KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi penelitian ini adalah termasuk jenis populasi tak terbatas yaitu sumber datanya tidak dapat ditentukan batasan-batasannya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah (Riduwan, 2004:60). Obyek sasaran dijadikan populasi penelitian adalah Kepala Keluarga Petani (laki-laki atau perempuan) yang berasal dari Suku Besar Pedalaman Arfak yang terdiri dari empat suku yaitu: Hatam, Meyakh, Sougb, dan Moule. Mereka adalah suku asli yang tinggal menyebar di sekitar Pegunungan Arfak pada delapan Distrik/Kecamatan yaitu Manokwari, Warmare, Prafi, Minyambow, Oransbari, Ransiki, Anggi, dan Sururey dari 29 Distrik di Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Sampel
Teknik penarikan sampel pada penelitian ini adalah probability area sampling yaitu memberikan peluang yang sama kepada setiap Kepala Keluarga Petani Suku Arfak yang tinggal pada wilayah geografis Pegunungan Arfak untuk menjadi anggota sampel. Teknik untuk mendapatkan sampel klaster mula-mula secara acak diambil sampel yang terdiri dari 8 distrik di kawasan Pegunungan Arfak dari tiap distrik dalam sampel, disebut distrik sampel. Kemudian dari tiap distrik sampel secara acak diambil kampung untuk mendapatkan kampung sampel. Akhirnya dari tiap kampung sampel secara acak diambil Kepala Keluarga Petani Arfak yang memiliki kegiatan bercocok tanam ubi jalar dan sayur-sayuran sebagai mata pencaharian pokok.
Penentuan jumlah sampel atau responden menggunakan asumsi bahwa jumlah Kepala Keluarga Petani setiap kampung di wilayah distrik di Pegunungan Arfak adalah 60 orang (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Bagian Pemerintahan Kampung Setwilda Kabupaten Manokwari, 2005), maka jumlah populasi pada 10 lokasi penelitian adalah 600 orang. Untuk menetapkankan jumlah sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane (Riduwan, 2004:65) sebagai berikut:
n =
1 2 + Nd
N
Responden terdiri dari responden pengamatan dan informan kunci (Kepala Suku, Tokoh Agama seperti Pendeta, Kepala Kampung, dan aparat Distrik atau PPL) berfungsi
Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi
sebagai pembanding sekaligus nara sumber. Berdasarkan rumus di atas diperoleh minimal 86 orang responden, namun dalam penelitian ini menggunakan 100 responden. Uraian teknik penentuan lokasi dan sampel terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Teknik Penentuan Lokasi dan Responden Penelitian
Suku
Dominan Wilayah Distrik Kampung Unit Pengamatan
Yom Nuni 10 KK petani
Sairo 10 KK petani Meyakh Dataran Rendah Manokwari Utara Bremi 10 KK petani Hink 10 KK petani
Tanah Merah 10 KK petani
Hatam Dataran Sedang Warmare Guentui 10 KK petani Anggra 10 KK petani Moile Dataran Tinggi Minyambow Mbenti 10 KK petani Serurey 10 KK petani Sougb Dataran Tinggi Sururey
Saug Bemeba 10 KK petani
Jumlah 4 Distrik 10 Kampung 100 KK Petani
Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode penelitian survei. Data yang dihasilkan digolongkan menjadi dua. Pertama, data untuk menguji hipotesis yang diajukan menggunakan metode kuantitatif. Hipotesis yang diuji berdasarkan konsep atau teori difusi/adopsi inovasi sebelumnya. Kedua, data untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang pengetahuan dan teknologi lokal petani serta sosial budaya masyarakat Arfak, yaitu menggunakan metode kualitatif dengan teknik menyelami langsung tata kehidupan masyarakat Arfak.
Secara umum jenis data diperoleh dengan teknik observasi partisipatif (participatory observation), wawancara mendalam dan diskusi. Didukung oleh sejumlah instrumen/alat: kuesioner dan alat rekaman/dokumentasi seperti tape recorder, kamera photo/video sebagai bahan analisis, evaluasi dan dokumentasi saat penulisan laporan.
