PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI MENGENAL UANG
BAGI SISWA KELAS III SEMESTER II SDN SIDOREJO LOR 03 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
AHMAD HASAN AS ARI
NIM 115 08 055
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Rasimin, S.Pd.I,M.Pd.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : Ahmad Hasan As Ari
NIM : 115 08 055
Fakultas/Jurusan : FTIK / Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul : PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI MENGENAL UANG BAGI SISWA KELAS III SEMESTER II SDN SIDOREJO LOR
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706 Fax 323433 Kode Pos 50721 Salatiga
SKRIPSI
PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO
STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
IPS MATERI MENGENAL UANG BAGI SISWA KELAS III
SEMESTER II SDN SIDOREJO LOR 03 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
DISUSUN OLEH
AHMAD HASAN AS ARI
NIM : 115 08 055
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada tanggal 15 April 2015, dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 kependidikan Islam.
Susuanan Panitia Ujian
Ketua Penguji : Peni Susapti, M.Si. __________________
Sekretaris Penguji : Rasimin, S.Pd.I, M.Pd. __________________
Penguji I : Dr. Mukti Ali, M.Hum. __________________
Penguji II : Muh. Hafidz, M.Ag. __________________
Salatiga, 15 April 2015 Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd.
DEKLARASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ahmad Hasan As ari
NIM : 115 08 055
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa
skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau
karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam
skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah..
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 07 April 2015
Penulis
Ahmad Hasan As Ari NIM: 115 08 055 KEMENTRIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706 Fax 323433 Kode Pos 50721 Salatiga
MOTTO
نإ ْلُق
يِكُسُوو يِتَلاَص
َو
َم
يِتاَمَمَو َياَيْح
ِّبَر ِ َِلِل
َهْيِمَلاَعْلا
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.(Q.S Al-An’am ayat 162) “LIFE CAN BE UNDERSTOOD BACKWARD BUT LIFE MUST BE
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
1. Bapak dan Ibu, Samhari dan Riati yang selalu memberikan do’a, dan bimbingan hidup.
2. Kakakku Ahmad Mahfudin dan Kasiyanto yang telah memberikan motivasi untukku.
3. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di Paduan Suara Mahasiswa Seni Music Club Salatiga mulai angkatan awareness, willpower, zealous, cambiosso, extender, fidelio, dan cakrawangsa, beserta para dewan alumni yang selalu membimbingku dalam berproses.
4. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku dalam berdakwah, Jamaah Dzikir Ajeg Seloso Kliwon yang telah mendukung dan memberikan motivasi kepadaku. “Jowo digowo Arab digarab Barat diruwat”
5. Kepada Kaprogdi PGMI Ibu Peni Susapti M.Si., Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum., dan kepada Bapak Rasimin, S.Pd.I.,M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas arahan dan masukkannya.
6. Mas Yusuf Dan Bu Tatik Akademik yang telah menjawab pertanyaan-pertanyaanku .
7. Semua dosen yang telah memberikan ilmu kepadaku.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah
SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut
setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh
gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Peni Susapti, M.Si. , selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga.
4. Rasimin, S.Pd.I., M.Pd., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan
tugas ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan
dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam
menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan
kesabaran.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.
Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 07 April 2015
Penulis
ABSTRAK
As Ari, Ahmad Hasan. 2015 Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Uang Bagi Siswa Kelas III Semester II SDN Sidorejo Lor 03 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.
Kata Kunci: Cooperative Learning, Tipe Two Stay Two Stray, dan Hasil Belajar IPS
Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Two Stay Two Stray Materi Mengenal Uang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Bagi Siswa Kelas III Semester II SDN Sidorejo Lor 03 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015 merupakan salah satu solusi meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan KKM, terutama di dalam pembelajaran IPS materi uang dan wesel kelas III SDN Sidorejo Lor III Kota Salatiga. Dalam penelitian ini dirumuskan pertanyaan sebagai berikut; Apakah penggunaan model cooperative learning tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang mengenal nilai uang bagi siswa kelas III semester II SD N Sidorejo Lor 03 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015.
Metode penelitian adalah metode penelitian tindakan kelas dengan pendekatan PTK. Teknik pengumpulan data adalah:sumber primer dalam bentuk buku dan pengamatan. Subyek penelitian adalah Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Uang Bagi Siswa Kelas III Semester II SDN Sidorejo Lor 03 Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan Upaya perbaikan pembelajaran bagi siswa kelas III pada mata pelajaran IPS materi mengenal uang telah dilaksanakan oleh peneliti menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray dengan peraga benda konkrit yaitu uang. Melalui pengamatan selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran, siswa terlihat antusias, semangat, dan aktif mengikuti setiap kegiatan dalam pembelajaran. Belajar IPS tidak lagi menjadi sesuatu yang membosankan tetapi menjadi lebih menyenangkan. Model pembelajaran yang tepat dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan dengan cara yang menyenangkan.
Dari hasil evaluasi sebelum dilakukan perbaikan atau kegiatan pra siklus nilai rata-rata kelas adalah 61, siswa yang mencapai nilai sama dengan atau lebih dari KKM yang telah ditetapkan guru yaitu 61 sebanyak 22 siswa atau 50%. Pada perbaikan pembelajaran siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 73, siswa yang mencapai nilai sama dengan atau lebih dari KKM sebanyak 30 siswa atau 71%, sedang pada perbaikan pembelajaran siklus II rata-rata kelas meningkat lagi menjadi 84, siswa yang mencapai nilai sama dengan atau lebih dari KKM sebanyak 38 siswa atau 93%.
