• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

Dalam dokumen PENGARUH PENGELOLAAN SUMBER DAYA SECARA (Halaman 40-54)

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Sebuah desain penelitian menurut Umar (2003) merupakan rencana untuk memilih sumber-sumber daya serta data yang diolah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Sedangkan menurut Sekaran (2003), sebuah desain penelitian merupakan serangkaian keputusan rasional yang melibatkan penentuan tujuan penelitian, jenis investigasi yang dilakukan, tingkat kontrol yang dilakukan, aspek waktu (time horizon), lokasi penelitian, serta unit analisis yang menunjukkan di level mana data akan di analisis.

Secara umum terdapat dua jenis desain penelitian yaitu ekploratif dan konklusif (Maholtra, 2010). Penelitian eksploratif dilakukan saat data dan informasi mengenai suatu subjek belum tersedia sehingga dilakukan eksplorasi. Sedangkan penelitian konklusif dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis. Dalam penelitian konklusif, data dan informasi sebagai referensi mengenai suatu subjek telah tersedia dari berbagai penelitian sebelumnya. Berdasarkan klasifikasi Maholtra (2010), penelitian ini digolongkan sebagai penelitian konklusif.

Sekaran (2003) membagi penelitian konklusif menjadi dua, yaitu penelitian kausal dan deskriptif. Penelitian kausal merupakan penelitian yang dilakukan untuk menguji pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Sedangkan penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan karakteristik subjek penelitian. Kedua jenis penelitian tersebut digunakan dalam penelitian ini. Analisis kausal dilakukan untuk menguji pengaruh variabel-variabel dalam model penelitian, sedangkan analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan karakteristik responden. Penelitian deskriptif dilakukan dalam satu waktu tertentu sehingga dapat digolongkan sebagai single cross-sectional. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan Partial Least Square (PLS) menggunakan perangkat lunak Smart PLS for Education versi ke-3.

Universitas Indonesia 3.2 Model dan Hipotesis Penelitian

3.2.1 Model Penelitian

Strategic Entrepreneurship Model yang dirumuskan Ireland, et al. (2003) digunakan sebagai kerangka penelitian ini. SE yang didefinisikan Ireland, et al. (2003) sebagai perpaduan antara manajemen stratejik serta entrepreneurship. Dalam model tersebut, Ireland, et al. (2003) merumuskan bahwa agar dapat mengaplikasikan SE dengan baik, perusahaan perlu memiliki pola pikir (mindset) serta budaya dan kepemimpinan kewirausahaan, yang kemudian berpengaruh pada bagaimana perusahaan mengelola sumber dayanya secara stratejik. Inovasi sebagai output dari pengelolaan sumber daya secara stratejik dipandang sebagai sumber keunggulan kompetitif yang memastikan keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang.

Selain itu, hipotesis baru (H5 dan H6) ditambahkan berdasarkan pada penelitian Kong (2012) mengenai pengaruh kepemimpinan terhadap inovasi dan penelitian Santz, et al. (2011) mengenai pengaruh budaya organisasi terhadap inovasi.

Gambar 3.1

Kerangka Penelitian. Dikutip dari Ireland et al. (2003), Sanz et al. (2011) dan Kong (2012) Entrepreneurial Mindset Innovation Managing Resources Strategically H4 Entrepreneurial Culture Entrepreneurial Leadership H6 H5 H1 H2 H3 H7

Universitas Indonesia

3.2.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan model yang dibangun, penelitian ini merumuskan hipotesis yang akan diuji sebagai berikut.

