• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Metode Penelitian

Kebenaran dalam penelitian dapat diterima oleh masyarkat apabila hasil penelitian itu dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Maka penulis akan melakukan penelitian dengan metode sebagai berikut:

12 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research), dimaksudkan untuk mengetahui data responden secara langsung di lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan mengenai studi yang mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik mengenai unit sosial tersebut. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dipandang sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku ini dapat diamati terhadap fakta-fakta yang ada saat sekarang dan melaporkannya seperti apa yang akan terjadi. Pendekatan kualitatif ini berkaitan erat dengan sifat unik dari realitas sosial dan dunia tingkah laku manusia itu sendiri, terlebih objek penelitiannya adalah remaja putus sekolah yang apabila salah melangkah akan terjerumus ke arah penyimpangan.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Hal ini dimaksudkan untuk mempertegas peran peneliti sebagai pengamat penuh. Kehadiran peneliti di lingkungan remaja putus sekolah berperan sebagai subjek atau

13

informan. Dimaksudkan untuk mempermudah dan mengawal jalannya proses penelitian lapangan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Desa Ngemplak Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang. Alasan pemilihan tempat penelitian adalah, karena di Desa tersebut angka remaja putus sekolah masih tinggi. Tingginya angka putus sekolah tersebut disebabkan berbagai hal, oleh karena itu penulis ingin meneliti alasan remaja putus sekolah.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber lapangan. Sumber informasi lapangan ialah objek (remaja putus sekolah), orang tua, dan tokoh masyarakat. Sumber data utama meliputi kata-kata dan tindakan melalui wawancara. Sumber data yang kedua yaitu sumber tertulis seperti arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Sumber data yang selanjutnya yaitu peneliti menggunakan foto. Karakteristik khusus informan meliputi, remaja tersebut dalam masa belajar, berhenti sekolah dari lembaga pendidikan berbasis agama, sering melakukan kegiatan bermanfaat, dan masih mempunyai kedua orang tua.

14

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun rincianya sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner karena observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain (Sugiyono, 2011:144).

Hadi dalam Sugiyono (2011:144) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang penting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang usaha yang dilakukan remaja putus sekolah untuk menghindari perilaku menyimpang, dan usaha orang tua remaja putus sekolah dalam mengarahkan anaknya untuk menghindari perilaku menyimpang. Observasi dilakukan dengan cara mengamati perilaku dan pergaulan remaja putus sekolah. b. Wawancara

Wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara dilakukan dalam bentuk percakapan informal dengan menggunakan lembaran berisi garis besar tentang

15

apa-apa yang akan ditanyakan. Arikunto (2010:270) secara garis besar mendefinisikan pedoman wawancara adalah sebagai berikut:

1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden.

2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check list, pewawancara menentukan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara terstruktur. Sebelum melakukan wawancara peneliti telah mempersiapkan instrumen-instrumen pertanyaan. Untuk memperoleh data mengenai harapan dan tantangan pada remaja putus sekolah, maka peneliti akan melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat, orang tua remaja putus sekolah, dan remaja putus sekolah sebagai respondennya. Metode ini dilakukan dengan cara wawancara terbuka, sehingga responden tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula maksud dan tujuan wawancara itu.

16

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011:240). Metode ini digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi objek penelitian secara umum yaitu untuk mendapatkan data tentang kondisi geografis, monografis dan struktur pemerintahan. Penulis dalam mencari data tersebut akan menelusuri ke kelurahan, mewawancarai perangkat desa, dan menggunanakan foto.

6. Analisis Data

Patton dalam Moleong (1989:280) menjelaskan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Patton membedakannya dengan penafsiran, dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, analisis data bermaksud menggolongkan data yang terkumpul dari catatan lapangan peneliti serta arsip di desa Ngemplak.

Data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian yang sangat lengkap. Data tersebut direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan kepada hal-hal yang penting dan berkaitan dengan masalah, sehingga memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil wawancara. Reduksi dapat membantu dalam memberikan kode kepada aspek-aspek

17

yang dibutuhkan. Misalnya mempermudah dalam mencari yang berkenaan dengan harapan dan tantangan remaja putus sekolah.

7. Pengecekan Keabsahan Temuan

Teknik pemeriksaan data dalam penelitian dilaksanakan berdasarkan empat kriteria, yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan keabsahan data kualitatif, yaitu:

a. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Kredibilitas ini merupakan konsep pengganti dari konsep validitas internal dalam penelitian kuantitatif. Kriteria ini berfungsi melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan yang diteliti. Untuk memperoleh data yang sahih dalam penelitian ini, peneliti melakukan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, analisis kasus negatif, teknik triangulasi, menggunakan bahan referensi dan menggunakan member

check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kapada

pemberi data (Sugiyono, 2011: 270).

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin dalam

18

Moleong (2009:330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.

Patton dalam Moleong (1987:330-331) menjelaskan bahwa triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang di katakannya secara pribadi;

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu;

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain; dan

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

b. Keteralihan (Transferability)

Tranferabilitas atau keteralihan dalam penelitian kualitatif

dapat dicapai dengan cara “uraian rinci”. Untuk kepentingan ini

19

laporan diusahakan dapat mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang diperlukan oleh pembaca, agar para pembaca dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh. Penemuan itu sendiri bukan bagian dari uraian rinci melainkan penafsirannya diuraikan secara rinci dengan penuh tanggung jawab berdasarkan kejadian-kejadian nyata.

c. Kebergantungan (Dependability)

Konsep ini merupakan konsep pengganti dari konsep reability dalam penelitian kuantitatif. Reability tercapai bila alat ukur yang digunakan secara berulang-ulang dan hasilnya sama. Dalam penelitian kualitatif, alat ukur bukan benda melainkan manusia atau peneliti itu sendiri. Yang dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah pengumpulan data sebanyak mungkin selama penelitian. Suatu penelitian dikatakan dependability apabila orang lain dapat mengulangi atau mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif,

uji dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap

keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian (Sugiyono, 2011:277).

20

Pengujian confirmability dalam penelitian kualitatif disebut dengan uji obyektifitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif apabila hasil penelitian disepakati oleh banyak orang. Dalam penelitian kulitatif, uji confirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Uji

confirmability adalah menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan

proses yang dilakukan. Apabila hasil penelitian yang dilakukan merupakan fungsi dan proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability. Uji kepastian dapat diperoleh dengan cara mencari persetujuan beberapa orang termasuk dosen pembimbing terhadap pandangan, pendapat tentang hal-hal yang berhubungan dengan fokus penelitian, dalam hal ini adalah data-data yang diperlukan (Sugiyono, 2011: 277).

Dokumen terkait