Melihat hasil yang diperoleh dari mulai pra siklus, siklus 1, dan siklus 2, hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi mengenal uang meningkat. Dengan demikian penggunaan model Cooperative Learning tipe Two Stay Two Stray dengan peraga uang untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi mengenal uang bagi siswa kelas III semester II SD Negeri Sidorejo Lor 03 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
DEKLARASI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Hipotesis... 6
E. Kegunaan Penelitian ... 7
F. Definisi Operasional……….. 9
G. Metode Penelitian……….. 14
BAB II KAJIAN TEORI
A. Model Cooperative Learning ... 23
1. Pengertian Model Cooperative Learning……….. 23
2. Konsep Dasar Cooperative Learning………... 24
4. Langkah - langkah Model Cooperative Learning ... 27
5. Hasil Penelitian Yang dilakukan Mengenai Cooperative Learning... 29
B. Cooprative Learning Tipe Two Stay Two Stray.………... 30
1.Pengertian Two Stay Two Stray... 30
2.Cara belajar Dengan Two Stay Two Stray... 31
3.Cara Mengevaluasi Two Stay Two Stray... 32
4.Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Two Stay Two Stray.. 33
C. Hasil Belajar IPS ... 35
1. Pengertian Hasil Belajar IPS... 35
2. Tujuan Pembelajaran... 37
D. Media Pembelajaran……… 40
1. Pengertian Media ... 40
2. Fungsi Media... 40
E. Materi Mengenal Uang... 41
1. Pengertian Uang………. 41
2. Jenis Uang………. 42
3. Ciri Uang ………. 45
F. Kerangka Berfikir... 47
G. Hipotesis Tindakan... 50
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian……….…. 51
1.Tempat Penelitian……….. 51
2.Waktu Penelitian………... 52
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I……….… 55
1.Rencana ……….. 56
2.Pelaksanaan ………...….... 57
3.Pengamatan/ Pengumpulan Data……….... 57
4.Refleksi……… 58
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II……….. 58
1.Rencana ………...……… 58
2.Pelaksanaan ………..……….. 59
3.Pengamatan/ Pengumpulan Data……….. 60
4.Refleksi………. 60
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III……….. 61
1.Rencana ………...……… 61
2.Pelaksanaan ………..……….. 62
3.Pengamatan/ Pengumpulan Data……….. 63
4.Refleksi………. 63
E. Teknik Analisis Data……… … 64
2.Alat Pengumpulan Data………... 64
3.Validasi Data………. 65
4.Analisis Data……… 65
5.Prosedur Penelitian………... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus……….… 68
1. Data Hasil Pengamatan………. 68
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I……….... 72
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II……….. . 79
4. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III……….. 86
5. Perbandingan Ketuntasan Belajar Pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II II………... 94
B. Pembahasan Hasil Penelitian……….… 97
1.Pra Siklus……….. 97
2.Siklus I……….. 98
3.Siklus II………. 99
4.Siklus III………. 100
5.Perbandingan Pra Siklus, Siklus I, dan SIklus II……… 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………..….... 102
B. Saran-saran………... 103
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran
yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,
dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi,
sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan
untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung
jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar
adalah sebagai berikut: (1)Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) Memiliki kemampuan dasar
untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah,
dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Kemudian, (3) Memiliki komitmen
dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) Memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Pembelajaran IPS hendaknya mengacu pada tujuan tersebut. Selama
ini fokus guru hanya sebatas pada pengenalan konsep masyarakat dan sosial
(tujuan pertama). Tujuan pembelajaran IPS antara lain, pengembangan
kesadaran nilai-nilai sosial, serta pengembangan kemampuan berkomunikasi,
bekerja sama, dan sebegainya hanya sepintas lalu saja. Artinya, belum ada
keseimbangan antara pengembangan sisi kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Menurut Suwarno (2011: 65), Guru
mengasah kemampuan berpikir siswa sebatas berpikir konsep IPS.
Pada umumnya pembelajaran IPS di SD masih bersifat tradisional
dilihat dari cara pembelajaran yang masih mengandalkan buku sumber dan
penjelasan guru sehingga daya pikir anak tidak dikembangkan. Padahal daya
pikir anak merupakan faktor penting dalam pembelajaran IPS SD. Selain itu
pembelajaran masih bersifat konvensional artinya berpusat pada guru yang
menggunakan metode ceramah sedangkan siswa hanya sebagai obyek.
Keberhasilan proses pembelajaran sebagai keberhasilan proses
pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang
dimaksud misalnya guru, siswa, kurikulum, dan lingkungan sosial. Dari
faktor tersebut guru dan siswalah yang menjadi faktor penting, dilihat dari
pemahaman hakikat pembelajaran yaitu usaha sadar guru membantu belajar
siswa berdasarkan minatnya.
Dalam UUSPN No. 20 pasal 1 ayat 1 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional (Mendiknas, 2003:6) yang menyatakan bahwa
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
dan proses belajar agar peserta didik secara aktif membangun potensi dirinya
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara”.
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) harus memperhatikan
kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Dimana rentang usia tersebut
dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitif tingkatan operasional
kongkrit. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan
menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang
mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang
belum mereka pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan
pesan-pesan yang bersifat abstrak. Waterwoorth (2007: 18) menyebut
konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata
angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan,
permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam
program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.
Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan
konsep-konsep abstrak itu dipahami anak melalui percontohan dengan gerak
tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, atau elaborasi
dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa.
Guru sebagai unsur pokok dalam proses pembelajaran hendaknya
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan membuat perencaan dan
mengelola kelas dengan baik, menerapkan model pembelajaran yang tepat,
menggunakan media yang sesuai, serta memberikan evaluasi yang
Selayaknya meningkatkan kinerjanya, seorang guru yang salah satu
tugasnya mengajar, dalam pembelajaran IPS dapat menerapkan metode yang
bervariasi seperti menyajikan cooperative learning model, role playing, jigsaw, membaca sajak, buku (novel), atau surat kabar/majalah/jurnal agar
siswa diikutsertakan dalam aktivitas akademik. Dalam buku (Yusritawati,
2009: 44) menguraikan mengenai penerapkan pembelajaran aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAKEM) yang memungkinkan anak mengerjakan
kegiatan yang beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap dan
pemahaman dengan penekanan belajar sambil bekerja, sementara guru
menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar supaya pembelajaran
lebih menarik, menyenangkan dan efektif. Tentu saja guru harus menimba
ilmunya dan melatih keterampilannya, agar ia mampu menyajikan
pembelajaran IPS dengan menarik.