Observasi partisipasi yang dimaksud di sini adalah peneliti berada di suatu tempat, misalnya di kebun/ladang, tempat aktivitas utama petani bercocok tanam ubi jalar dan sayur-sayuran. Peneliti duduk dan diam mengamati sepanjang kegiatan yang dilakukan oleh petani kemudian ikut terlibat dalam kegiatan petani. Mereka mengerjakan apa, berapa
dilakukan di beberapa petani responden lainnya sehingga dapat memperoleh pola-pola kegiatan secara umum. Peneliti juga tinggal dan tidur dengan nara sumber kunci sehingga mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan akurat.
Data kualitatif diamati dalam bentuk verbal (kata-kata) dan non verbal (tindakan/perilaku), selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Hasil pengamatan dicatat dan merekam gambar menggunakan kamera photo dan video. Kesempatan tersebut dilakukan wawancara semi terstruktur untuk mengkonfirmasikan hasil pengamatan. Kuesioner model tertutup diperlukan untuk kepentingan data kuantitatif.
Pengumpulan data dalam bentuk wawancara mendalam dan diskusi dilakukan dengan cara mendatangi atau menginap dengan salah satu di antara kepala suku, kepala desa, pendeta, aparat pemerintahan/PPL yang dijadikan informan kunci. Diskusi berupa konfirmasi konsep, istilah, dan hubungan dari beberapa fenomena sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam menganalisis hal yang mendasar seperti konsep dan istilah. Bahan diskusi juga dilakukan dengan menyaksikan hasil rekaman gambar photo dan video sehingga sumber bisa menjelaskan tentang peristiwa dan memperoleh data yang lebih detil.
Data dan Instrumentasi
Data
Pengambilan data berlangsung pada bulan April sampai dengan September 2006. Data primer diperoleh dari hasil survei dan observasi yang diperoleh langsung dari responden dan pengamatan sikap dan perilaku responden di lapangan. Data terhimpun dalam bentuk data kuantitatif dan kualitatif berdasarkan instrumen yang telah disiapkan. Data sekunder adalah data pelengkap yang diperoleh dari kepustakaan (buku, jurnal, buletin, disertasi, thesis, dan skrepsi) dari instansi pemerintah yang terkait (Bappeda, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan), Perguruan Tinggi, LSM, dan sumber lain yang berkaitan dengan fokus penelitian.
Keseluruhan data yang dikumpulkan pada dasarnya adalah data yang terkait dengan kebutuhan belajar, nilai-nilai budaya, sikap terhadap penyuluhan dan inovasi, karakteristik petani, atribut inovasi, saluran komunikasi, serta pengetahuan dan teknologi pertanian lokal masyarakat Arfak.
Data yang diperoleh dari operasional peubah-peubah adalah sbb.: (1) Kebutuhan belajar (X1)
(2) Nilai-nilai budaya (X2): Hakekat hidup manusia (X2.1); Hakekat dari karya manusia (X2.2); Hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu (X2.3); Hakekat dari kedudukan manusia dengan alam sekitarnya (X2.4); Hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya (X2.5)
(3) Sikap terhadap penyuluhan (X3) (4) Karakteristik Petani (X4):
(a) Karakteristik sosial ekonomi (X4.1): Tingkat pendidikan (X4.1.1); Pengalaman bertani (X4.1.2); Luas lahan garapan (X4.1.3); Pendapatan (X4.1.4); Status sosial (X4.1.5); Kekosmopolitan (X4.1.6)
(b) Karakteristik kepribadian (X4.2): Empati (X4.2.1); Rasionalitas (X4.2.2); Sikap mau ambil resiko (X4.2.3); Optimis (X4.2.4); Keinovatifan (X4.2.5); Sikap terhadap perubahan (X4.2.6)
(c) Karakteristik perilaku komunikasi (X4.3): Komunikasi dengan orang luar (X4.3.1); Hubungan dengan agen pembaharu (X4.3.2); Keterdedahan media massa (X4.3.3); Komunikasi antar sesama petani (X4.3.4)
(5) Atribut Inovasi (X5):
(a) Keuntungan relatif (X5.1) (b) Kesesuaian (X5.2)
(c) Kerumitan (X5.3)
(d) Kemungkinan dicoba (X5.4) (e) Kemudahan diamati (X5.5) (f) Ketersediaan (X5.6)
(6) Saluran Komunikasi Inovasi (X6) (7) Tahapan Keputusan Inovasi (Y):
(a) Tahapan pengetahuan (Y1) (b) Tahapan persuasi (Y2) (c) Tahapan keputusan (Y3)
(8) Pengetahuan dan Teknologi Pertanian Lokal (Z)
Peubah ini dilakukan dengan metode eksplorasi yaitu menggali informasi melalui teknik pengamatan pada kegiatan pertanian khususnya bercocok tanam ubi jalar. Pengamatan dilengkapi dengan instrumen seperti pedoman wawancara dengan
observasi berupa garis-garis besar atau butir-butir umum kegiatan yang akan diobservasi seperti berikut:
(a) Pengamatan Umum
(1) Bagaimana proses peralihan pola pertanian meramu ke pertanian berladang berpindah dan berkebun menetap? Agen perubahan mana (misionaris, aparat pemerintah, transmigrasi) yang berperan dalam proses perubahan tersebut? (2) Bagaimana menentukan jadwal/musim tanam, apakah melihat tanda-tanda dari
bintang, cuaca, arah angin, suara binatang dan tanda-tanda lainnya?
(3) Bagaimana pembagian waktu kerja di ladang/kebun: berapa kali dalam seminggu; pagi, siang, sore; dan berapa lama.
(4) Pengetahuan tentang lingkungan fisik dari manusia antara lain sungai, udara, air, rumah. Apa arti keberadaannya dengan kegiatan pertanian, bagaimana cara menjaganya supaya bermanfaat bagi pertanian, arti posisi dan bentuk rumah, jarak pemukiman dengan kebun, bagaimana hubungan ternak dengan kehidupan mereka?
(5) Apakah setiap melakukan kegiatan pertanian didahului oleh upacara adat, ada persyaratan lain, bagaimana kalau tidak dilaksanakan, ada sangsinya?
(6) Makanan pokok. Arti filosofis ubi jalar, kenapa ubi jalar dijadikan makanan pokok? Jenis ubi jalar yang banyak ditanam? Jenis ubi jalar yang datang dari luar?
(b) Pengamatan kegiatan budidaya ubi jalar (1) Pengolahan lahan:
▪ Bagaimana pengetahuan tentang ciri-ciri tanah yang subur?
▪ Bagaimana teknik membersihkan lahan: tebas, tebang, bersihkan, bakar, pagar?
▪ Bagimana teknik membuat bedengan dan saluran?
▪ Apakah tanah digemburkan dan diberi pupuk?
▪ Apa peralatan dan tenaga kerja yang digunakan?
▪ Berapa lama dikerjakan? (2) Pemilihan bibit:
▪ Bagaimana memilih bibit yang baik, ciri-cirinya, apakah menggunakan stek atau umbi?
▪ Kapan mempermuda/peremajaan bibit?
▪ Bagaimana jarak tanam?
▪ Bagaimana memperkirakan kebutuhan bibit?
▪ Bagaimana posisi menanam tangkai bibit tegak atau miring? (3) Perawatan:
▪ Apakah dilakukan perawatan rutin? Kalau tidak, kenapa?
▪ Apakah perawatan dengan cara-cara mereka sendiri?
▪ Apakah dilakukan penyulaman atau penggantian tanaman yang tidak tumbuh?
▪ Apakah dilakukan penyiangan gulma, penggemburan, disiram, pengangkatan batang?
▪ Apakah diadakan pemupukan?
▪ Menggunakan alat apa?
(4) Pengendalian hama, penyakit, dan gulma:
▪ Bagaimana pengetahuan mereka tentang jenis hama (ulat, serangga, kumbang), tanda-tanda pada tanaman ubi, cara menanganinya?
▪ Apakah ada upacara adat untuk mengusir atau membasmi hama penyakit? (5) Panen dan pascapanen:
▪ Apakah ada upacara adat, ada tanda-tanda akan panen?
▪ Bagaimana pengetahuan tentang umur panen?
▪ Bagaimana perhitungan hasil, dibanding sebelumnya?
▪ Bagaimana cara memanen, alat yang digunakan, waktu berapa lama, bentuk ubi luka, apakah disortir, berapa banyak?