Tabel 3.1 : Hipotesis Penelitian

Hipotesis Sumber

H1 : Entrepreneurial Mindset (EM) berpengaruh positif terhadap Pengelolaan Sumber Daya Secara Stratejik (MRS)

Ireland, et al. (2003)

H2 : Entrepreneurial Culture (EC) berpengaruh positif terhadap Pengelolaan Sumber Daya Secara Stratejik (MRS)

Ireland, et al. (2003)

H3: Entrepreneurial Leadership (EL) berpengaruh positif terhadap Pengelolaan Sumber Daya Secara Stratejik (MRS)

Ireland, et al. (2003)

H4: Pengelolaan Sumber Daya Secara Stratejik (MRS) berpengaruh positif terhadap Inovasi (INN)

Ireland, et al. (2003) H5: Entrepreneurial Culture (EC) berpengaruh positif

terhadap Inovasi (INN)

Santz, et al. (2011) H6: Entrepreneurial Leadership (EL) berpengaruh

positif terhadap Inovasi (INN)

Kong (2012), H7: Entrepreneurial Mindset (EM) berpengaruh positif

terhadap Entrepreneurial Culture (EC)

Ireland, et al. (2003)

Sumber : Ireland, et al. (2003), Santz, et al. (2011), Kong (2012), dan Covin dan Slevin, 2002; McGrath dan MacMillan, 2000)

3.3 Definisi Operasional

Secara umum terdapat dua jenis variabel dalam analisis PLS, yakni variabel laten dan variabel manifest. Menurut Santoso (2012) variabel laten (unobserved variable, konstruk, atau konstruk laten) merupakan variabel yang tidak dapat diukur secara langsung kecuali diukur dengan satu atau lebih variabel manifes. Dalam sebuah model PLS, sebuah variabel laten dapat berfungsi sebagai variabel eksogen maupun variabel endogen. Variabel endogen adalah variabel independen yang memengaruhi variabel endogen/variabel dependen (Santoso, 2012). Dalam model PLS, variabel eksogen ditandai dengan adanya panah yang berasal dari variabel tersebut menuju variabel dependen/endogen.

Universitas Indonesia

Penelitian ini menggunakan empat variabel laten yang dikutip dari Ireland et al. (2003) yaitu Entrepreneurial Mindset(EM), Entrepreneurial Culture dan Leadership (ECL), Managing Resources Strategically (MRS), serta Innovation yang dikutip dari Hansen dan Birkinshaw (2007).

3.3.1 Entrepreneurial Mindset

Definisi entrepreneurial mindset yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola pikir yang fokus untuk memeroleh keuntungan (McGrath dan MacMillan, 2000 dalam Ireland, et al. 2003) dari lingkungan bisnis. Pola pikir ini terlihat dari tindakan yang berusaha mencari dan memanfaatkan peluang-peluang bisnis.

Indikator Entrepreneurial Mindset.

 Recognizing Opportunity. Individu berusaha mencari informasi dan mampu melihat peluang-peluang bisnis yang potensial.

 Entrepreneurial Alertnes, peluang-peluang bisnis yang telah ditemukan dikombinasikan dengan pengetahuan, skil dan pengalaman yang dimiliki untuk merumuskan produk/jasa apa yang berpotensi untuk sukses.

 Real Options Logic, memilih produk/jasa apa yang benar-benar akan diciptakan dan dijual. Pertimbangan dilakukan berdasarkan pada kemampuan perusahaan.

 Entreprenuerial Framework. Tindakan-tindakan yang diambil dilakukan didasarkan pada perancanaan yang matang, baik dari segi waktu dan tahapannya.

 Opportunity register. Data-data mengenai peluang-peluang bisnis yang ditemukan, baik itu produk/jasa yang potensial atau konsumen yang potensial didokumentasikan agar dapat dimanfaatkan atau dipelajari di lain kesempatan.

3.3.2 Entrepreneurial Culture

Budaya kewirausahaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepercayaan dan nilai-nilai yang dibangun pemilik usaha yang tercermin pada sikap-sikap dan perilaku yang diterapkan pada karyawannya. Indikator Entrepreneurial Culture adalah sebagai berikut.

Universitas Indonesia  Mendorong terciptanya ide-ide baru dan kreatifitas (New ideas and

creativity are expected). Orang-orang dalam organisasi didorong mengungkapkan ide-ide dan gagasannya mengenai pengembangan bisnis.

 Mendorong pengambilan risiko (Risk Taking). Karyawan dalam perusahaan didorong untuk mengambil risiko sesuai dengan kewenangannya jika diperlukan.