Pembelajaran yang menarik dengan model pembelajaran yang tepat
dan penggunaan alat peraga yang sesuai diharapkan dapat meningkatkan hasil
pembelajaran khususnya mata pelajaran IPS. Pada pembelajaran IPS di kelas
III semester II SD N Sidorejo Lor 03 khususnya materi mengenal uang siswa
belum memahaminya dengan baik. Mereka masih sulit membedakan antara
uang giral dan kartal, belum mampu menyebutkan dengan benar nilai uang
dan kegunaan uang. Hal ini dibuktikan dengan hasil evaluasi pada
pembelajaran pra siklus, dari 14 siswa hanya 50 % yang mencapai batas
Melihat identifikasi masalah yang terjadi pada pembelajaran IPS kelas
III semester II SDN Sidorejo Lor 03 Salatiga, salah satu faktor yang
menyebabkan belum berhasilnya pembelajaran adalah dari guru yang belum
menggunakan model pembelajaran yang tepat, pembelajaran monoton, dan
penggunaan alat peraga belum maksimal.
Selain dari guru masalah itu muncul dari siswa, yaitu siswa malas
membaca, malu bertanya, dan cenderung pasif dalam pembelajaran. Mengacu
dari permendiknas no. 41 tahun 2008 tentang standar proses yang
menitikberatkan proses pembelajaran karena proses pembelajaran yang baik
akan membawa hasil yang baik pula maka guru harus mengupayakan
pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi belajar, tidak
merasa bosan, dan aktif dalam pembelajaran. Sehingga pembelajaran IPS
khususnya pada materi mengenal uang dapat berjalan dengan baik dan
memberikan hasil yang optimal.
Di dalam proses pembelajaran berkaitan dengan rencana pembelajaran
yang dibuat guru, pemilihan alat peraga yang tepat, penggunaan model
pembelajaran yang sesuai, pengorganisasian kelas, dan penilaian. Penggunaan
model pembelajaran dan alat peraga yang tepat merupakan faktor penting
untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Cooperative learning merupakan
strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokan siswa
dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam
kelompok-kelompok kecil (Saptono, 2003:32). Dengan bekerja secara kelompok-kelompok
benda konkrit yaitu uang, diharapkan siswa lebih aktif dan pembelajaran
menjadi bermakna sehingga hasil belajar siswa meningkat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan: Apakah penggunaan
model cooperative learning tipe two stay two stray dapat meningkatkan hasil
belajar IPS materi mengenal uang bagi siswa Kelas III Semester II SDN
Sidorejo Lor 03 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar IPS materi mengenal uang melalui penggunaan model cooperative learning tipe two stay two stray siswa kelas III SDN Sidorejo Lor 03 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015 .
D. Hipotesis Penelitan
Hipotesis adalah dugaan sementara sedangkan menurut
Sugiyono “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan” (Sugiyono 2011:64). Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
“Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Uang Bagi Siswa Kelas
III Semester II SD Negeri Sidorejo Lor 03 Kota Salatiga Tahun Ajaran 2014
/ 2015.”
E. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis
Manfaat penelitian perbaikan pembelajaran ini secara teoritis
adalah untuk mendapatkan teori bagaimana meningkatkan hasil belajar
siswa khususnya pada pelajaran IPS materi mengenal uang. Penggunaan
model pembelajaran cooperative learning diterapkan dengan tepat dengan
pengorganisasian siswa secara baik, diharapkan mampu mengatasi
kesulitan siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar IPS mengenal materi
uang bagi siswa kelas III semester II SDN Sidorejo Lor 03 Salatiga Tahun
Pelajaran 2014/2015.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi sebagai
a. Kontribusi bagi guru
1) Dapat berperan lengkap sebagai guru profesional
2) Mendapatkan referensi cara memperbaiki pembelajaran.
3) Meningkatkan kreatifitasnya dalam menyusun pembelajaran
4) Lebih percaya diri dalam pembelajaran
5) Berkembang pengetahuan dan keterampilannya.
b. Kontribusi bagi siswa
1) Lebih semangat/tertarik belajar karena mendapat variasi
pembelajaran.
2) Dapat memahami materi mengenal uang
3) Hasil belajarnya meningkat.
4) Lebih aktif dalam pembelajaran
c. Kontribusi bagi sekolah
1) Kualitas pembelajaran meningkat.
2) Menciptakan lulusan (output) yang berkompeten.
3) Mutu sekolah meningkat sehingga dapat menciptakan prestasi yang
memuaskan.
d. Kontribusi bagi dunia pendidikan 1) Meningkatkan mutu pendidikan dasar.
F. Definisi Operasional
Untuk mencegah timbulnya kesalah pahaman dan kesalahan makna
terhadap istilah yang terdapat didalam judul skripsi ini, kiranya penulis
perlu menjelaskan segala sesuatu yang terdapat dalam judul “penggunaan
model cooperative learning tipe two stay two stray untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi mengenal uang bagi siswa kelas III semester II SDN
Sidorejo Lor 03 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015”. diantaranya
sebagai berikut:
1. Penggunaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 748) dijelaskan
bahwa penggunaan adalah proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu.
Dalam sebuah penelitian, pasti menggunakan metode untuk meneliti sebuah
masalah melalui proses dan cara yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
subjek yang diteliti.
2. Cooperative Learning
Cooprerative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif muncul karena adanya
perkembangan dalam sistem pembelajaran yang ada. Pembelajaran
kooperatif menggantikan sistem pembelajaran yang individual. Dimana guru
terus memberikan informasi ( guru sebagai pusat ) dan peserta didik hanya
Menurut Entin Solihatin dan Raharja (2012 : 5) menyatakan
bahwa Cooperative Learning mengandung pengertian bekerja bersama
dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan Cooperative Learning, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh
kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil
dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerjasama untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam
kelompok tersebut. Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa model
Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai 6 orang dengan struktur kelompoknya
yang bersifat heterogen. Dan dikatakan pula, keberhasilan belajar dari
kelompok tergantung pada kemampuan dan aktifitas anggota kelompok,
baik secara individual maupun secara kelompok.
a. Konsep Dasar Model Cooperative Learning
Dalam menggunakan model belajar Cooperative Learning di kelas,
ada beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan diupayakan
oleh guru. Konsep tersebut meliputi :
1) Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas.
2) Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar.
3) Ketergantungan yang bersifat positif.
4) Interaktif yang bersifat terbuka.
6) Kelompok bersifat heterogen.
7) Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif.
8) Tindak lanjut (follow up).
9) Kepuasan dalam belajar.
b. Langkah-langkah Model Cooperative Learning
1) Langkah pertama yang dilakukan guru adalah merancang rencana
program pembelajaran.
2) Langkah kedua, dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang
lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan
siswa dalam belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil.
3) Langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa,
guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual
maupun kelompok dari segi memahami materi maupun mengenai sikap
dan perilaku siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
4) Langkah keempat, guru memberikan kesempatan kepada siswa dari
masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
3. Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray
Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dikembangkan
oleh Spencer Kagan. Metode ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Model pembelajaran
kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung
jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk
berprestasi. Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik.
Lie, dalam (Yusritawati, 2009:14) menyatakan, “Struktur two stay two stray yaitu memberi kelompok untuk membagikan hasil dan informasi
dengan kelompok lain”. Tipe ini sangat cocok di terapkan untuk
mengidentifikasai benda/ makhluk hidup. Misalnya dalam pembelajaran
IPA, model cooperative Learning tipe two stay two stray dapat di terapkan
dalam mengidentifikasi tumbuh-tumbuhan.
a. Cara Belajar Dengan Tipe Two Stay Two Stray
Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe
Two Stay Two Stray seperti yang diungkapkan Lie (dalam Yusritawati,
2009 : 14) antara lain:
1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap
kelompoknya terdiri dari empat siswa.
2) Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen seperti
pada pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang bertujuan
untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan
(Peer Tutoring) dan saling mendukung.
3) Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk
4) Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang. Hal
ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat
terlibat secara aktif dalam proses berpikir.
5) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan
kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. Struktur tipe Two Stay Two Stray yang dimaksud tampak seperti pada gambar berikut ini:
gambar 2.1 Struktur tipe Two Stay Two Stray
6) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil
kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
7) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
8) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
4. IPS ( Ilmu Pengetehuan Sosial)
Menurut Drs. Suwarno (2011 : 117), ilmu pengetahuan dapat
diartikan sebagai pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan kekuatan pemikiran, dimana pengetahuan tersebut selalu
dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis oleh setiap orang yang akan
mengetahuinya. Sedangkan sosial adalah sesuatu yang berhubungan dengan
masyarakat.
Somantri (Sapriya, 2008 : 9) menyatakan bahwa IPS adalah
penyederhanaan atau disiplin ilmu-ilmu sosial humaniora serta kegiatan
dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
5. IPS Materi Uang
IPS materi uang adalah suatu materi yang terdapat pada mata
pelajaran IPS kelas III semester II tentang mengenal uang yang bertujuan
memberikan pemaahaman terhadap siswa tentang nilai dan bentuk uang
beserta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
G. Metode penelitian 1. Rancangan Penelitian
Penelitian berjudul Penggunaan Model Cooperative learning Tipe
Mengenal Uang Bagi Siswa Kelas III Semester II SD Negeri Sidorejo Lor
03 Kota Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015 ini mengunakan pendekatan
penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dimaksud untuk
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek studi, atau
menjawab pertanyaan objek studi saat ini.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah guru dan siswa yang terlibat dalam proses
pembelajaran. Lokasi yang dipilih peneliti adalah SD Negeri Sidorejo
Lor 03 Kota Salatiga yang terletak di jalan Imam Bonjol No 86
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Siswa di SD Sidorejo Lor 03 Salatiga
dari kalangan menengah ke atas. Orang tua murid SD sidorejo lor 03
rata-rata bekerja sebagai (PNS). Di SD tersebut terdapat sesuatu yang
menurut peneliti menarik untuk diteliti yaitu Penggunaan Model
Cooperative learning tipe Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Uang Bagi Siswa Kelas III Semester II SD
Negeri Sidorejo Lor 03 Kota Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015. Waktu
penelitian adalah waktu secara umum yang digunakan peneliti selama
penelitian. Dalam kesempatan ini peneliti melaksanakan penelitian
3. Langkah - langkah
Siklus di PTK terdiri dari atas rangkaian 4 kegiatan yang dilakukan
dalam siklus berulang. Menurut Kemmis dan Mc Tanggar (1992 : 85),
tahap-tahap dapat di gambarkan dalam model hubungan antara tahapan
dalam siklus sebagai berikut :
a. Menyusun rancangan tindakan
Dalam hal ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, oleh
siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan
yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang
melakukan tindakan dengan pihak yang mengamati proses jalannya
tindakan.
Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan
adalah guru itu sendiri, sedang yang diminta melakukan pengamatan
terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru
yang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh 2
orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang
mengajar, dia adalah seorang guru, ketika sedang mengamati dia adalah
sebagai peneliti.
Dalam tahapan penyusunan rancangan ini peneliti menentukan titik
atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk
diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamat untuk
membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan
maka peneliti dan pelaksananya harus melakukan kesepakatan antara
keduanya. Dikarenakan pelaksanaan guru peneliti adalah pihak yang
berkepentingan untuk meningkatkan kinerja, maka pemilihan strategi
pembelajaran disesuaikan dengan selera dan kepentingan guru peneliti,
agar pelaksanaan tindakan dapat terjadi secara wajar, realistis dan dapat
dikelola dengan mudah.
b. Pelaksanaan tindakan (Acting)
Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang
merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan. Yaitu
melaksanakan tindakan dikelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa
dalam tahap ke-2 ini pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha
mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus
pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara
pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama
agar sinkron dengan maksud semula.
Dalam mengajukan laporan penelitian, peneliti tidak melaporkan
tentang pelaksanaan berlangsung, tetapi melaporkan hasil pelaksanaan.
Oleh karena itu laporan harus sudah lengkap untuk menggambarkan
semua kegiatan, mulai dari persiapan sampai penyelesaian.
c. Pengamatan (Observing)
Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh
pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini
dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya
pengamatan dilakukan pada waktu tindakan dilakukan. Jadi, keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan
untuk memberikan peluang pada guru pelaksana yang juga berstatus
sebagai pengamat. Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan,
karena hatinya menyatu dengan kegiatan, tentunya tidak sempat
menganalisis peristiwanya ketika terjadi. Oleh karena itu, kepada guru
pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan
“pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan
berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik, guru pelaksana
mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data
yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
d. Refleksi (Reflecting)
Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali
apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa
inggris reflection, yang terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan
Penelitian tindakan yaitu ketika guru pelaku tindakan siap
mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal yang dirasakan
sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum.
Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka
dalam refleksi terakhir peneliti menyampaikan rencana yang dirasakan
kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya atau kepada
diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain. Menurut
Suharsimi (2000: 16), Catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya
rinci, sehingga siapapun yang akan melaksanakan dalam kesempatan
lain tidak akan menjumpai kesulitan.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Lembar observasi untuk mengukur aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar yang meliputi: Mendengarkan penjelasan peneliti,
mencatat/menyalin pelajaran, bertanya, menjawab/menanggapi
pertanyaan, meminta bimbingan kepada peneliti, mengumpulkan tugas
dan mempresentasikan tugasnya.
5. Pengumpulan Data
a. Interview (wawancara)
Menurut (I Made Wirartha, 2005:37) menyatakan bahwa
wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan
jalan komunikasi, yaitu melalui kontak atau hubungan pribadi antara
pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden).
Metode ini digunakan sebagai penunjang dan untuk mendukung
validitas angket, serta digunakan untuk mengetahui hal-hal lain yang
diperlukan dalam penelitian ini.
b. Observasi
Menurut (Ahmad Tanzeh, 2009: 58) menyatakan bahwa metode
ini digunakan sebagai pelengkap. Observasi adalah alat
pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur tingkah laku
ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam
situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Peneliti
mengadakan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian untuk
mengamati fenomena-fenomena yang terjadi dan berkaitan dengan
tujuan penelitian di SD Negeri Sidorejo Lor 03 Kota Salatiga.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan mempelajari dokumen –
tipe Two stay two stray Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Uang Bagi Siswa Kelas III Semester II SDN Sidorejo Lor 03
Salatiga Tahun Pelajaran 2014/1015. Dokumen tersebut diantaranya
RPP, Silabus, Buku nilai siswa, dan dokumen-dokumen lain yang
dianggap relevan dengan pokok permasalahan.
d. Praktek
Metode praktek merupakan metode pengumpulan data dalam
penelitian tindakan kelas dimana seorang peneliti melaksanakan praktek
mengajar pada kelas yang akan di teliti, agar dapat memperolah data
yang diinginkan. Dengan menmggunakan metode ini, seorang peneliti
akan mengetahui realitas yang terjadi di kelas tersebut sehingga data
yang diperoleh benar-benar valid. Saya memberikan soal evaluasi
kepada siswa berupa soal essay untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa materi mengenal uang bagi siswa kelas III semester II SDN
Sidorejo Lor 03 Salatiga tahun pelajaran 2014/ 2015.
H. Sistematika Penulisan
Dari uraian diatas dapatlah kami gambarkan penelitian yang akan
dilakukan dalam sistematika berikut ini:
Bab I Pendahuluan, berisikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, definisi
Bab II Kajian Pustaka, meliputi pembahasan tentang pengertian,
macam, karakteristik, tujuan, metode. Disamping itu juga akan dibahas
mengenai pengertian, macam, fungsi Uang dan metode mengajar IPS secara
efektif.
Bab III Hasil Penelitian, berisi tentang gambaran dari obyek
penelitian yang meliputi Tempat penelitian, Profil sekolah, kondisi sekolah
SD Negeri Sidorejo Lor 03 Kota Salatiga serta penyajian data penelitian.
Bab IV Analisis Data, dalam bab ini akan dibahas mengenai
analisis data dan juga analisis dari hipotesis. Untuk menguji hipotesis
yang diajukan melalui tahapan analisis pendahuluan dan analisis lanjut.
Bab V Penutup, bab ini adalah akhir penulisan dari uraian dalam
penulisan skripsi. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan
saran bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Model Cooperative Learning
1. Pengertian Model Cooperative Learning
Menurut Entin Solihatin dan Raharja (2012 : 5) menyatakan
bahwa Cooperative Learning mengandung pengertian bekerja bersama
dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan Cooperative Learning,
siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh
kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok
kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerjasama untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam
kelompok tersebut. Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa model
Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari empat sampai 6 orang dengan struktur
kelompoknya yang bersifat heterogen. Dan dikatakan pula, keberhasilan
belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktifitas anggota
Menurut Ibid (2012 : 5) menyatakan bahwa Cooperative Learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model Cooperative
Learning harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi-interaksi terbuka dan
hubungan-hubungan yang bersifat interpendensi yang diantara anggota
kelompok. Adapun aplikasinya di dalam pembelajaran di kelas, model ini
mengetengahkan realita kehidupan masyarakat yang dirasakan dan dialami
oleh siswa dalam kesehariannya, dengan bentuk yang sederhana dalam
kehidupan kelas. Model pembelajaran ini memandang bahwa keberhasilan
dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh saya, melainkan bisa
juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu yaitu teman
sebayanya.
Keberhasilan belajar menurut model belajar ini bukan semata-mata
ditentukan oleh kemampuan individual secara utuh, melainkan perolehan
belajar ini akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama
dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik.
Melalui belajar dari teman yang sebaya di bawah bimbingan saya, maka
proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat
2. Konsep Dasar Model Cooperative Learning
Dalam menggunakan model belajar Cooperative Learning di kelas,
ada beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan diupayakan
oleh saya. Konsep tersebut meliputi :
10) Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas.
Sebelum menggunakan strategi pembelajaran, saya hendaknya
memulai dengan merumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas dan
spesifik. Perumusan tujuan harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum
dan tujuan pembelajaran.
11) Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar.
Menurut Ibid (2012 : 7) menyatakan bahwa peneliti hendaknya
mampu mengondisikan kelas agar siswa menerima tujuan pembelajaran
dari sudut kepentingan diri dan kepentingan kelas. Oleh karena itu
siswa dikondisikan untuk mengetahui dan menerima kenyataan bahwa
setiap orang dalam kelompoknya menerima dirinya untuk bekerjasama
dalam mempelajari seperangkat pengetahuan dan ketrampilan yang
ditetapkan untuk dipelajari.
12) Ketergantungan yang bersifat positif.
Saya harus merancang struktur kelompok dan tugas-tugas
kelompok yang memungkinkan setiap siswa untuk belajar dan
dan kemampuan memahami materi pelajaran. Kondisi belajar ini
memungkinkan siswa untuk merasa tergantung secara positif pada
anggota kelompok lainnya dalam mempelajari dan menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan saya.
13) Interaktif yang bersifat terbuka.
Dalam kelompok belajar, interaksi yang terjadi bersifat langsung
dan terbuka dalam mendiskusikan materi dan tugas-tugas yang
diberikan oleh saya. Suasana belajar seperti ini akan membantu
menumbuhkan sikap ketergantungan yang positif dan keterbukaan di
kalangan siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajarnya.
14) Tanggung jawab individu.
Adalah salah satu dasar penggunaan Cooperative Learning dalam pembelajaran. Keberhasilan belajar akan lebih mungkin dicapai
secara lebih baik apabila dilakukan secara bersama-sama. Oleh karena
itu keberhasilan belajar dalam model belajar strategi ini dipengaruhi
oleh kemampuan individu siswa dalam menerima dan memberi apa
yang telah dipelajarinya. Sehingga secara individual siswa mempunyai
tanggung jawab yaitu mengerjakan dan memahami materi atau tugas
demi keberhasilan dirinya dan anggota kelompoknya.
Dalam pembentukan kelompok belajar, keanggotaan kelompok
harus bersifat heterogen sehingga interaksi-interaksi kerjasama yang
terjadi merupakan akumulasi dari berbagai karakteristik siswa yang
berbeda. Dalam suasana seperti ini akan tumbuh dan berkembang nilai,
sikap, moral dan perilaku siswa.
16) Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif.
Dalam mengerjakan tugas kelompok, siswa bekerja
bersama-sama dalam kelompok. Dalam suatu interaksi berbersama-sama, siswa tidak
begitu saja menerapkan dan memaksakan sikap dan pendiriannya pada
anggota lainnya.
17) Tindak lanjut (follow up).
Setelah masing-masing belajar menyelesaikan tugas dan
pekerjaannya selanjutnya menganalisa bagaimana penampilan dan hasil
kerja siswa dalam kelompok belajarnya.
18) Kepuasan dalam belajar
Setiap siswa dan kelompok harus memperoleh waktu yang
cukup untuk belajar mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan
keterampilannya. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi, maka
hendaknya mampu merancang dan mengalokasikan waktu yang
memadai dalam menggunakan model ini dalam pembelajaran.
3. Langkah-langkah Model Cooperative Learning
Langkah yang saya lakukan adalah merancang rencana program
pembelajaran. Pada langkah ini saya mempertimbangkan dan menetapkan
target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Saya juga
menetapkan sikap dan ketrampilan sosial. Saya harus mengorganisasikan
materi dan tugas-tugas siswa yang mencerminkan sistem kerja dalam
kelompok kecil. Untuk memulai pembelajaran, saya harus menjelaskan
tujuan dan sikap serta ketrampilan sosial yang ingin dicapai dan
diperlihatkan oleh siswa selama pembelajaran. Hal ini mutlak harus saya,
karena dengan demikian siswa bisa mengetahui dan memahami apa yang
harus dilakukannya selama proses belajar mengajar berlangsung.
Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, saya merancang lembar
observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam
belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Saya
menjelaskan pokok-pokok materi dengan tujuan agar siswa mempunyai
wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi yang diajarkan.
Langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah menggali pengetahuan
dan pemahaman siswa tentang materi pelajaran berdasarkan apa yang telah
dipelajari. Berikutnya saya membimbing siswa untuk membuat kelompok
menemukan kebersamaan dari kelompok yang terbentuk. Kegiatan ini
dilaksanakan sambil menjelaskan tugas yang harus dilakukan siswa dalam
kelompoknya masing-masing. Dan pada saat siswa belajar secara
kelompok, maka saya mulai melakukan monitoring dan mengobservasi
kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang telah dirancang
sebelumnya.
Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, saya
mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun
kelompok dari segi memahami materi maupun mengenai sikap dan
perilaku siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pemberian
pilihan dan kritik membangun dari saya kepada siswa merupakan aspek
penting yang harus diperhatikan oleh saya pada saat siswa bekerja dalam
kelompoknya. Di samping itu, pada saat kegiatan kelompok berlangsung
ketika siswa terlibat dalam diskusi dalam kelompoknya masing-masing,
saya secara periodik memberikan layanan kepada siswa baik secara
individual maupun secara klasikal.
Saya memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas
ini, saya bertindak sebagai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk
mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap
4. Hasil Penelitian Yang Dilakukan Mengenai Model Cooperative Learning
Menurut Van sickle (1983 : 89) dalam penelitiannya mengenai
model Cooperative Learning dan implikasinya terhadap perolehan belajar
siswa dan pengembangan kurikulum social studies, menemukan bahwa sistem belajar kelompok dan debriefing secara individual dan kelompok dalam model Cooperative Learning mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial dan individual siswa, berkembangnya sikap ketergantungan
positif, mendorong peningkatan dan kegairahan belajar siswa, serta
pengembangan dan ketercapaian kurikulum.
Menurut Stahl (1992 : 20) dalam penelitiannya di beberapa
sekolah dasar di Amerika menemukan bahwa penggunaan model
Cooperative Learning mendorong tumbuhnya sikap kesetiakawanan dan keterbukaan diantara siswa. Penelitian ini juga menemukan bahwa model
tersebut mendorong ketercapaian tujuan dan nilai-nilai sosial dalam
pendidikan social studies.
Penelitian Drs. Hj. Etin Solihatin, M. Peserta didik., dkk (2001)
yang dibiayai proyek PGSM, dilakukan pada mahasiswa penyertaan D-3
tahap II untuk mata kuliah Pendidikan IPS di Universitas Negeri Jakarta,
menemukan bahwa penggunaan model Cooperative Learning sangat mendorong peningkatan prestasi mahasiswa 20% dan dapat meningkatkan
Mengkaji beberapa temuan penelitian terdahulu, tampaknya model
Cooperative Learning menunjukkan efektifitas yang sangat tinggi bagi
perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dari pengaruhnya terhadap
penguasaan materi pelajaran maupun dari segi pengembangan dan
pelatihan sikap serta ketrampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa
dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray
1. Pengertian Two Stay Two Stray
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Metode ini bisa digunakan dalam
semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Metode
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling
bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah
dan saling mendorong untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa
untuk bersosialisasi dengan baik.
Lie (dalam Yusritawati, 2009:14) menyatakan, “Struktur Two Stay
Two Stray yaitu memberi kelompok untuk membagikan hasil dan informasi
2. Cara Belajar Dengan Tipe Two Stay Two Stray
Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe
Two Stay Two Stray seperti yang diungkapkan Lie (dalam Yusritawati, 2009 : 14) antara lain:
10) Saya membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap
kelompoknya terdiri dari empat siswa.
11) Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen
seperti pada pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling
membelajarkan (Peer Tutoring) dan saling mendukung.
12) Saya memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok
untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompoknya
masing-masing.
13) Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang.
Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.
14) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok
meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. Struktur
gambar 2.1 Struktur tipe Two Stay Two Stray
15) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan
hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
16) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
17) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
18) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.
3. Cara Mengevaluasi tipe Two Stay Two Stray
Ada beberapa cara mengevaluasi hasil belajar siswa dalam
pembelajaran tipe Two Stay Two Stray , yaitu:
a. Setiap anggota kelompok mendapatkan nilai yang sama dengan nilai
kelompok.
b. Setiap siswa diberi tugas atau tes perorangan setelah kegiatan belajar
c. Seorang siswa atas nama kelompoknya bisa dipilih secara acak untuk
menjelaskan pemecahan materi tugas.
d. Nilai setiap anggota kelompok ditulis dan dibagi untuk mendapatkan
nilai rata-rata kelompok.
e. Selain itu, cara mengevaluasi pembelajaran dengan menggunakan
metode ini dapat pula dilakukan dengan cara memberikan quiz berupa
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk dapat mengetahui serta
mengukur pemahaman siswa dari materi yang telah dipelajari.
http://fisikamangraho.blogspot.com : Tipe Pembelajaran Dua Tinggal
Dua Tamu.
4. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tipe Two Stay Two Stray
a. Kelebihan Tipe Two Stay Two Stray
1) Model pembelajaran tipe Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu)
memiliki kelebihan antara lain:
2) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.
3) Belajar siswa lebih bermakna.
4) Lebih berorientasi pada keaktifan berpikir siswa, dan
5) Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
6) Memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep
sendiri dengan cara memecahkan masalah
7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas
8) Membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap teman
9) Meningkatkan motivasi belajar siswa. ( Yusritawati, 2009: 56)
b. Kelemahan Tipe Two Stay Two Stray
1) Membutuhkan waktu yang lama
2) Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, terutama yang
tidak terbiasa belajar kelompok akan merasa asing dan sulit untuk
bekerjasama.
3) Bagi saya, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
4) Seperti kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi,
sehingga siswa yang kurang pandai memiliki kesempatan yang sedikit
untuk mengeluarkan pendapatnya.
5) Saya cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Untuk mengatasi kekurangan dalam model pembelajaran TS-TS
ini, maka sebelum pembelajaran saya terlebih dahulu mempersiapkan
dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau
dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Pembentukan
kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar
dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena
dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang
diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain. ( Yusritawati,
C. Hasil Belajar IPS
1. Pengertian Hasil Belajar IPS
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hasil adalah
sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan).
Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang
dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahantingkah
laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.
Sedangkan pengertian belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaannya
berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah
melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya
suatu pengelaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta merta
akibat reflek atau perilaku yang bersifat naluriah.
Menurut Dimyati dan Mudjiono Hasil belajar adalah hasil yang
dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberi tes hasil
belajar. Dan Mwnurut Nana Sudjana hasil belajar adalah berubahan
tingkahlaku sebagai hasil belajardalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Drs. Suwarno (2011 : 117), ilmu pengetahuan dapat
diartikan sebagai pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan kekuatan pemikiran, dimana pengetahuan tersebut selalu
mengatahuinya. Sedangkan sosial adalah sesuatu yang berhubungan
dengan masyarakat.
Pengertian IPS adalah suatu kajian yang terpadu yang
merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang
diorganisasikan dari konsep-konsep keterampilan sejarah, geografi,
ekonomi, politik, sosiologi, antropologi dan psikologi.
Somantri (Sapriya, 2008 : 9) menyatakan bahwa IPS adalah
penyederhanaan atau disiplin ilmu-ilmu sosial humaniora serta kegiatan
dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat
sekolah dasar pada hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari
disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk
tujuan pendidikan. Ada dua unsur yang menjadi fokus materi
pembelajaran IPS yang penting untuk jenjang SD/MI, yakni fakta
(peristiwa, kasus aktual) dan konsep baik yang konkrit maupun abstrak
Ada dua bahan kajian IPS, yaitu bahan kajian pengetahuan
sosial mencakup lingkungan sosial, yang terdiri atas ilmu bumi,
ekonomi dan pemerintahan dan bahan kajian sejarah meliputi
perkembangan masyarakat Indonesia sejak lampau hingga masa kini.
Dengan demikian pembelajaran IPS Sekolah Dasar adalah
dasar mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sosial
manusia untuk meningkatkan kemampuan siswa melalui proses belajar.
2. Tujuan pembelajaran IPS
Secara umum tujuan pembelajaran IPS adalah :
a. Pengetahuan
Kemahiran dan pemahaman terhadap sejumlah informasi dan
ide-ide. Tujuan ini membantu siswa untuk belajar lebih banyak
tentang dirinya, fisiknya, dan sosialnya. Misalnya siswa dikenalkan
dengan konsep apa yang disebut dengan lingkungan alam,
lingkungan buatan, keluarga, tetangga, dan lain-lain.
b. Keterampilan
1) Keterampilan berpikir : Kemampuan mendeskripsikan,
mendefinisikan, mengklasifikasikan, membuat hipotesis,
generalisasi prediksi, membandingkan, dan melahirkan ide-ide
baru.
2) Keterampilan akademik : Kemampuan membaca, menelaah,
menulis, berbicara, membaca, dan menginteprestasikan peta,
membuat garis besar, dan membuat catatan.
3) Keterampilan meneliti : Mendefinisikan masalah, merumuskan
sesuatu hipotesis, menemukan, dan mengambil data yang
kesimpulan, menerima atau menolak dan memodifikasi
hipotesis.
4) Keterampilan social : Kemampuan bekerjasama, memberikan
kontribusi dalam tugas dan diskusi kelompok, mengerti tanda
tanda non verbal yang disampaikan orang lain, merespon dalam
cara-cara menolong masalah, dan lain-lain.
c. Sikap dan Nilai
1) Sikap: Kemahiran mengembangkan dan menerima
keyakinan-keyakinan, interes, pandangan-pandangan, dan kecendrungan
tertentu.
2) Nilai: Kemahiran memegang sejumlah komitmen yang
mendalam, mendukung ketika sesuatu dianggap penting dengan
tindakan yang tepat.
Waterwroth (2007: 5) menyebutkan, bahwa tujuan social studies (IPS) adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat.
Tujuan IPS khususnya pada jenjang sekolah dasar
sebagimana tecantum dalam Kurikulum IPS-SD Tahun 2006
adalah agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam
kehidupannya sehari-hari (Depdiknas, 2006). Ilmu pengetahuan
lingkungannya, yaitu lingkungan masyarakat dimana anak didik
tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dan
dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di
lingkungan sekitarnya.
Pada dasarnya tujuan dari pembelajaran IPS pada jenjang
sekolah dasar, adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan
dasar kepada siswa untuk untuk mengembangkan diri sesuai dengan
bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi
siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
d. Kurikulum IPS
Kurikulum adalah perangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan UU no. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat (2) ditegaskan
bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
Kurikulum IPS SD tahun 2006 lebih menekankan pada
pencapaian kompetensi dasar, dari standar kompetensi yang
dipersyaratkan pada setiap kelas. Matapelajaran IPS pendidikan
kemampuan dan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial, serta
kemampuan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan
masyarakat dunia dimasa lampau dan masa kini. Sumber bahan IPS
berasal dari geografis, sejarah, ekonomi, antropologi, politik, dan
sosiologi.
D. Media dalam pembelajaran 1. Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari
“Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar”
yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.
2. Fungsi Media
a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang
dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik
berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan
kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan
melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi
perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke
obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke
peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur,
model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara
b. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak
hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh
para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena :
1) Obyek terlalu besar;
2) Obyek terlalu kecil;
3) Obyek yang bergerak terlalu lambat;
4) Obyek yang bergerak terlalu cepat;
5) Obyek yang terlalu kompleks;
6) Obyek yang bunyinya terlalu halus;
7) Obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi.
Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek
itu dapat disajikan kepada peserta didik.
1) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung
antara peserta didik dengan lingkungannya.
2) Media menghasilkan keseragaman pengamatan
3) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan
realistis.
4) Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
5) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk
belajar.
6) Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari