• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

D. Usaha Orang Tua dalam Mengarahkan Anaknya untuk Menghindari Perilaku

Usaha yang dilakukan orang tua remaja putus sekolah dalam membimbing anaknya untuk menghindari perilaku menyimpang antara lain memberi perhatian kepada anaknya, membatasi pergaulan anaknya, selalu mengingatkan akan bahayanya perilaku menyimpang, menjaga keharmonisan keluarga dan membimbing anak sesuai ajaran agama.

1. Memberi Perhatian dan Kasih Sayang kepada Anak

Pada umumnya para remaja sangat mengharapkan perhatian, pengertian dan penghargaan orang tuanya di samping kasih sayang yang wajar, mereka tidak ingin mendapatkan kasih sayang berlebih-lebihan, apa yang diminta dapat dan ke mana pergi dibolehkan (Daradjat, 1976:21).

86

Perhatian orang tua terhadap anaknya sangat berpengaruh terhadap kepribadian dan tingkah laku remaja. Dengan perhatian tersebut anak akan merasa disayangi dan dilindungi oleh orang tuanya, sehingga hal-hal yang tidak baik akan mudah dikendalikan oleh orang tuanya. Anak yang kurang perhatian dari keluarga terutama kedua orang tuanya, biasanya akan mencari perhatian dengan cara yang tidak baik.

“Untuk menunjukan rasa perhatian kepada anak, saya selalu

menyempatkan diri berbincang-bincang atau komunikasi walaupun cuma sebentar, menanyakan keadaannya, selain itu saya memenuhi apa yang dia minta tapi sesuai kemampuan saya kalau

saya nggak mampu ya saya nggak akan kasih” (Yt/01-03-2016). Demikian dapat disimpulkan bahwa orang tua remaja putus sekolah memberi perhatian kepada anaknya sebagai langkah preventif untuk mencegah remaja tersebut supaya tidak terjerumus ke dalam perilaku menyimpang.

2. Membatasi Pergaulan Anak

Lingkungan pergaulan tidak dapat dipungkiri merupakan faktor yang paling menentukan akhlak atau tingkah laku seseorang. Lingkungan pergaulan berperan penting dalam menentukan akhlak remaja menjadi baik, atau malah menjerumuskan remaja ke dalam perilaku menyimpang, sebab remaja sering terpengaruh dan meniru kebiasaan dan tingkah laku teman bermainnya. Remaja yang sering bergaul dengan anak yang baik, maka akan menjadi anak yang baik pula, begitu juga sebaliknya remaja yang kesehariannya bergaul dengan anak yang tidak baik, maka akan terkontaminasi oleh temannya yang tidak baik tersebut.

87

Besarnya pengaruh pergaulan itulah yang membuat orang tua remaja putus sekolah membatasi pergaulan anaknya, upaya ini dilakukan untuk mencegah anaknya terjerumus ke dalam perilaku menyimpang. Pembatasan pergaulan ini bukan berarti remaja tidak boleh bergaul dengan siapapun, akan tetapi remaja diarahkan untuk bergaul dengan anak yang baik saja. Pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh orang tua remaja putus sekolah, diantaranya adalah sebagai berikut:

“Saya mewanti-wanti dan menasehati anak saya supaya tidak bermain dengan anak yang berprilaku tidak baik nanti bisa

terpengaruh” (Wh/02-03-2016).

Demikian juga Sm mengatakan, “Saya sering melarang anak saya

keluar rumah untuk bermain dengan teman-temannya yang kurang baik, saya nggak apa-apa kalau anak saya temannya sedikit, dari

pada temannya banyak tetapi merusak anak saya mas” (Sm/02-03-2016).

Usaha orang tua dalam mengarahkan anaknya supaya tidak terjerumus ke dalam perilaku menyimpang dan kenakalan remaja yaitu dengan membatasi pegaulan anaknya. Orang tua bahkan rela anaknya hanya mempunyai teman sedikit asalkan anaknya tidak terjerumus ke dalam perilaku meyimpang, yang dapat merugikan orang-orang terdekatnya, masyarakat, keluarga, dan dirinya sendiri.

3. Mengingatkan akan Bahayanya Perilaku Menyimpang

Orang tua membatasi pergaulan anak,dalam rangka mengarahkan anaknya agar tidak terjerumus ke dalam kenakalan remaja salah satunya dengan selalu mengingatkan akan bahayanya perilaku menyimpang. Orang

88

tua sering mengingatkan remaja agar mudah dikendalikan, setidaknya remaja akan lebih berhati-hati dalam melangkah dan bertindak.

“Dalam mengingatkan anak saya supaya meraka tidak berprilaku

menyimpag, saya memberi perumpamaan akibat dari orang yang sudah terlanjur berprilaku menyimpang, mereka bisa dikucilkan

masyarakat bisa-bisa sampai dipenjara” (Wh/02-03-2016).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa salah satu cara orang tua dalam mencegah anaknya supaya tidak terjerumus kedalam kenakalan remaja dengan selalu mengingatkan akan bahayanya perilaku menyimpang.

4. Menjaga Keutuhan dan Keharmonisan Keluarga

Setiap orang tua menjaga keutuhan keluarga, maka saling mengerti, menghargai dan mencintai antara ibu-bapak harus terwujud secara nyata supaya dirasakan oleh anak-anak sejak lahirnya, karena suasana yang penuh kasih sayang dan keserasian itu, memberikan rasa hangat dan kasih sayang kepada anak-anak sehingga ia merasa bahagia berada dalam keluarganya (Daradjat, 1976:47).

Dalam bab dua sudah dijelaskan bahwa jiwa remaja adalah jiwa yang penuh gejolak (storm and stress). Untuk mengurangi gejolak itu dan memberi kesempatan agar remaja dapat mengembangkan dirinya secara lebih optimal, perlu diciptakan kondisi lingkungan terdekat yang stabil mungkin, khususnya lingkungan keluarga. Keadaan keluarga yang harmonis akan lebih menjamin remaja untuk bisa melewati masa transisinya dengan mulus. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan terdekan remaja, sehingga akan lebih berpengaruh dari pada lingkungan

89

yang lainnya. Dengan demikian, kemungkinan remaja terjerumus ke dalam perilaku menyimpang sangatlah kecil.

“Untuk menjaga keharmonisan rumah tangga saya selalu

menyempatkan diri ngobrol dengan semua anggota keluarga

terutama istri dan anak saya meskipun cuma sebentar” (Yt/01-03-2016).

Hal yang sama diungkapkan oleh Jm, “Dalam menjaga keluarga tetap harmonis saya tidak pernah debat atau bertengkar dengan istri saya di depan anak-anak, kalau sampai mereka melihat kami

bertengkar saya takutnya mereka membenci salah satu dari kami”

(Jm/01-03-2016).

Dari keterangan orang tua remaja putus sekolah tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam rangka menjaga keharmonisan keluarga dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah menjaga komunikasi dengan anggota keluarga, apabila berselisih tidak pernah dilakukan di depan anak-anak, dan selalu menyempatkan diri untuk berkumpul dengan anggota keluarga. Hal itu dilakukan untuk membuat anak merasa nyaman di lingkungan keluarga, supaya terhindar dari bahaya kenakalan remaja. 5. Membimbing Anak sesuai Ajaran Agama

Orang tua hendaknya membimbing anak sejak lahirnya ke arah hidup sesuai dengan ajaran agama, sehingga anak akan terbiasa hidup sesuai dengan nilai-nilai akhlak yang diajarkan agama. Kebiasaan yang tertanam sejak kecil itu, merupakan bibit dari unsur-unsur kepribadian yang akan bertumbuh dan menjadi pengendali akhlaknya dikemudian hari (Daradjat, 1976:47).

Orang tua yang membimbing anaknya sejak lahir sesuai dengan ajaran agama, akan membuat anak terbiasa hidup sesuai dengan nilai-nilai

90

akhlak yang diajarkan agama. Kebiasaan yang tertanam sejak kecil itu akan menjadi bibit kepribadian yang akan bertumbuh dan menjadi pengendali akhlaknya dikemudian hari. Selain membiasakan anak hidup sesuai dengan nilai-nilai agama, perlu juga hendaknya pendidikan agama segera diajarkan.

Remaja yang sudah terbiasa berprilaku sesuai dengan tuntunan agama, akan mudah dikendalikan dan diarahkan oleh orang tuanya, sehingga kemungkinan terjerumus ke dalam kenakalan remaja sangatlah kecil. Hal itu, sejalan dengan pernyataan orang tua remaja putus sekolah, sebagai berikut:

“Dari kecil saya sudah mengenalkan agama kepada anak-anak supaya sampai dewasa sudah terbiasa menjalakan ibadah dan

berprilaku sesuai ajaran agama” (Yt/01-03-2016).

Demikian juga diungkapkan oleh Jm, “Dalam mendidik anak dari

kecil sudah saya ajari supaya berprilaku baik, tidak berbohong dan

selalu menghormati orang lain” (Jm/01-03-2016).

Sm juga mengungkapkan pernyataan yang sama yaitu,

“Membiasakan anak berprilaku sesuai ajaran agama sejak kecil,

berprilaku yang baik agar dicontoh anak-anak dan memasukkan

anak ke TPA supaya mereka belajar agama” (Sm/02-03-2016). Keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa orang tuan selalu membiasakan anak-anaknya berprilaku sesuai dengan tuntunan agama sejak kecil, supaya terbiasa berprilaku baik hingga dewasa.

Agama merupakan alat pembinaan yang sangat ampuh bagi remaja. Agama yang tertanam dan tumbuh secara wajar dalam jiwa remaja itu, akan dapat digunakannya untuk mengendalikan keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang kurang baik, serta membantunya dalam

91

menghadapi berbagai masalah hidupnya. Dengan keyakinan agama yang kuat dalam diri remaja, akhlaknya dengan sendirinya akan baik, karena kontrolnya dari dalam (hati) bukan dari luar (nasihat orang lain). Selain itu, agama memberikan ketenangan bagi jiwa remaja, sehingga remaja tidak akan mudah goncang, walaupun banyak kesukaran yang dihadapinya. Sehingga saat mengalami keadaan seperti itu remaja dapat berdoa dan mengeluh lansung dengan sang Kholiq.

Agama sebagai kontrol sosial seseorang sangat berperan penting mencegah remaja melakukan hal-hal yang tidak baik. Dengan adanya kontrol dari agama, maka perilaku remaja akan sejalan dengan ajaran agama, karena semua ajaran agama menyuruh ke arah kebaikan dan melarang kebatilan.

92 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Alasan remaja putus sekolah di Desa Ngemplak ada dua faktor. Pertama faktor internal di antaranya tidak ada keinginan untuk melanjutkan sekolah, malas sekolah, kurang percaya diri, dan tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolah. Kedua faktor eksternal di antaranya rendahnya motivasi dari orang tua, rendahnya ekonomi keluarga, dan pengaruh lingkungan pergaulan (sosial).

2. Harapan remaja putus sekolah di Desa Ngemplak di antaranya adalah tersedianya lapangan pekerjaan, tidak dipandang sebelah mata di lingkungan masyarakat (persamaan derajat), dan mendapat penghidupan yang baik dan layak.

Tantangan remaja putus sekolah di Desa Ngemplak diantaranya adalah berpeluang terjerumus ke dalam perilaku menyimpang, kesulitan mencari pekerjaan, dipandang sebelah mata oleh masyarakat, dan lemah dalam bidang ekonomi.

3. Usaha yang dilakukan remaja putus sekolah di Desa Ngemplak untuk menghindari perilaku menyimpang diantaranya adalah memilih teman yang baik, mengikuti pengajian-pengajian, memperdalam ilmu agama, dan memperbanyak kegiatan bermanfaat.

4. Usaha yang dilakukan oleh orang tua remaja putus sekolah di Desa Ngemplak untuk menghindari perilaku menyimpang di antaranya adalah memberi perhatian dan kasih sayang kepada remaja putus sekolah,

93

mengarahkan pada pergaulan remaja yang baik, sering mengingatkan akan bahayanya perilaku menyimpang, menjaga keharmonisan keluarga, dan membimbing anak sejak kecil sesuai tuntunan agama.

B. Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian, penulis memberikan saran yang mungkin dapat membantu dan bermanfaat bagi para pembaca pada umunya, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Aparatur Pemerintah Desa Ngemplak

a. Sebaiknya pihak pemerintah memberikan sosialisasi kepada masyarakat dan orang tua tentang pentingnya pendidikan bagi remaja untuk menunjang kehidupan di masa yang akan datang; dan

b. Mendorong seluruh warganya supaya menuntaskan wajib belajar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah sehingga dapat mengurangi besarnya angka remaja putus sekolah.

2. Bagi Masyarakat

a. Masyarakat yang merupakan bagian dari lingkungan sosial sebaiknya ikut serta dalam memberikan perhatian, arahan, bimbingan kepada remaja putus sekolah supaya tidak terjerumus ke dalam perilaku menyimpang; dan

b. Memberikan pelatihan-pelatihan atau mengajari ketrampilan kepada remaja putus sekolah yang bertujuan menambah wawasan ilmu, dan sebagai bekal dalam mencari pekerjaan.

94 3. Bagi Orang Tua Remaja Putus Sekolah

a. Orang tua seharusnya bertanggung jawab penuh atas pendidikan anaknya, dan mendorong anaknya supaya menyelesaikan wajib belajar sesuai ketentuan pemerintah; dan

b. Orang tua hendaknya berkomunikasi dengan baik kepada anak, memberi perhatian, arahan dan bimbingan serta sudah seharunya menyadari bahwa pendidikan formal penting bagi pembentukan perkembangan kepribadian dan masa depan anak.

4. Bagi Remaja Putus Sekolah

a. Remaja putus sekolah diharapkan kembali melanjutkan proses belajar di sekolah, sehingga memiliki filter terhadap hal-hal negatif yang berdampak tidak baik; dan

b. Menjaga diri supaya tidak terpengaruh oleh pergaulan teman dan lingkungan masyarakat yang kurang baik, sehingga terhindar dari perilaku menyimpang.

95

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Zul Afdi Ardian. 1989. Ilmu Jiwa Anak. Bandung: Armico. Al Faruq, Habibullah. 2015. Pengertian Ancaman, Tantangan, Hambatan dan

Gangguan. Diakses pada http://www.habibullahurl.com/2015/05/

pengertian-ancaman-tantangan-hambatan-gangguan.html. Pada tanggal 12 November 2015, pukul 16:37.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Baroto, Aji. 2013. Perubahan Sosial yang Terjadi pada Remaja Saat ini. Diakses pada http://bbawor.blogspot.co.id/2009/05/perubahan-sosial-yang-terjadi-pada.html. Pada tanggal 17 Desember 2015, pukul 23:26.

Basyiroh. 2015. Pembinaan Keagamaan dan Pendidikan Karakter Bagi Remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi sosial Wira Adhi Karya Ungaran. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

Budiarti, Siswati. 2010. Kenakalan Remaja, Bentuk, Penyebab dan Cara Mengatasinya. Diakses pada https://siswatibudiarti.wordpress.com/2010 /12/23/kenakalan-remaja-bentuk-penyebab-dan-cara-mengatasinya/. Pada tanggal 29 Desember 2015, pukul 11:18.

Daradjat, Zakiah. 1976. Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang.

. 1978. Problema Remaja di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang. Fauziah, Laila. 2013. Anak Putus Sekolah. Diakses pada

http://www.academia.edu/ 9376657/BAB 1 PENDAHULUAN. Pada

tanggal 17 Desember 2015, pukul 23:26.

Gunarsa, Ny. Y. Singgih D. 2000. Psikologi Membimbing. Jakarta: PT. Gunung Mulia.

Halik, Abdul. 2015. Masalah Putus Sekolah dan Pengangguran. Diakses pada

http://abdulhalik11.blogspot.co.id/2011/10/masalah-putus-sekolah-dan-pengangguran.html. Pada tanggal 07 Oktober 2015.

Moleong, Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

96

Sadli, Saparinah. 1977. Persepsi Sosial Mengenai Perilaku Menyimpang. Jakarta: Bulan Bintang.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Siahaan, Jokie M.S. 2009. Perilaku Menyimpang: Pendekatan Sosiologi. Jakarta: Indeks.

Sudarsono. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Wasliyah, Eli Siti. 2015. Kerlip: 7,39 Juta Anak Putus Sekolah. Diakses pada

http://www.galamedianews.com/bandung-raya/25592/kerlip-739-juta-anak -putus-sekolah.html. Pada tanggal 08 Oktober 2015, pukul 22:03.

Wibowo, Supriyanto. 2013. Masalah Putus Sekolah (Drop Out). Diakses pada

http://supriyantowibowo.blogspot.co.id/2012/01/masalah-putus-sekolah-drop-out.html. Pada tanggal 17 Desember 2015, pukul 23:26.

https://id.wikipedia.org/wiki/Harapan. Diakses 12 November 2015, pukul 16:37.

97

CURICULUM VITAE

A. Biodata Pribadi

1. Nama : Nahrodin

2. Nim : 11109042

3. Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 17 Maret 1990 4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. Agama : Islam

6. Alamat : Dsn. Petung Rt. 011, Rw. 001, Ds. Ngemplak, Kec. Windusari, Kab. Magelang

7. No. Hp : 085799902318

8. Email : nahrodeen@yahoo.com

B. Riwayat Pendidikan:

1. MI Hidayatul Mubtadiin Ngemplak (1996-2002) 2. MTs Ma’arif Al-Fatah Ngemplak (2002-2005) 3. SMA Sholihin Bandongan (2005-2008)

4. IAIN Salatiga, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Program Studi Pendidikan Agama Islam S1 (2009-2016)

Demikian surat ini dibuat dengan sebenarnya.

Salatiga, 24 Juni 2016 Penulis

103

DAFTAR INISIAL DAN PROFIL INFORMAN PENELITIAN

1. Remaja Putus Sekolah

No. Inisial Nama Tanggal

Lahir Umur Pendidikan Alamat 1 Mh Muhlisun 06-02-1998 18 Th - Dsn. Petung 2 Mr Muhromin 12-03-1996 20 Th SD Dsn. Petung 3 Mt Muhtain 20-09-1997 18 Th SMP Dsn. Petung 4 Tf Tafrihan 27-06-1997 19 Th SD Dsn. Petung 5 AN Ahmad Najmudin 24-03-2000 16 Th SD Dsn. Tukung 6 NK Nur Kotim 15-01-1996 20 Th SMP Dsn. Petung 7 NM Nur Minto 02-09-1999 16 Th - Dsn. Petung 8 SA Slamet Afin 30-01-1998 18 Th SMP Dsn. Petung 9 MM M. Ma’ruf 11-08-2001 14 Th SD Dsn. Tukung 10 Is Isman 21-07-1998 17 Th SMP Dsn. Petung

2. Orang Tua Remaja Putus Sekolah No. Inisial Nama Tanggal

Lahir Umur Pendidikan Alamat 1 Yt Yamto 16-02-1960 56 Th SD Dsn. Petung 2 Jm Jumadi 05-10-1968 47 Th SD Dsn. Petung 3 Wh Wahno 08-01-1963 53 Th SD Dsn. Petung 4 Sm Samali 10-05-1969 47 Th SD Dsn. Petung

104 Pedoman Wawancara A. Identitas Informan Nama Responden : Hari/Tanggal : Waktu : B. Butir-Butir Pertanyaan

1. Bagaimana Saudara mencari informasi tentang pendaftaran sekolah? 2. Bagaimana motivasi Saudara untuk sekolah?

3. Bagiaman sikap Saudara menghadapi persoalan yang muncul hubungannya dengan putus sekolah?

4. Bagaimana dengan sikap Saudara terhadap peraturan sekolah yang berlaku tentang kehadiran pada saat jam pelajaran?

5. Bagaimana orang tua mengontrol anaknya tertib masuk sekolah?

6. Bagaiamana kondisi ekonomi orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya? 7. Bagaimana pergaulan sehari-hari saudara dalam lingkungan masyarakat? 8. Bagaimana perhatian orang tua saudara terhadap anak-anaknya dalam hal

belajar?

9. Bagaimana pengalaman saudara dalam mencari pekerjaan?

10. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap saudara sebagai remaja putus sekolah? 11.Bagaimana yang saudara rasakan dari hasil pekerjaan yang selama ini

dijalani?

12.Bagaimana saudara menyikapi peraturan orang tua?

13.Bagaimana perlakuan atasan saudara dalam pekerjaan selama ini? 14.Bagaimana respon masyarakat terhadap saudara saat ada kegiatan? 15.Bagaimana pendapatan saudara dari pekerjaan yang selama ini dijalani? 16.Bagaimana pergaulan saudara sehari-hari untuk menghindari periaku

menyimpang?

17.Bagaimana cara saudara untuk menghindari perilaku menyimpang? 18.Bagaimana yang saudara lakukan dalam mempelajari ilmu agama?

19.Bagaimana yang saudara lakukan untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan-kegiatan bermanfaat?

105 Pedoman Wawancara A. Identitas Informan Nama Responden : Hari/Tanggal : Waktu : B. Butir-Butir Pertanyaan

1. Bagaimana cara saudara menujukan rasa perhatian terhadap anak-anaknya kaitannya dengan belajar?

2. Bagaimana cara saudara mengarahkan pergaulan anak-anak agar tidak tejerumus kedalam perilaku menyimpang?

3. Bagaimana cara yang saudara lakukan dalam mengingatkan anak-anak akan bahayanya perilaku menyimpang?

4. Bagaimana usaha yang saudara lakukan untuk menjaga keharmonisan dalam rumah tangga?

5. Bagaimana yang saudara lakukan dalam mendidik dan membimbing anak-anak sesuai dengan tutunan agama?

106

FOTO KEGIATAN WAWANCARA

1. Wawancara dengan NK

Gambar 1 Wawancara dengan NK 2. Wawancara dengan Is

107 3. Wawancara dengan Mh

Gambar 3 Wawancara dengan Mh 4. Wawancara dengan NM

Gambar 4 Wawancara dengan NM 5. Wawancara dengan SA

108 6. Wawancara dengan Mr

Gambar 6 Wawancara dengan Mr 7. Wawancara dengan Mt

Gambar 7 Wawancara dengan Mt 8. Wawancara dengan AN

109 9. Wawancara dengan MM

Dokumen terkait