• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disain, Tempat, dan Waktu

Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yaitu mengumpulkan informasi dengan satu kali survei yang dilakukan di empat sekolah dasar dengan karakteristik mutu sekolah yang berbeda di Kota/Kabupaten Bogor, yang ditunjukkan dengan status akreditasi A dan B. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli Tahun 2009.

Cara Pengambilan Contoh

Pemilihan lokasi penelitian akan dilakukan pada dua sekolah dasar yang berlokasi di Kota dan Kabupaten Bogor yang mempunyai karakteristik kantin, fasilitas dan prasarana yang relatif sama. Penentuan lokasi sekolah dasar ditetapkan secara purposive, yaitu berdasarkan: 1) Mempunyai kantin sekolah; 2) Komitmen dari pengelola sekolah; 3) Mendapatkan rekomendasi dari Kantor Depdiknas setempat. Persyaratan tersebut diambil dua sekolah dari kota dan kabupaten, yang masing-masing terdiri dari sekolah berdasarkan status akreditasinya. Sehingga total sekolah yang akan diteliti sebanyak empat sekolah yang terdiri dari kota terakreditasi A pada SDN Lawang Gintung dan terakreditasi B pada SDN Cimanggu, sedangkan untuk kabupaten terakreditasi A pada SDN 01 Pajeleran dan terakreditasi B pada SDN 01 Kotabatu.

Populasi penelitian adalah penjaja PJAS di sekolah dasar kota dan kabupaten. Contoh untuk dinilai peubah-peubah penelitian adalah penjaja pangan jajanan di lingkungan sekolah. Seluruh populasi penjaja merupakan sampel penelitian di lingkungan sekolah yang diwawancarai. Sedangkan seluruh kepala sekolah merupakan informan yang memberi informasi.

Purposive

Gambar 2 Cara Penarikan Contoh Penelitian Kota (n=20) Kabupaten (n=27) SDN Akreditasi A Penjaja (n=11) SDN Akreditasi B Penjaja (n=9) SDN Akreditasi A Penjaja (n=8) SDN Akreditasi B Penjaja (n=19)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder berasal dari sekolah meliputi profil sekolah yang diperoleh dari arsip data yang ada di sekolah yang bersangkutan. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Data primer meliputi karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan), profil PJAS (jenis pangan, kemasan dan register), data peraturan sekolah mengenai PJAS, praktek keamanan PJAS (higiene dan sanitasi, penanganan dan penyimpanan, sarana dan fasilitas, serta penggunaan BTP). Untuk lebih jelasnya, jenis dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

No. Variabel Cara Pengumpulan Responden

Data Sekunder 1. Profil sekolah

- Kantin

- Penjaja PJAS di sekitar sekolah - Sarana dan fasilitas

Arsip data sekolah

Data Primer 2. Karakteristik Individu - Umur - Jenis kelamin - Pendidikan - Pendapatan Wawancara menggunakan kuesioner Penjaja 4. Profil PJAS - Jenis pangan - Kemasan - Register

Observasi langsung Penjaja

5. Penerapan peraturan mengenai PJAS

Wawancara menggunakan kuesioner

Kepala Sekolah

6. Praktek Keamanan PJAS

Wawancara menggunakan kuesioner

Penjaja

7. Pengetahuan gizi dan keamanan pangan

Wawancara menggunakan kuesioner

Penjaja

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Data yang diperoleh dari kuesioner diolah dan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2003 dan SPSS 15,0 for windows. Proses pengolahan data meliputi editing, coding, scoring, entry, dan analisis.

Data identitas yang meliputi data karakteristik yang telah diberi kode dan diberi kriteria ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif seperti umur, jenis

kelamin, pendidikan, pendapatan dan informasi penerapan peraturan yang diperoleh dari pihak sekolah.

Pengetahuan gizi dan keamanan pangan jajanan diukur dengan 20 pertanyaan tentang definisi zat gizi, contoh pangan sumber zat gizi tertentu, definisi pangan jajanan, dampak pangan jajanan terhadap kesehatan, higiene dan sanitasi, serta penggunaan BTP (bahan tambahan pangan) melalui wawancara. Penilaian pengetahuan gizi dan keamanan pangan jajanan dilakukan dengan memberi skor. Jawaban yang diperoleh kemudian diolah dengan pemberian skor pada masing-masing pertanyaan dengan skor 1 jika responden menjawab benar dan skor 0 jika jawaban salah. Sehingga skor total minimum 0 dan maksimum adalah 20. Kategori pengetahuan gizi dan keamanan pangan jajanan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kategori pengetahuan gizi dan keamanan pangan kurang bila skor < 60 %, kategori pengetahuan gizi dan keamanan pangan tingkat sedang bila skor 60-80 %, kategori pengetahuan gizi dan keamanan pangan baik bila skor > 80 % (Khomsan 2000).

Praktek keamanan PJAS diukur berdasarkan higiene dan sanitasi penjaja, penanganan dan penyimpanan PJAS, sarana dan fasilitas yang dimiliki oleh penjaja sendiri, serta penggunaan BTP (penggunaan pewarna, pemanis, dan pengawet). Praktek keamanan PJAS diukur dengan 49 pertanyaan dengan dua tingkatan skala Ya dan Tidak, untuk jawaban Ya diberi skor (1) dan jawaban Tidak diberi skor (0). Kategori praktek PJAS dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kurang bila skor < 60 %, kategori sedang bila skor 60-80 %, baik bila skor > 80 % (Khomsan 2000).

Data penerapan peraturan PJAS terdapat 23 pertanyaan yang memiliki skor yang berbeda-beda tiap pertanyaan, dimana skor maksimal adalah 48 untuk sekolah yang terletak di wilayah kota akreditasi A dan B, dan sekolah yang terletak di wilayah kabupaten dengan akreditasi B, sedangkan sekolah yang terletak di kabupaten akreditasi A diberi skor maksimal 42 dikarenakan sekolah ini tidak memiliki penjaja luar. Penerapan peraturan PJAS dikategorikan berdasarkan Slamet (1993), interval kelas ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut :

Interval kelas (A) = Skor maksimum (NT) – Skor minimum (NR) Jumlah kategori

Berdasarkan interval kelas yang telah ditentukan, pengkategorian tiap variabel menggunakan rumus berikut :

• Kurang : NR sampai (NR + A) (0 – 16)

• Sedang : (NR + A) + 1 sampai NR + 2A ( 17 – 32)

• Baik : (NR + 2A) + 1 sampai NT ( 33 – 48)

Hubungan antara variabel dianalisis dengan uji korelasi Pearson. Uji korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan responden dengan praktek keamanan PJAS, penerapan peraturan dengan pengetahuan, penerapan peraturan dengan praktek keamanan PJAS. Sedangkan uji beda T-Test digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan berdasarkan wilayah, status akreditasi dan kelompok penjual.

Untuk lebih jelasnya, pengkategorian beberapa variabel dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Pengkategorian beberapa variabel penelitian

No Variabel Kategori Skala

Pengukuran Keterangan Karakteristik Penjaja - Umur • Dewasa awal 18-40 tahun • Dewasa menengah 41- 65 tahun • Dewasa akhir > 65 tahun

Nominal Papalia & Old (1981)

- Jenis Kelamin Laki-laki • Perempuan Nominal - Tingkat Pendidikan • TS (0) • SD (1-6 tahun) • SMP (7-9 tahun) • SMA (10-12 tahun) • Perguruan Tinggi Ordinal 1. - Pendapatan • Miskin (<Rp.176.216,00) • Tidak Miskin (>Rp.176.216,00) Ordinal BPS (2008) 2 Pengetahuan dan Praktek keamanan PJAS • Kurang : skor ≤ 60 • Sedang : skor 60-80 • Baik : skor ≥ 80 Ordinal Khomsan (2000) 3 Penerapan peraturan PJAS • Kurang : NR sampai (NR + A) • Sedang : (NR + A) + 1 sampai NR + 2A • Baik : (NR + 2A) + 1 sampai NT Ordinal Slamet (1993)

Dokumen terkait