• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN Desain,

Desain,

Desain,Desain, LokasiLokasiLokasiLokasi dandandandan WaktuWaktuWaktuWaktu PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dengan data sekunder yang berkaitan dengan masalah kerawanan pangan pada tahun 2011. Penelitian ini berlokasi di daerah Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu Oktober 2012-Januari 2013, yang meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan interpretasi data.

Jenis Jenis Jenis

Jenis dandandandan CaraCaraCaraCara PengambilanPengambilanPengambilanPengambilan DataDataDataData

Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder berdasarkan pendekatan FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas) yang dicetuskan oleh Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Programmetahun 2009. Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini berada dalam tingkat kecamatan. Data yang dikumpulkan merupakan data indikator penentuan kerawanan pangan dan beberapa kebijakan terkait ketahanan pangan yang terdapat di Kabupaten Bogor. Tabel 2 Jenis dan cara pengambilan data

No Jenis Data Sumber Data

1. Gambaran umum daerah Kabupaten Bogor dalam Angka 2011

2. RPJMD Kabupaten Bogor dan SKPD terkait BAPPEDA Kabupaten Bogor Aspek ketersediaan pangan

3. Produksi pangan sumber karbohidrat (gabah,

jagung, ubi kayu, ubi jalar dan talas) Dinas Pertanian dan KehutananKabupaten Bogor Aspek akses pangan

4. Jumlah rumah tangga miskin BPS Kabupaten Bogor 5. Jumlah rumah tangga tanpa akses litrik BPS Kabupaten Bogor 6. Panjang jalan yang rusak ringan dan rusak

berat Dinas Bina Marga danPengairan Kabupaten Bogor Aspek pemanfaatan pangan

7. Angka harapan hidup (AHH) Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor

8. Jumlah balitaunderweight Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor

9. Jumlah penduduk buta huruf BPS Kabupaten Bogor 10. Jumlah rumah tangga tanpa akses air bersih Dinas Kesehatan Kabupaten

Bogor

11. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Bogor Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor

12. Bencana alam yang terjadi selama periode

tahun 2011 Dinas Kehutanan danPerkebunan 2011

13. Luas daerah kekeringan Dinas Pertanian dan Kehutanan

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi gambaran daerah Kabupaten Bogor, data produksi pangan sumber karbohidrat, data jumlah rumah tangga miskin, data jumlah rumah tangga dengan akses listrik, data akses penghubung

(panjang jalan yang rusak ringan dan rusak berat) yang terdapat di Kabupaten Bogor, data kesehatan dan gizi meliputi data angka harapan hidup (AHH), data jumlah balita underweight, jumlah tenaga kesehatan, jumlah rumah tangga tanpa akses air bersih, jumlah perempuan yang buta huruf, serta data kawasan hutan yang meliputi data curah hujan, bencana yang terjadi, dan persentase daerah puso.

Pengolahan

PengolahanPengolahanPengolahan dandandandan AnalisisAnalisisAnalisisAnalisis DataDataDataData

Seluruh data diolah menggunakan pendekatan FSVA tahun 2009. Data pada setiap indikator mengalami proses entry kemudian diolah berdasarkan rumus yang berbeda pada setiap indikator. Proses pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer yaitu Microsoft Excel 2007. Proses pengolahan data memiliki tahapan sebagai berikut:

Kerentanan Kerentanan

KerentananKerentanan terhadapterhadapterhadapterhadap KerawananKerawananKerawananKerawanan PanganPanganPanganPangan KronisKronisKronisKronis

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel2007 dengan langkah sebagai berikut:

1. Penghitungan Indeks Ketersediaan Pangan

Pertama, dihitung produksinettopangan pokok sumber karbohidrat yaitu gabah, jagung, ubi kayu serta ubi jalar. Penghitungan produksi netto pangan tersebut dengan menggunakan rumus berikut:

Sedangkan untuk penggunaan benih, pakan, ternak, tercecer dihitung dengan rumus berikut:

Adapun faktor konversi gabah, jagung, ubi kayu, dan ubi jalar terdapat pada Tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3 Faktor konversi penggunaan komoditas pangan untuk benih, pakan ternak, dan tercecer

Jenis Pangan Angka Konversi Penggunaan (%)