▪ Apakah semua dipanen hari itu atau disisakan sebagai cadangan makanan pada hari yang lain?
▪ Bagaimana cara menyimpan hasil panen, berapa lama, tempatnya?
Instrumentasi
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu instrumen yang bersifat mengukur (skala sikap) dan bersifat menghimpun seperti tercantum dalam Tabel 3 dan kuesioner pada Lampiran 5.
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Skala Sikap dan Menghimpun
Variabel Dimensi Indikator-indikator Instrumen
a. Pengetahuan 1. Keinginan menjadi tahu/lebih tahu b. Ketrampilan 2. Keinginan menjadi mampu melakukan
Kebutuhan Belajar
c. Sikap 3. Keinginan menjadi percaya
Wawancara terstruktur dibantu dengan kuesioner skala sikap
a. Hakekat hidup 1. Hidup itu buruk 2. Hidup itu baik
3. Hidup itu buruk tetapi manusia wajib ikhtiar
b. Hakekat karya manusia
1. Karya itu untuk nafkah hidup
2. Karya itu untuk kedudukan 3. Karya itu untuk menambah karya c. Hakekat waktu 1. Orientasi ke masa lalu
2. Orientasi ke masa sekarang 3. Orientasi ke masa depan
d. Hakekat alam 1. Manusia tunduk kepada alam yang dahsyat
2. Manusia berusaha menjaga keselarasan dg alam
3. Manusia berhasrat menguasai alam e. Hakekat hub. Manusia
dengan sesama 1. orientasi koleteral/horizontal 2. Orientasi vertikal Nilai-nilai Budaya 3. individualisme Wawancara terstruktur dibantu dengan kuesioner skala sikap
a. Materi 1. Sesuai, mudah dipahami dan dicoba b. Metode 2. Sederhana, mudah, menyenangkan c. Media 3. Senang menggunakan salah satu
media
d. Kompetensi 4. Mampu menyampaikan & mempraktikan materi
Sikap terhdp penyuluhan
e. Frekuensi 5. Jadwal keberadaan di tempat tugas
Wawancara terstruktur dibantu dengan kuesioner skala sikap
a. Tingkat pendidikan 1. Menyelesaikan atau lulus pendidikan formal
b. Status sosial 2. Memiliki kedudukan lebih tinggi dari orang lain
c. Luas pemilikan lahan 3. Memiliki lahan garapan
d. Mobilitas 4. Sering tidak ada di tempat urusan pekerjaan
e. Orientasi ekonomi 5. Petani sudah memasarkan hasilnya
Sosial-Ekonomi
f. Pekerjaan spesifik 6. Menekuni satu bidang pekerjaan
Wawancara terstruktur dibantu dengan kuesioner skala sikap
a. Empati 1. Petani merasa simpati kepada penyuluh
Individu/Sist. Nilai
b. Rasionalitas 2. Segala hal selalu dipikirkan akibatnya
Wawancara terstruktur dibantu dengan
c. Sikap mau ambil resiko 3. Mau bertanggung jawab apa yang dilakukan
d. Tidak menyerah pada nasib
4. Tidak mengeluh dan putus asa dalam bekerja
e. Motivasi meningkatkan hidup
5. Bersemangat dalam bekerja
f. Sikap terhadap ilmu pengetahuan
6. Selalu mau belajar
kuesioner skala sikap
a. Komunikasi intrapersonal
1. Frekuensi bertemu dengan petani lainnya
b. Hubungan dengan agen pembaharu
2. Frekuensi bertemu dengan penyuluh, kepala suku, pendeta
Komunikasi
c. Keterdedahan media massa
3. lama mendengar radio, nonton TV, membaca Wawancara terstruktur dibantu dengan kuesioner skala sikap
a. Keuntungan relatif 1. Jumlah biaya yang dikeluarkan 2. Tingkat resiko kegagalan yg. dirasakan 3. Jumlah tenaga yang dibutuhkan
4. Jumlah waktu yg. dibutuhkan 5. Tingkat keuntungan ekonomis yang
diperoleh
b. Kesesuaian 1. Kesesuaian dg. nilai adat yg berlaku 2. Kesesuaian dg. ketrampilan yg dimiliki 3. Kesesuaian dg. kebutuhan
4. Kesesuaian cara/pengetahuan
5. Sesuai dg alat/teknologi setempat c. Kerumitan 1. Tingkat kesulitan memahami inovasi
2. Tingkat kesulitan menerapkan inovasi d. Kemungkinan dicoba 1. Kemudahan inovasi dicoba
