait dengan teknologi tersebut. Pengukuran efektivitas sering menghadapi kesulitan karena keluaran (output) yang dihasilkan lebih banyak bersifat tidak berwujud (intangible) sehingga tidak mudah untuk dikuantifikasi pencapaian hasil (outcome). Menurut Gibson et.al, 1989 indikator efektivitas dapat diukur antara lain melalui : 1) produktivitas, 2) kualitas, 3) efisiensi, 4) keunggulan, 5) kepuasan, dan 6) pengembangan. Penjabaran tiap atribut berdasarkan metode Importance and Performance Analysis (IPA) dalam empat quadran berdasarkan kepentingan dan kinerja yang telah dilakukan dengan enam indikator penilaian dijabarkan menjadi tujuh belas atribut. Kriteria atau ukuran efektivitas yang menjadi indikator dan atribut dalam melihat keefektifan teknologi varietas unggul baru Jagung Putih (Anoman dan Srikandi Putih) dalam tabel 8.

Tabel 8. Indikator dan atribut-atribut penilaian kinerja dan kepentingan/harapan pada efektivitas VU Jagung Putih (Anoman dan Srikandi Putih)

No. Unsur Penilaian Kepentingan Kinerja

I. Produktivitas

1. Luas lahan usahatani 2. Tingkat Adopsi teknologi 3. Produksi

II. Kualitas

4. Karakteristik VU Jagung Putih 5. Daya_tahan Varietas Unggul 6. Daya hasil Varietas Unggul III. Efisiensi 7. Biaya usahatani 8. Harga 9. Umur Panen IV. Keunggulan 10. Potensi_hasil 11. Toleran_kekeringan

12. Kesesuaian dengan lingkungan (spesifik lokasi) 13. Kandungan Gizi/Nutrisi V. Kepuasan 14. Ketersediaan benih 15. Teknologi Inovasi VI. Pengembangan

16. Diseminasi/Penyebaran Hasil Penelitian 17. Dukungan kelembagaan (Balit komoditas,

Importance and Performance Analysis

Tahapan yang dilakukan dalam metode IPA (Supranto, 2001 dalam Lodhita et. al, 2013) adalah :

1. Data hasil penilaian kuisioner terhadap 15 responden (9 petani, 6 nara sumber) 2. Perhitungan Tingkat Kesesuaian (TKi) antara tingkat kinerja dan kepentingan

Keterangan :

TKi = Tingkat kesesuaian responden

Xi = Skor penilaian tingkat kinerja/kepuasan Yi = Skor penilaian kepentingan

3. Perhitungan rata-rata kinerja (̅) dan kepentingan (̅) seluruh responden

̅ =

∑ �

, ̅ =

∑ �

� Keterangan :

̅ = Skor rata tingkat kinerja

̅ = Skor rata-rata tingkat kepentingan

ΣXi = Jumlah skor tingkat kinerja ΣYi = Jumlah skor tingkat kepentingan

n = Jumlah responden (15)

4. Perhitungan rata-rata kinerja dan kepentingan seluruh atribut untuk menghitung letak batas dua garis berpotongan tegak lurus pada ( ̿, ̿) dengan rumus :

̅ =

∑ � � �=1 �

,

̅ =

∑��=1 � � keterangan : ̿ = �� �− � � � � �− � � � � � ̿ = �� �− � � � � �− � � � � ��

k = Banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan (k=21) 5. Penjabaran tiap atribut

̅

,

̅

dalam diagram kartesius yang dibagi menjadi

empat kuadran dan dibatasi

̅

,

̅

Analisis hubungan efektivitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi Varietas Unggul Jagung Putih (Anoman dan Srikandi Putih)

Analisis untuk melihat apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih menggunakan korelasi. Penelitian korelasional bertujuan untuk mengetahui tentang ada tidaknya dan kuat lemahnya hubungan variabel yang terkait dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Penelitian korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan, diantaranya korelasi bivariat. Dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien korelasi yang memberikan ukuran tingkat dan arah hubungan. Penggunaan metode korelasional ditujukan (1) untuk mengungkapkan hubungan antar variabel dan (2) untuk memprediksi skor subjek pada suatu variabel melalui skor pada variabel lain. Adanya korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab akibat dari suatu variabel terhadap variabel lainnya. Meskipun dari kenyataan ada hubungan yang erat antara dua variabel, seseorang tidak dapat menyimpulkan bahwa variabel yang satu adalah penyebab dari variabel yang lain. Hal ini disebabkan mungkin ada faktor ketiga yang mempengaruhi variabel pertama, variabel kedua, atau mungkin mempengaruhi kedua-duanya.

Analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation) digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Koefisien korelasi sederhana menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara dua variabel. Dalam SPSS ada tiga metode korelasi sederhana (bivariate correlation) diantaranya Pearson Correlation, Kendall’s tau- b, dan Spearman Correlation. Pearson Correlation digunakan untuk data berskala interval atau rasio, sedangkan Kendall’s tau-b, dan Spearman Correlation lebih cocok untuk data berskala ordinal. Analisis korelasi sederhana dengan metode Spearman nilai korelasi (ρ) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan dan arah ke -1 atau +1 merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem. Arah hubungan diindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya (Emzir, 2009:48). Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y turun), misalnya hubungan antara motivasi dan prestasi belajar merupakan contoh korelasi positif sedangkan hubungan antara stres dan sehat merupakan contoh korelasi negatif. Dalam melihat hubungan dan tingkat hubungan antara efektivitas dengan adopsi teknologi VU Jagung Putih menggunakan matrrik korelasi sederhana (bivariate correlation).

GAMBARAN UMUM