• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3.4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan metode deskriptif. Metode survei dilakukan untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian seperti kondisi fisik dan karakteristik dari ruang terbuka hijau. Selain itu metode survei juga digunakan dalam pengambilan data primer yakni pengukuran iklim mikro berupa suhu udara dan kelembaban udara. Metode deskriptif dilakukan untuk mengolah data iklim mikro yang telah diperoleh untuk melihat pengaruh struktur ruang terbuka hijau (pohon, semak dan rumput) terhadap iklim mikro (suhu udara dan kelembaban udara) yang diukur pada setiap land use (permukiman, CBD, industri dan taman kota).

3.4.1 Pengumpulan dan Pengambilan Data

Tahap pengumpulan data merupakan tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini. Data primer maupun sekunder yang dibutuhkan, dikumpulkan terlebih dahulu agar kemudian dapat diolah. Jenis data yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis Data yang Dibutuhkan

No Data Jenis

Data Sumber

1 Data Citra Kota Depok Sekunder Data Satelit (Landsat 7 +ETM path/row 122/64 Tahun 2011) 2 RTRW Kota Depok Sekunder Bapeda Kota Depok

3 Peta Administrasi Kota Depok Sekunder Bapeda Kota Depok 4 Vegetasi (Nama Spesies, Bentuk

Tajuk, Tinggi Tanaman, Foto) Primer Survei Lapang 5 Data Iklim Mikro (Suhu Udara dan

Kelembaban Udara)

Primer Survei Lapang Sekunder BMKG

3.4.2 Pengolahan Data Citra

Data citra yang digunakan pada penelitian ini adalah data citra satelit Landsat 7 +ETM tanggal 13 September 2011 dan 28 Agustus 2011. Data citra tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan software ArcGIS dan ERDAS Imagine untuk menghasilkan peta penutupan lahan. Menurut Lillesand dan Kiefer (1979) analisis data citra dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:

a. Pemulihan Citra (Image Restoration)

Data citra Landsat 7 +ETM yang digunakan memiliki gap (data yang hilang) karena satelit mengalami kerusakan, hal ini mengakibatkan beberapa bagian data citra hilang sehingga data tersebut perlu diperbaiki dengan menggabungkan dua citra yakni data citra tanggal 13 September 2011 dan data citra tanggal 28 Agustus 2011. Penggabungan kedua data citra ini dilakukan dengan menggunakan software IDL 7.0. Gambar 4(a) menunjukkan data citra yang telah digabung dan diperbaiki.

b. Penajaman Citra (Image Enhancement)

Langkah selanjutnya adalah penajaman citra dengan memperbaiki nilai histogram warna dari data citra dengan menggunakan ERDAS Imagine. Hasil penajaman citra dapat dilihat pada Gambar 4(b). Sebelum dilakukan penajaman

citra, data citra yang telah digabungkan di-subset atau dipotong sesuai dengan wilayah administrasi Kota Depok yang dikerjakan dengan menggunakan software ArcGIS (Lampiran 1).

c. Klasifikasi Citra (Image Classification)

Tahap klasifikasi citra merupakan tahap yang dilakukan setelah pemulihan dan penajaman data citra (Gambar 4(c)). Klasifikasi citra dilakukan untuk menghasilkan peta penutupan lahan serta dilakukan akurasi terhadap hasil klasifikasi data citra dengan menggunakan software ERDAS Imagine. Klasifikasi citra yang digunakan dalam penelitian ini adalah klasifikasi terbimbing. Hasil klasifikasi citra dapat dilihat pada Lampiran 3.

(a) (b) (c) Gambar 4. Proses Pengklasifikasian Data Landsat.

Tahap selanjutnya setelah klasifikasi lahan adalah akurasi peta. Akurasi dilakukan dengan melakukan pengecekkan langsung ke lapang dan mengambil titik control yang disebut Ground Control Point (GCP). GCP kemudian diolah dengan menggunakan ERDAS Imagine dengan accuracy assessment tools untuk mengetahui akurasi peta penutupan lahan yang dihasilkan. Menurut USGS (U.S.

Geographyc Survey), minimal nilai akurasi peta adalah 85 persen. Berikut

Gambar 5. Nilai Akurasi Peta Penutupan Lahan.

3.4.3 Metode Pemilihan Lokasi Pengambilan Data

Pemilihan lokasi pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengambil tiga kawasan pada setiap land use yakni perumahan, Central

Bussiness District (CBD), industri dan RTH Kota di Kota Depok. Kawasan ini

ditentukan berdasarkan digitasi peta Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Depok Tahun 2010 yang di-overlay dengan peta penutupan lahan sehingga luasan dari ruang terbuka hijau pada setiap kawasan tersebut dapat diketahui. Luasan ruang terbuka hijau pada tiga kawasan pada masing-masing land use dirata-rata kemudian kawasan yang dipilih merupakan ruang terbuka hijau yang luasnya paling mendekati rata-rata dari ruang terbuka hijau tiga kawasan pada masing-masing land use tersebut (Gambar 6). Peta yang menunjukkan tiga kawasan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Gambar 6. Bagan Pemilihan Lokasi Penelitian.

3.4.4 Pemilihan Lokasi Pengambilan Data Kawasan Industri

Berdasarkan peta RTRW yang telah di-overlay, tiga kawasan industri yang dipilih berada di Bagian Wilayah Kota (BWK) IV Sukatani, BWK III Mekarsari dan BWK VI Jatijajar. Luasan masing-masing kawasan industri dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luasan Kawasan Industri

No Nama Kawasan Luas Ruang Terbuka Hijau (Ha)

Luas Lahan Terbangun (Ha)

1 BWK III Mekarsari 6,46 22,68

2 BWK IV Sukatani 5,67 20,79

3 BWK VI Jatijajar 5,45 9,36

Rata-rata 5,86

Berdasarkan Tabel 3 tentang luasan kawasan industri, rata-rata luasan ruang terbuka hijau yang diperoleh dari ketiga kawasan pada land use industri adalah 5,86 Ha. Luas ruang terbuka hijau yang paling mendekati luasan ruang terbuka hijau rata-rata adalah kawasan industri yang terletak di Bagian Wilayah Kota (BWK) IV Sukatani yakni seluas 5,67 Ha, sehingga pengukuran iklim mikro untuk mewakili land use industri dilakukan kawasan ini.

Pengukuran di kawasan ini dilakukan di tiga titik pada vegetasi yang berbeda, yakni pohon, semak dan rumput. Jenis vegetasi industri kawasan Sukatani dapat dilihat pada Gambar 7.

3 Kawasan Besar

Peta Penutupan Lahan &

Peta Administrasi Depok Luas RTH

Rata-rata Masing-masing Kawasan 4 Lokasi Pengambilan Data

Gambar 7. Vegetasi di land use industri Kawasan BWK VI Sukatani (dari kiri:

Syzigium aquaeum, Bougenvillea sp., dan Cyperus rotundus.)

3.4.5 Pemilihan Lokasi Pengambilan Data Kawasan Central Bussiness

District (CBD)

Pemilihan lokasi pengambilan data untuk land use CBD berdasarkan peta RTRW dan peta penutupan lahan, diperoleh tiga kawasan yakni kawasan Margonda Raya, Juanda dan Kota Kembang. Luasan untuk masing-masing kawasan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luasan Kawasan Central Bussiness District (CBD)

No Nama Kawasan Luas Ruang Terbuka Hijau (Ha)

Luas Lahan Terbangun (Ha)

1 Margonda Raya 22,14 73,89

2 Juanda 7,2 26,28

3 Kota Kembang 25,02 18,18

Rata-rata 18,12

Berdasarkan Tabel 4, rata-rata luasan ruang terbuka hijau yang diperoleh dari ketiga kawasan pada land use CBD adalah 18,12 Ha. Luas ruang terbuka hijau yang paling mendekati luasan ruang terbuka hijau rata-rata adalah pada kawasan Margonda Raya yakni seluas 22,14 Ha, sehingga pengukuran iklim mikro mewakili land use CBD dilakukan di sekitar kawasan Margonda Raya, tepatnya di depan Balaikota Depok yang terdapat pohon, semak dan rumput. Jenis vegetasi CBD Margonda dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Vegetasi di Land Use Central Bussiness District (dari kiri: Ficus

benjamina, Agave sp. dan Axonopus compressus.)

3.4.6 Pemilihan Lokasi Pengambilan Data Kawasan Perumahan

Berdasarkan peta RTRW dan peta penutupan lahan, tiga kawasan perumahan yang dipilih adalah Pesona Khayangan Residence, Bella Casa Residence dan Depok Residence. Luasan kawasan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Luasan Kawasan Perumahan

No Nama Perumahan Luas Ruang Terbuka Hijau (Ha)

Luas Lahan Terbangun (Ha)

1 Bella casa 4,95 18,09

2 Depok Residence 5,67 24,48

3 Pesona Khayangan 4,07 50,94

Rata-rata 4,89

Berdasarkan Tabel 5, rata-rata luasan ruang terbuka hijau yang diperoleh dari ketiga kawasan pada land use perumahan adalah 4,89 Ha. Luas ruang terbuka hijau yang paling mendekati luasan ruang terbuka hijau rata-rata adalah pada kawasan Bella Casa Residence yakni seluas 4,95 Ha, sehingga pengukuran iklim mikro mewakili land use perumahan dilaksanakan di perumahan Bella Casa Residence. Jenis vegetasi pada perumahan Bella Casa dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Vegetasi di Land Use perumahan Bella Casa (dari kiri: Psidium

guajava, Rhapis excelsa dan Cyperus rotundus.)

3.4.7 Pemilihan Lokasi Pengambilan Data Ruang Terbuka Hijau Kota (RTH)

Pemilihan lokasi pengambilan data untuk land use ruang terbuka hijau kota adalah di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Kota Depok. Lokasi ini dipilih karena merupakan satu-satunya RTH kota di Kota Depok.

Tabel 6. Luasan Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

No Nama Kawasan Luas Ruang

Terbuka Hijau (Ha)

Luas Lahan Terbangun (Ha)

1 Taman Hutan Rakyat (Tahura) 7,56 1,08

Total 7,56

Berdasarkan Tabel 6, luasan ruang terbuka hijau dari Taman Hutan Rakyat (Tahura) adalah seluas 7,56 Ha. Pengukuran iklim mikro mewakili land use ruang terbuka hijau dilakukan di Tahura ini. Pengukuran iklim mikro dilakukan di tiga titik dengan tiga vegetasi yang berbeda yakni pohon, semak dan rumput. Jenis vegetasi yang ada pada Tahura dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Vegetasi di Taman Hutan Rakyat (dari kiri: Dillenia pteropoda,

Alocasia machorriza, dan Axonopus compressus.)

Dokumen terkait