• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka penelitian “Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Keterandalan Laporan Keuangan Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)” ini menggunakan desain

deskriptif kuantitatif analitik, yang mencari besarnya pengaruh antara variabel-variabel dalam penelitian

Dalam penelitian ini variabel penelitian tidak dikenai perlakuan karena untuk memperoleh data, peneliti melakukannya dengan menyebarkan kuesioner kepada manajemen dana BOS. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2009: 5) mengenai metode deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang ditunjukkan atau sebagaimana adanya, sedangkan kuantitatif analitik berguna untuk mendapatkan besarnya pengaruh serta model regresi antara variabel independen dengan variabel dependen.

Obyek dalam penelitian direncanakan adalah semua orang yang terlibat dalam manajemen dana BOS yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai pengelola dana BOS pada Instansi Pendidikan SD dan SMP di Kabupaten Wonogiri. Pemilihan obyek dilakukan di wilayah ini dikarenakan faktor pertama, adanya beberapa temuan terkait penyelewengan pengelolaan dana BOS di

47

commit to user

Kabupaten Wonogiri, kedua harapan dari penelitian ini hasilnya dapat digunakan sebagai tambahan masukan bagi perbaikan pengelolaan dana BOS di wilayah Kabupaten Wonogiri.

B. Cara Pengumpulan Data

Populasi penelitian ini adalah manajemen dana BOS yang terdiri dari kepala sekolah, bendahara, dan wali murid yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai pengelola dana BOS. Alasan dipilihnya populasi tersebut karena manajemen dana BOS memiliki peran penting dalam pengelolaan keuangan dana BOS. Manajemen dana BOS tersebut berada pada sekolah SD dan SMP se-Kabupaten Wonogiri. Jumlah SD sebanyak 782 (tujuh ratus delapan puluh dua) sekolah, sedangkan jumlah SMP sebanyak 122 (seratus dua puluh dua) sekolah, sehingga total populasi adalah sebanyak 904 (sembilan ratus empat) sekolah.

Pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel dengan menggunakan teknik nonprobability sampling dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampling dengan pertimbangan tertentu (Sekaran dan Bougie 2013:

252). Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah : (i) manajemen dana BOS yang berpengalaman dalam melakukan pengelolaan dana BOS sekurang-kurangnya 1 tahun dan (ii) manajemen dana BOS SD atau SMP yang sekolahnya telah diaudit oleh Inspektorat Kabupaten Wonogiri pada periode tahun 2013 dan 2014. Setiap sekolah yang dijadikan sampel akan diwakili oleh 3 (tiga) orang responden yaitu kepala sekolah, bendahara, dan wakil wali murid.

commit to user

Dari kriteria purposive sampling tersebut di atas, penulis memperoleh informasi dari Tim Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat Kabupaten Wonogiri bahwa pada periode tahun 2013 dan 2014 terdapat 86 (delapan puluh enam) sekolah telah diaudit oleh Inspektorat Kabupaten Wonogiri.

Berdasrakan ketentuan tersebut, apabila setiap manajemen dana BOS diambil 3 (tiga) orang responden, maka jumlah responden dalam penelitian ini adalah 258 (dua ratus lima puluh delapan) orang.

Penelitian ini menggunakan data primer. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei berupa kuesioner. Data diperoleh dengan menggunakan instrumen berupa daftar pernyataan dalam sebuah kuesioner yang akan diberikan kepada responden untuk diisi dengan tujuan agar mendapatkan informasi dari pengelola dana BOS.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berisi 6 (enam) buah instrumen, yaitu instrumen untuk mengukur : (1) lingkungan pengendalian; (2) penilaian resiko; (3) aktivitas pengendalian; (4) informasi dan komunikasi; (5) pemantauan dan (6) keterandalan laporan keuangan pengelolaan dana BOS. Untuk mendapatkan respon yang terkait dengan obyek, peneliti menggunakan skala penilaian dengan skala likert enam poin yaitu 1: sangat tidak setuju, 2: tidak setuju, 3: netral, 4: setuju, 5: sangat setuju, dan 6 : amat sangat setuju. Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya terhadap pernyataan yang diajukan sesuai dengan kondisi riil.

commit to user

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Defininisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Keterandalan Laporan Keuangan Pengelolaan dana BOS. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 menyatakan bahwa informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakekat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.

Variabel dependen ini diukur menggunakan skala Likert 6 poin dengan skala interval. Jawaban 1 (sangat tidak setuju) hingga 6 (amat sangat setuju).

Pengukuran variabel dengan menggunakan 10 item pernyataan yang mengacu pada instrumen penelitian yang digunakan Indriasari dan Nahartyo (2008) yang sudah disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Pernyataan tersebut berkaitan dengan penyajian setiap fakta informasi dalam laporan keuangan, dalam hal ini Laporan Keuangan Pengelolaan dana BOS secara jujur, penyajian informasi dalam laporan keuangan yang dapat diverifikasi, serta penyajian informasi dalam laporan keuangan yang diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan tertentu.

commit to user

2. Variabel Independen (X)

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pemerintah menetapkan adanya suatu sistem pengendalian intern yang harus dilaksanakan, baik pada tingkat pemerintah pusat maupun daerah. Sistem pengendalian intern dimaksud adalah suatu proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keterandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 bahwa unsur sistem pengendalian intern dalam peraturan pemerintah mengacu pada unsur sistem pengendalian intern yang telah dipraktekkan di lingkungan pemerintah berbagai negara, yang meliputi lingkungan pengendalian (X1), penilaian resiko (X2), aktivitas pengendalian (X3), informasi dan komunikasi (X4) serta pemantauan (X5).

a. Lingkungan Pengendalian (X1)

Lingkungan pengendalian menggambarkan keseluruhan sikap organisasi yang mempengaruhi kesadaran dan tindakan personil organisasi mengenai pengendalian. Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas menurut Bastian (2011: 11) adalah nilai intregritas dan etika,

commit to user

komitmen terhadap kompetensi, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab, serta kebijakan dan praktek sumber daya manusia. Lingkungan pengendalian disebut efektif anggota organisasi kompeten memahami tanggung jawaban dan batas-batas kewenangan masing-masing, berpengetahuan, sadar, dan berkomitmen untuk melakukan yang benar dengan cara yang benar (Teketel dan Berhanu 2009).

Variabel lingkungan pengendalian ini diukur menggunakan skala Likert 6 poin dengan skala interval. Jawaban 1 (sangat tidak setuju) hingga 6 (amat sangat setuju) menggunakan instrumen penelitian yang digunakan Herawati (2014).

b. Penilaian resiko (X2)

Menurut Bastian (2011: 12), penilaian resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah proses identifikasi, analisis, dan pengelolaan resiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penilaian resiko mencakup 2 (dua) hal, pertama, identifikasi resiko, diawali dengan penetapan maksud dan tujuan instansi pemerintah yang jelas dan konsisten baik pada tingkat kegiatan. Instansi pemerintah mengidentifikasi secara efisien dan efektif risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan tersebut, baik yang bersumber dari dalam maupun luar instansi.

Kedua, analisis resiko yaitu menentukan dampak dari resiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan instansi.

commit to user

Variabel penilaian resiko ini diukur menggunakan skala Likert 6 poin dengan skala interval. Jawaban 1 (sangat tidak setuju) hingga 6 (amat sangat setuju) menggunakan instrument penelitian yang digunakan Herawati (2014).

c. Aktivitas pengendalian (X3)

Menurut Bastian (2011: 12), aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memastikan pelaksanaan petunjuk yang dibuat oleh manajemen. Kebijakan dan prosedur tersebut dibangun oleh manajemen untuk mencapai tujuan laporan keuangan yang obyektif. Aktivitas pengendalian mencakup otorisasi yang memadai, perancangan dan penggunaan dokumen dan pencatatan yang memadai, pengecekan secara independen, pemisahan fungsi yang memadai, pengendalian fisik atas kekayaan pemda dan catatan, serta peninjauan atas kinerja.

Variabel aktivitas pengendalian ini diukur menggunakan skala Likert 6 poin dengan skala interval. Jawaban 1 (sangat tidak setuju) hingga 6 (amat sangat setuju) menggunakan instrumen penelitian yang digunakan Herawati (2014).

d. Informasi dan komunikasi (X4)

Kebijakan dan prosedur pengendalian yang berkaitan dengan sistem akuntansi dilaksanakan dengan mencegah terjadinya salah saji potensial terhadap pernyataan manajemen dalam laporan keuangan (Bastian 2011: 12). Suatu organisasi membutuhkan jalinan komunikasi yang intensif antar komponennya dengan informasi yang berkualitas.

commit to user

Instansi pemerintah harus memiliki informasi yang relevan dan dapat diandalkan baik informasi keuangan maupun non keuangan yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa eksternal dan internal. Instansi juga wajib menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi serta mengelola, mengembangkan dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus.

Variabel informasi dan komunikasi ini diukur menggunakan skala Likert 6 poin dengan skala interval. Jawaban 1 (sangat tidak setuju) hingga 6 (amat sangat setuju) menggunakan instrumen penelitian yang digunakan Herawati (2014).

e. Pemantauan (X5)

Pemantauan menurut Bastian (2011: 13) adalah proses penilaian kualitas kinerja dari struktur pengendalian internal sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya. Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanakan tugas. Evaluasi terpisah diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektifitas sistem pengendalian intern yang dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau pihak eksternal pemerintah. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya harus segera diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang ditetapkan.

commit to user

Pemantauan dilakukan untuk meminimalisir penyimpangan dan efektifitas pencapaian tujuan organisasi. Besar kecilnya aktivitas pemantauan yang diperlukan suatu organisasi tergantung dari keempat unsur SPIP yang lain.

Sinamo (2010: 24) mengartikan pemantauan sebagai proses menilai kualitas kinerja pengendalian intern dalam suatu periode tertentu yang mencakup penilaian design, operasi pengendalian, dan melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan melalui pemantauan berkelanjutan (on going monitoring), evaluasi terpisah (separate evaluation), dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya

Variabel pemantauan ini diukur menggunakan skala Likert 6 poin dengan skala interval. Jawaban 1 (sangat tidak setuju) hingga 6 (amat sangat setuju) menggunakan instrumen penelitian yang digunakan Herawati (2014).

D. Teknik Analisis

1. Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan uji reliabilitas tetap dilakukan terhadap kuesioner dalam penelitian ini, walaupun telah dilakukan uji yang sama oleh peneliti terdahulu.

Responden pilot test adalah mahasiswa Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta program beasiswa Starmaksi BPKP dan program Beasiswa Unggulan sebanyak 30 orang.

Pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan program SPSS. Suatu alat ukur atau instrumen pengumpul data harus memenuhi syarat validitas dan reliabilitas, sehingga jika diolah data yang diperoleh dari pengukuran tidak memberikan hasil yang menyesatkan atau bias.commit to user

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau validnya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali 2011: 52). Uji validitas dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 19. Teknik yang digunakan untuk melakukan uji validitas adalah dengan menggunakan koefisien korelasi pearson correlation. Data dikatakan valid apabila korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor setiap konstruknya signifikan pada level 0,05 atau 0,01 maka pertanyaan tersebut dikatakan valid (Ghozali 2011: 55).

Uji reliabilitas untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Ghozali (2011) mengatakan bahwa reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator variabel atau konstruk. Kuesioner disebut reliabel atau handal jika responden menjawab dengan konsisten atau stabil dalam menjawab kuesioner penelitian. Uji reliabilitas penelitian ini menggunakan uji statistic cronbach’s alpha dengan bantuan program SPSS for Windows versi 19. Item-item pernyataan disebut reliabel apabila memberikan nilai cronbach’s alpha > 0,70 (Nunnally 1994);

(Ghozali 2011: 48).

Instrumen penelitian ini menggunakan skala Likert 6 poin yaitu Sangat tidak setuju (skor : 1); Tidak setuju (skor : 2); Netral (skor : 3); Setuju (skor : 4); Sangat setuju (skor : 5); dan Amat sangat setuju (skor : 6).

Penyusunan instrumen penelitian ini dilengkapi dengan kalimat pernyataan commit to user

negatif, sehingga pada pengolahan data menggunakan SPSS versi 19, skor yang diberikan untuk pernyataan negatif akan dibalik atau direverse.

2. Statistik Deskriptif

Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji statistik umum yang berupa statistik deskriptif yang bertujuan mengetahui distribusi data yang menjadi sampel di dalam penelitian. Selain itu statistik deskriptif bermanfaat untuk memberikan gambaran data dengan kriteria nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum dan minimum dengan menginterpretasikan untuk jawaban dari pernyataan yang diajukan.

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk menghindari timbulnya masalah dalam analisis regresi berganda (Gujarati 2003). Penelitian ini melakukan 4 (empat) uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi (Ghozali 2011:105-106).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali 2011:

160). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas data tersebut dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu uji kolmogorov-smirnov, grafik histogram dan kurva penyebaran p-plot.

Uji kolmogorov-smirnov dengan menggunakan taraf signifikan 0,05, yakni dasar penarikan kesimpulan adalah data dikatakan berdistribusi normal apabila ρ-kolmogorov- smirnov test > 0,05. Grafik histogram dan pola penyebaran p-commit to user

plot yakni bila pola penyebaran memiliki garis normal maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal (Ghozali 2011: 160-165).

b. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas/independen, karena model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas (Ghozali 2011:

105). Apabila variabel bebas saling berkorelasi maka variabel-variabel ini tidak ortogonal dimana variabel bebas yang dinilai korelasi antar semua variabel bebas sama dengan nol, untuk mendeteksinya dengan melihat pada nilai toleran dan Variance Inflation Factor (VIF) (Ghozali 2011: 105-106). Jika nilai toleransi > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10, artinya tidak ada korelasi antar variabel bebas atau tidak terjadi multikolonieritas antar variabel bebas (Ghozali 2011: 106).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dengan variabel independen dalam penelitian (Ghozali 2011: 139). Jadi bila varian dari residual variabel independen yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan bila berbeda disebut heterokedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan uji Glejser. Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati 2003);

Ghozali (2011: 142). Jika  ternyata signifikan secara statistik, berarti dalamcommit to user

data terdapat heteroskedastisitas. Apabila tidak signifikan, berarti asumsi homoskedastisitas dapat diterima (Gujarati 2003); Ghozali (2011: 143). Nilai residual muncul dari selisih antara nilai regresi hipotetik dikurangi dengan nilai data faktual dari variabel dependen. Hal ini bisa dilihat dari p-value-nya, apabila p-value-nya lebih besar dari nilai α = 0,05 menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada masing-masing komponen dalam variabel dependen.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 atau sebelumnya (Ghozali 2011: 110). Salah satu cara untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson Test, yaitu untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. (Ghozali 2011: 111). Bila nilai DW lebih besar daripada batas atas (du) dan kurang dari 4-du, berarti tidak ada autokorelasi positif atau negatif, maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi (Ghozali 2011: 113).

4. Alat Analisis Data

Alat analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS (Statistical Package For Social Science). Analisis regresi digunakan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh antar variabel yang satu dengan variabel lainya. Sifat hubungan ini juga dapat dijelaskancommit to user

antara variabel yang satu sebagai penyebab sedangkan variabel lainya sebagai akibat dalam bentuk variabel dependen dan variabel independen.

Model analisis yang digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen menggunakan model regersi linier berganda. Model ini dipilih disebabkan penelitian ini dirancang untuk meneliti variabel-variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terkait. Variabel dependen untuk model adalah keterandalan laporan keuangan pengelolaan dana BOS. Sedangkan variabel independen adalah unsur SPIP yang tediri dari 5 sub unsur yaitu lingkungan pengendalian, penilaian resiko, aktifitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan untuk menguji H1.1, H1.2,H1.3, H1.4, dan H1.5.

Model yang digunakan dalam penelitian ini dengan 1 (satu) variabel dependen dan 5 (lima) variabel independen disajikan dalam persamaan sebagai berikut.

Y = α + β1 X1 + β2 X2 +β3 X3 +β4 X4 + +β5 X5 e Keterangan:

Y = Keterandalan Laporan Keuangan Pengelolaan Dana BOS α = Nilai intercept

β1 – β5 = Koefisien regresi

X1 = Lingkungan Pengendalian X2 = Penilaian Resikocommit to user

X3 = Aktivitas Pengendalian

X4 = Informasi dan Komunikasi

X5 = Pemantauan

e = error (variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model)

5. Pengujian Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali 2011: 97). Nilai R2 adalah diantara nol dan satu (Ghozali 2011: 97). Nilai R2 yang kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Jika nilai R2 mendekati satu maka variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali 2011: 97).

Penelitian ini menggunakan Adjusted-R2 karena nilai Adjusted-R2 bisa naik atau turun apabila suatu variabel independen ditambahkan ke dalam model.

Semakin tinggi nilai Adjusted-R2 maka semakin tinggi variabel independen dapat menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali 2011:97).

b. Uji Simultan (F-test)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secaracommit to user

bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen (Ghozali 2011: 98).

Nilai F dalam penelitan ini dihitung dengan tingkat signifikan sebesar 5%

(α = 0,05).

c. Uji Partial t (t-test)

Uji Partial atau uji statistik t pada dasarnya untuk mengetahui pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen secara signifikan (Ghozali 2011: 101). Nilai t dalam penelitan ini menggunakan tingkat signifikan sebesar 5% (α = 0,05). Jika probabilitas sig.

< 0,05 maka variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen (Ghozali 2011: 102).

commit to user

BAB IV

Dokumen terkait