 Toleransi terhadap kegagalan (failure is tolerated), tercermin pada pandangan terhadap kegagalan sebagai sebuah pembelajaran.

 Learning is promoted, mendorong orang-orang dalam organisasi untuk meningkatkan skil dan kemampuannya, baik secara formal maupun informal.

 Product, process and administrative innovations are championed. Mendukung inovasi dalam produk, proses bisnis, serta administrasi organisasi yang lebih baik.

3.3.3 Entrepreneurial Leadership

Merupakan upaya-upaya yang dilakukan pemilik usaha untuk mempengaruhi perilaku karyawan agar memiliki sikap dan perilaku tertentu. Adapun indikator Entrepreneurial Leadership adalah sebagai berikut.

 Nourish Entrepreneurial Capability, mendukung pengembangan keahlian dan memberikan kesempatan pada karyawan untuk menimba pengalaman.

 Protect innovations threatening the current business, aktif berkomunikasi secara terbuka kepada karyawan untuk menjelaskan inovasi yang dilakukan supaya mereka dapat melibatkan diri dengan lebih serius

 Make sense of opportunities, aktif berkomunikasi secara terbuka kepada karyawan untuk menjelaskan target-target pasar yang sedang dikejar supaya mereka dapat melibatkan diri dengan lebih serius

 Question the dominant logic, terbuka pada pemikiran dan cara-cara yang baru yang lebih baik

Revisit the “deceptively simple questions“, memikirkan kembali tujuan dan mengkaji keputusan-keputusan bisnis yang telah diambil untuk memastikan perusahaan berada dalam jalur yang tepat

Universitas Indonesia  Link entrepreneurship and strategic management, Upaya-upaya yang

dilakukan selalu direncanakan dengan matang 3.4 Responden Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap pemilik Usaha Mikro dan Kecil di Jakarta dan Depok yang minimal telah 2 tahun menjalankan usahanya. Usia 2 tahun dipilih karena pada usia ini perusahaan telah memiliki struktur dan proses yang cukup stabil. Usia 2 tahun berdasarkan penelitian Hubeis dan Lupiyoadi (2004) juga masih berada dalam masa-masa kritis dimana banyak UKM yang mengalami kegagalan, oleh karena itu aplikasi SE menjadi sangat krusial dalam membantu UKM melewati masa-masa kritisnya.

Adapun definisi UKM dalam penelitian ini mengacu pada UU nomor 20 Tahun 2008 yang memberikan pengertian mengenai Usaha Kecil dan Menegah terbagi dalam dua pengertian, yaitu sebagai berikut.

“ Usaha Kecil adalah entitas ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar dengan kriteria memiliki kekayaan bersih lebih dari RP.50.000.000 - RP. 500.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, serta memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari RP. 300.000.000 –RP. 2.000.000.000”.

3.5 Metode Pengambilan Sampel

Sekaran (2003) secara garis besar membagi dua jenis sampling design, yaitu probability dan non-probability. Penggunaan probability sampling digunakan memungkinkan setiap individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Sedangkan dalam non-probability sampling methods, sampel dipilih berdasarkan penilaian subjektif peneliti (Santoso dan Tjiptono, 2001). Penelitian ini menggunakan purpossive sampling yang merupakan bagian dari non-probability sampling methods, dimana pengambilan sampel ditujukan pada orang-orang yang memenuhi kriteria tertentu yang diperkirakan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.

Universitas Indonesia 3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Data Primer

Menurut Sekaran (2003) data primer mengacu pada informasi mengenai variabel tertentu yang didapatkan dari sumber utama. Data primer dalam penelitian ini didapat melalui kuesioner yang dikirim melalui email. Namun sebelumnya responden terlebih dahulu dihubungi untuk mengetahui kesediaan mereka mengikuti penelitian. Penggunaan kuesioner melalui email memberikan keuntungan yaitu mampu mencakup area geografi yang luas serta responden dapat menyelesaikan kuesioner di tempat dan kondisi yang nyaman bagi mereka (Sekaran, 2003). Namun, di sisi lain, penggunaan kuesioner elektronik melalui email juga memiliki beberapa kerugian, diantaranya adalah rendahnya pengembalian kuesioner (Sekaran, 2003).

