• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Lokasi dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini adalah cross sectional study yang merupakan bagian dari Penelitian Desentralisasi Ungulan Perguruan Tinggi tahun 2013 dengan judul

“Pengembangan Metode Sosialisasi Nilai-Nilai Karakter pada Keluarga Perdesaan

Melalui Penerapan Pengasuhan Positif” oleh tim penelitian yang diketuai oleh

Alfiasari SP, M.Si. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive di perdesaan yang diwakili oleh Desa Urug, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor sebagai representasi wilayah perdesaan dengan masyarakat tradisional yang masih memegang nilai-nilai adat nenek moyang. Wilayah perkotaan yang diwakili oleh Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor sebagai kategori sub urban area yang dekat dengan pusat kota. Waktu penelitian secara keseluruhan yakni dari bulan Juni 2013 hingga Agustus 2014.

Teknik Penarikan Contoh

Populasi penelitian ini adalah keluarga utuh di perdesaan dan perkotaan yang memiliki anak sulung usia 3-6 tahun yang tinggal dalam satu rumah di dua daerah terpilih. Kerangka penarikan contoh pada penelitian ini dipilih secara acak (random sampling). Total populasi di perdesaan (Desa Urug, Kecamatan Sukajaya, Kab. Bogor) berjumlah 104 responden sedangkan di perkotaan (Kelurahan Situgede, Kota Bogor) yakni 102 responden. Berdasarkan jumlah populasi yang ada di dua desa terpilih dilakukan pengambilan sempel menurut rumus Slovin, sehingga dari perdesaan diambil sebanyak 50 responden, dan di perkotaan juga diambil 50 responden, sehingga total keseluruhan responden yakni 100 responden.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi pada ibu dan anak dengan alat bantu kuesioner yang meliputi data ; (1) Karakteristik anak (usia dan jenis kelamin), (2) karakteristik orang tua (usia, lama pendidikan, pendapatan perkapita, dan besar keluarga), (3) pengasuhan yang terdiri dari tiga aspek yakni, kelekatan ibu dan anak (Attachment) oleh LaMont (2010) dengan 10 item pertanyaan, gaya pengasuhan penerimaan-penolakan (Parental Acceptance Rejection /PAR) yang dikembangkan Rohner (1986) sebanyak 60 item pertanyan, serta kualitas lingkungan pengasuhan atau HOME (Home Observation and Measurement of Environmental Inventory for Early Childhood) oleh Caldwell dan Bradley (1984) dengan 55 Item pertanyaan. Karakter anak diukur menggunakan instrumen dari pendekatan Character Strengths oleh Peterson & Seligman (2004) dan Lickona (1994) yang dikembangkan oleh peneliti mencakup 6 (enam) dimensi yaitu kebijaksanaan (wisdom), keberanian (courage), kemanusiaan (humanity), keadilan (justice), kesederhanaan (temperance), transeden (transcedence) dan dibagi kedalam tiga bagian yakni pengetahuan (knowing), perasaan (feeling), dan tindakan (Acting) sebanyak 66 item pertanyaan.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dilakukan dengan Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for Windows. Kontrol kualitas data menggunakan uji validitas dan realibilitas. Untuk kuesioner kelekatan, gaya pengasuhan, kualitas lingkungan pengasuhan, dan karakter anak menggunakan skala likert dengan menggunakan pilihan jawaban. Kemudian skor total dari setiap kuesioner ditransformasikan pada skor indeks. Analisis dalam penelitian dengan analisis deskriptif dan inferensia yang terdiri atas uji beda t-test, uji korelasi pearson, dan uji regresi linear berganda yang diformulasikan sebagai

berikut : Y =β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+...+ β22X22 + e Keterangan :

Y = karakter anak ; β1- 22 = koefisien regresi ; X1, X2, X3, ... X22 = peubah bebas antara lain (X1) jenis kelamin anak (0=perempuan, 1=laki-laki), (X2) usia anak (tahun), (X3) usia ayah (tahun), (X4) usia ibu (tahun), (X5) lama pendidikan ibu (tahun), (X6) status bekerja ibu (0=tidak bekerja, 1= bekerja), (X7) jumlah anggota keluarga (orang), (X8) pendapatan perkapita keluarga (rupiah/bulan), (X9) wilayah (0=desa, 1=kota), (X10) kelekatan (skor), (X11) stimulasi belajar v, (X12)

stimulasi bahasa (skor), (X13) lingkungan fisik (skor), (X14) kehangatan dan penerimaan (skor), (X15) stimulisi akademik (skor), (X16) modeling (skor), (X17) variasi stimulasi (skor), (X18) hukuman (skor), (X19) penerimaan (skor), (X20) kekerasan (skor), (X21) pengabaian (skor), (X22) penolakan (skor), e = error.

Hasil

Karakteristik Anak dan Keluarga

Rata-rata usia anak di perdesaan adalah 4.32 tahun dan di perkotaan yakni 4.08 tahun. Tidak terdapat perbedaan antara usia anak di perdesaan dengan di perkotaan (p<0.000) (Tabel 1). Rata-rata usia ayah (28.42 tahun) dan ibu (23.90 tahun) di perdesaan lebih muda dibandingkan dengan rata-rata usia ayah (33.84 tahun) dan ibu (28.48 tahun) di perkotaan. Terdapat perbedaan antara usia ayah dan ibu di perdesaan dengan di perkotaan (p<0.000) (Tabel 1).

Tabel 1 Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi karakteristik anak dan keluarga di setiap wilayah

Variabel karakteristik Anak dan Keluarga

Perdesaan Perkotaan Uji beda T

Rata-rata ± SD Rata-rata ± SD (sig. 2-tailed)

Usia anak (tahun) 4.32 ± 1.132 4.08 ± 1.046 0.274

Usia ayah (tahun) 28.42 ± 37.31 33.84 ± 95.69 0.000*

Usia ibu (tahun) 23.90 ± 35.87 28.48 ± 52.73 0.000*

Lama pendidikan ayah (tahun)

4.76 ± 23.17 9.64 ± 29.88 0.000*

Lama pendidikan ibu (tahun)

4.68 ± 19.94 9.22 ± 27.72 0.000*

Jumlah keluarga (orang) 3.52 ± 10.54 4.58 ± 16.55 0.000*

Pendapatan per kapita (Rp) 375.500 ± 227.670 380.430 ± 353.310 0.934

*Signifikan pada p< 0.01

Rata-rata lama pendidikan ayah (4.76 tahun) dan ibu (4.68 tahun) di perdesaan lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata lama pendidikan ayah (9.64 tahun) dan ibu (9.22 tahun) di perkotaan. Terdapat perbedaan antara lama pendidikan ayah dan ibu di perdesaan dengan di perkotaan (p<0.000) (Tabel 1). Rata-rata jumlah keluarga di perdesaan (3 orang) lebih sedikit dibandingkan dengan di perkotaan (4 orang). Terdapat perbedaan antara jumlah keluarga di perdesaan dengan di perkotaan (p<0.000). Rata-rata pendapatan per kapita keluarga di perdesaan Rp 375 500 dan keluarga di perkotaan adalah Rp 380 430. Tidak terdapat perbedaan antara pendapatan per kapita di perdesaan dengan di perkotaan (p<0.934) (Tabel 1).

Pengasuhan

Hasil penelitian menunjukan bahwa kelekatan ibu dan anak di perdesaan (61.33) memiliki rata-rata skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan (51.75). Hasil uji beda t-test menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelekatan ibu dengan anak di perdesaan dengan di perkotaan (p<0.000) (Tabel 2). Rata-rata gaya pengasuhan penerimaan-penolakan ibu secara total di perdesaan (76.38) lebih rendah dibandingkan dengan di

perkotaan (79.28). Hasil uji beda t-test menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penerimaan ibu di perdesaan dengan di perkotaan (p<0.505). Kualitas lingkungan pengasuhan secara total di perdesaan (30.03) rata-ratanya lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan (25.63). Hasil uji beda t-test menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas lingkungan pengasuhan ibu di perdesaan dengan di perkotaan (p<0.174) (Tabel 2).

Tabel 2 Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi pengasuhan di setiap wilayah Variabel Pengasuhan Perdesaan Perkotaan Rata-rata ± SD Rata-rata ± SD Uji beda T (sig. 2- tailed) Kelekatan 61.33 + 9.55 51.75 + 14.84 0.000*

Penerimaan dan Penolakan (PAR) 0.505

Penerimaan 85.60 ± 12.41 78.60 ± 11.86

Kekerasan 69.28 ± 13.10 74.9 ± 12.47

Pengabaian 76.22 ± 11.03 80.5 ± 9.29

Penolakan 79.26 ± 12.99 83.6 ± 8.99

Total PAR 76.38 ± 7.65 79.28 + 5.19

Kualitas Lingkungan Pengasuhan (HOME) 0.174

Stimulasi belajar 66.54 ± 16.36 51.09 ± 20.19 Stimulasi Bahasa 6.85 ± 14.49 4.0 ± 14.72 Lingkungan fisik 32.28 ± 28.25 24.85 ± 26.10 Kehangatan dan penerimaan 22.85 ± 34.39 19.42 ± 25.45 Stimulasi akademik 10.80 ± 23.28 10.80 ± 16.26 Modeling 22.40 ± 20.57 22.80 ± 18.52 Variasi stimulasi 30.00 ± 20.60 34.66 ± 18.04 Hukuman 12.50 ± 22.16 7.50 ± 20.97 Total HOME 30.03 ± 11.80 25.63 ± 9.33 *Signifikan pada p< 0.01 Karakter anak

Terdapat dua dimensi rata-rata perolehan karakter anak di perdesaan yang lebih tinggi dibandingkan di perkotaan yakni untuk dimensi kebijaksanaan dan pengetahuan (77.3) serta dimensi kemanusiaan (30.71). Dimensi karakter anak di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaa, yakni untuk dimensi keberanian (72.91), keadilan (73.33), kesederhanaan (72.44), dan transenden (65.77). Jika dilihat secara keseluruhan maka rata-rata karakter total anak di perdesaan (61.81) lebih rendah dibandingkan dengan di perkotaan (72.36) (Tabel 3). Lickona (1994), menjelaskan bahwa manusia yang berkarakter adalah individu yang mengetahui tentang kebaikan (knowing the good), menginginkan dan mencintai kebaikan (loving the good) dan melakukan kebaikan (acting the good). Dari ketiga bagian karakter anak tersebut maka dari hasil penelitian yang disajikan dalam Tabel 3 menunjukan bahwa rata-rata karakter pengetahuan (knowing) (62.59), perasaan (feeling) (46.18), dan tindakan (acting) (76.68) anak di perdesaan lebih rendah dibandikan dengana anak di perkotaan. Hasil uji beda t-

test menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara karakter anak di perdesaan dengan di perkotaan (P<0.053).

Tabel 3 Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi dan karakter anak di setiap wilayah

Karakter Perdesaan Perkotaan

Kebijaksanaan dan Penegetahuan 77.33 ± 21.88 75.41 ± 26.08

Keberanian 65.25 ± 27.86 72.91 ± 25.10 Kemanusiaan 30.71 ± 13.10 25.02 ± 12.47 Keadilan 55.00 ± 34.30 73.33 ± 29.24 Kesederhanaan 55.44 ± 35.44 72.44 ± 30.26 Transendensi 53.66 ± 32.23 65.77 ± 28.31 Total Karakter 61.81 ± 27.91 72.36 ± 25.89 Pengetahuan (Knowing) 62.59 ± 36.84 76.27 ± 32.33 Perasaan (Feeling) 46.18 ± 33.44 57.31 ± 32.15 Tindakan (Acting) 76.68 ± 21.21 83.50 ± 19.51

Uji beda T (sig. 2-tailed) 0.053*

**Signifikan pada p< 0.01, * Signifikan pada p< 0.05

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Karakter

Hasil uji korelasi menunjukan hubungan yang positif dan signifikan antara usia anak, usia ayah, dan usia ibu dengan karakter anak. Hal tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi usia anak, usia ayah, dan usia ibu maka karakter anak akan semakin baik. Berdasarkan aspek karakter anak yang dibagi ke dalam pengetahuan, perasaan, dan tindakan, maka untuk usia ayah hanya berhubungan signifikan dan positif dengan pengetahuan dan tindakan anak. Sedangkan usia ibu hanya berhubungan signifikan positif dengan persaan anak (Tabel 4).

Tabel 4 Nilai koefiseien korelasi antara variabel penelitian dengan karakter anak

Variabel Koefisien Karakter Anak Pengetahuan (Knowing) Perasaan (Feeling) Tindakan (Acting) Usia anak 0.477** 0.405** 0.419** 0.474** Usia ayah 0.209* 0.176 0.203* 0.212* Usia ibu 0.181 0.234* 0.184 0.218*

Lama pendidikan ibu 0.114 0.063 0.142 0.110

Jumlah keluarga -0.056 -0.020 -0.057 -0.047

Pendapatan perkapita -0.153 -0.152 -0.068 -0.145

Keterangan : **nyata pada p<0.01, * nyata pada p<0.05

Pengaruh Kelekatan, Gaya Pengasuhan, dan Kualitas Lingkungan Pengasuhan terhadap Karakter

Model variabel-variabel yang berpengaruh terhadap karakter anak prasekolah yang disusun dalam penelitian ini menghasilkan nilai Adjusted R- Square 0.309, yang berarti model tersebut menjelaskan 30.9 persen variabel- variabel dalam model yang mempengaruhi karakter anak usia prasekolah. Sisanya, sebesar 69.1 persen terdapat variabel lain yang mempengaruhi karakter anak di luar penelitian ini. Hasil uji regresi linier berganda pada p<0.10

menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin anak, usia anak, usia ibu, dan kelekatan mempengaruhi secara signifikan karakter anak (Tabel 5).

Tabel 5 Hasil analisis regresi linier berganda variabel-variabel yang mempengaruhi karakter anak

Variabel

Koefisien

Sig. No

B Std. Error Βeta

1 Jenis Kelamin anak

(Perempuan=0, Laki=1) -16.874 5.396 -0.307 0.002**

2 Usia anak (tahun) 15.171 2.696 0.607 0.000**

3 Usia ayah (tahun) -0.394 0.403 -0.111 0.331

4 Usia ibu (tahun) 1.166 0.636 0.215 0.071*

5 Lama pendidikan ibu

(tahun) 1.476 1.144 0.179 0.201

6 Status bekerja ibu

(Tidak kerja=0, kerja=1) -7.381 7.526 -0.104 0.330

7 Jumlah keluarga (orang) -1.454 1.898 -0.079 0.446

8 Pendapatan perkapita

(Rupiah) -2.947E-6 0.000 -0.032 0.742

9 Wilayah

(Desa=0, Kota=1) 7.380 8.485 0.136 0.387

10 Kelekatan (skor) 0.386 0.224 0.189 0.089*

11 Stimulasi belajar (skor) 0.105 0.162 0.076 0.520

12 Stimulasi Bahasa (skor) -0.144 0.173 -0.077 0.406

13 Lingkungan fisik (skor) 0.095 0.094 0.095 0.315

14 Kehangatan dan

penerimaan (skor) -0.019 0.109 -0.021 0.860

15 Stimulasi akademik (skor) 0.134 0.133 0.098 0.319

16 Modeling (skor) -0.087 0.174 -0.061 0.618

17 Variasi stimulasi (skor) 0.194 0.153 0.138 0.209

18 Hukuman (skor) 0.024 0.118 0.019 0.841 19 Penerimaan (skor) 0.059 0.242 0.027 0.807 20 Kekerasan (skor) -0.018 0.256 -0.009 0.945 21 Pengabaian (skor) -0.319 0.286 -0.121 0.268 22 Penolakan (skor) 0.265 0.291 0.110 0.365 Uji F (p) 3.013 (0.000) Adjusted R Square (df/n) 0.309 (22/100)

***Signifikan pada p< 0.01, ** Signifikan pada p< 0.05, * Signifikan pada p< 0.10

Pembahasan

Perkembangan moral seseorang dimulai dari sejak konsepsi hingga usia dewasa. Berdasarkan hasil penelitian Bloom (2013) menyatakan bahwa anak bayi menunjukkan dasar rasa kasih sayang, empati dan penalaran moral yang sudah ada sejak mereka lahir. Peneliti dari beragam Negara sepakat bahwa bahwa pengalaman dan usaha optimalisasi perkembangan anak lewat pengasuhan pada waktu usia prasekolah merupakan masa yang terbaik untuk membentuk perkembangan anak dan hal tersebut akan memberikan dampak jangka panjang bagi kehidupan anak sehingga berakibat bagi kemajuan dan investasi jangka panjang bagi keuntungan suatu Negara (Lickona 1994; Hackman 2007;

Megawangi 2007). Perkembangan karakter anak terkait erat dengan lingkungan utama anak yang berdampak secara langsung ataupun tidak langsung diantaranya ; keluarga inti (ayah, Ibu, dan saudara kandung) (Artur et al. 2012; Hastuti 2009),

status sosial ekonomi keluarga (Hastuti 2008; Sa’diyyah 1998), serta budaya

tempat tinggal anak (Sylva & Tetsika 2004; Wainryb 2005).

Rata-rata kelekatan ibu di perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan diperkotaan, dan uji beda menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelekatan ibu di perdesaan dengan di perkotaan. Hal tersebut diduga karena telah terbangunya kelekatan yang aman pada anak di perdesaan yang lebih baik, sehingga anak mampu dekat dengan orang selain ibunya, ceria, dan menyukai bermain dengan temannya, anak juga langsung mencari sosok ibu ketika anak ketakutan atau menangis karena ibu cepat merespon dan mudah di jangkau anak. Ibu di desa selalu ada di dekat anak dan cepat merespon kondisi anak karena wilayah di desa berbatu dan berbukit-bukit, sehingga ibu tidak membiarkan anaknya jauh dari sisi ibu, namun tetap memberikan anak kebebasan bermain dengan teman di lingkungan rumah. Keadaan di desa yang memiliki kedekatan hubungan antar masyarakatnya, juga mendukung dalam kemudahan anak untuk mampu dekat dan merasa aman dengan orang selain ibu. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Sukardi (2011) dan Permatasari (2011), yang mengungkapkan bahwa masyarakat desa memiliki tingkat kelekatan ibu dan anak yang cukup baik serta kedekatan kekerabatan sesama anggota masyarakat yang tinggi.

Rata-rata penerimaan ibu lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan, dimana kekerasan, pengabaian, dan penolakan ibu di perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan. Uji beda menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara gaya pengasuhan penerimaan ibu di perdesaan dengan di perkotaan. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahini & Ismawati (2005), yang mengungkapkan bahwa ibu di perkotaan memiliki tingkat kekerasan dan pengabaian yang lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan. Hal ini di duga karena daerah di perdesaan memperbolehkan ibu berinteraksi dengan anak melalui kata-kata yang kasar, menyalahkan, rendah mengekspresikan rasa kasih sayang melalui ucapan, jarang mengungkapkan pujian, membandingkan anaknya dengan anak lain, membentak, mengajuhkan pertanyaan anak, serta menganggap anak merepotkan, dan mengeluhkan keadaan anak di depan orang lain. Rata-rata kualitas lingkungan pengasuhan ibu di perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan, namun uji beda tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan. Kualitas lingkungan pengasuhan ibu di perdesaan memiliki keunggulan untuk dimensi stimulasi belajar, stimulasi bahasa, lingkungan fisik, kehangatan dan penerimaan, serta pemberian hukuman. Kualitas lingkungan pengasuhan ibu di perkotaan memiliki keunggulan untuk dimensi modeling dan variasi stimulasi.

Karakter anak pada penelitian ini menunjukan bahwa rata-rata karakter anak di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan. Hal tersebut dikarenakan anak di perkotaan memiliki pemahaman mengenai perilaku yang baik, menyukai melakukan hal kebaikan, dan melakukan tindakan kebaikan. Anak di perkotaan memiliki kemauan belajar yang lebih baik (kebijaksanaan dan pengetahuan), merapihkan mainanya selesai bermain serta tidak mengambil barang teman (keberanian), memimjamkan barang pada temannya (kemanusiaan),

menyayangi adiknya (keadilan), mampu memaafkan teman (kesederhanaan), dan menyayagi hewan dan tumbuhan serta melakukan ibadah bersama orang tua (transenden).

Hasil uji korelasi menunjukan hubungan yang positif dan signifikan antara usia anak, usia ayah, dan usia ibu dengan karakter anak. Hal tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi usia anak, usia ayah, dan usia ibu maka karakter anak akan semakin baik. Perkembangan moral seseorang terkait dengan faktor individu, salah satunya usia (Pranoto 2011). Semakin tinggi usia menandakan kematangan pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek yang mampu meningkatkan capaian moral yang lebih baik. Usia ibu yang lebih matang juga terkait dengan kemampuannya dalam mengasuh anak (Hurlock 1990). Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin anak, usia anak, usia ibu, dan kelekatan mempengaruhi karakter anak usia prasekolah. Menurut Hastuti dan Alfiasari (2008) jenis kelamin anak dan peningkatan usia anak secara signifikan berpengaruh pada perkembangan karakter anak. Menurut Holden (2010), perkembangan moral anak saat usia dini bagi anak permpuan cenderung lebih baik dibandingkan dengan anak laki-laki karena adanya faktor kematangan sosial anak perempuan yang lebih dahulu dibandingkan dengan anak laki-laki, namun pada perkembangan selanjutnya keduanya membutuhkan stimulasi perkembangan moral yang sama baiknya agar mampu mengembangkan karakter yang hingga usia dewasa. Semakin bertambah usia anak diduga berhubungan dengan perkembangan moral dan karakter anak (Megawangi & Hastuti 2005; Santrock 2009). Usia ibu yang semakin tinggi diduga akan memiliki perkembangan pengetahuan dan moral yang lebih baik sehingga terkait dengan perkembangan karakter anak (Papalia et al. 2009). Kelekatan ibu dengan anak juga berpengaruh terhadap karakter anak. Hasil penelitian longitudinal menunjukan bahwa kelekatan yang aman antara ibu dan anak, sejak usia dini akan berdampak pada perkembangan anak ketika mencapai usia dewasa (Waters et al. 2000).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari pengasuhan yang dilihat dari ketiga aspek yakni kelekatan, gaya pengasuhan, dan kualitas lingkungan pengasuhan, hanya kelekatan yang berpengaruh pada karakter anak. Hal tersebut diduga karena penting bagi terbangunya kelekatan antara ibu dan anak di usia prasekolah, sebagai fondasi awal interaksi ibu dengan anak selama proses pengasuhan berikutnya serta bagi perkembangan anak yang lebih baik, dan hal tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Greenberg et al. (1990). Hasil penelitian Miller dan Commons (2010), juga menegaskan pentingnya kelekatan bagi anak yang mampu mengurangi stress pada anak, dapat memberikan manfaat bagi pertumbuhan anak secara fisik dan perkembangan anak secara psikologis, serta berkaitan dengan perilaku anak yang lebih baik.

Simpulan

Hasil análisis penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara pengasuhaan ibu di perdesaan dengan di perkotaan terkait dengan kelekatan ibu. Hasil análisis juga membuktikan bahwa usia anak, usia ayah, dan usia ibu berhubungan dengan karakter anak, dimana semakin tinggi usia anak, ayah dan ibu, maka karakter anak akan semakin baik. Hasil penelitian juga mengungkapkan

bahwa jenis kelamin anak, usia anak, usia ibu, dan kelekatan berpengaruh signifikan terhadap karakter anak usia prasekolah.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penting untuk membentuk kelekatan ibu dengan anak yang aman pada anak usia prasekolah sehingga pembentukan karakter anak yang lebih baik dapat lebih optimal. Perlu dilakukan penyuluhan terkait pentingnya membentuk karakter anak di perdesaan dan perkotaan. Perlunya pendampingan pengasuhan positif pada ibu di perdesaan terutama terkait gaya pengasuhan penerimaan dan kualitas lingkungan pengasuhan yang berkenaan dengan modeling dan variasi stimulasi. Pentingnya pendampingan pengasuhan positif di perkotaan terutama untuk kelekatan ibu dengan anak, serta kualitas lingkungan pengasuhan terkait stimulasi belajar, stimulasi bahasa, lingkungan fisik, kehangatan dan penerimaan, serta pemberian hukuman.

Daftar Pustaka

Arthur J. Powell S, Lin HC. 2012. Foundation of Character. Eroupean Early Childhood Education Reasearch Journal. DOI : 10.1080/1350293x.2012.707413. [Internet].[17 Juni 2014]. Diunduh Dari : http. \tandfonline.com/Ioi/recr20.

Bloom P. 2013. The Moral Life of Baby. November 12, [Internet].[17 Febuari 2013]. Diunduh Dari : http:// www.ccientificamerican.com/article/the- moral-life-of-babies/

[BPS] Badan Pusat Statistik, [BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Kementrian Kesehatan RI 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia : Kesehatan reproduksi remaja, Jakarta (ID) : Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Profil Kriminalitas Remaja. Diunduh Dari : http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/flip_2011/4401003/index11.php?pub =profil%20kriminalitas%20remaja%202010.

Brooks, J.B. 2001. Parenting : (174-181). California (US): Mayfield Publishing Company.

Budianta A. 2010. Pengembangan Wilayah Perbatasan Sebagai Upaya Pemerataan Pembangunan Wilayah Di Indonesia. Jurnal Smartek, Vol. 8, No. 1, Pebruari 2010: 72 – 82.

Cadwell B M, Bradley R H. 1984. Home Observation for Measurement of The Environment. Arkansas (US): University of Arkansas.

Duvall. E M. 1971. Family Development : (97-102). New York (US): J.B. Lippincontt Company Eliasa 2011

Ervika E. 2005. Analisis Kelekatan Pada Anak [Skripsi]. Sumatera Utara (ID): Program Studi Psikologi. Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara.

Gilligan C. 1982. In A Different Voice: Psychological Theory And Women's Development. Harvard University Press: Cambridge.

Greenberg MT, Cicchetti D, Cummings EM. 1990. Attachment in The Preshool Years : Theory, Research, and Intervention. Chicago (US) : University of Chicago Press.

Hans S L.1999. Prenatal Drug Exposure: Behavioral Functioning in Late Childhood and Adolescence.

Hastuti D. 2006. Analisis Pengaruh Model Pendidikan Prasekolah Pada Pembentukan Anak Sehat, Cerdas Dan Berkarakter [Disertasi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor

_________. 2008. Pengasuhan: Teori Dan Perinsip Serta Aplikasinya Di Indonesia. Bogor, ID:Departemen Ilmu Keluarga Dan Konsumen IPB _________. 2009. Stimulasi Psikososial Pada Anak Kelompok Bermain Dan

Pengaruhnya Pada Perkembangan Motorik, Kognitif, Sosial Emosi, Dan Moral/Karakter Anak. Jurnal Ilmu Keluarga Dan Konsumen, Vol 2 No 1 Januari 2009, P :41-56. ISSN : 1907-603.

Heckman J J, Masterov D V. 2007. The Productivity Argument For Investing In Young Children. Chicago (US) [Internet].[17 Febuari 2013]. Diunduh Dari : http://jenni.uchicago.edu/invest/.

Holden GW. 2010. Parenting : (88-104).California. (US) : SAGE Pub. Inc. Hurlock E B. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta (ID) : Erlangga.

Kementerian Pemuda Dan Olahraga. 2009. Penyajian Data Informasi Kementrian Pemuda Dan Olahraga Tahun 2009. ISBN: 978-979-1278-21-8. Biro Perencanaan Sekretariat Kementerian Pemuda Dan Olahraga.

Lamont M. 2010. Mother-Child Attachment And Preschool Behavior Problems In Children With Developmental Delays. [Disertation]. (US): Utah State University.

Lickona T. 1994. Raising Good Children. Amerika (US) : Bantam Books.

Maher EJ, Frestedt B, Grace C. 2008. Differences In Child Care Quality In Rural And Non-Rural Areas. Journal Of Research In Rural Education, 2008, 23(4).

Megawangi R, Hastuti D. 2005. Pendidikan Holistik Berbasis Karakter pada Anak Usia Prasekolah dan Pengaruhnya PAda Pembentukan Anak Tumbuh Sehat, Cerdas, dan Berkarakter [laporan]. Bogor: Duelike Project IPB. Megawangi. 2009. Pendidikan Karakter Solusi Yang Tepat Untuk Membangun

Bangsa. Bogor (ID) : Indonesia Heritage Foundation.

Miller M.P, Commons M.L. 2010. The Benefits of Attachment Parenting for Infants

and Children: A Behavioral Developmental View. Behavioral Development Bulletin. Vol 10.2010.ISSN: 1942-0722.

Pasaribu RM. 2013. Pengaruh Gaya Pengasuhan Dan Metode Sosialisasi Orang Tua Terhadap Karakter Jujur Dan Tanggung Jawab Siswa Sma Di Kota Bogor. [Tesis]. Bogor (Id) : Institut Pertanian Bogor.

Papalia DE, Olds SW, Feldman RD. 2009. Perkembangan Manusia Ed Ke-10. Marswendsdy B. Penerjemah; Widyaningrum. Editor. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Terjemahan Dari Human Development Ed 10th. Permatasari CL. 2011. Nilai Budaya, Pengasuhan Penerimaan-Penolakan, dan

Perkembangan Sosial anak Usia 3-5 Tahun pada Keluarga Kampung Adat urug, Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Peterson C, Seligman MEP. 2004. Character Strengths And Virtues A Handbook And Classification. New York (US) : Oxford Univercity Press.

Pranoto S, Kurniawati Y. 2011. Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah. Jurnal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. [Internet].[20 Mei 2014]. Diunduh Dari : http://unes.ac.id.962-1731-1-pb.

Puspitawati H. 2009. Kenakalan Pelajar Dipengaruhi Oleh Sistem Sekolah dan Keluarga. Cetakan ke -1. Bogor (ID) : IPB Pres.

Rohner Et. Al. 2012. Introduction To Parental Acceptance-Rejection Theory, Methods, Evidence, And Implications. University Of Connecticut. [Internet].[28 Mei 2014]. Diunduh Dari : http:// www.cspar.uconn.edu.

Sa’diyyah NY. 1998. Pengaruh Karakteristik Keluarga dan Pola Pengasuhan Terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak (Studi Kasus Pada Etnis Jawa dan Minang). [Tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Santrock J W. 2009. Child Development. Amerika (US) : McGraw Hill.

Sukardi AN. 2011. Kajian Riwayat Perkembangan Anak, Sensitivitas dan Kelekatan Ibu terhdap Anak Usia 3-5 Tahun Di Kampung Adat urug, Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

[UNICEF] United Nation International Children Education And Food. 2012. Children In An Urban World. USA (US) : United Nations Children’s Fund.

Wahini M, Ismawati R.2005. Pengaruh Pola Asuh Penerimaan-Penolakan Dan Karakteristik Anak Terhadap Perilaku Anak Diperkotaan Dan Perdesaan. Lentera, Jurnal Studi Perempuan, Vol. 1/No. 2/ Desember 2005, Issn 1858-4845.

Wainryb C. 2005. Moral Development in Culture : Diversity, Tolerance, and Justice. Amerika (US) : University of Utah.

Waters E, Metrrick S, Treboux D, Crowell J, Albersheim L. 2000. Attachment Scurity in Infancy and Early Aduldthood : A Twenty-YearLongitudinal Study. Child Development, May/June 2000, Volume 71, Number 3, Pages 684-689.

Wickliffe JA. 2000. Why Juveniles Commit Crimes. [Internet].[20 Juni 2014]. Diunduh Dari : http//:yale.edu/.

6.

Artikel 2

PENGARUH KUALITAS LINGKUNGAN PENGASUHAN DAN

Dokumen terkait