• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Pasar Lumban Julu dan desa Lintong Julu, Kecamatan Lumban Julu pada kawasan KPHL Model Unit XIV, Tobasa. Survey lokasi dilaksanakan pada bulan Oktober 2014. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015. Identifikasi jenis dan pengolahan data dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Gambar 1. Peta Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Tobasa

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh dari website KPH, KPHL Model Unit XIV Toba Samosir, terletak pada 98o54’25’’- 99o40’33’’ Bujur Timur dan antara

2o39’04’’ – 2o0’14’’ Lintang Utara. Luas Kawasan hutan di Provinsi Sumatera Utara sesuai SK Menhut No.44/Menhut-II/2005 tanggal 16 Februari 2005 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sumatera Utara adalah seluas 3.742.120 ha. Kawasan hutan tersebut meliputi :

1. Hutan Konservasi seluas 477.070 ha 2. Hutan Lindung seluas 1.297.330 ha

3. Hutan Produksi Terbatas seluas 879.270 ha 4. Hutan Produksi Tetap seluas 1.035.690 ha

5. Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas 52.760 ha

Penetapan KPHL Model Unit XIV Toba Samosir yang terletak di Kabupaten Toba Samosir sesuai SK Menhut No.867/Menhut-II/2013 tanggal 5 Desember 2013 seluas 87.247 Ha, yang terdiri dari hutan lindung (HL) seluas 75.762 Ha, hutan produksi terbatas (HPT) seluas 6.294 Ha, dan hutan produksi (HP) seluas 5.191 Ha. Pada tanggal 24 Juni 2014 Menteri Kehutanan RI mengeluarkan SK Menhut No.579/Menhut-II/2014 mengenai kawasan hutan di Sumatera Utara. Dengan demikian maka luas KPHL Model Unit XIV mengikuti SK terbaru dengan perubahan luas sebesar 56.521 Ha. Kawasan hutan tersebut meliputi :

1. Hutan Lindung seluas 43.412 ha 2. Hutan Produksi seluas 11.243 ha

3. Hutan Produksi Terbatas seluas 1.957 ha 4. Hutan Suaka Alam seluas ± 9 ha

Kecamatan Lumban Julu tidak semua masuk ke dalam kawasan KPHL Model Unit XIV, Tobasa. Luas Kecamatan Lumban sebesar 9146 Ha yaitu

16,25 % dari total luas KPHL Model Unit XIV, Tobasa dan untuk luas kawasan berhutan sebesar 3761 Ha. Penelitian ini dilakukan di 2 desa dari 30 total desa yang terdapat di Kecamatan Lumban Julu yaitu desa Lintong Julu dan Pasar Lumban Julu. Berdasarkan data yang di dapat dari KPHL, kedua desa tersebut memiliki potensi palmae dan bambu yang cukup tinggi dibandingkan dengan desa-desa lain yang terdapat di Kecamatan Lumban Julu.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Position System

(GPS), parang, perangkat keras (hardware) yaitu PC (Personal Computer), perangkat lunak (software) yaitu ArcView GIS 3.3 dan Departement of Natural Resources (DNR) Garmin, pita meteran, kamera digital, kalkulator, kertas label, kantong plastik dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah Peta Administrasi KPHL Tobasa, buku identifikasi HHNK, dan tally sheet.

Prosedur Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer diperoleh melalui eksplorasi yaitu pengamatan secara langsung di lapangan. Selain pengumpulan data dengan cara pengamatan, maka dapat diperoleh dengan mengadakan interview atau wawancara. Dalam hal ini informasi atau keterangan diperoleh langsung dari responden atau informan dengan cara tatap muka dan bercakap-cakap (Nazir, 2011). Wawancara adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).

b. Data Sekunder

Data sekunder yang mendukung penelitian ini diperoleh dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah I Sumatera Utara, yaitu Peta Administrasi KPHL Tobasa. Selain itu, data HHNK yang diperoleh dari pengelola KPHL Tobasa serta melalui studi pustaka tentang keberadaan jenis HHNK di Sumatera Utara.

Penentuan Sampel Responden

Penentuan responden dibagi menjadi 2 bagian yaitu responden umum dan responden kunci.

- Responden umum pada penelitian ini adalah masyarakat dikawasan KPHL Model Unit XIV, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Tobasa yang mengetahui jenis-jenis palmae dan bambu serta memanfaatkannya.

- Responden kunci adalah kepala kampung, kepala suku, mantri, tokoh agama dan tokoh masyarakat lainnya. Penentuan responden kunci dilakukan dengan menggunakan metode purpossive sampling yang disesuaikan dengan tujuan penelitian melalui wawancara dan kuisioner secara langsung kepada masyarakat.

Menurut Arikunto (1998) dalam Harahap (2007) apabila jumlah kepala keluarga >100 KK, maka yang diwawancarai adalah 10-15% dari jumlah KK tersebut. Apabila jumlah kepala keluarga <100 KK, maka yang diwawancarai adalah seluruh kepala keluarga yang ada.

Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilapangan dengan menggunakan metode kombinasi metode jalur dan garis berpetak. Metode ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut kondisi tanah, topografi dan elevasi. Jalur - jalur contoh ini harus dibuat memotong garis-garis topografi, misal tegak lurus garis pantai, memotong sungai, dan menaik atau menurun lereng gunung. Cara peletakan unit contohnya menggunakan cara systematic sampling with ramdom start yang berarti penentuan petak awal yang dilakukan dengan cara random (acak), namun penentuan petak-petak berikutnya menggunakan cara sistematis (teratur). Departemen Kehutanan (2007) menyatakan bahwa semua bentuk metode inventarisasi sistematik berjalur dengan intensitas sampling yang lebih tinggi dari 0,5% yang telah dan sedang dilaksanakan dapat diterima sehingga intensitas sampling yang digunakan untuk inventarisasi HHNK kelompok palmae adalah 0,5% dan sudah dianggap mewakili seluruh kawasan penelitian.

Lokasi penelitian berada pada ketinggian 1100 - 1750 mdpl yang terdiri dari tebing-tebing tinggi, jurang yang terjal, dan sungai yang deras. Lokasi penelitian dibagi menjadi 2 kategori ketinggian yaitu 1300 mdpl dan 1400 mdpl karena pada ketinggian tersebut banyak dijumpai jenis palmae dan bambu. Di masing-masing ketinggian tempat dibuat cuplikan secara acak dengan ukuran masing-masing 100 m dan lebar 20 m. Selanjutnya petak dibuat 20 anak petak masing-masing berukuran 10 m x 10 m. Setelah itu setiap anak petak dihitung jumlah individu spesies palmaenya untuk kemudian dapat ditentukan kerapatan populasinya.

Luas Kecamatan Lumban Julu yang terdapat di KPHL Model Unit XIV untuk kawasan berhutan adalah 3761 Ha sehingga luas plot contoh untuk pengamatan palmae dan bambu sebesar 19 ha atau 475 plot. Start point

berdasarkan peta di jalur 1 terletak pada x (99,03855200), y (2,5949010, jalur 2 terletak pada x (99,05284847), y (2,60227720), dan jalur 3 terletak pada x (99,05732362), y (2,60445361).

Bentuk petak contoh pengamatan dapat dilihat pada Gambar 2. Jalur 1 pada desa Lintong Julu

Jalur 2 pada desa Lintong Julu dan Pasar Lumban Julu

Jalur 3 pada desa Lintong Julu

Gambar 2. Petak Contoh Transek

100 m 10 m 10 m 10 m 10 m 10 m 10 m

Identifikasi Jenis

Metode identifikasi jenis diawali dengan pengamatan langsung di lapangan. Palmae diidentifikasi dengan menggunakan nama lokal supaya memudahkan identifikasi selanjutnya. Proses identifikasi jenis HHNK dari lapangan sampai pengklasifikasian adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi jenis dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan.

2. Menanyakan identitas tumbuhan kepada masyarakat sekitar menggunakan

interview guide.

3. Mencocokkan gambar-gambar hasil dokumentasi dengan website yang menyediakan deskripsi tumbuhan yang ditemukan.

4. Setiap jenis yang ditemukan dicocokkan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya.

Analisis Data

Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui kerapatan, kerapatan relative, dominansi, dominansi relative, frekuensi dan frekuensi relative serta Indeks Nilai Penting (INP) dengan menggunakan rumus Kusmana (1997) sebagai berikut:

a. Kerapatan suatu jenis (K)

K = ∑ individu suatu jenis

Luas petak contoh

b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)

KR = K Suatu jenis

c. Frekuensi suatu jenis (F)

F = ∑Sub−petak ditemukan suatu jenis

∑Seluruh sub−petak

d. Frekuensi relative suatu jenis (FR)

FR = F Suatu jenis

∑F Seluruh jenis x 100%

e. Indeks Nilai Penting (INP)

INP digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas (Kusmana, 1997).

INP = KR + FR + DR (untuk tingkat tiang dan pohon) INP = KR + FR (untuk tingkat semai dan pancang)

f. Indeks Shannon-Wiener

Keanekaragaman jenis suatu kawasan hutan dapat digambarkan dengan Indeks Shannon menurut Odum (1971) :

H’ = -∑ (pi) Ln (pi) Keterangan:

H’ = Indeks Keragaman Jenis pi = ni/N

ni = Nilai Penting Jenis ke-i

N = Jumlah Nilai Penting Semua Jenis Kriteria yang digunakan menurut Mason (1980): a. H’ < 1, keanekaragaman tergolong rendah b. H’ 1-3, keanekaragaman tergolong sedang c. H’> 3, keanekaragaman tergolong tinggi

Pemetaan Sebaran Palmae

Metode dilapangan dilakukan dengan pengambilan titik plot vegetasi dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) untuk mengetahui sebaran vegetasi. Pemetaan keanekaragaman vegetasi HHNK dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan software ArcView GIS 3.3.

Pembuatan peta penyebaran HHNK kelompok palmae dilakukan dengan melakukan overlay antara peta dasar kawasan KPHL Tobasa dengan data titik yang diambil di lapangan dengan menggunakan GPS. Proses pengolahan data titik koordinat yang diperoleh dari lapangan adalah sebagai berikut:

1. Dimasukkan atau disambungkan GPS ke laptop hingga muncul di Computer

(Removeable Disk E:).

2. Dibuka aplikasi DNR Garmin → Diklik “file”.

3. Diklik “load form” → fileMy Computer, dibuka folder → Pilih folder

Garmin → folder “GPX”.

4. Diganti “text file” menjadi format “GPS”. 5. Didouble klik titik pengambilan koordinat.

6. Muncul kotak dialog “Feature Type” → Dipilih “Way Point” → Klik “OK”. 7. Lalu muncul titik-titik dari GPS → Diblok semua.

8. Diklik file → pilih “ Save To” → Klik file → Simpan file ditempat penyimpanan yang dikehendaki.

9. Diganti “Save as Type” menjadi bentuk “shp.unprojected” → Diklik file.

10. Muncul kotak dialog “DNR Garmin” yang menyatakan input data telah berhasil → Klik “OK”.

11. Dibuka jendela ArcView GIS 3.3 → Klik OK. 12. Klik “Yes” pada kotak dialog “Add Data”.

13. Pada kotak “Add Theme” pilih “titik_palmae.shp” → Klik “OK”. 14. Klik “Open Theme Table

15. Untuk menghapus kolom kosong, klik “File” → Klik “Extension”. 16. Klik “Xtool, Extension, Meters/Hectares” → Klik “OK”.

17. Pilih “Delete Multiple Field” pada “XTools”.

18. Klik Comment, Display, Symbol, Unused1, Dist, Prox_index, Colour, Depth, Tempt, Wpt_Class,Sub_Class, Attrib, Link, State, Country, City, Add, Facility, Crossroad, Unused2, Ete, Dtype, Model, Filename→ Klik “OK”.

19. Klik “Yes To All” pada kotak dialog “Delete Confirmation”.

20. Untuk membuat nama/keterangan yang baru, klik “Table”, klik “Start Editing

21. Klik “Edit” → Klik “Add Field”.

22. Diganti kotak “Name” menjadi “Keterangan”, Type” menjadi “String”, “Width” menjadi “100” pada kotak dialog “Field Definition” → Klik “OK”. 23. Setelah diperoleh peta titik koordinat HHNK kelompok palmae, selanjutnya

titik tersebut dioverlaykan dengan peta Administrasi KPHL Model Unit XIV, Kecamatan Lumban Julu, dapat dilihat bagan alir pada Gambar 3.

Gambar 3. Bagan Alir Pemetaan Sebaran Vegetasi Hasil Hutan Non Kayu Kelompok Palmae dan Bambu

Data Lapangan Berupa Titik Koordinat

Sebaran Vegetasi HHBK kelompok palmae Titik Koordinat Vegetasi HHNK kelompok palmae

DNR

Ubah ke *shp ArcView GIS 3.3

Peta Titik Koordinat Vegetasi HHNK kelompok palmae

Overlay

Data Lapangan Berupa Titik Koordinat

Dokumen terkait