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder menurut Sekaran (2003) mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah lebih dahulu ada, misalnya arsip, publikasi perusahaan atau pemerintah, analisis industri maupun internet. Penelitian ini mendapatkan data sekunder melalui studi literatur, serta publikasi analisis industri yang diterbitkan pemerintah dalam hal ini Kementrian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Untuk menangkap kondisi yang lokal, penelitian-penelitian mengenai UMKM terutama di area Depok juga dijadikan rujukan. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari laporan-laporan organisasi swasta, baik skala nasional maupun global, diantaranya laporan Ernst dan Young (2014) mengenai kewirausahaan di Indonesia, serta laporan Global Entrepreneurship Monitor. 3.7 Alat Ukur Penelitian

3.7.1 Kuesioner

Model SE Ireland et al. (2003) merupakan model utama penelitian ini. Meski demikian, untuk beberapa beberaa konstruk mengunakan indikator-indikator yang dihasilkan dari penelltian lain. Sementara untuk proses inovasi mengadopsi indikator yang dibangun oleh Hansen dan Birkinshaw (2007). Data profil responden yang akan dilibatkan dalam penelitian terlebih dahulu diperoleh dari UKM Center FEB UI.

Universitas Indonesia

Semua bagian kuesioner menggunakan jenis close-ended question, dimana responden diminta untuk memilih diantara sekelompok alternatif yang diberikan peneliti. Sedangkan dari bentuk pernyataannya, bagian pertama dan kedua kuesioner menggunakan positively worded question, dimana semua pernyataan dibuat dalam bentuk positif. Setiap pernyataan diukur menggunakan likert scale 1-6 dengan keterangan masing-masing tingkatannya adalah sebagai berikut.

 Sangat tidak setuju diberi nilai 1

 Tidak setuju diberi nilai 2

 Agak tidak setuju diberi nilai 3

 Agak setuju diberi nilai 4

 Setuju diberi nilai 5

 Sangat tidak setuju diberi nilai 6

Sementara bagian kedua yaitu data demografi responden berisi data mengenai usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, jenis usaha, lama usaha, banyaknya karyawan yang dimiliki.

3.7.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Dalam model PLS dimana terdapat variabel laten dan manifest, pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui seberapa tepat variabel manifest tersebut dapat menjelaskan variabel laten yang ada (Santoso, 2012). Sementara pengujian reliabilitas dilakukan guna mengetahui konsistensi instrumen kuesioner sehingga hasil pengukuran untuk satu hal yang sama akan sama meski dilakukan beberapa kali. Pengujian reliabilitas juga menunjukkan bahwa item-item dalam kuesioner dapat diandalkan. Uji validitas dilakukan dengan memperhatikan nilai KMO dan factor loading dari masing-masing indikator. Menurut Santoso (2012) nilai KMO harus diatas 0,5 agar data dapat dianalisis lebih lanjut. Untuk pengujuan reliabillitas menggunakan koefieisien Chronbach Alpha.

3.7.3 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dan validitas dilakukan dalam pre testterhadap data dari 15 responden pertama yang diolah menggunakan perangkat lunak IBM SPSS versi 24. Terdapat beberapa pendapat mengenai jumlah sampel yang digunakan

Universitas Indonesia

dalam pilot study. Menurut Treece dan Treece (1982), serta Connelly (2008), jumlah sampel untuk pre testharus 10 persen dari total sampel penelitian utama (parent study). Sedangkan Isaac dan Michael (1995) serta Hill (1998) menyarankan 10 – 30 partisipan. Hasil pengujian adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2

Validitas Konstruk Entrepreneurial Mindset Konstruk Indikator Loading

Factor Awal KMO Awal Loading Factor akhir KMO Akhir Ket. Chron. Alpha Ket. Entrepre. Mindset

EM1 0,555 0,497 0,548 0,581 Valid 0,778 Reliable

EM2 0,615 0,583 Valid

EM3 0,479 0,659 Valid

EM4 0,460 0,547 Valid

EM5 0,295 - TV

TV= Tidak Valid

Sumber : Hasil olah data dengan SPSS

Pengujian validitas konstruk Entrepreneurial Mindset di tahap awal menujukkan bahwa KMO awal yang tidak memenuhi kecukupan dimana konstuk hanya mampu menjelaskan 49,7 persen dari variasi yang ada. Selain itu, beberapa indikator (EM3, EM4, dan EM5) juga memiliki loading factor dibawah 0,5. Pengujian ulang dilakukan dengan menghilangkan indikator yang memiliki loading factor terkecil yaitu EM5. Hasil pengujian kedua mendapati bahwa setelah menghapus indikator EM5, nilai KMO naik menjadi 0,581 dan loading factor seluruh indikator naik diatas 0,5. Hasil ini menunjukkan bahwa indikator EM dinyatakan valid. Koefisien Chronbach Alpha juga menujukkan nilai 0,778 sehingga dinyatakan reliable.

Tabel 3.3

Validitas dan Reliabilitas Konstruk Entrepreneurial Culture Konstruk Indikat. Loading

Factor Awal KMO Awal Loading Factor akhir KMO Akhir Ket. Chrob Alpha Ket. Entrepre Culture

EC1 0,763 0,754 0,763 0,754 Valid 0,859 Reliable

EC2 0,763 0,763 Valid

EC3 0,680 0,680 Valid

EC4 0,764 0,764 Valid

EC5 0,742 0,742 Valid

TV = Tidak Valid

Universitas Indonesia

Pengujian validitas konstruk Entrepreneurial Culture menujukkan seluruh indikator memuhi syarat loading factor diatas 0,5. Begitu juga dengan KMO sebesar 0,754 menujukkan bahwa konstruk sudah mampu menjelaskan 75,4 persen dari variasi yang ada sehingga dapat dinyatakan valid. Koefisien Chronbach Alpha juga menujukkan nilai cukup tinggi sehingga dinyatakan reliable.

Tabel 3.4

Validitas dan Reliabilitas Konstruk Entrepreneurial Leadership Konstruk Indikator Loading

Factor Awal KMO Awal Loading Factor akhir KMO Akhir Ket. Chronb. Alpha Ket. Entrepre. Leadership EL1 0,169 0,322 - 0,722 TV 0,766 Reliable EL2 0,277 - TV EL3 0,638 0,864 Valid EL4 0,366 0,734 Valid EL5 0,309 0,660 Valid EL6 0,343 0,753 Valid TV= Tidak Valid

Sumber : Hasil olah data dengan SPSS

Melalui tabel diatas, dapat diketahui bahwa terdapat dua indikator (EL1 dan EL2) yang tidak memenuhi persyaratan karena memiliki loading factor kurang dari 0,5. Selain itu, total variance explained hanya 0,322. Untuk meningkatkan KMO dan memperbaiki loading factor, indikator EL1 dan EL2 yang memiliki loading factor paling rendah dinyatakan tidak valid sehingga dihapus. Pengujian ulang pun dilakukan. Hasilnya nilai KMO naik menjadi 0,722 dan semua loading factor indikator sisanya membaik. Sementara untuk uji reliabilitas, nilai koefisien Cronbach Alpha yang diperoleh sebesar 0,776 sehingga dinyatakan reliabel.

Konstruk MRS terdiri atas 9 indikator yang kesemuanya memiliki loading factor diatas 0,5 kecuali indikator BR2 (tidak valid). Meski KMO dalam pengujian awal telah bernilai 0,596, namun validitas tidak dapat diperoleh selama masih ada indikator yang tidak memenuhi standar minimal. Pengujian ulang yang dilakukan menghapus BR2 dari analisis, sehingga menghasilkan KMO 0,657 dan memperbaiki loading factor seluruh indikator tersisa sehingga dinyatakan valid. Hasil pengujian reliabilitas yang menunjukkan koefieisn Chronbach Alpha 0,863 menandakan bahwa indikator yang digunakan sudah reliabel. Sementara itu, hasil ujii validitas awal untuk konstruk Innovation mendapati 3 indikator yang tidak

Universitas Indonesia

valid, yaitu IC4, ID1 dan ID2. Hal ini dikarenakan jawaban responden yang sangat variatif. Selain itu, pada pengujuan awal ini diperoleh KMO 0,339. Pengujian ulang dilakukan dengan menghapus indikator yang tidak valid. Hasilnya KMO naik menjadi 0,713 dan semua indikator sisanya memiliki loading factor lebih dari 0,5. Sementara untuk pengujian reliabilitas diperoleh koefisien Chronbach Alpha sebesar 0,943 sehingga kuesioner dipastikan valid dapat diandalkan

Tabel 3.5

Validitas dan Reliabilitas Konstruk Managing Resources Strategically Konstruk Indikat. Loading

Factor Awal KMO Awal Loading Factor akhir KMO Akhir Ket. Chron Alpha Ket. Managing Resources Strategically SRP1 0,631 0,596 0,657 0,657 Valid 0,863 Reliable SRP2 0,564 0,720 Valid SRP3 0,649 0,869 Valid BR1 0,646 0,538 Valid BR2 0,391 - TV BR3 0,671 0,689 Valid LC1 0,5 0,511 Valid LC2 0,522 0,593 Valid LC3 0,734 0,733 Valid TV = Tidak Valid

Sumber : Hasil olah data dengan SPSS

Tabel 3.6

Validitas dan Reliabilitas Konstruk Innovation Konstruk Indikat. Loading

Factor Awal KMO Awal Loading Factor akhir KMO Akhir Ket. Chronb. Alpha Ket.

Innovation IG1 0,322 0,339 0,590 0,713 Valid 0,943 Reliable

IG2 0,395 0,619 Valid IG3 0,373 0,803 Valid IG4 0,313 0,669 Valid IG5 0,314 0,872 Valid IG6 0,283 0,756 Valid IC1 0,286 0,678 Valid IC2 0,745 0,791 Valid IC3 0,315 0,687 Valid IC4 0,206 - TV ID1 0,293 - TV ID2 0,291 - TV ID3 0,395 0,709 Valid TV= Tidak Valid

Universitas Indonesia 3.8Metode Analisis Data

Secara umum penelitian ini melakukan dua jenis analisis, yaitu analisis deskriptif dan Partial Least Square (PLS).

3.8.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif melibatkan metode-metode untuk merubah data mentah menjadi bentuk yang lebih mudah dipahami. Analisis deskriptif menurut Sekaran (2003) dapat dilakukan dengan menggunakan rerata, frekuensi, atau dapat pula disajikan dalam bentuk grafis agar lebih mudah dipahami (Maholtra, 2010 dalam Werdianty, 2015).

3.8.2 Partial Least Square (PLS)

Partial Least Square merupakan salah satu pendekatan dalam analisis Structural Equation Modeling (SEM) yang fokus pada analisis varians (Kwong dan Wong, 2013). Metode Partial Least Square tidak membutuhkan asumsi mengenai distribusi data (Vinzi et al. 2010 dalam Wong dan Kwong, 2013). Menurut Wong (2010 dalam Kwong dan Wong, 2013), penggunaan PLS dapat menjadi alternatif yang baik terutama saat jumlah sampel yang sedikit serta ketersediaan teori yang masih minim. Model PLS dianalisis melalui dua tahapan sebagai berikut.

a) Pertama analisis dilakukan terhadap outer model/model pengukuran, yang dilakukan untuk mengevaluasi apakah indikator dari masing-masing benar-benar mampu mengukur variabel laten/konstruknya. Untuk itu, dilakukan convergent validity dan discriminant validity. b) Kedua, evaluasi dilakukan pada inner model/model struktural yang

menguji hubungan antar konstruk. Evaluasi dilakukan dengan koefisien determinasi, t-value (signifikansi hipotesis) serta Goodness of Fit. 3.8.3 Analisis Outer Model/Model Pengukuran

3.8.3.1 Convergent Validity

Analisis Convergent validity dilakukan untuk mengetahui keeratan hubungan konstruk/variabel laten dengan indikator/variabel manifesnya. Pada bagian ini dilakukan dua analisis, yaitu analisis indikator validitas serta analisis reliabilitas dan validitas konstruk.

