BAB III METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi-experimental. Metode ini merupakan pengembangan dari metode true-experimental.1 Metode ini dipilih karena individu-individu yang menjadi subjek penelitian telah berada dalam kelompok-kelompok tertentu dengan tujuan tertentu, pada penelitian ini individu yang menjadi subjek adalah siswa. Kelompok-kelompok tertentu yang dimaksud pada penelitian ini adalah siswa dalam kelas. Digunakannya metode ini karena peneliti menyadari pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian apabila dimanipulasi dan dikendalikan secara keseluruhan. Metode ini memiliki kelompok kontrol, namun tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Penelitian ini membagi kelompok menjadi dua, yaitu kelompok eksperimen (E) dan kelompok kontrol (K).
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, Cet. 18, 2013), h. 77.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan peneliti, mengacu pada metode penelitian yang dipilih. Pada penelitian kuasi eksperimen terdapat dua kelompok sampel yang diberi perlakuan yang berbeda, kelompok pertama dipilih menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kedua dipilih menjadi kelompok kontrol. Adapun rancangan penelitian ini menggunakan desain Randomized Post Test Only Control Group Design. Desain penelitian ini pada dasarnya sama dengan desain pada eksperimen murni, namun pengambilan sampel pada metode quasi-experimental tidak dilakukan sepenuhnya acak, melainkan hanya beberapa karakter saja yang dikontrol. Khusus pada penelitian ini karakter yang dikontrol adalah kemampuan kognitifnya yaitu berdasarkan informasi dari guru matematika yang mengajar ditempat penelitian tersebut menilai bahwa rata-rata kemampuan matematika disetiap kelas VII hampir sama semua. Tabel yang menunjukkan desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Posttest
E XE O
K XK O
Keterangan:
E : Kelompok eksperimen K : Kelompok kontrol
XE : Perlakuan peneliti dengan menggunakan pendekatan Structured Problem Posing
XK : Perlakuan peneliti dengan menggunakan pendekatan konvensional O : Posttest (tes akhir)
Perlakuan khusus diberikan pada kelas eksperimen dalam bentuk pemberian variabel bebas (Pendekatan Structured Problem Posing) untuk kemudian dilihat pengaruhnya pada variabel terikat (kemampuan berpikir kreatif matematis siswa) kemudian pada kelas kontrol dipilih pendekatan konvensional dengan metode ekspositori. (berdasarkan informasi guru matematika kelas VII di
sekolah tempat penelitian ini dilakukan, pembelajaran yang sering digunakan adalah dengan metode ekspositori). Proses terakhir adalah memberikan tes akhir untuk melihat perubahan kemampuan berpikir kreatif matematisnya serta membandingkan kualitas peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis mereka.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dapat diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 17 Ciputat yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 211, Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Kelas VII di sekolah ini terdiri dari empat kelas dengan pengelompokan siswa disetiap kelas secara random.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Cluster Random Sampling, pemilihan teknik ini merujuk pada desain penelitian yang telah dipilih sebelumnya. Teknik ini akan memilih dua kelas secara acak dari empat kelas yang menjadi populasi. Pengambilan acak cluster dilakukan jika populasi tidak terdiri dari individu-individu melainkan dari kelompok-kelompok individu dalam cluster.Satu kelompok yang dimaksud pada penelitian ini adalah seluruh siswa dalam satu kelas, maka dari seluruh siswa kelas VII di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat, dipilih dua kelas tersebut secara acak dengan teknik undian sehingga terpilih kelas VIIB sebagai kelompok eksperimen (kelas yang diajarkan dengan pendekatan Structured Problem Posing) dan kelas VIIA sebagai kelompok kontrol (kelas yang diajarkan dengan pendekatan konvensional).
2
E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh pendekatan Structured Problem Posing terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Untuk itu, instrumen yang digunakan adalah bentuk tes essay. Soal-soal yang diberikan memuat tiga aspek berpikir kreatif matematis dengan masing-masing indikator berpikir kreatif matematis, yaitu elaboration (kerincian), flexibility (keluwesan), dan originality (keaslian). Instrumen ini diberikan satu kali kepada masing-masing kelompok, yaitu pada kelompok eksperimen setelah dilakukan pembelajaran menggunakan pendekatan Structured Problem Posing dan pada kelompok kontrol setelah dilakukan pembelajaran secara konvensional. Pokok bahasan pada instrumen ini adalah materi segiempat.
