BAB I PENDAHULUAN
1.5 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan (library research). Menurut Nazir (1988:111) studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaah terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Adapun yang menjadi sumber datanya adalah lirik lagu
د و س ي ب ح ل ا
/alḥubbu yasūdu/ 'cinta yang memimpin'.
Adapun tahap yang peneliti lakukan dalam hal ini adalah :
a. Mengumpulkan data berupa teks lirik lagu
د و س ي ب ح ل ا
/alḥubbu yasūdu/ 'cinta yang memimpin' dari media sosial melalui link "https://youtu.be./DFyPB6c4B9k". b. Mempelajari bahan referensi yang berkaitan dengan sastra dan struktur fisik serta membaca berulang-ulang data yang akan dianalisis melalui jurnal ilmiah, artikel, buku-buku atau ragam bahasa tulis lainnya.c. Mengklasifikasikan data, yaitu dengan mengklasifikasikan lirik lagu
د و س ي ب ح ل ا
/alḥubbu yasūdu/ 'cinta yang memimpin' dinyanyikan oleh Maher Zain berdasarkan struktur fisik lirik lagu tersebut.
5
d. Selanjutnya dianalisis kemudian disusun dalam bentuk skripsi berdasarkan konsep Siswanto (2008).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulu
Kajian terdahulu tentang analisis struktur fisik yang terkandung di dalam syair sudah pernah dilakukan antara lain oleh:
1. Saputra (2018), dengan judul skripsi "Analisis Struktur Fisik dan Sruktur Batin Dalam Lirik Lagu Deadsquad Album Horor Vision tahun 2009".
Penelitian ini membahas lima lagu Deadsquad dari album horor vision karena tiga lagu lainnya berbahasa Inggris. Tujuan penelitian ini, yaitu mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin dalam lirik lagu Deadsquad dari album horor vision tahun 2009. Kemudian penelitian ini menggunakan teori Waluyo, dengan hasil penelitiannya ditunjukkan dalam struktur fisik meliputi: diksi; imaji; kata konkret; bahasa figuratif; kiasan dan perlambangan; Verifikasi: ritme dan rima yang terdiri atas bentuk intern aliterasi di awal kata, bentuk intern pola bunyi asonansi di akhir kata, dan pengulangan kata; dan tipografi, sudah dimiliki oleh kelima lagu tersbut. Tetapi pada lagu dimensi keterasingan" tidak ada pengulangan kata. Kesimpulan dari penelitian ini adalah lima lagu dari album Horor Vision memiliki struktur fisik beragam. Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu simak dan catat.
2. Army (2015), dengan judul Analisis Struktural Dalam Lagu
ريداقم
/maqādirun/ ’takdir’. Penelitian ini membahas struktur instrinsik dan struktur ekstrinsik yang terdapat dalam lagu tersebut. Kemudian penelitian ini menggunakan teori Siswanto (2008) dan hasilnya adalah 1) struktur batin dalam lagu ini: a) Tema berbentuk kekecewaan, b) rasa, pengarang lagu merasakan hal pesimis dalam dirinya karena mengharapkan
6
kebahagian yang tak kunjung datang, c) nada, seperti bersikap sinis dan pesimis karena kehidupan cintanya tak sesuai, d) amanat, pengarang mengajak kita agar tetap bersyukur dalam keadaan apapun. Struktur fisik dalam lagu tersebut yaitu a) tipologi berbentuk piramida, b) Diksi yang digunakan bermakna ‘banyaknya sesuatu’, c) imaji, diungkapkan melalui perasaan si pengarang yang sedang kecewa, putus asa dan khawatir, d) kata kongkret, terdapat pada bait pertama, ke enam, dan ketujuh, e) bahasa figuratif yang berbentuk gaya bahasa repetisi dan personafikasi, f) rima, yang bersajak (aa) dan terdapat aliterasi berupa pengulangan bunyi konsonan dan asonansi berupa pengulangan pada bunyi vokalnya. Metode yang digunakan Hidayah Suwita Army adalah metode deskriptif.
Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian Army (2015) dengan judul “Analisis Struktural dalam Lagu
ريداقم
/maqādirun/’takdir’” dengan menggunakan teori Siswanto (2013). Objek penelitian ini mengambil lagu yang berbeda dari objek yang di teliti Army, yang menjadi objek dari penelitian ini adalah lirik laguدوسي بحلا
/alḥubbu yasūdu/ 'cinta yang memimpin' yang dipopulerkan oleh Maher Zain. Kajian ini sesuai dengan mata kuliah telaah puisi dan telaah Sastra Arab di Prodi Sastra Arab FIB USU. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis struktur fisik yang terdapat dalam lirik lagu tersebut dengan menggunakan teori Siswanto. Sedangkan kajian terdahulu, Saputra (2018) memiliki kesamaan dengan kajian peneliti, yaitu sama-sama meneliti struktur pada lirik lagu. Namun teori dan objek penelitiannya berbeda. Penelitian Saputra membahas lima lagu Deadsquad dari album horor vision karena tiga lagu lainnya berbahasa Inggris. Tujuan penelitian ini, yaitu mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin dalam lirik lagu Deadsquad dari album horor vision tahun 2009.Landasan Teori
2.2 Pengertian Struktural
7
Berdasarkan kamus bahasa Arab struktural disebut juga dengan بيكرتلا /at-tarkīb/ 'struktural' (Yunus, 2000: 280). Sedangkan analisis Struktural disebut dalam istilah bahasa arabnya yaitu
بيكرتلا ليلحت
/tahlīlu at-tarkībi/ .Menurut Al-Khuli (1982:270), mengatakan:
بيكرتلا ليلحت
/tahlīlu at-tarkībi/ adalah:يليوحتلا نوناقلا لخدم نوكيس يذلا بيكرتلا فصو
/waṣfu at-tarkibi al-lażī sayakūnu mudkhalu al-qanūna at-tahwīlī/ ‘deskripsi struktur yang akan menjadi masukan terhadap aturan-aturan di dalamnya'.Analisis struktural sastra adalah ikhtiar untuk menangkap atau mengungkapkan makna yang terkandung dalam teks sastra. Pemahaman terhadap teks sastra harus memperhatikan unsur-unsur struktur yang membentuk dan menentukan sistem makna (Culler dalam Pradopo, 1999:41).
Analisis struktural adalah analisis yang mengkaji bahwa unsur-unsur sastra itu saling berhubungan erat, saling menentukan maknanya (Pradopo, 2015:118).
Pendekatan struktural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural dan bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984:135).
Mengenai struktur, Wellek dan Warren (1992:38) memberi batasan bahwa struktur pengertiannya dimasukkan ke dalam isi dan bentuk, sejauh keduanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan estetik. Menurut Luxemburg (1986:38) struktur yang dimaksudkan mengandung pengertian relasi timbal balik antara bagian-bagiannya dan antara keseluruhannya. Penyebutan istilah struktur dan structural dalam hal ini sama-sama mengkaji tentang unsur-unsur sastra yang saling berhubungan dengan yang lainnya. Hanya saja struktural bersifat umum, termasuk di dalamnya struktur fisik dan struktur batin, kebalikannya struktur adalah kata yang menjurus kepada klasifikasi khusus dari struktur itu sendiri, seperti klasifikasi di dalam struktur fisik maupun struktur batin.
Analisis struktural adalah analisis yang bertujuan untuk mencari makna yang terkandung dalam sebuah puisi. Untuk mengkaji dan mendalami makna
8
secara keseluruhan kita perlu menganalisis puisi terlebih dahulu dengan menggunakan analisis struktural (Rachmat,1993: 118).
Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Siswanto, 2008:285).
Maka pada penelitian ini ditekankan untuk menganalisis struktur fisik pada lirik lagu
دوسي بحلا
/alḥubbu yasūdu/ 'cinta yang memimpin' dinyanyikan oleh Maher Zain.2.3 Pengertian Lirik
Menurut Haryanta (2012: 154) lirik memiliki dua pengertian, yaitu: (1) Karya sastra (puisi) yang berisi curahan pribadi. (2) Susunan kata sebuah nyanyian atau serangkaian kata yang membentuk sebuah lagu. Jadi lirik lagu dari strukturnya sama dengan puisi hanya saja lirik biasanya disajikan dalam bentuk nyanyian-nyanyian.
Untuk memahami struktural dalam puisi, peneliti harus berusaha melibatkan diri dengan nuansa puisi, sehingga perasaan dan nada yang diungkapkan penyair melalui bahasanya dapat diberi makna oleh pembaca. Salah satu cara untuk dapat melibatkan jiwa pembaca ke dalam pemahaman makna puisi ialah berusaha memahami kode dalam puisi. Sistem kode untuk memahami makna puisi terdiri atas kode bahasa, sistem kode sastra dan sistem kode budaya (Muzakki, 2015:53). Pendapat lain menguatkan perihal langkah untuk memahami kode bahasa yang dijelaskan Teeuw (1991:19) bahwa kode bahasa bisa dipahami ketika kita memahami bahasa sehari-hari yang tidak dimilikinya: urutan kata, pemakaian morfem bahasa, irama, dan seterusnya. Menurut Miller seperti yang dikutip oleh Seger (1978:18) kode sastra dapat dirumuskan sebagai suatu sistem tanda-tanda verbal yang dipergunakan untuk menggambarkan atau menyampaikan informasi. Kode budaya adalah pemahaman terhadap latar kehidupan, konteks, dan sistem sosial budaya.
9
Lirik lagu
دوسي بحلا
/alḥubbu yasūdu/ 'cinta yang memimpin' dinyanyikan oleh Maher Zain merupakan lagu yang liriknya berbentuk puisi. Peneliti mengambil lirik lagu tersebut lengkap dengan terjemahannya. Dalam artian terjemahan lirik lagu tersebut dikutip oleh peneliti melalui media sosial. Sebuah puisi terdiri dari dua struktur, yakni struktur fisik dan struktur batin puisi. Namun, peneliti hanya akan menganalisis struktur fisik lirik laguدوسي بحلا
/alḥubbu yasūdu/ 'cinta yang memimpin' tersebut, untuk mengetahui struktur fisik lagu tersebut digunakan konsep Siswanto (2008). Menurut Siswanto (2008:113) struktur puisi dapat dibagi menjadi struktur fisik dan struktur batin.2.4 Struktur Fisik
Menurut Muzakki (2011: 51) struktur fisik disebut juga dengan struktur luar atau bahasa Inggrisnya surface structure. Menurut Al-Khuli ( 1982: 275) surface structure adalah
يرىاظ بيكرت
/tarkibun zahiriy/.Struktur fisik puisi adalah unsur pembangun puisi dari luar (Waluyo, 1995; 71). Adapun yang dimaksud dengan unsur puisi dari luar adalah unsur puisi berdasarkan bentuk lahir atau fisik yang terlihat.
Bentuk dan struktur fisik puisi mencakup (1) perwajahan (tipografi), (2) diksi, (3) imaji, (4) kata konkret, (5) bahasa figuratif (majas) dan (6) rima. Semua unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh (Siswanto, 2008: 113).
2.4.1 Perwajahan (Tipografi)
Menurut Ba’albaki (1988:1003) perwajahan puisi/penataan/penampilan atau tipografi/typography disebut dalam bahasa Arab dengan istilah
وأ بيترت بولسأ رهظم
/uslūbu tartību au mażahiru/. Perwajahan adalah pengaturan dan penulisan kata, larik dan bait dalam puisi (Siswanto, 2008:113).Tipografi dibangun dengan berbagai pertimbangan dan dibangun dengan berbagai kepentingan estetik visual. Penyair juga membangun tipografi untuk
10
menampilkan kekuatan makna visual pada lirik lagu. Pertimbangan ketiga tipografi dibangun untuk mempertegas pijakan penyair dalam berkarya. Tipografi
juga dibangun untuk penyusunan kesamaan irama
(http://ejournal.stkippacitan.ac.id/index.php/prakerta/article/download/305/362/).
Untuk memudahkan analisis tentang perwajahan yang di dalamnya ada bait, maka terlebih dahulu peneliti menjelaskan tentang defenisi bait, bait adalah sebuah kumpulan larik/baris yang tersusun secara harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Setiap bait dalam puisi mengandung satu pokok pikiran. Larik/baris berupa satu kata saja, bisa berbentuk frase atau bisa pula seperti sebuah kalimat utuh. Dengan demikian satu bait puisi bisa terdiri dari satu kata bahkan satu huruf saja. Dalam hal cara penulisannya puisi tidak selalu harus ditulis dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan seperti bentuk tulisan pada umumnya. Susunan penulisan dalam puisi disebut tipografi (Pradopo, 1990:210).
Hal itu bertujuan untuk membentuk bangun ruang pada fisik puisi, memnentukan pemaknaan, serta memberikan nilai estetik tersendiri bagi visual puisi.
Pengaturan baris pada puisi sangat berpengaruh terhadap pemaknaan puisi, karena menentukan kesatuan makna, dan juga berfungsi memunculkan ketaksaan makna (ambiguitas). Perwajahan puisi mencerminkan maksud dan jiwa pengarangnya. Seperti tipografi puisi "Hyang?" (Sutardji Calzoum Bachri) yang berlubang-lubang, terputus, dan meloncat-loncat mengungkapkan kekosongan, kegelisahan, dan ketidakmenentuan pikiran penyairnya dalam mencari Hyang (Tuhan).
HYANG?
yang mana
ke atau
dari
mana meski
pun
lalu se bab
11 antara
Kau
Dan Aku
2.4.2 Diksi
Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang dengan sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.
Pemilihan kata dalam puisi berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Salah satu bait puisi "Doa" karya Chairil Anwar berbunyi Biar susah sungguh/Mengingat Kau penuh seluruh. Dua baris tersebut tidak bisa diganti dengan Biar sangat susah/Mengingat Tuhan dengan sepenuhnya atau dibalik susunannya menjadi Susah Sungguh biar/ penuh seluruh mengingat Kau (Siswanto, 2008:115).
Adapun contoh diksi yang tepat dapat dilihat pada lirik lagu berjudul
ريد اقم
/maqādīr/ 'takdir' (Army, 2015) pada bait ke tujuh, berikut:
نينس ىلحأ و نينح ةرظن
× ۳
/naẓroh ḥanin wahla sinin/
ꞌsekali padangan kerinduan mendapat manis bertahun-tahunꞌ
انشع نيزحلا يبلق اي اىانشع اى
/’isynā hā ‘isynā hā ya galbi ḥazin/
ꞌberikan aku sedikit pandangan kerinduan wahai hatiku yang sedihꞌ
ريداقم
/maqādīr/
ꞌtakdirkuꞌ
Pada baris kedua dari bait tersebut terdapat kata انشع /’isynā/ ‘harapan’ dalam bahasa arab fushahnya adalah اجر /rajā/ yang memiliki arti harapan juga.
Pengarang dalam lagu ini menggunakan kata انشع /’isynā/ ‘harapan’ karena kata
12
tersebut merupakan bahasa ammiyah untuk menyesuaikan keselarasan struktur satu kalimat dengan kalimat lainnya.
2.4.3 Imaji
Imaji adalah kata atau kelompok kata yang mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga: imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti yang dialami oleh penyair.
Adapun contoh imaji dapat dilihat pada lirik lagu berjudul
ريد اقم
/maqādīr/'takdir' (Army, 2015) pada bait ke tiga, berikut:
يتايح يضمت و ريداقم ۲
×
/maqādīr witimḍiy ḥayāti/
ꞌhidupku terus melangsungkan perjalananꞌ
انهلا ىنمتأ و ريواشم
/masyāwir wiltamnil hana/
ꞌaku berharap akan adanya kebahagiaan'
Pada bait puisi di atas, penyair seakan-akan mengajak pembaca untuk dapat merasakan bagaimana melangsungkan perjalanan hidup dengan mengharapkan kebahagiaan namun kebahagiaan itu tidak kunjung datang, karena yang tersisa hanyalah harapan.
2.4.4 Kata Konkret
Salah satu cara untuk membangkitkan daya bayang atau imajinasi para penikmat suatu sajak adalah dengan mempergunakan kata yang tepat, kata-kata yang kongkret, yang dapat menyarankan suatu pengertian menyeluruh.
Semakin tepat seorang penyair menempatkan kata-kata yang penuh asosiasi dalam karyanya maka semakin baik pula dia menjelmakan imaji, sehingga para penikmat menganggap bahwa mereka benar-benar melihat, mendengar,
13
merasakan, pendeknya mengalami segala sesuai yang dialami oleh sang penyair.
(Tarigan, 1984:32).
Seperti yang diterangkan di atas bahwa kata konkret berhubungan erat dengan imaji. Kata konkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap dengan indra.
Dengan kata konkret akan memungkinkan imaji muncul (Siswanto, 2013:119).
Adapun contoh kata konkret dapat dilihat pada lirik lagu berjudul
ريد اقم
/maqādīr/ 'takdir' (Army, 2015) pada bait ke satu, berikut:
ريداقم انعلا يبلق اي ريداقم ريداقم
× ۲
/maqādīr...maqādīr..yā qalbiy l’nā maqādīr/
ꞌtakdir..takdir..Wahai hatiku yang sakitꞌ
ريداقم ۰۰ ريداقم انآ يبنذ شو
/maqādīr wisy żanbi anā maqādīrun/
ꞌtakdir..apa dosaku takdirꞌ
Dalam lagu
ريد اقم
/ maqādīr / pada baris pertama yang berbunyiانعلا يبلق ايريد اقم
/maqādīr yā qalbī al’anā/ 'takdir', wahai hatiku yang sakit', kata hati pada ungkapan tersebut bukanlah dimaksudkan hati sebagai organ dalam tubuh manusia, tetapi secara konotasi bermakna 'perasaan yang sangat kecewa'.
2.4.5 Bahasa Figuratif (Majas)
Secara leksikal bahasa figuratif dapat diartikan sebagai bahasa yang bersifat kiasan atau bahasa lambang. Bahasa figuratif adalah bahasa yang melambangkan cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk pikiran atau lisan (http://garuda.ristekbrin.go.id/author/view/336821).
Perrine dalam Siswanto (2008:120) mengatakan bahwa bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksud penyair karena:
1. Bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif
14
2. Bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca.
3. Bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair
4. Bahasa figuratif adalah cara untuk mengonsentransikan makna yang hendak disampaikan.
Menurut Siswanto (2008:121), ada beberapa majas yang lain, yaitu simile, metafora, personifikasi, hiperbola, litotes, ironi, metonmia, sinekdoke, eufimisme, repitisi, anafora, pleonasme, anititesis, alusi, klimaks, dan antiklimaks. Siswanto tidak memberikan rincian-rincian bahagian-bahagian dari majas. Maka peneliti mengambil rincian-rincian majas yang diungkapkan oleh Waluyo (1995: 84), beliau mengatakan bahwa jenis majas meliputi:
2.4.5.1 Simile
Simile adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal yang lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, bak, semisal, seumpama, laksana, dan kata-kata pembanding lainnya.
Adapun contoh bahasa figuratif (majas) dilihat dari web (Ponpes Makrifah.2012.Ilmu Bayan.https//ponpesmakrifah.wordpress.com/2012/10/25/ilm u-bayan/). (diakses tanggal 2 januari 2021) :
Contoh:
ةيادهلا يفرونلاك ملعلا
/al'ilmu kāalnūri fī alhidīyati/
'Ilmu itu bagaikan cahaya hidayahNya' Ungkapan tersebut menyamakan "ilmu" dengan "cahaya Allah". Ilmu adalah usaha-usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia dan yang dimaksud dengan cahaya Allah adalah petunjukNya kepada orang mukmin. Jadi jika cahaya Allah adalah petunjuk, maka sifat ilmu juga begitu.
2.4.5.2 Metafora
15
Metafora adalah bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak menggunakan kata-kata pembanding seperti bagai, laksana dan sebagainya.
Metafora melihat sesuatu dengan perantaraan benda yan lain. Metafora ini menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan yang lain yang sesungguhnya tidak sama.
Contoh:
بائذلا دئاوم نم لدعلا زبخ ذحشي
/yasyhażu khubza al 'adli min mawāidi aż żiābi/
'Dia mengemis roti-roti keadilan dari meja-meja makan para serigala' Bait di atas mengandung gaya bahasa kiasan berbentuk metafora. Maksud dari kata 'serigala' pada bait di atas adalah orang-orang yang licik. Penyair menggunakan kata roti-roti untuk mengumpamakan jatah keadilan kepada para penguasa dan penyair memakai kata serigala untuk menggantikan definisi orang-orang yang licik karena mempresentasikan hal yang sama yakni kelicikan atau kejahatan.
2.4.5.3 Personifikasi
Personifikasi adalah kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia.
Benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir dan sebagainya. Seperti halnya manusia dan banyak dipergunakan penyair dulu sampai sekarang.
Contoh:
سعسع اذا ليلاو
/wa allaili izā 'as'asu/
'Dan malam apabila hampir meninggalkan gelapnya' Pada ayat tersebut kata 'malam' dikatakan meninggalkan gelap, padahal bumi berputar pada porosnya sehingga sebagian permukaan bumi terhalangi untuk memperoleh cahaya matahari. Sesungguhnya malam bukan benda hidup yang dapat meninggalkan segala sesuatu.
2.4.5.4 Hiperbola
16
Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair merasa perlu melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu agar mendapat perhatian yang lebih seksama dari pembaca.
Contoh:
كيل كلم انأ كيل
līka anā milki līka / /
'Hanya padamu, diri ini hanya untukku'
كيل وجاتحم ينمض برق ىلاعت
/ta'alā qarraba ḍumminī maḥtājahu līka/
'Datanglah mendekat, air mataku mengalir, mengharapkanmu' Artinya air mata akan terus mengalir jika tidak ada sang kekasih di sisi seseorang tersebut. Padahal yang dapat mengontrol keluar atau tidaknya air mata adalah masing-masing individu. Maka kalimat yang tersebut di atas termasuk majas hiperbola.
كيف يحورو كيل
/līka wurūḥī fīka/
'hanya padamu dan jiwaku padamu'
كيل وشيعم ولك يرمع انأ يرمع بح اي
/yā ḥubba 'umrī anā 'umri kulluhu ma'īsyuhu līka/
'wahai kasihku, usiaku, seluruh hidupku untukmu' Artinya ungkapan syair tersebut mengungkapkan bahwa seseorang menyerahkan seluruh jiwa, usia dan hidupnya pada sang kekasih. Namun pada hakikatnya setiap individu adalah orang yang bertanggung jawab atas jiwa yang melekat pada dirinya, pun kehidupan harus dijalani oleh masing-masing individu dengan tidak menyerahkan kehidupan sepenuhnya dengan orang lain. Maka ungkapan tersebut merupakan majas hiperbola, karena jiwa seseorang tidak bisa digantungkan kepada orang lain.
2.4.5.5 Sinekdoke
Sinekdoke adalah bahasa kiasan yang menyebutkan sesuatu bagian yang penting suatu benda (hal) untuk benda atau hal itu sendiri.
17 Contoh:
ملاع اي
/yā 'ālam/
'wahai dunia'
ةقورحم ىضرأ
/arḍi maḥrūqatun/
'tanahku habis terbakar'
وقورسم ويرح ىضزأ
/arḍi ḥurriyyah masrūqah/
'tanahku dicuri kebebasannya'
Ungkapan lirik lagu di atas adalah kalimat kiasan untuk mengatakan kepada orang-orang di dunia, bahwa negara mereka sedang dijajah, sehingga tidak ada kebebasan dan kenyamanan beraktifitas bagi mereka.
2.4.5.6 Alegori
Alegori adalah cerita kiasan ataupun lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan kiasan ini mengkiaskan hal lain atau kejadian lain.
Contoh:
ارندقوتسا ىذلا لثمك مهلثم لا تملظ يف مهكرتو مىرونب للها بىذ ولوحام تءآاضا آملف
جارنورصبي
/maśaluhum kamaśali allażīstauqadanārā falammā aḍā'at māḥawlahu żahaba allahu binūrihim watarakahum fī ẓulumātin lāyubsirūna/
Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
Ungkapan di atas menggambarkan bagaimana kiasan dan gambaran orang-orang munafik.
2.4.5.7 Litotes
Litotes adalah ungkapan berupa mengecilkan fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh:
Gaji saya sebagai dosen hanya untuk makan saja.
18
Ungkapan di atas bermaksud merendahkan diri penuturnya, dengan mengecilkan fakta bahwa gaji dosen sekarang ini cukup besar sehingga tidak mungkin hanya untuk makan saja.
2.4.5.8 Metonimia
Metonimia adalah bentuk pengungkapan berupa penggunaan nama bentuk benda lain yang menjadi merk, ciri khas atau yang menjadi atribut.
Contoh:
Ayah dan Ibu naik Lion Air ke Mekkah
Lion Air merupakan nama dari salah sati maskapai penerbangan. Dengan menyebut merk ini, bisa dipahami bahwa yang dimaksudkan adalah pesawat.
2.4.5.9 Eufimisme
Eufemisme adalah kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
Contoh:
Ratusan mahasiswa diamankan ke kantor polisi tanpa alasan yang jelas.
Kata 'diamankan' yang dimaksud dalam kalimat di atas adalah 'ditangkap'. Kata tersebut digunakan sebagai ungkapan pelembut untuk menghindari kata-kata kasar.
2.4.5.10 Pleonasme
Pleonasme adalah menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh:
Para pendemo itu mundur ke belakang untuk menghindari gas air mata.
Pada kalimat tersebut kata 'ke belakang' tidak perlu disebutkan lagi, karena kata
"mundur" sudah berarti ke belakang.
2.4.5.11 Repitisi
19
Repitisi adalah perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dengan suatu kalimat atau wacana.
Contoh:
Dikala senang ataupun susah, sebaiknya kita sebagai seorang hamba harus senantiasa bersyukur dan bersyukur kepada Tuhan, karena semua ini hanya bersifat sementara.
Pada kalimat tersebut, majas repitisi ditunjukkan dalam penggalan kalimat 'senantiasa bersyukur dan senantiasa bersyukur'. Pengulangan kata ini mempunyai fungsi sebagai penegasan makna. Selain itu, pengulangan kata pada kalimat juga menambahkan suatu kesan estetika di dalamnya.
2.4.5.12 Klimaks
Klimaks adalah pemaparan pikiran atau hal berturut-turut dari yang sederhana dan kurang penting meningkat kepada hal atau gagasan yang penting atau kompleks.
Contoh:
Sidang skripsi tertutup hanya dihadiri oleh peserta sidang, penguji, dan ketua
Sidang skripsi tertutup hanya dihadiri oleh peserta sidang, penguji, dan ketua