METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Deskriptif Analitik dengan rancangan penelitian menggunakan Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara partisipasi masyarakat dan program pengendalian DBD terhadap keberadaan jentik melalui pengujian hipotesis dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Soekidjo, 2005).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Bagan Deli yang merupakan daerah Buffer pelabuhan laut Belawan yang menjadi daerah pengamatan nyamuk Aedes aegypti. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2012.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini masyarakat dalam hal ini adalah keluarga yang menetap di Kelurahan Bagan Deli Lorong Veteran yang berjumlah 3569 keluarga di kelurahan Bagan Deli dan 10 orang petugas pengendalian vektor di KKP Kelas I Medan.
3.3.2.Sampel
Sampel adalah Kepala Keluarga di kelurahan Bagan Deli yang akan digunakan untuk penelitian. Besarnya sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro Yamane yang dikutip oleh Notoadmodjo (2005), sebagai berikut :
) ( 1 N d2 N n + = N = 3569 = 97.27 ≈ 100 1 + 3569(0,12) Ket: n = besar sampel N = besar populasi
d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,1)
Dari rumus di atas, maka sampel penduduk dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Untuk mengetahui jumlah kepala keluarga (KK) yang akan diambil sebagai sampel di masing – masing lingkungan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1. Perhitungan Jumlah Sampel Penelitian Kepala Keluarga di Kelurahan Bagan Deli Belawan Tahun 2012
No. Nama Lingkungan Populasi Perhitungan Jumlah
Sampel 1. I 250 250/3569 x 100 7 2. II 222 222/3569 x 100 6 3. III 280 280/3569 x 100 8 4. IV. 350 350/3569 x 100 10 5. V 340 340/3569 x 100 10 6. VI 230 230/3569 x 100 6 7. VII 360 360/3569 x 100 10 8. VIII 59 59/3569 x 100 2 9. IX 107 107/3569 x 100 3 10. X 204 204/3569 x 100 6 11. XI 18 18/3569 x 100 1 12. XII 272 272/3569 x 100 8 13. XIII 320 320/3569 x 100 9 14. XIV 256 256/3569 x 100 7 15. XV 301 301/3569 x 100 8 Jumlah 3569 100
Pengambilan sampel terpilih dari setiap lingkungan dengan metode simple random sampling yaitu mengambil sampel secara acak dengan cara angka acak sampai memenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan.
3.4.Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden, dengan berpedoman pada kuesioner penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, Dinkes Kota Medan, Puskesmas Bagan Deli Belawan, Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan dan data dari Kelurahan Bagan Deli kecamatan Belawan.
3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau skor yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel yang ditunjukkan dengan skor corrected item total correlation pada analisis reliability statistics. Jika skor r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan jika skor r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid (Najmah, 2011). Uji validitas ini dilakukan pada responden yaitu masyarakat dalam hal ini kepala keluarga yang bermukim di Kelurahan Bagan Deli Belawan, sesuai dengan korelasi Pearson product moment yaitu sebesar 30 sampel (Sugiono, 2010).
Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode Cronbach`s Alpha, yaitu merupakan salah satu koefisien realibilitas yang paling sering digunakan. Skala pengukuran yang reliabel sebaiknya memiliki nilai Alpha Cronbach minimal 0,70. Alpha Cronbach dapat diinterprestasikan sebagai korelasi dari skala yang diamati (observed scale) dengan semua kemungkinan pengukuran skala lain yang mengukur hal yang sama dan menggunakan jumlah butir pertanyaan
yang sama (Uyanto, 2009). Menurut Nugroho (2011), bahwa nilai masing – masing kelas dan tingkat realibilitasnya dapat dibagi sebagai berikut: Alpha 0,00 – 0,20 tingkat reliabilitasnya kurang, Alpha 0,201 – 0,40 tingkat realibilitasnya agak reliabel, Alpha 0,401 – 0,60 tingkat reabilitasnya cukup reliabel, Alpha 0,601 – 0,80 tingkat realibilitasnya reliabel, dan Alpha 0,801 – 1,00 tingkat realibilitasnya sangat reliabel.
Pertanyaan dinyatakan reliable jika jawaban responden terhadap pertanyaan (kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya sudah sesuai dengan kenyataan maka berapa kali pun diambil akan tetap sama. (Sugiono, 2004).
Uji Validitas dan reliabilitas (kesahihan dan keandalan) alat ukur penelitian berupa kuesioner, dilakukan sebelum digunakan untuk mengukur ukuran modifikasi lingkungan, manipulasi lingkungan, pengendalian secara kimia, pengendalian secara fisik, pengendalian secara biologis/ hayati, pelaksanaan survai jentik, pelaksanaan abatisasi, pelaksanaan fogging, penyuluhan/ sosialisasi terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Bagan Deli Belawan dilakukan uji coba pada kepala keluarga di lokasi yang menyerupai lokasi penelitian yaitu kelurahan Uni Kampung, dengan jumlah sampel 30 orang. Hal ini dimaksudkan agar alat ukur yang digunakan benar – benar tepat dan cermat dalam melakukan fungsi ukurnya serta dapat dipercaya.
Hasil uji kuesioner seluruh variabel pada partisipasi masyarkat menunjukkan bahwa seluruh pertanyaan mempunyai nilai cronbacha alpha >0,7, ini berarti nilai r hitung > r tabel (0,361). Dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel partisipasi masyarkat valid dan realibel.
Berdasarkan hasil uji variabel program pengendalian oleh KKP Kelas I Medan menujukkan bahwa seluruh pertanyaan pada variabel tersebut nilai cronbach alpha> 0,7, ini berarti nilai r hitung > r tabel (0,361). Dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel program pengendalian yang dilakukan oleh KKP Kelas I Medan valid dan reliabel.
3.5.Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Bebas
Variabel bebas yaitu partisipasi masyarakat dan program KKP Kelas I Medan dalam pengendalian DBD yang meliputi:
1. Perbaikan wadah persediaan air yaitu:
Mengurangi wadah wadah penampungan air bersih dan menggunakan wadah yang kecil , sehingga kita dengan mudah untuk membersihkan wadah-wadah tersebut dan akan mengurangi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
Mengalirkan atau menutup tempat-tempat genangan air yang bisa menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.
3. Pembersihan tempat genangan air yaitu
Membersihkan tempat tumpahan air dari pipa distribusi, katup air, meteran air wadah penyimpanan air, air talang yang tersumbat, supaya air tidak tergenang yang menyebabkan tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.
4. Daur ulang bahan bekas yaitu
Mendaur ulang bahan bekas supaya tidak menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.Misalnya: ban bekas, bisa digunakan untuk pot bunga yang disi tanah, tempat sampah, ember dan sandal karet.
5. Raket elektrik yaitu
Raket yang beralirkan listrik dengan daya yang kecil tetapi bisa digunakan untuk membunuh nyamuk.
6. Kelambu yaitu
Kain yang mempunyai lubang – lubang yang kecil yang digunakan untuk menghindari orang yang tidur dari gigitan nyamuk, dengan bentuk selebar tempat tidur, dan ujung – ujung dari kainnya dimasukkan ke dalam setiap sudut tempat tidur, sehingga tidak memungkinkan nyamuk masuk kedalamnya.
7. Kawat kasa yaitu
Kawat yang dipasang pada ventilasi-ventilasi yang ada di rumah untuk menghidari masuknya nyamuk kedalam rumah.
- Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali
- Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
- Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barang barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik bekas dan lainnya.
9. Pengasapan (fogging), yaitu
Suatu teknik yang digunakan untuk mengendalikan DBD dengan menggunakan senyawa kimia malathion dan fenthion, yang dikendalikan adalah nyamuk dewasa berguna untuk mengurangi penularan sampai batas waktu tertentu. 10. Pemberantasan larva nyamuk yaitu
Pemberantasan larva nyamuk dengan menggunakan zat kimia seperti :
Abate 1 G (bahan aktif : Temephos 1), Altosid 1,3 G (bahan aktif: Metopren 1,3%), dan Sumilary 0,5.
11. Obat nyamuk bakar yaitu
Obat nyamuk yang mengandung insektisida dibakar dan mengeluarkan asap, dan asap tersebut yang membunuh nyamuk.
12. Lotion anti nyamuk yaitu
Lotion yang mengandung insektisida dan dioleskan kepada bagian tubuh manusia supaya terhindar dari gigitan nyamuk.
Cairan insekisida yang terdapat dalam botol yang digunakan untuk membunuh nyamuk dan digunakan dengan cara menyemprotkan cairan tersebut pada dinding-dinding rumah yang dhinggapi oleh nyamuk.
14. Pemeliharaan ikan pemakan jentik yaitu
Memelihara ikan yang dapat memakan jentik nyamuk Aedes aegypti seperti : ikan kepala timah (Aplocheilus panchax), ikan nila (Oreochronis nilocitus), ikan guppy (Poecilia reticulata), ikan mujair (Oreochronis mossambicus), ikan cupang (Betta splendens).
15. Menanam tanaman anti nyamuk
Menanam tanaman anti nyamuk, tanaman yang mengeluarkan bau yang tidak disukai oleh nyamuk Aedes aegypti.
16. Pelaksanaan program Survai jentik yaitu
Melakukan pengamatan terhadap keberadaan jentik pada tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
17. Pelaksanaan program Abatisasi yaitu
Pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti dengan bubuk abate, yang diberikan kepada penduduk, dan ditempatkan pada tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
18. Pelaksanaan program fogging yaitu
Pengasapan dengan menggunakan bahan kimia seperti malathion untuk membunuh nyamuk dewasa Aedes aegypti.
Memberitahukan gambaran tentang Demam Berdarah Dengue kepada masyarakat.
3.5.2. Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu keberaaan jentik Aedes aegypti, keberadaan Jentik Aedes
aegypti merupakan indikasi adanya nyamuk Aedes aegypti yang bisa menyebabkan penyakit
demam berdarah di suatu daerah. Adapun keberadaan jentik Aedes aegypti diukur melalui
indikator ada dan tidak ada.
3.6. Metode Pengukuran 3.6.1. Variabel Bebas
Pengukuran variabel bebas menggunakan skala ordinal. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi komponen-komponen yang dapat diukur dalam bentuk item pertanyaan (indikator). Indikator dibagi dalam beberapa tingkatan dan diberikan skor/nilai. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.2. berikut ini :
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Bebas
No Variabel
Parameter Alternat
if jawaban
Bobot
Nilai Hasil Ukur
Skala Ukur
Cara Ukur
1 Partisipasi Masyarakat
A. kasi lingkungan jawaban benar ≥50% aik jika jawaban benar <50%
1.Ya 2.Tidak 1. Baik 2. Tidak Baik si cara B. ulasi lingkungan jawaban ya ≥50%
aik jika jawaban benar <50%
1.Ya 2.Tidak 1 0 baik si cara D. dalian secara kimiawi jawaban benar ≥50% aik jika jawaban benar <50%
1.Ya 2.Tidak 1 0 1. Baik 2. Tidak baik Ordinal Wawancara E. dalian secara biologis jawaban benar ≥50% aik jika jawaban benar <50%
1.Ya 2.Tidak 1 0 1. Baik 2. Tidak baik Ordinal Wawancara
Lanjutan Tabel 3.2.
2. Program Pengendalian DBD yang dilakukan oleh KKP Kelas I Medan A entik jawaban benar ≥50%
aik jika jawaban benar <50%
1. Ya 2. Tidak 1 0 1. Baik 2. Tidak baik cara B. si jawaban benar ≥50% aik jika jawaban benar <50%
1.Ya 2.Tidak 1 0 1. Baik 2. Tidak baik cara C.. jawaban benar ≥50% aik jika jawaban benar <50%
1.Ya 2.Tidak 1 0 1. Baik 2. Tidak baik cara D. asi/ han jawaban benar ≥50% aik jika jawaban benar <50%
1.Ya 2.Tidak 1 0 1. Baik 2. Tidak baik cara 3.6.2. Variabel Terikat
Variabel terikat yang akan diukur dijabarkan menjadi komponen-komponen yang dapat diukur dalam bentuk item pertanyaan (indikator).
1. Jika hasil survai peneliti menemukan jentik nyamuk, maka ada keberadaan jentik nyamuk (ada) dan diberi skor 0.
2. Jika hasil survai peneliti tidak menemukan jentik nyamuk, maka tidak ada keberadaan jentik nyamuk (Tidak ada) dan diberi skor 1.Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.3. di bawah ini:
Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat
No Variabel Parameter
Kategorik
Bobot Nilai Skala Ukur Cara ukur
1. Keberadaan jentik Aedes aegypti Tidak baik jika ada Baik jika jawaban tidak ada 1. Ada 2. Tidak ada 0 1 Ordinal Observasi
3.7. Metode Analisis Data
3.7.1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang menjelaskan setiap variabel penelitian dengan penyajian dalam tabel distribusi frekuensi. Adapun variabelnya adalah variabel independen yaitu : Partisipasi masyarakat yang meliputi modifikasi lingkungan, manipulasi lingkungan, pengendalian secara fisik, pengendalian secara kimiawi, pengendalian secara biologis dan program pengendalian DBD yang dilakukan oleh KKP Kelas I Medan yang meliputi survai jentik, abatisasi, fogging dan sosialisasi/ penyuluhan).
3.7.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen (partipasi masyarakat dan program pengendalian penyakit DBD oleh KKP Kelas I Medan) terhadap variabel dependen (keberadaan jentik Aedes aegypti) yang dilakukan dengan analisis statistik menggunakan uji chi square pada tingkat
kepercayaan 95 % (α = 0,05. Bila p<0,05, maka hasil statistik dikatakan
bermakna/berpengaruh).
3.7.3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat adalah untuk melihat pengaruh antara variabel Keberadaan
Jentik dengan seluruh variabel yang diteliti yaitu : modifikasi lingkungan, manipulasi
lingkungan, pengendalian secara fisik, pengendalian secara kimiawi, pengendalian secara
variabel mana yang paling berpengaruh terhadap keberadaaan jentik Aedes aegypti dengan
menggunakan regresi logistik berganda (multiple regression). Persamaan regresi logistik
berganda adalah berikut ini :
Keterangan:
Y = Probabilitas keberadaan jentik Aedes aegypti
βo = Konstanta regresi logistic
β1
X1 = Nilai variabel bebas pada Partisipasi masyarakat
dan β2 = Koefisien regresi logistic
X2 = Nilai variabel bebas pada Program pengendalian DBD yang dilakukan oleh KKP Kelas I Medan