Adapun kisi-kisi tes kemampuan berpikir kreatif matematis pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Indikator Kompetensi Aspek Berpikir
Kreatif No Soal Memberikan rincian informasi dari
masalah yang berkaitan dengan
segiempat Elaboration 1, 3
Memberikan alternatif cara yang berbeda untuk menyelesaikan masalah
berkaitan dengan segiempat Flexibility 2, 4
Memberikan solusi terhadap masalah yang berkaitan dengan segiempat dengan uraian jawaban berdasarkan penafsiran sendiri
Originality 5
Jumlah 5
Setelah instrumen dibuat, kemudian diujikan kepada siswa. Perhitungan skor pada instrumen ini berbeda dengan perhitungan skor soal biasa yang hanya diberi bobot yang sama tiap soal, misalnya untuk 5 soal dengan skor maksimal 100, maka skor tiap soalnya adalah 20 poin. Pedoman penskoran tes kemampuan
berpikir kreatif matematis pada penelitian ini, mengacu pada rubrik Bosch yang diambil dari buku pedoman penilaian keberbakatan di Kansas sebagai berikut:3
Tabel 3.4
Rubric for Creative Thinking Skills Evaluation
Aspek yang diukur Level of Skills
One Two Three
flexibility
Perceives or approaches the
problem in a different way with
assistance Perceives or approaches the problem in a different way Perceives or approaches the problem in a number of different way originality Generates few clever, unique or unusual ideas Generates several clever, unique or unusual ideas Generates many clever, unique or unusual ideas elaboration Adds details, expands or embellishes ideas with assistance Expands, develops and embellishes ideas by adding details Expands, develops and embellishes ideas by adding details and making
changes
Pedoman penskoran yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil modifikasi yang mengacu pada kompetensi dasar materi segiempat yang dipilih pada tabel 3.3 dan pedoman penskoran pada tabel 3.4. Pemilihan kalimat pada pedoman penskoran penelitian ini juga mengacu pada sub indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yang dipilih. Rincian pedoman penskoran dapat dilihat pada lampiran 7. (hal. 178)
Sebelum digunakan, instrumen ini perlu diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal agar instrumen yang akan digunakan telah sesuai dan relevan dengan materi dan kemampuan yang akan diukur. Namun terlebih dahulu peneliti meminta dosen pembimbing untuk melakukan pengujian validitas secara logis. Pengujian secara logis dilakukan dengan meninjau instrumen secara nalar apakah instrumen tersebut telah memenuhi indikator pada kisi-kisi soal atau belum.
3
Nancy Bosch, Rubric for Creative Thingking Skills Evaluation, (Kansas: KCCL, 2008), p. 2.
1. Validitas
Untuk mengetahui apakah instrumen yang dibuat peneliti mampu mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, terlebih dahulu diuji validitasnya. Uji validitas dilakukan kepada siswa kelas VIIIA dengan jumlah siswa sebanyak 27 orang. Pengujian validitas butir soalnya menggunakan rumus product moment sebagai berikut:
2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rxy Keteranganrxy : koefisien validitas skor butir soal n : banyaknya responden
X : Skor butir soal tertentu untuk setiap responden Y : Skor total untuk setiap siswa4
Hasil perhitungan uji validitas dapat dilihat pada tabel berikut. Namun rincian perhitungan uji validitas tersebut dapat dilihat pada lampiran 8. (hal. 179)
Tabel 3.5
Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
No. Soal Indikator � Validitas � � �� Keterangan
1 Elaboration 0,863 0,381 Valid
2 Flexibility 0,789 0,381 Valid
3 Elaboration 0.738 0,381 Valid
4 Flexibility 0,786 0,381 Valid
5 Originality 0,706 0,381 Valid
Uji validitas ini memiliki suatu kriteria, yaitu membandingkan hasil perhitungan � dengan indeks � �� pada taraf signifikansi 5%. Namun terlebih
dahulu menetapkan derajat kebebasan yaitu dk = n-2. Soal dikatakan valid jika hasil perhitungan � � ��, dan sebaliknya soal dikatakan tidak valid jika hasil
perhitungan � < � ��. Setelah diuji validitas instrumen dengan kriteria
4
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, Cet. 5, 2005), h. 72.
tersebut, didapatkan hasil bahwa semua butir soal pada instrumen valid dengan r = 0,381 dan df = 25 serta α = 0,05.
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui taraf kepercayaan hasil instrumen. Jika instrumen tersebut memberikan hasil yang tetap, dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut memiliki taraf kepercayaan yang tinggi. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:
2 2 11 1 1 t i k k r Keterangan r11 : reliabilitas instrumenk : banyaknya butir pernyataan yang valid
2i
: jumlah varians skor tiap-tiap item
2
t
: varians total5
Koefisien reliabilitas instrumen berkisar antara -1 sampai dengan 1, semakin tinggi nilai koefisien reliabilitasnya maka semakin terpercaya pula instrumen itu. Dari hasil perhitungan, diperoleh koefisien reliabilitas instrumen tersebut sebesar 0,834. Angka reliabilitas tersebut mendekati nilai 1, yang berarti instrumen ini sangat reliabel untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Rincian perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran 9. (hal. 180)
3. Tingkat Kesukaran
Pengujian tingkat kesukaran bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang dibuat tergolong mudah, sedang atau sukar setelah diujikan kepada sampel. Rumus tingkat kesukaran sebagai berikut:
� = �� Keterangan : P : Indeks kesukaran 5
,Kasmadi dan Nia Siti Sunariah, Panduan Modern Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, Cet. 1, 2013), h. 79.
B : jumlah skor maksimal siswa yang menjawab benar Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes6
Indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampa 1,00. Klasifikasi indeks kesukaran yang sering digunakan adalah:
P = 0,00 sampai dengan 0,30 : soal sukar P = 0,31 sampai dengan 0,70 : soal sedang P = 0,71 sampai dengan 1,00 : soal mudah7
Setelah dilakukan uji taraf kesukaran pada kelima butir soal, didapatkan hasil bahwa 4 dari 5 butir soal uji coba berada pada taraf kesukaran “sedang”, dan sisanya berada pada taraf “sukar”. Rincian perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran 10. (hal. 181)
Tabel 3.6
Hasil Rekapitulasi Uji Taraf Kesukaran Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
No. Soal Indikator Tingkat Kesukaran P Kriteria 1 Elaboration 0,679 Sedang 2 Flexibility 0,556 Sedang 3 Elaboration 0,469 Sedang 4 Flexibility 0,419 Sedang 5 Originality 0,246 Sukar 4. Daya Pembeda
Pengujian daya pembeda ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen soal yang diberikan dapat menunjukkan siswa yang mampu dan yang tidak mampu menjawabnya. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
� =
� − � Keterangan :
D : indeks daya beda
: jumlah skor siswa kelompok atas : jumlah skor siswa kelompok bawah
6
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2006), h. 208.
7
� : skor maksimum siswa kelompok atas � : skor maksimum siswa kelompok bawah8 Klasifikasi daya pembeda yang digunakan adalah:
D = 0,00 sampai dengan 0,20 : jelek D = 0,21 sampai dengan 0,40 : cukup D = 0,41 sampai dengan 0,70 : baik D = 0,00 sampai dengan 0,20 : baik sekali9
Hasil perhitungan uji daya beda dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.7
Hasil Rekapitulasi Daya Beda Kesukaran Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
No. Soal Indikator Tingkat Kesukaran D Kriteria 1 Elaboration 0,468 Baik 2 Flexibility 0,428 Baik 3 Elaboration 0,410 Baik 4 Flexibility 0,315 Cukup 5 Originality 0,377 Cukup
Untuk butir soal yang ideal memiliki daya beda berkisar antara 0,21 sampai dengan 0,70. Setelah dilakukan uji daya beda pada kelima butir soal, didapatkan hasil bahwa 3 dari 5 butir soal uji coba memiliki daya pembeda antara siswa kelas atas dengan kelas bawah yang berada pada kategori “baik”, dan sisanya berada pada kategori “cukup”. Rincian perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran 11. (hal. 182)
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan pada penelitian ini adalah skor kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam pembelajaran matematika, yaitu pada pokok bahasan Segiempat. Data diperoleh dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis kedua kelas yang diteliti, yaitu kelas ekperimen setelah diterapkannya
8
Ibid., h. 213. 9
pendekatan Strucutred Problem Posing pada pembelajaran di kelas dan kelas kontrol yang diterapkan pendekatan konvensional.