e. Kemudahan diamati 1. Kemudahan mengamati /membuktikan cara kerja inovasi
Atribut Inovasi
2. kemudahan dikomunikasikan kepada orang lain Wawancara terstruktur dibantu dengan kuesioner skala sikap a. Melalui kegiatan pertemuan di ruang kls
1. Suasana yang dirasakan dalam proses belajar
b. Langsung di kebun 1. Suasana yang dirasakan bila dipraktekkan di kebun c. Di rumah responden 1. suasana yang dirasakan kalau
penyuluh datang ke rumahnya
Saluran Komunikasi Inovasi
d. Lewat media massa 1. Manfaat yang diperoleh kalau menerima informasi dr. media massa
Wawancara terstruktur dibantu dengan kuesioner skala sikap
a. Tahap pengetahuan 1. Pengetahuan akan adanya inovasi 2. Pengetahuan akan manfaat inovasi 3. Pengetahuan akan dampak inovasi 4. Pengetahuan akan cara bercocok
tanam ubi jalar
b. Tahap persuasi 1. Keinginan lebih jauh tentang inovasi 2. Keinginan untuk mencoba inovasi 3. Keinginan untuk menerapkan inovasi c. Tahap keputusan 1. Pernyataan/ungkapan mau menerima
inovasi 2. Pernyataan/ungkapan mau mempraktekan inovasi Tahapan Adopsi Inovasi
3. Pernyataan ungkapan telah
Wawancara terstruktur dibantu dengan kuesioner skala sikap
a. Istilah/bahasa lokal 1. Semua petani gunakan bahasa/istilah yg sama
b. Aktivitas adat/ritual/norma
1. setiap aktivitas pertanian selalu dihubungkan dengan acara ritual, adat, religi, dan norma setempat c. Kegunaan praktis 1. Tiap kegiatan dapat dikerjakn dengan
baik tanpa hambatan
Sistem Pengetahuan & Teknologi Pertanian Lokal
d. Kegiatan budidaya 1. Kegiatan rutin yg dilakukan mulai dr menanam, memelihara, sampai dengan pasca panen.
Observasi partisipasi dibantu dg catatan anekdot, daftar ceklist, alat elektronik & wawancara mendalam/diskusi dengan responden Validitas Instrumen
Validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Cara yang digunakan untuk menguji validitas alat ukur adalah validitas konstruk, yaitu menyusun tolak ukur operasional dari suatu kerangka konsep dan teori. Upaya yang dilakukan adalah (1) membuat tolok ukur berdasarkan kerangka konsep yang diperoleh dari beberapa kajian pustaka; (2) berkonsultasi dengan dosen pembimbing dan berbagai pihak
yang dianggap menguasai materi yang akan diukur; (3) membuat kuesioner penelitian, (4) menetapkan lokasi uji. Instrumen ini telah diuji di Kampung Hink Distrik Warmare dan
Kampung Bremi Distrik Manokwari Utara dengan jumlah responden 30 orang petani. Langkah pengujian validitas instrumen adalah sebagai berikut: (1) membuat tabulasi skor untuk setiap nomor pertanyaan untuk setiap responden, (2) membuat pertanyaan operasional dalam bentuk kuesioner, dan (3) pengujian validitas menggunakan rumus korelasi Product Moment yang hasilnya pada Tabel 4.
No. Peubah Kisaran Koef. Korelasi
1. Kebutuhan Belajar (X1) 0,764** – 0,800**
2. Nilai-nilai Budaya (X2) 0,454* – 0,671**
3. Sikap terhadap penyuluh (X3) 0,645** – 0,765**
4. Karakteristik petani (X4) 0,664** – 0,743**
5. Atribut Inovasi (X5) 0,487* – 0,802**
6. Saluran komunikasi 0,566* – 0,620**
7. Tahap pengetahuan (Y1) 0,634** – 0,756**
8. Tahap persuasi (Y2) 0,542* – 0,667**
9. Tahap Keputusan (Y3) 0,567* – 0,734**
Keterangan: * nyata pada α0,05dan ** nyata pada α0,01 Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan dalam mengukur gejala yang sama dalam waktu yang berbeda. Hal yang sama dengan uji validitas dilakukan pada tempat dan responden yang sama.
Hasil pengujian reliabilitas alat ukur akan menggunakan teknik belah dua, yaitu mengkorelasikan jawaban belahan pertama (ganjil) dan belahan kedua (genap). Rumus yang digunakan adalah:
r.total = tt r tt r . 1 ) . ( 2 + Keterangan:
r-total = angka realibilitas keseluruhan item atau koefisien reliabilitas r.tt = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua.
Nilai Reliabilitas Guttman Split-Half adalah 0,756 ≥r tabel, hal ini menunjukkan bahwa alat ukur tersebut mempunyai reliabilitas yang tinggi.
Analisis Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode statistik deskriptif dan inferensial. Statistik deskriptif bertujuan memberikan gambaran terhadap data-data pada peubah penelitian seperti distribusi frekuensi skala sikap menurut Likert dengan teknik skor dan ranking. Karena penelitian dilakukan pada masyarakat petani di pedalaman Papua Barat maka jawaban dalam kuesioner menggunakan tiga tingkat jawaban seperti: Setuju = 3, Kurang setuju = 2, dan Tidak setuju = 1. Responden 100 orang maka
diperoleh tiga slang skor: Rendah = 100 s/d 166,67; Sedang = 166,67 s/d 233,33; dan Tinggi = 233,33 s/d 300. Peringkat skor tertinggi hingga terendah menunjukkan ranking. Data peubah bersifat kualitatif (Pengetahuan dan Teknologi Pertanian Lokal) yang diperoleh dari pengamatan dalam bentuk catatan lapangan, memo analitik dan gambar dianalisis dan diinterpretasikan pada saat pengumpulan data dan dilengkapi dengan data sekunder. Data kualitatif tersebut dibahas menggunakan pendekatan analisis teori: struktural fungsional, perubahan sosial, relativisme budaya, dan ekologi manusia (Murtijo dan Nugraha, 2005:32-45).
Memperkuat temuan pembahasan diskriptif dilakukan uji tambahan atas dasar data kuantitatif yaitu untuk melihat:
(1) Perubahan sosial yang terjadi pada kebutuhan belajar, nilai budaya, dan sikap terhadap penyuluhan. Uji analisis yang digunakan adalah Uji Statistik Proporsi yaitu bila t hitung > 1,96 atau nyata < 0.05 maka peubah yang diuji tergolong tinggi atau telah mengalami perubahan (Lampiran 1).
(2) Nilai budaya dan atribut inovasi yang esensial sebagai faktor pendorong dan non esensial sebagai faktor penghambat proses adopsi inovasi. Uji analisis yang digunakan adalah Uji Statistik Faktor. Sebuah faktor dinyatakan valid untuk mengukur peubah apabila nilai korelasi anti-image ≥0,5. (Lampiran 2).
Analisis data kuantitatif untuk menguji hipotesis:
(1) Hubungan saling pengaruh antara kondisi awal sebelum inovasi (kebutuhan belajar, orientasi nilai budaya, sikap terhadap penyuluhan, karakteristik petani dan komunikasi) terhadap tahap pengetahuan adopsi inovasi;
(2) Hubungan saling pengaruh antara atribut inovasi terhadap tahap persuasif adopsi inovasi; dan
(3) Hubungan saling pengaruh antara saluran komunikasi penyuluhan dengan tahap adopsi Inovasi.
Ketiga hipotesis di atas menggunakan uji statistik Analisis Model Persamaan Struktural (Structural Equation Model/SEM). Hipotesis yang diuji adalah H1: bila t hitung > 1,96 maka berpengaruh nyata atau H1 diterima. Peubah yang memiliki nilai koefisien pengaruh lebih besar, maka pengaruh juga lebih besar (Lampiran 3).
Gambar 4. Batas dan Luas Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat