• Tidak ada hasil yang ditemukan

31 Jawa Timur (2019) G. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang memfokuskan pada penggalian data tentang tipologi pemikiran elite pesantren di Kabupaten Jombang tentang pemanfaatan jasa perbankan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, 47 yang berusaha menyingkap tipologi pemikiran elite pesantren di Kabupaten Jombang terkait pemanfatan jasa perbankan. Selanjutnya penelitian ini diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.48 Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi di balik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk diketahui atau dipahami. Penelitian kualitatif juga diharapkan mampu memberikan suatu penjelasan secara rinci tentang fenomena yang sulit disampaikan oleh penelitian kuantitatif.49

47 Robert K. Yin, Studi Kasus, Desain dan Metode (Jakarta: Rajawali Pres, 1997), 49.

48Robert Bogdan & Steven J. Taylor, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), 21.

49Anselm Strauss & Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif (Surabaya: PT. Bina Ilmu Ofset, 1997), 13.

32

Dalam penelitian kualitatif terdapat lima ciri pokok yang perlu diperhatikan. Pertama, penelitian kulitatif mempunyai latar belakang alami dan peneliti sendiri berperan sebagai instrument inti. Kedua, penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Ketiga, penelitian kualitatif lebih menekankan proses daripada produk. Keempat, penelitian kualitatif cenderung menganalisa data secara induktif. Kelima, dalam penelitian kualitatif makna sangat penting artinya.50 Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahani bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.51

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah empat pondok pesantren di kabupaten Jombang, yaitu Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang, Pondok Pesantren Tebuireng Diwek Jombang, dan Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang. Keempat pesantren tersebut merupakan representasi dari pesantren-pesantren di kabupaten Jombang. Selain itu, keempat pesantren tersebut termasuk pesantren yang memiliki santri relatif terbanyak di antara pesantren lain di kabupaten Jombang, juga merupakan pesantren yang memiliki jangkauan asal santri yang luas dari berbagai pelosok daerah di Indonesia.

3. Sumber Data

50Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1992), 81-82.

33

Sumber data dalam penelitian ini adalah para kiai, pengasuh dan penentu kebijakan dalam empat pesantren di kabupaten Jombang tersebut, yang bisa dikategorikan sebagai elite pesantren dari keempat pesantren besar di Jombang. Di antaranya dari Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas adalah KH. Wafiul Ahdi (ketua yayasan), KH Nashir Abdul Fatah (pengasuh pondok), KH. Hasan Hasibuan (pengasuh pondok), dan KH Kholiq Hasan (pengasuh pondok), KH Salman al-Farisi (pengasuh pondok an-Najiyah). Dari pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang di antaranya adalah KH Abdul Wahhab Ahmad Khalil (pengasuh asrama ar-Risalah), KH Wazir Ali (pengasuh asrama Sunan Ampel Putri) dan Nyai Hj Muflihah Sohib (ketua yayasan). Dari pondok pesantren Tebuireng Diwek Jombang di antaranya adalah KH Abdul Ghafar (Sekretaris yayasan), KH Musta’in Syafi’i (pengasuh pondok), dan KH Chamim Sufa’at (pengasuh pondok), dan dari pondok pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang di antaranya adalah KH Zaimuddin As’ad (pengasuh pondok dan anggota MPP), KH Ali Muhsin (Pengasuh asrama) dan KH Afifuddin Dimyati (pengasuh asrama HQ dan anggota MPP).

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data untuk memperoleh data yang objektif adalah dengan beberapa metode, yaitu:

a. Metode Observasi (pengamatan)

Dengan metode ini peneliti akan turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dan relevan dengan tema penelitian ini. Menurut Spradley, ada tida

34

macam observasi, yatu descriptive observaton, focused observation, dan selective

observation. Descriptive observaation dilakukan untuk menangkap semua yang

terjadi, dan ini adalah dasar dari penelitian dan akan berlanjut pada observasi berikutnya yaitu focused observation, di mana ini merupakan investigasi yang lebih fokus. Terakhir adalah selective observation, yang merupakan persempitan dari jenis observasi sebelumnya.52 Penelitian ini memakai jenis observasi selektif, namun tidak mengabaikan proses dari dua macam observasi sebelumnya, yang juga merupakan proses menuju ke observasi selektif. Observasi selektif dipergunakan untuk memperoleh sebagian data tentang realitas pemanfaatan jasa perbankan oleh pesantren.

b. Metode Wawancara (interview)

Metode wawancara atau interview adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewancara dengan informan atau orang yang diwawancarai. Menurut Spradley, wawancara atau interview merupakan jenis peristiwa percakapan (speech event) yang khusus.53 Wawancara menurutnya ada dua macam, yaitu wawancara formal dan wawancara informal.54 Wawancara formal terjadi pada suatu waktu dan hasil yang telah ditentukan, dengan suatu susunan yang telah direncanakan, sementara wawancara informal adalah yang terjadi ketika bertemu dengan seseorang pada

52 James P. Spradley, Participant Observation (Florida: Harcourt Brace Javanovich, 1980), 128. Spradley menggambarkan ketiga jenis observasi ini seperti sebuah corong, di mana descriptive observation adalah bagian teratas dari corong yang masih lebar, kemudian focused observation berada lebih bawah yang cakuannya lebih sempit, dan yang paling bawah adalah selective observation yang fokusnya sangat sempit.

53 James P. Spradley, The Ethnographic Inteview (Florida: Harcourt Brace Javanovich, 1979), 55.

35

saat melakukan observasi.55 Menurutnya, ada tiga unsur yang penting dalam wawancara, yaitu tujuan yang eksplisit, penjelasan, dan pertanyaan.56 Wawancara harus memiliki tujuan yang jelas, yang telah diambil sejak pertama melakukan wawancara. Yang dimaksud penjelasan adalah, peneliti harus memberikan penjelasan kepada informan tentang hal-hal yang berkaitan dengan wawancara tersebut, di antaranya adalah tentang tujuan dari wawancara, persetujuan untuk direkam, penjelasan atas suatu pertanyaan.57 Menurut Spradley, ada tiga macam pertanyaan dalam suatu wawancara, yaitu pertanyaan deskriptif, pertanyaan struktural, dan pertanyaan yang kontras. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk studi pendahuluan juga untuk mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.

Metode wawancara formal dipergunakan dalam penelitian ini untuk menperoleh data tentang realita para elite pesantren memanfaatkan jasa perbankan juga data tentang pandangan pribadi para elite pesantren di Jombang terkait pemanfaatan jasa perbankan. Wawancara ini dilakukan secara mendalam kepada para informan (elite pesantren). Sedangkan wawancara informal dilakukan secara tidak terencana, yaitu ketika melakukan observasi dan bertemu dengan siapa pun dari orang pesantren yang mengetahui informasi yang terkait pemanfaatan jasa perbankan oleh kiai dan pesantren.

55 Ibid., 124.

56 James P. Spradley, The Ethnographic Inteview, 59-60

36

c. Metode Dokumenter

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,58 dan bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya lainnya. Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data yang tidak langsung untuk ditujukan kepada subyek penelitian, dan dokumentasi tersebut menjadi sumber data yang akan dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Metode dokumenter dipergunakan untuk memperoleh data, di antaranya tentang profil pesantren di kabupaten Jombang.

5. Analisis Data

Kerangka analisis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis fenomenologi. Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani phainomenon dan logos.

Phainomenon berarti tampak dan phainen berarti memperlihatkan. Sedangkan logos berarti kata, ucapan, rasio, pertimbangan. Fenomenologi, dengan demikian,

bisa dimaknai sebagai kajian terhadap fenomena atau apa-apa yang tampak.. Dalam arti luas, fenomenologi berarti ilmu tentang gejala-gejala atau apa saja yang tampak. Dalam arti sempit, ilmu tentang gejala-gejala yang menampakkan diri pada kesadaran kita. 59

Langkah-langkah yang ditempuh dalam kerangka analisis ini secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut:

58 Ibid., 240

59Burhan Bungin (ed). Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer (Jakarta: Rajawali Press, 2004), 17-19.

37

Pertama, mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan kemudian membaca dan membuat catatan pinggir terhadap data-data yang dianggap penting, kemudian melakukan pengkodean data.

Kedua, menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh partisipan dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).

Ketiga, mengumpulkan pernyataan tersebut ke dalam unit makna, lalu ditulis gambaran bagaimana pengalaman tersebut terjadi. Mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena hingga menemukan esensi dari fenomena tersebut, dilanjutkan dengan mengembangkan textural description (mengenai fenomena yang terjadi pada partisipan) dan structural description (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi).

Keempat, memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman partisipan mengenai fenomena

38

tersebut, dan menuangkannya dalam laporan pengalaman setiap partisipan, kemudian menuangkannya dalam tulisan.60

Dengan menggunakan kerangka analisis ini diharapkan cara kerja dalam mengupas tipologi pemikiran elite pesantren terhadap pemanfaatan jasa perbankan dapat diungkap secara lebih dalam.

6. Uji Keabsahan Data

Untuk mengukur derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan, sehingga antara data yang dilaporkan dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian tidak berbeda, maka dilakukan beberapa uji keabsahan data, yaitu triangulasi, peningkatan ketekunan, dan penggunaan bahan referensi. Triangulasi dilakukan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, dengan berbagai cara, dan berbagai waktu, misalnya triangulasi sumber tentang sikap pesantren terhadap pemanfaatan jasa perbankan konvensional dengan mengkonfirmasikan antara satu kiai dengan kiai yang lainnya. Peningkatan ketekunan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan sehingga deskripsi data yang diperoleh akurat dan sistematis. Di antara peningkatan ketekunan adalah melakukan konfirmasi ulang kepada informan terkait suatu data. Penggunaan bahan referensi dilakukan dengan berbagai media yang dimiliki, misalnya dengan rekaman dan foto.

60 Septiana K. Santana, Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), 92-94.

39