Benih Pakan Ternak Tercecer

Gabah 0.9 0.44 5.4

Jagung 0.9 6 5

Ubi Kayu - 2 2.13

Ubi Jalar - 2 10

Sumber: DKP 2009

Produksi netto beras adalah data netto gabah dikalikan dengan faktor konversi. Faktor konversi gabah menjadi beras menggunakan faktor konversi

ProduksiNetto= Produksi - (Penggunaan untuk benih+pakan ternak+tercecer)

Benih (s)= P x Faktor Konversi Pakan ternak (f)= P x Faktor Konversi

Tercecer (w)= P x Faktor Konversi

Indeks Xij =

nasional yaitu 0,632 (atau 63,2%). Maka, produksi netto beras dihitung sebagai berikut:

Produksinettopangan pokok dihitung dengan rumus berikut:

Kedua,,,,ketersediaan pangan pokok per kapita dihitung dengan rumus:

Keterangan:

F : ketersediaan pangan pokok per kapita (gram) Tpop : Jumlah populasi penduduk (jiwa)

Ketiga, penghitungan rasio ketersediaan pangan; dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

IAV : Rasio Ketersediaan Pangan

Cnorm : Konsumsi Normatif (300 gram setara dengan beras); dan F : Ketersediaan Pangan Pokok

Jika nilai rasio ketersediaan pangan lebih dari 1, maka daerah tersebut defisit pangan pokok atau kebutuhan konsumsi normatif tidak bisa dipenuhi dari produksi bersih pokok (beras dan jagung) serta umbi-umbian yang tersedia di daerah tersebut. Jika nilai rasio ketersediaan pangan kurang dari 1, maka hal ini menunjukkan kondisi surplus pangan pokok di daerah tersebut. Keempat, rumus untuk penghitungan indeks adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Xij : Nilai ke-j dari indikator ketersediaan pangan min : nilai minimum dari indikator ketersediaan pangan max : nilai maksimum dari indikator ketersediaan pangan

Data produksi yang digunakan adalah data rata-rata 3 tahun produksi. Tahun produksi yang digunakan pada penelitian ini adalah data tahun 2009 hingga tahun 2011. Dengan demikian dimungkinkan untuk mencakup adanya fluktuasi produksi tahunan.

2. Penghitungan Indeks Akses terhadap Pangan

ProduksiNettoPangan Pokok =

Produksinetto(Gabah+Jagung+Ubi Kayu+ Ubi Jalar)

F = P Tpop*365

IAV= Cnorm

Indeks Xij =

Ada tiga indikator yang digunakan pada dimensi akses terhadap pangan yaitu (1) persentase penduduk miskin, (2) panjang jalan rusak ringan dan berat, dan (3) persentase RT tanpa akses terhadap listrik. Perhitungan persentase penduduk miskin menggunakan data rumah tangga miskin pada masing-masing kecamatan dibandingkan dengan total rumah tangga yang terdapat pada kecamatan tersebut. Perhitungan persentase panjang jalan yang rusak menggunakan panjang jalan rusak ringan dan rusak berat dibandingkan dengan panjang jalan berdasarkan data Dinas Bina Marga dan Pengairan pada masing-masing kecamatan. Perhitungan persentase RT (rumah tangga) tanpa akses listrik menggunakan data pengurangan 100% dengan persentase rumah tangga yang memiliki akses listrik pada masing-masing kecamatan. Rumus untuk penghitungan indeks akses terhadap pangan adalah sebagai berikut:

Indeks Xij =

Keterangan:

Xij : Nilai ke-j dari indikator ke-i

min : nilai minimum dari indikator tersebut max : nilai maksimum dari indikator tersebut Contoh: a. Indikator persentase RT miskin

Rumus yang digunakan dalam perhitungan indeks indikator persentase RT miskin adalah:

Keterangan:

Indeks Xij : Nilai ke-1 dari indikator persentase RT miskin min : Nilai minimum indeks indikator persentase RT miskin max : Nilai maksimum indeks indikator persentase RT miskin

Rumus yang sama digunakan untuk menghitung indeks pada indikator persentase jalan rusak dan persentase rumah tangga tanpa akses listrik.

