• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian berjudul Penggunaan Model Cooperative learning Tipe Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi

Mengenal Uang Bagi Siswa Kelas III Semester II SD Negeri Sidorejo Lor 03 Kota Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015 ini mengunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dimaksud untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek studi, atau menjawab pertanyaan objek studi saat ini.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah guru dan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran. Lokasi yang dipilih peneliti adalah SD Negeri Sidorejo Lor 03 Kota Salatiga yang terletak di jalan Imam Bonjol No 86 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Siswa di SD Sidorejo Lor 03 Salatiga dari kalangan menengah ke atas. Orang tua murid SD sidorejo lor 03 rata-rata bekerja sebagai (PNS). Di SD tersebut terdapat sesuatu yang menurut peneliti menarik untuk diteliti yaitu Penggunaan Model Cooperative learning tipe Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Uang Bagi Siswa Kelas III Semester II SD Negeri Sidorejo Lor 03 Kota Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015. Waktu penelitian adalah waktu secara umum yang digunakan peneliti selama penelitian. Dalam kesempatan ini peneliti melaksanakan penelitian pada tahun ajaran 2014/2015.

3. Langkah - langkah

Siklus di PTK terdiri dari atas rangkaian 4 kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Menurut Kemmis dan Mc Tanggar (1992 : 85), tahap-tahap dapat di gambarkan dalam model hubungan antara tahapan dalam siklus sebagai berikut :

a. Menyusun rancangan tindakan

Dalam hal ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dengan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.

Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedang yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh 2 orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia adalah seorang guru, ketika sedang mengamati dia adalah sebagai peneliti.

Dalam tahapan penyusunan rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamat untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Jika yang digunakan dalam penelitian ini bentuk terpisah

maka peneliti dan pelaksananya harus melakukan kesepakatan antara keduanya. Dikarenakan pelaksanaan guru peneliti adalah pihak yang berkepentingan untuk meningkatkan kinerja, maka pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan selera dan kepentingan guru peneliti, agar pelaksanaan tindakan dapat terjadi secara wajar, realistis dan dapat dikelola dengan mudah.

b. Pelaksanaan tindakan (Acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan. Yaitu melaksanakan tindakan dikelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.

Dalam mengajukan laporan penelitian, peneliti tidak melaporkan tentang pelaksanaan berlangsung, tetapi melaporkan hasil pelaksanaan. Oleh karena itu laporan harus sudah lengkap untuk menggambarkan semua kegiatan, mulai dari persiapan sampai penyelesaian.

c. Pengamatan (Observing)

Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan peluang pada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat. Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan, karena hatinya menyatu dengan kegiatan, tentunya tidak sempat menganalisis peristiwanya ketika terjadi. Oleh karena itu, kepada guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan

“pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan

berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

d. Refleksi (Reflecting)

Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa inggris reflection, yang terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.

Penelitian tindakan yaitu ketika guru pelaku tindakan siap mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum.

Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir peneliti menyampaikan rencana yang dirasakan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain. Menurut Suharsimi (2000: 16), Catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya rinci, sehingga siapapun yang akan melaksanakan dalam kesempatan lain tidak akan menjumpai kesulitan.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Lembar observasi untuk mengukur aktivitas siswa dalam proses belajar

mengajar yang meliputi: Mendengarkan penjelasan peneliti, mencatat/menyalin pelajaran, bertanya, menjawab/menanggapi pertanyaan, meminta bimbingan kepada peneliti, mengumpulkan tugas dan mempresentasikan tugasnya.

5. Pengumpulan Data a. Interview (wawancara)

Menurut (I Made Wirartha, 2005:37) menyatakan bahwa wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yaitu melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden). Metode ini digunakan sebagai penunjang dan untuk mendukung validitas angket, serta digunakan untuk mengetahui hal-hal lain yang diperlukan dalam penelitian ini.

b. Observasi

Menurut (Ahmad Tanzeh, 2009: 58) menyatakan bahwa metode ini digunakan sebagai pelengkap. Observasi adalah alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur tingkah laku ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Peneliti mengadakan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian untuk mengamati fenomena-fenomena yang terjadi dan berkaitan dengan tujuan penelitian di SD Negeri Sidorejo Lor 03 Kota Salatiga.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan mempelajari dokumen –

tipe Two stay two stray Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Uang Bagi Siswa Kelas III Semester II SDN Sidorejo Lor 03 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/1015. Dokumen tersebut diantaranya RPP, Silabus, Buku nilai siswa, dan dokumen-dokumen lain yang dianggap relevan dengan pokok permasalahan.

d. Praktek

Metode praktek merupakan metode pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas dimana seorang peneliti melaksanakan praktek mengajar pada kelas yang akan di teliti, agar dapat memperolah data yang diinginkan. Dengan menmggunakan metode ini, seorang peneliti akan mengetahui realitas yang terjadi di kelas tersebut sehingga data yang diperoleh benar-benar valid. Saya memberikan soal evaluasi kepada siswa berupa soal essay untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa materi mengenal uang bagi siswa kelas III semester II SDN Sidorejo Lor 03 Salatiga tahun pelajaran 2014/ 2015.

Dokumen terkait