• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI MENGENAL UANG BAGI SISWA KELAS III SEMESTER II SDN SIDOREJO LOR 03 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI MENGENAL UANG BAGI SISWA KELAS III SEMESTER II SDN SIDOREJO LOR 03 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana "

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI MENGENAL UANG

BAGI SISWA KELAS III SEMESTER II SDN SIDOREJO LOR 03 SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

AHMAD HASAN AS ARI

NIM 115 08 055

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

Rasimin, S.Pd.I,M.Pd.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka

bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : Ahmad Hasan As Ari

NIM : 115 08 055

Fakultas/Jurusan : FTIK / Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Judul : PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI MENGENAL UANG BAGI SISWA KELAS III SEMESTER II SDN SIDOREJO LOR

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706 Fax 323433 Kode Pos 50721 Salatiga

(4)

SKRIPSI

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO

STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

IPS MATERI MENGENAL UANG BAGI SISWA KELAS III

SEMESTER II SDN SIDOREJO LOR 03 SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

DISUSUN OLEH

AHMAD HASAN AS ARI

NIM : 115 08 055

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada tanggal 15 April 2015, dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 kependidikan Islam.

Susuanan Panitia Ujian

Ketua Penguji : Peni Susapti, M.Si. __________________

Sekretaris Penguji : Rasimin, S.Pd.I, M.Pd. __________________

Penguji I : Dr. Mukti Ali, M.Hum. __________________

Penguji II : Muh. Hafidz, M.Ag. __________________

Salatiga, 15 April 2015 Dekan

FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd.

(5)

DEKLARASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ahmad Hasan As ari

NIM : 115 08 055

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa

skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau

karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam

skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah..

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 07 April 2015

Penulis

Ahmad Hasan As Ari NIM: 115 08 055 KEMENTRIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706 Fax 323433 Kode Pos 50721 Salatiga

(6)

MOTTO

نإ ْلُق

يِكُسُوو يِتَلاَص

َو

َم

يِتاَمَمَو َياَيْح

ِّبَر ِ َِلِل

َهْيِمَلاَعْلا

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.(Q.S Al-An’am ayat 162) “LIFE CAN BE UNDERSTOOD BACKWARD BUT LIFE MUST BE

(7)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. Bapak dan Ibu, Samhari dan Riati yang selalu memberikan do’a, dan bimbingan hidup.

2. Kakakku Ahmad Mahfudin dan Kasiyanto yang telah memberikan motivasi untukku.

3. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di Paduan Suara Mahasiswa Seni Music Club Salatiga mulai angkatan awareness, willpower, zealous, cambiosso, extender, fidelio, dan cakrawangsa, beserta para dewan alumni yang selalu membimbingku dalam berproses.

4. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku dalam berdakwah, Jamaah Dzikir Ajeg Seloso Kliwon yang telah mendukung dan memberikan motivasi kepadaku. “Jowo digowo Arab digarab Barat diruwat”

5. Kepada Kaprogdi PGMI Ibu Peni Susapti M.Si., Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum., dan kepada Bapak Rasimin, S.Pd.I.,M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas arahan dan masukkannya.

6. Mas Yusuf Dan Bu Tatik Akademik yang telah menjawab pertanyaan-pertanyaanku .

7. Semua dosen yang telah memberikan ilmu kepadaku.

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah

SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut

setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Peni Susapti, M.Si. , selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga.

4. Rasimin, S.Pd.I., M.Pd., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah

dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan

waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan

tugas ini.

(9)

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan

dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam

menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan

kesabaran.

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang

setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.

Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis

khususnya dan para pembaca umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 07 April 2015

Penulis

(10)

ABSTRAK

As Ari, Ahmad Hasan. 2015 Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Uang Bagi Siswa Kelas III Semester II SDN Sidorejo Lor 03 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.

Kata Kunci: Cooperative Learning, Tipe Two Stay Two Stray, dan Hasil Belajar IPS

Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Two Stay Two Stray Materi Mengenal Uang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Bagi Siswa Kelas III Semester II SDN Sidorejo Lor 03 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015 merupakan salah satu solusi meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan KKM, terutama di dalam pembelajaran IPS materi uang dan wesel kelas III SDN Sidorejo Lor III Kota Salatiga. Dalam penelitian ini dirumuskan pertanyaan sebagai berikut; Apakah penggunaan model cooperative learning tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang mengenal nilai uang bagi siswa kelas III semester II SD N Sidorejo Lor 03 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015.

Metode penelitian adalah metode penelitian tindakan kelas dengan pendekatan PTK. Teknik pengumpulan data adalah:sumber primer dalam bentuk buku dan pengamatan. Subyek penelitian adalah Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Uang Bagi Siswa Kelas III Semester II SDN Sidorejo Lor 03 Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan Upaya perbaikan pembelajaran bagi siswa kelas III pada mata pelajaran IPS materi mengenal uang telah dilaksanakan oleh peneliti menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray dengan peraga benda konkrit yaitu uang. Melalui pengamatan selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran, siswa terlihat antusias, semangat, dan aktif mengikuti setiap kegiatan dalam pembelajaran. Belajar IPS tidak lagi menjadi sesuatu yang membosankan tetapi menjadi lebih menyenangkan. Model pembelajaran yang tepat dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan dengan cara yang menyenangkan.

Dari hasil evaluasi sebelum dilakukan perbaikan atau kegiatan pra siklus nilai rata-rata kelas adalah 61, siswa yang mencapai nilai sama dengan atau lebih dari KKM yang telah ditetapkan guru yaitu 61 sebanyak 22 siswa atau 50%. Pada perbaikan pembelajaran siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 73, siswa yang mencapai nilai sama dengan atau lebih dari KKM sebanyak 30 siswa atau 71%, sedang pada perbaikan pembelajaran siklus II rata-rata kelas meningkat lagi menjadi 84, siswa yang mencapai nilai sama dengan atau lebih dari KKM sebanyak 38 siswa atau 93%.

Melihat hasil yang diperoleh dari mulai pra siklus, siklus 1, dan siklus 2, hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi mengenal uang meningkat. Dengan demikian penggunaan model Cooperative Learning tipe Two Stay Two Stray dengan peraga uang untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi mengenal uang bagi siswa kelas III semester II SD Negeri Sidorejo Lor 03 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

DEKLARASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Hipotesis... 6

E. Kegunaan Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional……….. 9

G. Metode Penelitian……….. 14

(12)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Model Cooperative Learning ... 23

1. Pengertian Model Cooperative Learning……….. 23

2. Konsep Dasar Cooperative Learning………... 24

4. Langkah - langkah Model Cooperative Learning ... 27

5. Hasil Penelitian Yang dilakukan Mengenai Cooperative Learning... 29

B. Cooprative Learning Tipe Two Stay Two Stray.………... 30

1.Pengertian Two Stay Two Stray... 30

2.Cara belajar Dengan Two Stay Two Stray... 31

3.Cara Mengevaluasi Two Stay Two Stray... 32

4.Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Two Stay Two Stray.. 33

C. Hasil Belajar IPS ... 35

1. Pengertian Hasil Belajar IPS... 35

2. Tujuan Pembelajaran... 37

D. Media Pembelajaran……… 40

1. Pengertian Media ... 40

2. Fungsi Media... 40

E. Materi Mengenal Uang... 41

1. Pengertian Uang………. 41

2. Jenis Uang………. 42

3. Ciri Uang ………. 45

(13)

F. Kerangka Berfikir... 47

G. Hipotesis Tindakan... 50

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian……….…. 51

1.Tempat Penelitian……….. 51

2.Waktu Penelitian………... 52

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I……….… 55

1.Rencana ……….. 56

2.Pelaksanaan ………...….... 57

3.Pengamatan/ Pengumpulan Data……….... 57

4.Refleksi……… 58

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II……….. 58

1.Rencana ………...……… 58

2.Pelaksanaan ………..……….. 59

3.Pengamatan/ Pengumpulan Data……….. 60

4.Refleksi………. 60

D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III……….. 61

1.Rencana ………...……… 61

2.Pelaksanaan ………..……….. 62

3.Pengamatan/ Pengumpulan Data……….. 63

4.Refleksi………. 63

E. Teknik Analisis Data……… … 64

(14)

2.Alat Pengumpulan Data………... 64

3.Validasi Data………. 65

4.Analisis Data……… 65

5.Prosedur Penelitian………... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus……….… 68

1. Data Hasil Pengamatan………. 68

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I……….... 72

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II……….. . 79

4. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III……….. 86

5. Perbandingan Ketuntasan Belajar Pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II II………... 94

B. Pembahasan Hasil Penelitian……….… 97

1.Pra Siklus……….. 97

2.Siklus I……….. 98

3.Siklus II………. 99

4.Siklus III………. 100

5.Perbandingan Pra Siklus, Siklus I, dan SIklus II……… 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………..….... 102

B. Saran-saran………... 103

DAFTAR PUSTAKA

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,

dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi,

sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan

untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung

jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)

Nomor 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar

adalah sebagai berikut: (1)Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan

kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) Memiliki kemampuan dasar

untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah,

dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Kemudian, (3) Memiliki komitmen

dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) Memiliki

kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Pembelajaran IPS hendaknya mengacu pada tujuan tersebut. Selama

ini fokus guru hanya sebatas pada pengenalan konsep masyarakat dan sosial

(tujuan pertama). Tujuan pembelajaran IPS antara lain, pengembangan

(16)

kesadaran nilai-nilai sosial, serta pengembangan kemampuan berkomunikasi,

bekerja sama, dan sebegainya hanya sepintas lalu saja. Artinya, belum ada

keseimbangan antara pengembangan sisi kognitif (pengetahuan), afektif

(sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Menurut Suwarno (2011: 65), Guru

mengasah kemampuan berpikir siswa sebatas berpikir konsep IPS.

Pada umumnya pembelajaran IPS di SD masih bersifat tradisional

dilihat dari cara pembelajaran yang masih mengandalkan buku sumber dan

penjelasan guru sehingga daya pikir anak tidak dikembangkan. Padahal daya

pikir anak merupakan faktor penting dalam pembelajaran IPS SD. Selain itu

pembelajaran masih bersifat konvensional artinya berpusat pada guru yang

menggunakan metode ceramah sedangkan siswa hanya sebagai obyek.

Keberhasilan proses pembelajaran sebagai keberhasilan proses

pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang

dimaksud misalnya guru, siswa, kurikulum, dan lingkungan sosial. Dari

faktor tersebut guru dan siswalah yang menjadi faktor penting, dilihat dari

pemahaman hakikat pembelajaran yaitu usaha sadar guru membantu belajar

siswa berdasarkan minatnya.

Dalam UUSPN No. 20 pasal 1 ayat 1 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional (Mendiknas, 2003:6) yang menyatakan bahwa

“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

dan proses belajar agar peserta didik secara aktif membangun potensi dirinya

(17)

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara”.

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) harus memperhatikan

kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Dimana rentang usia tersebut

dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitif tingkatan operasional

kongkrit. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan

menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang

mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang

belum mereka pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan

pesan-pesan yang bersifat abstrak. Waterwoorth (2007: 18) menyebut

konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata

angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan,

permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam

program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.

Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan

konsep-konsep abstrak itu dipahami anak melalui percontohan dengan gerak

tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, atau elaborasi

dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa.

Guru sebagai unsur pokok dalam proses pembelajaran hendaknya

dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan membuat perencaan dan

mengelola kelas dengan baik, menerapkan model pembelajaran yang tepat,

menggunakan media yang sesuai, serta memberikan evaluasi yang

(18)

Selayaknya meningkatkan kinerjanya, seorang guru yang salah satu

tugasnya mengajar, dalam pembelajaran IPS dapat menerapkan metode yang

bervariasi seperti menyajikan cooperative learning model, role playing, jigsaw, membaca sajak, buku (novel), atau surat kabar/majalah/jurnal agar

siswa diikutsertakan dalam aktivitas akademik. Dalam buku (Yusritawati,

2009: 44) menguraikan mengenai penerapkan pembelajaran aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan (PAKEM) yang memungkinkan anak mengerjakan

kegiatan yang beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap dan

pemahaman dengan penekanan belajar sambil bekerja, sementara guru

menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar supaya pembelajaran

lebih menarik, menyenangkan dan efektif. Tentu saja guru harus menimba

ilmunya dan melatih keterampilannya, agar ia mampu menyajikan

pembelajaran IPS dengan menarik.

Pembelajaran yang menarik dengan model pembelajaran yang tepat

dan penggunaan alat peraga yang sesuai diharapkan dapat meningkatkan hasil

pembelajaran khususnya mata pelajaran IPS. Pada pembelajaran IPS di kelas

III semester II SD N Sidorejo Lor 03 khususnya materi mengenal uang siswa

belum memahaminya dengan baik. Mereka masih sulit membedakan antara

uang giral dan kartal, belum mampu menyebutkan dengan benar nilai uang

dan kegunaan uang. Hal ini dibuktikan dengan hasil evaluasi pada

pembelajaran pra siklus, dari 14 siswa hanya 50 % yang mencapai batas

(19)

Melihat identifikasi masalah yang terjadi pada pembelajaran IPS kelas

III semester II SDN Sidorejo Lor 03 Salatiga, salah satu faktor yang

menyebabkan belum berhasilnya pembelajaran adalah dari guru yang belum

menggunakan model pembelajaran yang tepat, pembelajaran monoton, dan

penggunaan alat peraga belum maksimal.

Selain dari guru masalah itu muncul dari siswa, yaitu siswa malas

membaca, malu bertanya, dan cenderung pasif dalam pembelajaran. Mengacu

dari permendiknas no. 41 tahun 2008 tentang standar proses yang

menitikberatkan proses pembelajaran karena proses pembelajaran yang baik

akan membawa hasil yang baik pula maka guru harus mengupayakan

pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi belajar, tidak

merasa bosan, dan aktif dalam pembelajaran. Sehingga pembelajaran IPS

khususnya pada materi mengenal uang dapat berjalan dengan baik dan

memberikan hasil yang optimal.

Di dalam proses pembelajaran berkaitan dengan rencana pembelajaran

yang dibuat guru, pemilihan alat peraga yang tepat, penggunaan model

pembelajaran yang sesuai, pengorganisasian kelas, dan penilaian. Penggunaan

model pembelajaran dan alat peraga yang tepat merupakan faktor penting

untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Cooperative learning merupakan

strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokan siswa

dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam

kelompok-kelompok kecil (Saptono, 2003:32). Dengan bekerja secara kelompok-kelompok

(20)

benda konkrit yaitu uang, diharapkan siswa lebih aktif dan pembelajaran

menjadi bermakna sehingga hasil belajar siswa meningkat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan: Apakah penggunaan

model cooperative learning tipe two stay two stray dapat meningkatkan hasil

belajar IPS materi mengenal uang bagi siswa Kelas III Semester II SDN

Sidorejo Lor 03 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil

belajar IPS materi mengenal uang melalui penggunaan model cooperative learning tipe two stay two stray siswa kelas III SDN Sidorejo Lor 03 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015 .

D. Hipotesis Penelitan

Hipotesis adalah dugaan sementara sedangkan menurut

Sugiyono “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

dalam bentuk kalimat pertanyaan” (Sugiyono 2011:64). Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

(21)

pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban

teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

“Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Uang Bagi Siswa Kelas

III Semester II SD Negeri Sidorejo Lor 03 Kota Salatiga Tahun Ajaran 2014

/ 2015.”

E. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Manfaat penelitian perbaikan pembelajaran ini secara teoritis

adalah untuk mendapatkan teori bagaimana meningkatkan hasil belajar

siswa khususnya pada pelajaran IPS materi mengenal uang. Penggunaan

model pembelajaran cooperative learning diterapkan dengan tepat dengan

pengorganisasian siswa secara baik, diharapkan mampu mengatasi

kesulitan siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar IPS mengenal materi

uang bagi siswa kelas III semester II SDN Sidorejo Lor 03 Salatiga Tahun

Pelajaran 2014/2015.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi sebagai

(22)

a. Kontribusi bagi guru

1) Dapat berperan lengkap sebagai guru profesional

2) Mendapatkan referensi cara memperbaiki pembelajaran.

3) Meningkatkan kreatifitasnya dalam menyusun pembelajaran

4) Lebih percaya diri dalam pembelajaran

5) Berkembang pengetahuan dan keterampilannya.

b. Kontribusi bagi siswa

1) Lebih semangat/tertarik belajar karena mendapat variasi

pembelajaran.

2) Dapat memahami materi mengenal uang

3) Hasil belajarnya meningkat.

4) Lebih aktif dalam pembelajaran

c. Kontribusi bagi sekolah

1) Kualitas pembelajaran meningkat.

2) Menciptakan lulusan (output) yang berkompeten.

3) Mutu sekolah meningkat sehingga dapat menciptakan prestasi yang

memuaskan.

d. Kontribusi bagi dunia pendidikan 1) Meningkatkan mutu pendidikan dasar.

(23)

F. Definisi Operasional

Untuk mencegah timbulnya kesalah pahaman dan kesalahan makna

terhadap istilah yang terdapat didalam judul skripsi ini, kiranya penulis

perlu menjelaskan segala sesuatu yang terdapat dalam judul “penggunaan

model cooperative learning tipe two stay two stray untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi mengenal uang bagi siswa kelas III semester II SDN

Sidorejo Lor 03 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015”. diantaranya

sebagai berikut:

1. Penggunaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 748) dijelaskan

bahwa penggunaan adalah proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu.

Dalam sebuah penelitian, pasti menggunakan metode untuk meneliti sebuah

masalah melalui proses dan cara yang berbeda sesuai dengan kebutuhan

subjek yang diteliti.

2. Cooperative Learning

Cooprerative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif muncul karena adanya

perkembangan dalam sistem pembelajaran yang ada. Pembelajaran

kooperatif menggantikan sistem pembelajaran yang individual. Dimana guru

terus memberikan informasi ( guru sebagai pusat ) dan peserta didik hanya

(24)

Menurut Entin Solihatin dan Raharja (2012 : 5) menyatakan

bahwa Cooperative Learning mengandung pengertian bekerja bersama

dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan Cooperative Learning, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh

kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil

dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerjasama untuk

memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam

kelompok tersebut. Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa model

Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya terdiri dari empat sampai 6 orang dengan struktur kelompoknya

yang bersifat heterogen. Dan dikatakan pula, keberhasilan belajar dari

kelompok tergantung pada kemampuan dan aktifitas anggota kelompok,

baik secara individual maupun secara kelompok.

a. Konsep Dasar Model Cooperative Learning

Dalam menggunakan model belajar Cooperative Learning di kelas,

ada beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan diupayakan

oleh guru. Konsep tersebut meliputi :

1) Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas.

2) Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar.

3) Ketergantungan yang bersifat positif.

4) Interaktif yang bersifat terbuka.

(25)

6) Kelompok bersifat heterogen.

7) Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif.

8) Tindak lanjut (follow up).

9) Kepuasan dalam belajar.

b. Langkah-langkah Model Cooperative Learning

1) Langkah pertama yang dilakukan guru adalah merancang rencana

program pembelajaran.

2) Langkah kedua, dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang

lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan

siswa dalam belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil.

3) Langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa,

guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual

maupun kelompok dari segi memahami materi maupun mengenai sikap

dan perilaku siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

4) Langkah keempat, guru memberikan kesempatan kepada siswa dari

masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

3. Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray

Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dikembangkan

oleh Spencer Kagan. Metode ini bisa digunakan dalam semua mata

pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Model pembelajaran

(26)

kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung

jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk

berprestasi. Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik.

Lie, dalam (Yusritawati, 2009:14) menyatakan, “Struktur two stay two stray yaitu memberi kelompok untuk membagikan hasil dan informasi

dengan kelompok lain”. Tipe ini sangat cocok di terapkan untuk

mengidentifikasai benda/ makhluk hidup. Misalnya dalam pembelajaran

IPA, model cooperative Learning tipe two stay two stray dapat di terapkan

dalam mengidentifikasi tumbuh-tumbuhan.

a. Cara Belajar Dengan Tipe Two Stay Two Stray

Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe

Two Stay Two Stray seperti yang diungkapkan Lie (dalam Yusritawati,

2009 : 14) antara lain:

1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap

kelompoknya terdiri dari empat siswa.

2) Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen seperti

pada pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang bertujuan

untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan

(Peer Tutoring) dan saling mendukung.

3) Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk

(27)

4) Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang. Hal

ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat

terlibat secara aktif dalam proses berpikir.

5) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan

kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. Struktur tipe Two Stay Two Stray yang dimaksud tampak seperti pada gambar berikut ini:

gambar 2.1 Struktur tipe Two Stay Two Stray

6) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil

kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

7) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

8) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

(28)

4. IPS ( Ilmu Pengetehuan Sosial)

Menurut Drs. Suwarno (2011 : 117), ilmu pengetahuan dapat

diartikan sebagai pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan

menggunakan kekuatan pemikiran, dimana pengetahuan tersebut selalu

dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis oleh setiap orang yang akan

mengetahuinya. Sedangkan sosial adalah sesuatu yang berhubungan dengan

masyarakat.

Somantri (Sapriya, 2008 : 9) menyatakan bahwa IPS adalah

penyederhanaan atau disiplin ilmu-ilmu sosial humaniora serta kegiatan

dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan

pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.

5. IPS Materi Uang

IPS materi uang adalah suatu materi yang terdapat pada mata

pelajaran IPS kelas III semester II tentang mengenal uang yang bertujuan

memberikan pemaahaman terhadap siswa tentang nilai dan bentuk uang

beserta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

G. Metode penelitian 1. Rancangan Penelitian

Penelitian berjudul Penggunaan Model Cooperative learning Tipe

(29)

Mengenal Uang Bagi Siswa Kelas III Semester II SD Negeri Sidorejo Lor

03 Kota Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015 ini mengunakan pendekatan

penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dimaksud untuk

menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek studi, atau

menjawab pertanyaan objek studi saat ini.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah guru dan siswa yang terlibat dalam proses

pembelajaran. Lokasi yang dipilih peneliti adalah SD Negeri Sidorejo

Lor 03 Kota Salatiga yang terletak di jalan Imam Bonjol No 86

Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Siswa di SD Sidorejo Lor 03 Salatiga

dari kalangan menengah ke atas. Orang tua murid SD sidorejo lor 03

rata-rata bekerja sebagai (PNS). Di SD tersebut terdapat sesuatu yang

menurut peneliti menarik untuk diteliti yaitu Penggunaan Model

Cooperative learning tipe Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Uang Bagi Siswa Kelas III Semester II SD

Negeri Sidorejo Lor 03 Kota Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015. Waktu

penelitian adalah waktu secara umum yang digunakan peneliti selama

penelitian. Dalam kesempatan ini peneliti melaksanakan penelitian

(30)

3. Langkah - langkah

Siklus di PTK terdiri dari atas rangkaian 4 kegiatan yang dilakukan

dalam siklus berulang. Menurut Kemmis dan Mc Tanggar (1992 : 85),

tahap-tahap dapat di gambarkan dalam model hubungan antara tahapan

dalam siklus sebagai berikut :

a. Menyusun rancangan tindakan

Dalam hal ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, oleh

siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan

yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang

melakukan tindakan dengan pihak yang mengamati proses jalannya

tindakan.

Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan

adalah guru itu sendiri, sedang yang diminta melakukan pengamatan

terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru

yang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh 2

orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang

mengajar, dia adalah seorang guru, ketika sedang mengamati dia adalah

sebagai peneliti.

Dalam tahapan penyusunan rancangan ini peneliti menentukan titik

atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk

diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamat untuk

membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan

(31)

maka peneliti dan pelaksananya harus melakukan kesepakatan antara

keduanya. Dikarenakan pelaksanaan guru peneliti adalah pihak yang

berkepentingan untuk meningkatkan kinerja, maka pemilihan strategi

pembelajaran disesuaikan dengan selera dan kepentingan guru peneliti,

agar pelaksanaan tindakan dapat terjadi secara wajar, realistis dan dapat

dikelola dengan mudah.

b. Pelaksanaan tindakan (Acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang

merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan. Yaitu

melaksanakan tindakan dikelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa

dalam tahap ke-2 ini pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha

mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus

pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara

pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama

agar sinkron dengan maksud semula.

Dalam mengajukan laporan penelitian, peneliti tidak melaporkan

tentang pelaksanaan berlangsung, tetapi melaporkan hasil pelaksanaan.

Oleh karena itu laporan harus sudah lengkap untuk menggambarkan

semua kegiatan, mulai dari persiapan sampai penyelesaian.

(32)

c. Pengamatan (Observing)

Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh

pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini

dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya

pengamatan dilakukan pada waktu tindakan dilakukan. Jadi, keduanya

berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan

untuk memberikan peluang pada guru pelaksana yang juga berstatus

sebagai pengamat. Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan,

karena hatinya menyatu dengan kegiatan, tentunya tidak sempat

menganalisis peristiwanya ketika terjadi. Oleh karena itu, kepada guru

pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan

“pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan

berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik, guru pelaksana

mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data

yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

d. Refleksi (Reflecting)

Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali

apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa

inggris reflection, yang terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan

(33)

Penelitian tindakan yaitu ketika guru pelaku tindakan siap

mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal yang dirasakan

sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum.

Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka

dalam refleksi terakhir peneliti menyampaikan rencana yang dirasakan

kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya atau kepada

diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain. Menurut

Suharsimi (2000: 16), Catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya

rinci, sehingga siapapun yang akan melaksanakan dalam kesempatan

lain tidak akan menjumpai kesulitan.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Lembar observasi untuk mengukur aktivitas siswa dalam proses belajar

mengajar yang meliputi: Mendengarkan penjelasan peneliti,

mencatat/menyalin pelajaran, bertanya, menjawab/menanggapi

pertanyaan, meminta bimbingan kepada peneliti, mengumpulkan tugas

dan mempresentasikan tugasnya.

(34)

5. Pengumpulan Data

a. Interview (wawancara)

Menurut (I Made Wirartha, 2005:37) menyatakan bahwa

wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan

jalan komunikasi, yaitu melalui kontak atau hubungan pribadi antara

pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden).

Metode ini digunakan sebagai penunjang dan untuk mendukung

validitas angket, serta digunakan untuk mengetahui hal-hal lain yang

diperlukan dalam penelitian ini.

b. Observasi

Menurut (Ahmad Tanzeh, 2009: 58) menyatakan bahwa metode

ini digunakan sebagai pelengkap. Observasi adalah alat

pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur tingkah laku

ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam

situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Peneliti

mengadakan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian untuk

mengamati fenomena-fenomena yang terjadi dan berkaitan dengan

tujuan penelitian di SD Negeri Sidorejo Lor 03 Kota Salatiga.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan mempelajari dokumen –

(35)

tipe Two stay two stray Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Uang Bagi Siswa Kelas III Semester II SDN Sidorejo Lor 03

Salatiga Tahun Pelajaran 2014/1015. Dokumen tersebut diantaranya

RPP, Silabus, Buku nilai siswa, dan dokumen-dokumen lain yang

dianggap relevan dengan pokok permasalahan.

d. Praktek

Metode praktek merupakan metode pengumpulan data dalam

penelitian tindakan kelas dimana seorang peneliti melaksanakan praktek

mengajar pada kelas yang akan di teliti, agar dapat memperolah data

yang diinginkan. Dengan menmggunakan metode ini, seorang peneliti

akan mengetahui realitas yang terjadi di kelas tersebut sehingga data

yang diperoleh benar-benar valid. Saya memberikan soal evaluasi

kepada siswa berupa soal essay untuk mengetahui tingkat pemahaman

siswa materi mengenal uang bagi siswa kelas III semester II SDN

Sidorejo Lor 03 Salatiga tahun pelajaran 2014/ 2015.

H. Sistematika Penulisan

Dari uraian diatas dapatlah kami gambarkan penelitian yang akan

dilakukan dalam sistematika berikut ini:

Bab I Pendahuluan, berisikan tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, definisi

(36)

Bab II Kajian Pustaka, meliputi pembahasan tentang pengertian,

macam, karakteristik, tujuan, metode. Disamping itu juga akan dibahas

mengenai pengertian, macam, fungsi Uang dan metode mengajar IPS secara

efektif.

Bab III Hasil Penelitian, berisi tentang gambaran dari obyek

penelitian yang meliputi Tempat penelitian, Profil sekolah, kondisi sekolah

SD Negeri Sidorejo Lor 03 Kota Salatiga serta penyajian data penelitian.

Bab IV Analisis Data, dalam bab ini akan dibahas mengenai

analisis data dan juga analisis dari hipotesis. Untuk menguji hipotesis

yang diajukan melalui tahapan analisis pendahuluan dan analisis lanjut.

Bab V Penutup, bab ini adalah akhir penulisan dari uraian dalam

penulisan skripsi. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan

saran bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian.

(37)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Model Cooperative Learning

1. Pengertian Model Cooperative Learning

Menurut Entin Solihatin dan Raharja (2012 : 5) menyatakan

bahwa Cooperative Learning mengandung pengertian bekerja bersama

dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan Cooperative Learning,

siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh

kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok

kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerjasama untuk

memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam

kelompok tersebut. Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa model

Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

yang anggotanya terdiri dari empat sampai 6 orang dengan struktur

kelompoknya yang bersifat heterogen. Dan dikatakan pula, keberhasilan

belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktifitas anggota

(38)

Menurut Ibid (2012 : 5) menyatakan bahwa Cooperative Learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model Cooperative

Learning harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi-interaksi terbuka dan

hubungan-hubungan yang bersifat interpendensi yang diantara anggota

kelompok. Adapun aplikasinya di dalam pembelajaran di kelas, model ini

mengetengahkan realita kehidupan masyarakat yang dirasakan dan dialami

oleh siswa dalam kesehariannya, dengan bentuk yang sederhana dalam

kehidupan kelas. Model pembelajaran ini memandang bahwa keberhasilan

dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh saya, melainkan bisa

juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu yaitu teman

sebayanya.

Keberhasilan belajar menurut model belajar ini bukan semata-mata

ditentukan oleh kemampuan individual secara utuh, melainkan perolehan

belajar ini akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama

dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik.

Melalui belajar dari teman yang sebaya di bawah bimbingan saya, maka

proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat

(39)

2. Konsep Dasar Model Cooperative Learning

Dalam menggunakan model belajar Cooperative Learning di kelas,

ada beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan diupayakan

oleh saya. Konsep tersebut meliputi :

10) Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas.

Sebelum menggunakan strategi pembelajaran, saya hendaknya

memulai dengan merumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas dan

spesifik. Perumusan tujuan harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum

dan tujuan pembelajaran.

11) Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar.

Menurut Ibid (2012 : 7) menyatakan bahwa peneliti hendaknya

mampu mengondisikan kelas agar siswa menerima tujuan pembelajaran

dari sudut kepentingan diri dan kepentingan kelas. Oleh karena itu

siswa dikondisikan untuk mengetahui dan menerima kenyataan bahwa

setiap orang dalam kelompoknya menerima dirinya untuk bekerjasama

dalam mempelajari seperangkat pengetahuan dan ketrampilan yang

ditetapkan untuk dipelajari.

12) Ketergantungan yang bersifat positif.

Saya harus merancang struktur kelompok dan tugas-tugas

kelompok yang memungkinkan setiap siswa untuk belajar dan

(40)

dan kemampuan memahami materi pelajaran. Kondisi belajar ini

memungkinkan siswa untuk merasa tergantung secara positif pada

anggota kelompok lainnya dalam mempelajari dan menyelesaikan

tugas-tugas yang diberikan saya.

13) Interaktif yang bersifat terbuka.

Dalam kelompok belajar, interaksi yang terjadi bersifat langsung

dan terbuka dalam mendiskusikan materi dan tugas-tugas yang

diberikan oleh saya. Suasana belajar seperti ini akan membantu

menumbuhkan sikap ketergantungan yang positif dan keterbukaan di

kalangan siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajarnya.

14) Tanggung jawab individu.

Adalah salah satu dasar penggunaan Cooperative Learning dalam pembelajaran. Keberhasilan belajar akan lebih mungkin dicapai

secara lebih baik apabila dilakukan secara bersama-sama. Oleh karena

itu keberhasilan belajar dalam model belajar strategi ini dipengaruhi

oleh kemampuan individu siswa dalam menerima dan memberi apa

yang telah dipelajarinya. Sehingga secara individual siswa mempunyai

tanggung jawab yaitu mengerjakan dan memahami materi atau tugas

demi keberhasilan dirinya dan anggota kelompoknya.

(41)

Dalam pembentukan kelompok belajar, keanggotaan kelompok

harus bersifat heterogen sehingga interaksi-interaksi kerjasama yang

terjadi merupakan akumulasi dari berbagai karakteristik siswa yang

berbeda. Dalam suasana seperti ini akan tumbuh dan berkembang nilai,

sikap, moral dan perilaku siswa.

16) Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif.

Dalam mengerjakan tugas kelompok, siswa bekerja

bersama-sama dalam kelompok. Dalam suatu interaksi berbersama-sama, siswa tidak

begitu saja menerapkan dan memaksakan sikap dan pendiriannya pada

anggota lainnya.

17) Tindak lanjut (follow up).

Setelah masing-masing belajar menyelesaikan tugas dan

pekerjaannya selanjutnya menganalisa bagaimana penampilan dan hasil

kerja siswa dalam kelompok belajarnya.

18) Kepuasan dalam belajar

Setiap siswa dan kelompok harus memperoleh waktu yang

cukup untuk belajar mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan

keterampilannya. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi, maka

(42)

hendaknya mampu merancang dan mengalokasikan waktu yang

memadai dalam menggunakan model ini dalam pembelajaran.

3. Langkah-langkah Model Cooperative Learning

Langkah yang saya lakukan adalah merancang rencana program

pembelajaran. Pada langkah ini saya mempertimbangkan dan menetapkan

target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Saya juga

menetapkan sikap dan ketrampilan sosial. Saya harus mengorganisasikan

materi dan tugas-tugas siswa yang mencerminkan sistem kerja dalam

kelompok kecil. Untuk memulai pembelajaran, saya harus menjelaskan

tujuan dan sikap serta ketrampilan sosial yang ingin dicapai dan

diperlihatkan oleh siswa selama pembelajaran. Hal ini mutlak harus saya,

karena dengan demikian siswa bisa mengetahui dan memahami apa yang

harus dilakukannya selama proses belajar mengajar berlangsung.

Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, saya merancang lembar

observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam

belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Saya

menjelaskan pokok-pokok materi dengan tujuan agar siswa mempunyai

wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi yang diajarkan.

Langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah menggali pengetahuan

dan pemahaman siswa tentang materi pelajaran berdasarkan apa yang telah

dipelajari. Berikutnya saya membimbing siswa untuk membuat kelompok

(43)

menemukan kebersamaan dari kelompok yang terbentuk. Kegiatan ini

dilaksanakan sambil menjelaskan tugas yang harus dilakukan siswa dalam

kelompoknya masing-masing. Dan pada saat siswa belajar secara

kelompok, maka saya mulai melakukan monitoring dan mengobservasi

kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang telah dirancang

sebelumnya.

Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, saya

mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun

kelompok dari segi memahami materi maupun mengenai sikap dan

perilaku siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pemberian

pilihan dan kritik membangun dari saya kepada siswa merupakan aspek

penting yang harus diperhatikan oleh saya pada saat siswa bekerja dalam

kelompoknya. Di samping itu, pada saat kegiatan kelompok berlangsung

ketika siswa terlibat dalam diskusi dalam kelompoknya masing-masing,

saya secara periodik memberikan layanan kepada siswa baik secara

individual maupun secara klasikal.

Saya memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas

ini, saya bertindak sebagai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk

mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap

(44)

4. Hasil Penelitian Yang Dilakukan Mengenai Model Cooperative Learning

Menurut Van sickle (1983 : 89) dalam penelitiannya mengenai

model Cooperative Learning dan implikasinya terhadap perolehan belajar

siswa dan pengembangan kurikulum social studies, menemukan bahwa sistem belajar kelompok dan debriefing secara individual dan kelompok dalam model Cooperative Learning mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial dan individual siswa, berkembangnya sikap ketergantungan

positif, mendorong peningkatan dan kegairahan belajar siswa, serta

pengembangan dan ketercapaian kurikulum.

Menurut Stahl (1992 : 20) dalam penelitiannya di beberapa

sekolah dasar di Amerika menemukan bahwa penggunaan model

Cooperative Learning mendorong tumbuhnya sikap kesetiakawanan dan keterbukaan diantara siswa. Penelitian ini juga menemukan bahwa model

tersebut mendorong ketercapaian tujuan dan nilai-nilai sosial dalam

pendidikan social studies.

Penelitian Drs. Hj. Etin Solihatin, M. Peserta didik., dkk (2001)

yang dibiayai proyek PGSM, dilakukan pada mahasiswa penyertaan D-3

tahap II untuk mata kuliah Pendidikan IPS di Universitas Negeri Jakarta,

menemukan bahwa penggunaan model Cooperative Learning sangat mendorong peningkatan prestasi mahasiswa 20% dan dapat meningkatkan

(45)

Mengkaji beberapa temuan penelitian terdahulu, tampaknya model

Cooperative Learning menunjukkan efektifitas yang sangat tinggi bagi

perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dari pengaruhnya terhadap

penguasaan materi pelajaran maupun dari segi pengembangan dan

pelatihan sikap serta ketrampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa

dalam kehidupan bermasyarakat.

B. Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray

1. Pengertian Two Stay Two Stray

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Metode ini bisa digunakan dalam

semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Metode

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling

bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah

dan saling mendorong untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa

untuk bersosialisasi dengan baik.

Lie (dalam Yusritawati, 2009:14) menyatakan, “Struktur Two Stay

Two Stray yaitu memberi kelompok untuk membagikan hasil dan informasi

(46)

2. Cara Belajar Dengan Tipe Two Stay Two Stray

Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe

Two Stay Two Stray seperti yang diungkapkan Lie (dalam Yusritawati, 2009 : 14) antara lain:

10) Saya membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap

kelompoknya terdiri dari empat siswa.

11) Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen

seperti pada pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling

membelajarkan (Peer Tutoring) dan saling mendukung.

12) Saya memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok

untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompoknya

masing-masing.

13) Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang.

Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk

dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.

14) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok

meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. Struktur

(47)

gambar 2.1 Struktur tipe Two Stay Two Stray

15) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan

hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

16) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

17) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

18) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

3. Cara Mengevaluasi tipe Two Stay Two Stray

Ada beberapa cara mengevaluasi hasil belajar siswa dalam

pembelajaran tipe Two Stay Two Stray , yaitu:

a. Setiap anggota kelompok mendapatkan nilai yang sama dengan nilai

kelompok.

b. Setiap siswa diberi tugas atau tes perorangan setelah kegiatan belajar

(48)

c. Seorang siswa atas nama kelompoknya bisa dipilih secara acak untuk

menjelaskan pemecahan materi tugas.

d. Nilai setiap anggota kelompok ditulis dan dibagi untuk mendapatkan

nilai rata-rata kelompok.

e. Selain itu, cara mengevaluasi pembelajaran dengan menggunakan

metode ini dapat pula dilakukan dengan cara memberikan quiz berupa

pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk dapat mengetahui serta

mengukur pemahaman siswa dari materi yang telah dipelajari.

http://fisikamangraho.blogspot.com : Tipe Pembelajaran Dua Tinggal

Dua Tamu.

4. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tipe Two Stay Two Stray

a. Kelebihan Tipe Two Stay Two Stray

1) Model pembelajaran tipe Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu)

memiliki kelebihan antara lain:

2) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.

3) Belajar siswa lebih bermakna.

4) Lebih berorientasi pada keaktifan berpikir siswa, dan

5) Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

6) Memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep

sendiri dengan cara memecahkan masalah

7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas

(49)

8) Membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap teman

9) Meningkatkan motivasi belajar siswa. ( Yusritawati, 2009: 56)

b. Kelemahan Tipe Two Stay Two Stray

1) Membutuhkan waktu yang lama

2) Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, terutama yang

tidak terbiasa belajar kelompok akan merasa asing dan sulit untuk

bekerjasama.

3) Bagi saya, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)

4) Seperti kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi,

sehingga siswa yang kurang pandai memiliki kesempatan yang sedikit

untuk mengeluarkan pendapatnya.

5) Saya cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

Untuk mengatasi kekurangan dalam model pembelajaran TS-TS

ini, maka sebelum pembelajaran saya terlebih dahulu mempersiapkan

dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau

dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Pembentukan

kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar

dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena

dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang

diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain. ( Yusritawati,

(50)

C. Hasil Belajar IPS

1. Pengertian Hasil Belajar IPS

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hasil adalah

sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan).

Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang

dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahantingkah

laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.

Sedangkan pengertian belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaannya

berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah

melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya

suatu pengelaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta merta

akibat reflek atau perilaku yang bersifat naluriah.

Menurut Dimyati dan Mudjiono Hasil belajar adalah hasil yang

dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberi tes hasil

belajar. Dan Mwnurut Nana Sudjana hasil belajar adalah berubahan

tingkahlaku sebagai hasil belajardalam pengertian yang lebih luas

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Drs. Suwarno (2011 : 117), ilmu pengetahuan dapat

diartikan sebagai pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan

menggunakan kekuatan pemikiran, dimana pengetahuan tersebut selalu

(51)

mengatahuinya. Sedangkan sosial adalah sesuatu yang berhubungan

dengan masyarakat.

Pengertian IPS adalah suatu kajian yang terpadu yang

merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang

diorganisasikan dari konsep-konsep keterampilan sejarah, geografi,

ekonomi, politik, sosiologi, antropologi dan psikologi.

Somantri (Sapriya, 2008 : 9) menyatakan bahwa IPS adalah

penyederhanaan atau disiplin ilmu-ilmu sosial humaniora serta kegiatan

dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan

pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat

sekolah dasar pada hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari

disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk

tujuan pendidikan. Ada dua unsur yang menjadi fokus materi

pembelajaran IPS yang penting untuk jenjang SD/MI, yakni fakta

(peristiwa, kasus aktual) dan konsep baik yang konkrit maupun abstrak

Ada dua bahan kajian IPS, yaitu bahan kajian pengetahuan

sosial mencakup lingkungan sosial, yang terdiri atas ilmu bumi,

ekonomi dan pemerintahan dan bahan kajian sejarah meliputi

perkembangan masyarakat Indonesia sejak lampau hingga masa kini.

Dengan demikian pembelajaran IPS Sekolah Dasar adalah

(52)

dasar mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sosial

manusia untuk meningkatkan kemampuan siswa melalui proses belajar.

2. Tujuan pembelajaran IPS

Secara umum tujuan pembelajaran IPS adalah :

a. Pengetahuan

Kemahiran dan pemahaman terhadap sejumlah informasi dan

ide-ide. Tujuan ini membantu siswa untuk belajar lebih banyak

tentang dirinya, fisiknya, dan sosialnya. Misalnya siswa dikenalkan

dengan konsep apa yang disebut dengan lingkungan alam,

lingkungan buatan, keluarga, tetangga, dan lain-lain.

b. Keterampilan

1) Keterampilan berpikir : Kemampuan mendeskripsikan,

mendefinisikan, mengklasifikasikan, membuat hipotesis,

generalisasi prediksi, membandingkan, dan melahirkan ide-ide

baru.

2) Keterampilan akademik : Kemampuan membaca, menelaah,

menulis, berbicara, membaca, dan menginteprestasikan peta,

membuat garis besar, dan membuat catatan.

3) Keterampilan meneliti : Mendefinisikan masalah, merumuskan

sesuatu hipotesis, menemukan, dan mengambil data yang

(53)

kesimpulan, menerima atau menolak dan memodifikasi

hipotesis.

4) Keterampilan social : Kemampuan bekerjasama, memberikan

kontribusi dalam tugas dan diskusi kelompok, mengerti tanda

tanda non verbal yang disampaikan orang lain, merespon dalam

cara-cara menolong masalah, dan lain-lain.

c. Sikap dan Nilai

1) Sikap: Kemahiran mengembangkan dan menerima

keyakinan-keyakinan, interes, pandangan-pandangan, dan kecendrungan

tertentu.

2) Nilai: Kemahiran memegang sejumlah komitmen yang

mendalam, mendukung ketika sesuatu dianggap penting dengan

tindakan yang tepat.

Waterwroth (2007: 5) menyebutkan, bahwa tujuan social studies (IPS) adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat.

Tujuan IPS khususnya pada jenjang sekolah dasar

sebagimana tecantum dalam Kurikulum IPS-SD Tahun 2006

adalah agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan

dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam

kehidupannya sehari-hari (Depdiknas, 2006). Ilmu pengetahuan

(54)

lingkungannya, yaitu lingkungan masyarakat dimana anak didik

tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dan

dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di

lingkungan sekitarnya.

Pada dasarnya tujuan dari pembelajaran IPS pada jenjang

sekolah dasar, adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan

dasar kepada siswa untuk untuk mengembangkan diri sesuai dengan

bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi

siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

d. Kurikulum IPS

Kurikulum adalah perangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan UU no. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat (2) ditegaskan

bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan

dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan

pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

Kurikulum IPS SD tahun 2006 lebih menekankan pada

pencapaian kompetensi dasar, dari standar kompetensi yang

dipersyaratkan pada setiap kelas. Matapelajaran IPS pendidikan

(55)

kemampuan dan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial, serta

kemampuan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan

masyarakat dunia dimasa lampau dan masa kini. Sumber bahan IPS

berasal dari geografis, sejarah, ekonomi, antropologi, politik, dan

sosiologi.

D. Media dalam pembelajaran 1. Pengertian Media

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari

“Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar”

yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.

2. Fungsi Media

a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang

dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik

berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan

kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan

melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi

perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke

obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke

peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur,

model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara

(56)

b. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak

hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh

para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena :

1) Obyek terlalu besar;

2) Obyek terlalu kecil;

3) Obyek yang bergerak terlalu lambat;

4) Obyek yang bergerak terlalu cepat;

5) Obyek yang terlalu kompleks;

6) Obyek yang bunyinya terlalu halus;

7) Obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi.

Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek

itu dapat disajikan kepada peserta didik.

1) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung

antara peserta didik dengan lingkungannya.

2) Media menghasilkan keseragaman pengamatan

3) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan

realistis.

4) Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

5) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk

belajar.

6) Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari

Gambar

gambar 2.1 Struktur tipe Two Stay Two Stray
gambar 2.1 Struktur tipe Two Stay Two Stray
Tabel 3.1. Alokasi Waktu Perbaikan Pembelajaran
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

of 802.11 authentication method is used on the client to associate to an Access Point on the Certkiller network. A.Open B.LEAP C.Closed D.EAPTLS

Saran praktikan bagi pengembangan SMA Negeri 1 Ungaran adalah perlu adanya sebuah lab sejarah untuk menunjang pembelajaran sejarah dan dalam jangka waktu ke depan SMA

pipa di dalamnya, fluida tersebut mengalir melalui cincin yang berbentuk silinder pipa, maupun silinder dalam dan silinder luar.Karena kedua aliran fluida melintas

Hal itu dikarenakan perpustakaan juga berfungsi sebagai salah satu pusat informasi, sumber informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian

Dengan demikian ciri dari pertanyaan atau penugasan berbentuk pemecahan masalah adalah: (1) ada tantangan dalam materi tugas atau soal, (2) masalah tidak dapat diselesaikan

Dalam hal terdapat segmen yang tidak memiliki data, maka LJK tetap melaporkan segmen tersebut yang hanya berisi informasi header dengan Jumlah Data File dan Jumlah Data

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan tata rias wajah dan busana tari anak usia dini kepada guru Taman kanak-kanak di Kecamatan Gunungpati

[r]