3. Penghitungan Indeks Pemanfaatan Pangan

Pada akses pemanfaatan pangan terdapat lima indikator yang digunakan untuk penilaian indeks yaitu angka harapan hidup pada saat lahir; balita underweight; penduduk buta huruf; rumah tangga tanpa akses air bersih; serta rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk. Indikator angka harapan hidup pada saat lahir menggunakan data perkiraan lama hidup rata-rata bayi baru lahir dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas sepanjang hidupnya. Indikator berat badan balita di bawah standar menggunakan data persentase

Indeks Akses Kesehatan = 1 - Rasio tenaga kesehatan

Indeks Xij =

balita gizi buruk dan gizi kurang terhadap total balita di masing-masing kecamatan. Indikator penduduk buta huruf menggunakan data persentase penduduk buta huruf. Data penduduk buta huruf diperoleh dari informasi BPS tentang data penuntasan buta aksara.

Indikator RT tanpa akses air bersih menggunakan data pengurangan 100% dengan persentase rumah tangga yang memiliki sumber air (berasal dari sumur, sumur pompa tangan dan pompa listrik, mata air terlindung dan ledeng) pada masing-masing kecamatan. Indikator rasio jumlah tenaga kesehatan (dokter, bidan, mantri, dan dukun bayi) dihitung terhadap jumlah penduduk pada masing-masing kecamatan. Rumus untuk menghitung rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk adalah:

Rasio = Jumlah tenaga kesehatan x 1000 Jumlah penduduk

Indeks komposit dari akses kesehatan dapat dihitung dengan cara:

Rumus untuk penghitungan indeks pemanfaatan pangan adalah sama dengan cara penghitungan indeks ketersediaan pangan maupun akses terhadap pangan dan penghidupan sebagai berikut:

Indeks Xij =

Keterangan:

Xij : Nilai ke-j dari indikator ke-i

min : nilai minimum dari indikator tersebut max : nilai maksimum dari indikator tersebut

Contoh: a. Indikator persentase RT tanpa akses air bersih Rumus yang digunakan adalah

Keterangan:

Indeks Xij : Nilai ke-1 dari indikator persentase RT tanpa akses air bersih min : Nilai minimum indeks indikator persentase RT tanpa akses air bersih max : Nilai maksimum indeks indikator persentase RT tanpa akses air bersih Rumus yang sama digunakan untuk menghitung indeks pada indikator angka harapan hidup, balitaunderweightdan persentase penduduk buta huruf.

4. Penghitungan Indeks Kerawanan Pangan Komposit

Situasi kerawanan pangan diperoleh dengan membuat suatu indeks komposit. Indeks kerawanan pangan komposit diperoleh dari gabungan sembilan indikator kerawananan pangan kronis yang telah dihitung sebelumnya. Indikator

ketahanan pangan komposit berkisar antara 0-1. Jika indeks komposit yang diperoleh bernilai 0 maka kecamatan tersebut termasuk tahan pangan, namun jika indeks yang diperoleh bernilai 1 maka kecamatan tersebut termasuk rawan pangan. Indeks kerawanan pangan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Range indikator yang digunakan untuk indeks kerawanan pangan komposit adalah sebagai berikut:

a. Prioritas 1: >= 0,80 b. Prioritas 2: 0,64 – <0,80 c. Prioritas 3: 0,48 – < 0,64 d. Prioritas 4: 0,32 – < 0,48 e. Prioritas 5: 0,16 – < 0,32 f. Prioritas 6: < 0,16 Kerentanan Kerentanan Kerentanan

Kerentanan terhadapterhadapterhadapterhadap KerawananKerawananKerawananKerawanan PanganPanganPanganPangan TransienTransienTransienTransien

Kerentanan terhadap kerawanan pangan adalah suatu kondisi dimana suatu masyarakat berada pada resiko menjadi rawan pangan. Kerentanan terhadap kerawanan pangan transien memiliki empat indikator yaitu deforestasi hutan, penyimpangan curah hujan, bencana alam dan persentase daerah puso, namun pada penelitian ini indikator kerawanan pangan transien yang diteliti hanya indikator bencana alam dan persentase daerah puso diganti dengan indikator persentase daerah kekeringan. Hal ini disebabkan karena belum tersedianya data yang memadai di Kabupaten Bogor.

1. Bencana alam

Data berupa data sekunder yang berasal dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Data yang didapatkan diolah dengan menghitung frekuensi kejadian bencana. Data tersebut kemudian dianalisis terhadap dampak yang ditimbulkan berdasarkan jumlah korban (jiwa) dari bencana tersebut.

2. Persentase daerah kekeringan

Data berupa data sekunder yang berasal dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan. Data diolah dengan menghitung persentase lahan yang terkena puso dengan membandingkan luas pertanaman sawah yang terkena puso terhadap total lahan pertanaman sawah. Berikut disajikan

Indeks Komposit =1/9 * ( Indeks Ketersediaan Pangan + Indeks RT Miskin + Indeks Panjang Jalan Rusak + Indeks RT Tanpa Akses Listrik + Indeks Penduduk Buta Huruf

+ Indeks AHH + Indeks BalitaUnderweight+ Indeks RT Tanpa Akses Air Bersih + Indeks Akses Tenaga Kesehatan)

pemetaan indikator individu untuk kedua kelompok indikator kerawanan pangan kronis dan kerawanan pangan sementara berdasarkanrange pada peta indikator individu.Rangeindividu yang digunakan pada peta ditunjukkan oleh Tabel 4. Tabel 4Rangeindikator kerawanan pangan kronis dan sementara

No. Indikator Range Tingkat Prioritas 1 Rasio konsumsi normatif per

kapita terhadap ketersediaan bersih gabah+jagung+ubi kayu=ubi jalar >= 1,5 1,25 -1,5 1,00 – 1,25 0,75 – 1,00 0,50 – 0,75 <0,50 Defisit tinggi (1) Defisit sedang (2) Defisit rendah (3) Surplus rendah (4) Surplus sedang (5) Surplus tinggi (6) 2 Persentase penduduk hidup di

bawah garis kemiskinan >= 3525 - <35 20 - <25 15 - <20 10 - <15 0 - <10 Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Prioritas 5 Prioritas 6 3 Persentase desa yang tidak

memiliki akses penghubung yang memadai >= 30 25 - <30 20 - <25 15 - <20 10 - <15 0 - <10 Prioritas 6 Prioritas 5 Prioritas 4 Prioritas 3 Prioritas 2 Prioritas 1 4 Persentase rumah tangga tanpa

akses listrik >= 5040 - <50 30 - <40 20 - <30 10 - <20 < 10 Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Prioritas 5 Prioritas 6 5 Angka harapan hidup pada saat

lahir < 5858 - <61 61 - <64 64 - <67 67 - <70 >=70 Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Prioritas 5 Prioritas 6 6 Balitaunderweight >=30 20 - <30 10 - <20 <10 Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 7 Persentase perempuan buta

huruf >=4030 - <40 20 - <30 10 - <20 5 - <10 <5 Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Prioritas 5 Prioritas 6 8 Persentase rumah tangga tanpa

akses air bersih >=7060 – 70 50 – 60 40 – 50 30 – 40 <30 Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Prioritas 5 Prioritas 6

Tabel 4Rangeindikator kerawanan pangan kronis dan sementara (lanjutan)

9 Rasio jumlah tenaga kesehatan >=0,23 0,19-0,23 0,15 – 0,19 0,11 – 0,15 0,08 – 0,11 <0,08 Priotitas 6 Prioritas 5 Prioritas 4 Prioritas 3 Prioritas 2 Prioritas 1

10 Bencana alam Tidak ada range,hanya menyoroti daerah dengan kejadian bencana alam dan kerusakannya dalam periode tertentu (menunjukkan daerah tersebut rawan)

11 Persentase daerah yang

mengalami kekeringan >=1510 – 15 5 – 10 3 – 5 1 – 3 <1 Analisis Analisis

AnalisisAnalisis dandandandan PemetaanPemetaanPemetaanPemetaan SituasiSituasiSituasiSituasi KerawananKerawananKerawananKerawanan PanganPanganPanganPangan

Setelah dilakukan perhitungan terhadap indikator komposit, maka analisis situasi kerentanan dan kerawanan pangan Kabupaten Bogor dapat dilakukan untuk menentukan wilayah yang tahan pangan maupun rentan terhadap kerawanan pangan. Situasi kerawanan dan kerentanan pangan tersebut dipetakan dengan software Arc View atau Map-Info untuk mempermudah dalam pembacaan analisis. Peta kerawanan pangan komposit merupakan gabungan dari ketiga aspek/dimensi ketahanan pangan, yaitu ketersediaan pangan, akses terhadap pangan, dan pemanfaatan pangan. Adapun perhitungan untuk pemetaan, digunakan sejumlah indeks dari ketiga kelompok indikator tersebut. Range indeks dari kerawanan pangan komposit adalah sebagai berikut: score dibuat dengan menghitung indeks komposit ketahanan pangan dengan dengan total score factor bernilai dari 0 sampai dengan 1, dimana nilai score semakin mendekati nilai 1 dianggap semakin rawan sebagai berikut:

Tabel 5Scorekriteria gradasi warna prioritas

Prioritas GradasiWarna Ranges Kriteria 1 Merah Tua > = 0.80 Sangat rawan 2 Merah 0.64 -< 0.80 Rawan pangan 3 Merah Muda 0.48 -< 0.64 Agak rawan pangan 4 Hijau Muda 0.32 -< 0.48 Cukup tahan pangan 5 Hijau 0.16 -< 0,32 Tahan pangan 6 Hijau Tua < 0,16 Sangat tahan pangan

Sumber : WFP 2009

Analisis Analisis

AnalisisAnalisis KebijakanKebijakanKebijakanKebijakan PenangananPenangananPenangananPenanganan KerawananKerawananKerawananKerawanan PanganPanganPanganPangan

Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan berbagai dokumen kebijakan terkait ketahanan pangan selama tahun 2011 dan Renstra (Rencana Strategis) setiap SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang bertanggung jawab dan memiliki pengaruh besar terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Bogor. Informasi tersebut diidentifikasi dan dianalisis dengan metode content analysis dan menggunakan KUKP (Kebijakan Umum Ketahanan Pangan) 2010-2014 sebagai bahan acuan.

Definisi

DefinisiDefinisiDefinisi OperasionalOperasionalOperasionalOperasional Pangan

Pangan

PanganPangan adalah segala sesuatu yang bersumber dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

Rawan Rawan

RawanRawan panganpanganpanganpangan adalah suatu resiko yang timbul akibat kerentanan terhadap kerawanan pangan yang ditandai dengan indikator ketersediaan pangan, angka kemiskinan, akses jalan, akses listrik, angka harapan hidup, akses listrik, balita underweight, akses kesehatan, dan penduduk buta huruf yang dikembangkan oleh Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Programmetahun 2009.

Ketersediaan Ketersediaan

KetersediaanKetersediaan panganpanganpanganpangan adalah ketersediaan pangan pokok (gabah, jagung, ubi kayu, ibi jalar dan talas) di setiap kecamatan di Kabupaten Bogor dari segala sumber, baik dari produksi pangan domestik, perdagangan pangan dan bantuan pangan.

Produksi Produksi

ProduksiProduksi panganpanganpanganpangan adalah jumlah keseluruhan masing-masing jenis pangan dalam satu tahun dari sektor pertanian (gabah, jagung, ubi kayu, ubi jalar dan talas) yang belum mengalami proses pengolahan dan diasumsikan disediakan seluruhnya untuk dikonsumsi penduduk dalam bentuk energi (kkal/kap/hari).

Buta Buta

ButaButa hurufhurufhurufhuruf adalah penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang belum bebas dari tiga buta, yaitu buta aksara, Latin dan angka, buta bahasa Indonesia dan buta pengamatan dasar.

Konsumsi Konsumsi

KonsumsiKonsumsi normatifnormatifnormatifnormatifadalah rasio kebutuhan pangan pokok penduduk per tahun dibandingkan dengan produksi tanaman pangan setara beras per tahun di tiap kecamatan di Kabupaten Bogor.

Akses Akses

AksesAkses panganpanganpanganpangan adalah kemampuan rumah tangga untuk memperoleh pangan yang cukup, yang dilihat dari akses jalan (akses penghubung), angka kemiskinan pada setiap kecamatan dan akses listrik.

Jumlah Jumlah

JumlahJumlah pendudukpendudukpendudukpendudukadalah banyaknya penduduk suatu wilayah pada suatu waktu tertentu dan laju pertumbuhan peningkatannya.

Tingkat Tingkat

TingkatTingkat kemiskinankemiskinankemiskinankemiskinanadalah proporsi penduduk miskin yang terdiri dari keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 (KS1) dengan alasan ekonomi menurut BKKBN dengan jumlah kepala keluarga dalam suatu wilayah.

HASIL

HASIL

HASIL

HASIL DANDANDANDAN PEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASAN

Dokumen terkait