3.1 J enis Penelitian
Pada penelitian ini penulis tidak membahas hubungan antar variable, sehingga tidak ada pengukuran variabel x dan y. Penelitian ini hanya difokuskan pada masyarakat terhadap pengguna tato, sehingga penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif dengan menggunakan analisis
kualitatif.Tipe penelitian deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin, tanpa adanya perlakuan terhadap objek yang diteliti. Metode ini merupakan suatu metode yang berupaya untuk memberikan gambaran mengenai fenomena tertentu secara terperinci, yang pada akhirnya akan diperoleh pemahaman yang lebih jelas mengenai fenomena yang diteliti. Deskriptif dapat juga diartikan sebagai metode yang melukiskan variabel demi variabel ataupun satu per satu.
Penelitian kualitatif sendiri adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti secara
holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2005: 8). Pada penelitian ini yang akan dipaparkan adalah bagaimana persepsi masyarakat menilai para pengguna
kualitatif, yaitu pendekatan yang tidak menggunakan statistic atau angka-angka tertentu.Hasil dari penelitian kualitatif ini tidak dapat digeneralisasikan (membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum) ataupun bersifat universal.Jadi, hanya dapat berlaku pada situasi dan keadaan dimana penelitian yang serupa dilakukan.
Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain, persepsi adalah cara kita mengubah energi-energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna.Pengalaman, media, budaya, dan nilai-nilai adalah beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya persepsi.Dengan kata lain peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap orang bertato hingga saat ini. Budaya tato sendiri awalnya adalah tanda pembeda dengan suku lain maupun sebagai tanda statuts hirarki kemasyarakatan di kehidupan sehari-hari. Bagi suku-suku tradisional seperti suku Maori, Indian Inca, Indian Maya, dan Indian Astec (satu rumpun dengan suku Indian Latin, dengan tingkat kultur yang jauh berbeda, termasuk dalam budaya tato mereka), Ainu, Polynesia (nenek moyang dari bangsa Asia Tenggara) dan beberapa suku lain, budaya tato merupakan satu identitas kesukuan yang hingga kini masih tetap terpelihara disela kemajuan zaman.
Di era yang modern seperti saat ini, budaya tato telah bergeser menjadi komsumsi masyarakat urban, sebagai tanda gaya hidup maupun trend. Budaya tato adalah merajah tubuh dengan semacam tinta (baik kimiawi
maupun alami), yang nantinya akan menghasilkan sebuah gambar, tetgantung dari gambar apa yang akan dirajah ke tubuh orang yang akan ditato, karena setiap gambar memiliki makna historis tertentu bagi masing-masing individu yang mentato tubuhnya. Kualitas tato selain ditentukan oleh pemilihan gambar (bergantung kepada selera individu maupun keahlian seniman tato), juga bergantung pada alat serta tinta yang digunakan dalam proses pentatoan. Semakin banyak jarum yang digunakan dalam sebuah tato, maka akan cepat selesai dan lebih detail juga tato yang dikerjakan.Sementara itu perbedaan antara kualitas kecerahan warna yang ditentukan oleh tinta tato yang digunakan.Secara umum, tinta lokal kurang bisa bersaing dengan tinta impor dalam hal kualitas kecerahan, ketajaman, pilihan warna, efek samping yang ditimbulkan, maupun dalam tingkat keawetannya. Beberapa contoh merk tinta tato “luar” seperti misalnya intenze, voodo, starbrite, kuro sumi (khusus untuk arsiran dan outline), flame ink, ataupun glow-ink yang digunakan khusus untuk warna fosfor dan glitter (berkilauan).
3.2 Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap tato yang dimiliki oleh perempuan.
3.3 Infor man dan Teknik Penarikan Infor man
Subyek dalam penelitian ini adalah masyarakat dewasa laki-laki maupun perempuan yang mempunyai pernah memlihat perempuan bertato maupun memiliki teman perempuan yang bertato. Informan tersebut adalah
orang yang memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk mengungkapkan informasi secara lisan dan dengan bahasa yang dimilikinya, informan merupakan sumber informasi yang penting bagi peneliti. Dalam penelitian ini pemilihan informan dilakukan secara purposif, yaitu individu-individu yang mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tato, antara lain rohaniawan Kristen, Ustad, serta masyarakat yang memiliki pengetahuan mengenai tato. Berhubungan dengan tujuan penelitian kualitatif, maka prosedur sampling yang terpenting menentukan informan kunci (key
informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat dengan focus penelitian.
(Bungin, 2003 :53).
Dalam penelitian ini besarnya sample yang harus diambil dapat diketahui atau didapatkan setelah atau dalam melakukan penelitian. Hal ini disebabkan karena teknik sampling dalam penelitian kualitatif jelas berbeda dengan penelitian nonkualitatif.Pada penelitian nonkualitatif sampel dipilih terlebih dahulu dari suatu populasi yang telah ditentukan terlebih dahulu, sehingga dapat digunakan untuk membuat generalisasi pada akhirnya. Sampel benar-benar mewakili ciri-ciri suatu populasi, karena sampel ditarik dati populasi dan sampel tersebut memiliki dan ciri-ciri yang sama dengan populasi.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa metode pengumpulan data, antara lain :
1. Pengamatan (observation)
Mendapat informasi dengan cara penelitian terjun langsung ke
lapangan untuk mengetahui dan memahami secara detail masalah yang terjadi, sebab melalui observasi itulah dikenali berbagai rupa kejadian, peristiwa, keadaan, tindakan yang mempola dari hari ke hari ditengah masyarakat atau juga dikenal dengan “table hidup”. Kegiatan observasi ini tidak hanya dilakukan terhadap kenyataan-kenyataan yang terlihat, tetapi juga terhadap yang terdengar, serta sejumlah suasana yang terasakan, seperti rasa tercekam, rasa suka ria dan semacamnya yang termasuk bagian dari kenyataan yang didapat dari observasi. (Bungin,2005 :65-67).
2. Wawancara mendalam (indepth interview)
Pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab terhadap
informan dan bertatap muka dengan penanya dan penjawab, dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara mendalam dimaksudkan untuk mengetahui makna yang tersembunyi dibalik “table hidup” kenyataan yang tertangkap dan diobservasi sehingga sesuatu fenomenal dapat dipahami. Dengan wawancara mendalam, bisa digali apa yang tersembunyi di lubuk hati seseorang, apakah menyangkut masa lampau, masa kini, maupun masa depan.
3. Studi literatur
Pengumpulan data dengan menggunakan buku-buku ilmiah dari para
ahli yang akan membantu penulis guna mendapatkan data yang valid, yang nantinya digunakan dalam penelitian ini.
3.6 Teknik Analisis Data
Dengan melihat sifatnya, penelitian ini tidak menggunakan penelitian
survey, tetapi lebih pada interaksi antara persepsi tentang tato di kalangan
masyarakat secara umum.
Dalam tahapan penelitian ini, pekerjaan yang harus dilakukan oleh peneliti adalah menyusun teks atau narasi tersebut berdasarkan hasil wawancara yang telahdilakukan, kemudian langkah berikutnya adalah memadukan atau menggabungkan teks atau narasi menjadi suatu kesatuan, dan langkah yang terakhir dalam pengorganisasian, analisis, dan sintetis data adalah membuat sintesis makna teks guna memperoleh pengalaman.
Data yang didapatkan dari hasil observasi, wawancara mendalam ini diperoleh dan disusun dalam kategori-kategori tertentu dalam mengacu pada pokok-pokok bahasan yang telah diterapkan dalam penelitian.Dalam penilitian ini telah dilakukan inteprestasi berupa pemberian makna terhadap fakta sosial budaya, sehingga kualitas penelitian ini dihaapkan dapat mendekati realitas.