Universitas Indonesia

Analisis indikator validitas dilakukan dengan melihat factor loading dari masing-masing indikator. Secara umum factor loading yang bernilai > 0,7 menujukkan sebuah indikator memang bagian dari sebuah konstruk (Santoso, 2012). Namun menurut Chin (1998) dan Barclay, et al. (1995 dalam Vinzi et al. 2010), nilai loadings minimal 0.5 dapat diterima jika ada pertanyaan lain dalam konstruk yang sama memiliki skor yang tinggi. Pengujian selanjutnya dilakukan terhadap Construct reliability and validity dilakukan menggunakan Composite Reliability dan Average Variance Extracted (AVE).

Koefisien reliabilitas komposit menggunakan analisis faktor konfirmatori dalam pendekatan model persamaan struktural (Widhiarso, 2010). Melalui analisis ini dapat diketahui apakah indikator-indikator yang ada memang benar-benar dapat menjelaskan sebuah konstruk (Santoso, 2012). Semakin tinggi validitas indikator maka semakin tinggi pula nilai reliabilitas pengukuran. Besarnya nilai koefisien reliabilitas konstruk yang direkomendasikan adalah di atas 0,7 (Hair, et al. 1998 dalam Widhiarso, 2010).

Average Variance Extracted (AVE) merupakan koefisien yang menjelaskan varian di dalam indikator yang dapat dijelaskan oleh faktor umum (Widhiarso, 2010). Secara umum, nilai AVE diatas 0,5 dapat dijadikan sebagai adanya konvergensi yang memadai. Nilai AVE menunjukkan seberapa besar varians dalam indikator dapat dijelaskan oleh variabel laten/konstruk.

3.8.3.2 Discriminant Validity

Uji diskriminan berlawanan dengan uji konvergen. Jika uji konvergen menguji keeratan hubungan, maka uji diskriminan justru mencari perbedaan diantara dua variabel berbeda (Santoso, 2012). Pengukuran discriminant validity dilihat dari nilai cross loading dan perbandingan akar AVE dengan korelasi antar konstruk. Necessary condition bagi validitas diskriminan adalah keterkaitan variasi antara variable laten dan indikatornya harus lebih tinggi dari pada variasi dengan variabel lain (Hulland, 1999 dalam Vinzi, Chin, Henseler, dan Wang, 2010). Setelah lolos pengujian outer model, maka selanjutnya model memasuki pengujian inner model/model struktural

Universitas Indonesia

3.8.4 Pengujian Inner Model/Model Struktural

Menurut Santoso (2012), pengujian model struktural dilakukan dengan menggunakan dua tahapan. Pertama, dilakukan pengujian model secara keseluruhan (overall model fit). Kedua dilakukan pengujian structural parameter estimates yakni hubungan diantara konstruk (variabel independen dan dependen) yang ada dalam model struktural.

Pengujian pertama dilakukan dengan melihat indeks Goodness of Fit yang merupakan pengukuran tunggal untuk meprediksi performa model secara keseluruhan (Vinzi et al, 2010).

Pengujian kedua dilakukan dengan melihat menilai koefisien korelasi (R2) yang menujukkan seberapa besar pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen. Signifikasi pengaruh tersebut dapat dilihat pada koefisien jalur (path coefficient) melalui nilai t-test hasil proses bootstrapping.

Mengacu pada model yang digunakan, penelitian ini menggunakan hipotesis satu arah (1-tiled), dengan tangkat kepercayaan 95 persen (signifikansi 5 %) . Kriteria ini menetapkan hipotesis dapat diterima jika nilai hasil uji t hitung ≤ 1,645.

Universitas Indonesia

Dalam dokumen PENGARUH PENGELOLAAN SUMBER DAYA SECARA (Halaman 40-54)

Dokumen terkait