• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pesantren di Kabupaten Jombang dan Kegiatan Ekonomi

PANDANGAN ELITE PESANTREN DI KABUPATEN JOMBANG TERHADAP PEMANFAATAN JASA PERBANKAN

A. Pesantren di Kabupaten Jombang dan Kegiatan Ekonomi

175

BAB IV

PANDANGAN ELITE PESANTREN DI KABUPATEN JOMBANG TERHADAP PEMANFAATAN JASA PERBANKAN

A. Pesantren di Kabupaten Jombang dan Kegiatan Ekonomi

Adurrahman Wahid, sebagaimana dikutip oleh Manfred Ziemek mengemukakan beberapa hal yang harus dipecahkan oleh pesantren agar bisa bertahan dan membangun peranan mereka dalam perkembangan Indonesia, di antaranya adalah:

1. Pesantren harus menyesuaikan dirinya dengan kenyataan bahwa sistem sekolah modern tak terhindarkan dalam jangka panjang, dengan implikasi-implikasi besar bagi pesantren sendiri (hubungan antara kiai dengan santri, pengembangan suatu sistem nilai yang baru dalam lingkungan sendiri, dan lain sebagainya)

2. Pesantren harus merencanakan untuk membiayai kegiatan-kegiatannya sendiri, dalam bidang pendidikan maupun pelayanan sosial, sedangkan dalam jangka jauh memusatkan perhatian kepada pola pembiayaan sendiri di masa mendatang.

3. Pesantren harus menemukan cara pemecahan dilema dasarnya dalam kehidupannya. Walaupun kiai tidak tergantung kepada bantuan pemerintah, pesantren masih lebih melayani golongan berpunya daripada yang tidak berpunya, akibat ketergantungannya kepada bantuan-bantuan

176

keuangan dari lapisan atas masyarakat pedesaan (suatu dilema yang dikenal sebagai hal umum di lembaga-lembaga tradisional dunia Ketiga). 4. Pesantren harus memahami implikasi struktural dari peran serta rakyat

dalam pengembangan masyarakat dan pesantren harus menanggapi peranannya dalam proses tersebut.

5. Pesantren harus merencanakan untuk membina sifat-sifat khas budaya maupun kedudukan sosio-kulturalnya dalam kehidupan masyarakat dalam kerangka tanggapannya tentang peranannya sendiri dalam pengembangan masyarakat.207

Poin-poin yang disampaikan Abdurrahman Wahid tersebut adalah dalam rangka membangun pesantren agar terus berperan dalam memajukan masyarakat dan membangun kemandirian pesantren. Dan bagi pesantren di Jombang, hal-hal tersebut sedikit banyak sudah diaplikasikan dalam kegiatan-kegiatan pesantren.

Untuk poin ketiga, pondok pesantren Tebuireng telah banyak berbuat, yaitu dengan mengelola sawah wakaf milik pondok untuk membiayai kekurangan-kekurangan dari biaya pengelolaan pondok. Pondok Tebuireng memiliki lahan sawah mencapai luas 432.774 m2. Tanah-tanah yang tidak ditempati bangunan, yang berupa tanah persawahan dikelola secara produktif dengan ditanami berbagai macam tanaman. Penghasilan dari tanah wakaf tersebut dimasukkan ke dalam kas Yayasan untuk membiayai berbagai kebutuhan pesantren atau menutupi anggaran

177

yang membengkak. Tujuannya hanya satu, demi suksesnya keberlangsungan kegiatan di Pesantren Tebuireng.208

Bagi sebagian pesantren di Jombang, masalah-masalah yang diutarakan Abdurrahman Wahid itu sudah banyak terpecahkan, terbukti dengan semaraknya pesantren saat ini, dengan perkembangan tidak hanya jumlah santrinya tetapi dari sisi pembangunan gedung dan asrama sudah sangat maju. Dari segi kesejahteraan para kiai, ustad dan pengasuh sudah sangat layak, dan terlihat tidak ada ketergantungan pada pihak-pihak tertentu, tetapi kebanyakan terpenuhi dari dana yang masuk dari para wali santri dan juga beberapa obyek usaha yang diupayakan pondok.

Dari pondok-pondok besar di Jombang, dana yang masuk dari para santri yang ada sudah bisa mencukupi kebutuhan penggajian para tenaga yang ada, dan sebagian ada yang menambahi pendanaannya dari usaha-usaha yang dilakukan oleh pondok --walaupun tidak semua pondok melakukan hal seperti ini--, seperti yang dilakukan oleh pondok Tebuireng dengan usaha menanam tebu, pengolahan makanan dan laundry.209 Pondok Denanyar dengan mengurusi usaha berupa pengadaan seragam semua santri, baik seragam di pondok maupun seragam sekolah formal.210 Sementara Tambakberas, telah berupaya membuka bidang usaha walaupun kurang berhasil, seperti membuka konveksi dan toko kelontong

208 Ibid., 200

209 Muhamad Nafik Hadi Ryandono, “Peran Pondok Pesantren dalam Pemberdayaan Sosial Ekonomi di Jawa Timur pada Abad ke-20,” Mozaik Humaniora Vol. 18 (2), tahun 2018, 199.

210 Bu Nyai Muflihah Sohib, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Mambaul Maarif, Denanyar Jombang, 6 April 2019.

178

yang didirikan oleh yayasan.211 Namun demikian, masing-masing asrama memiliki upaya-upaya sendiri yang dipakai untuk menopang keberlangsungan pondok itu sendiri. Saat ini belum ada pondok yang memiliki usaha bisnis bertaraf besar yang bisa mencukupi kebutuhan pengelola dan santri, dan usaha-usaha bisnis tersebut sifatnya sebagai tambahan sumber penopang keberlangsungan kegiatan pondok.

Sebagian para kiai juga ada yang menjalankan usaha ekonomi sendiri untuk mencukupi kebutuhannya sendiri, seperti persawahan, peternakan, toko dan lain sebagainya. KH Wahhab Khalil pengasuh asrama ar-Risalah Denanyar contohnya, yang beternak sapi sebagai tambahan dengan menitipkannya kepada orang-orang desa yang membutuhkan pekerjaan tambahan, beberapa kiai juga melayani catering dari para santrinya, dan lain sebagainya.

Pada sebagian pondok, para kiai dan pengasuhnya menjadi pegawai negeri, baik sebagai guru ataupun di lembaga pemerintahan. Hal ini dapat dilihat sebagai upaya para kiai dalam usahanya memenuhi kebutuhan dirinya sendiri tanpa harus mengharapkan dari santri, sehingga iuran dan dana dari para santri dikhususkan untuk pengembangan pondok dan memenuhi kebutuhan dari para santri tersebut. Hal ini tidaklah berdampak pada kurangnya perhatian kiai atau pengasuh pada para santri, karena sebagaimana disampaikan oleh Gus Dur di atas, bahwa pesantren harus menyesuaikan dirinya dengan kenyataan bahwa sistem sekolah modern tak terhindarkan, dengan implikasi-implikasi besar bagi pesantren sendiri. Hal ini berimplikasi pesantren harus memberi kesempatan kepada para

211 KH M Wafiyul Ahdi, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, 18 Maret 2019.

179

santri untuk mengenyam pendidikan formal, dan itu dilaksanakan oleh lembaga tersendiri yang tidak dikelola secara langsung oleh para kiai pesantren. Oleh karena itu, para kiai pun pada jam sekolah formal berperan sebagai guru di sekolah-sekolah formal sekitar pesantren, yang kebanyakan berstatus sebagai pegawai negeri. Sedangkan pada saat pulang dari sekolah formal para santri mengaji dengan para kiai yang juga sudah selesai tugasnya sebagai guru pegawai negeri.

Antara satu pondok dengan pondok lainnya sangat berbeda dalam menentukan biaya untuk mondok dan sekolah, hal ini ditentukan oleh seberapa besar kebutuhan pesantren untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut. Antara pesantren Darul Ulum dengan pesantren Mambaul Ma’arif misalnya, akan berbeda dalam menentukan besaran biaya yang dikeluarkan para santri.212 Besar kecilnya biaya yang dibebankan kepada santri tentu akan berdampak pada perbedaan fasilitas yang diberikan kepada pondok.

Dari sisi kemandirian dan kemajuan terlihat pada pesantren Tebuireng, di mana saat ini bangunan-bangunan gedung terlihat megah, walau demikian tidak ada satu pun lembaga pendidikan yang dinegerikan, dan semua dikelola secara mandiri oleh pesantren. Pesantren memiliki beberapa usaha mandiri yang berperan untuk menopang kekurangan-kekurangan biaya yang dikeluarkan untuk berlangsungnya kegiatan pesantren. Namun tidak menutup kemungkinan adanya

212 Menurut kiai Wahhab, kepengurusan yayasan Denanyar yang dipegang oleh para bu Nyai berdampak pada penekanan welas kepada para wali santri, sehingga segala biaya yang dibebankan kepada para wali santri berusaha ditekan agar tidak terlalu membebani. Terlihat nampak berbeda dengan pesantren-pesantren lainnya yang terlihat megah dari sisi gedung dan fasilitasnya. KH Abdul Wahhab Ahmad Kholil, pengasuh Asrama ar-Risalah PP Mambaul Maarif Denanyar Jombang, 6 April 2019.

180

sumbangan-sumbangan dari pihak luar, misalnya beberapa gedung baru di pesantren Tebuireng adalah bantuan dari Pemerintah Pusat.213

Dari sedikit pemaparan di atas, terlihat bahwa pesantren berupaya untuk melakukan kegiatan ekonomi secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan pesantren. Upaya yang dilakukan adalah usaha-usaha yang bernilai profit, bukan saja yang bersifat pemberdayaan ekonomi ummat, walaupun upaya pemberdayaan ekonomi ummat juga dilakukan. Usaha-usaha tersebut meniscayakan pesantren berinteraksi dengan dunia luar pesantren untuk pengembangan usaha, dan terlibat dengan berbagai politik dagang yang berorientasi profit. Perkembangan model bisnis yang sekarang semakin modern pun harus berusaha diikuti oleh pesantren untuk keberlangsungan usaha tersebut. Hal ini merupakan keniscayaan meskipun tidak dilakukan pesantren secara besar-besaran. Pesantren juga menggandeng beberapa mitra usaha untuk memajukannya, dan dengan demikian pesantren akan terlibat dengan model-model transaksi sepeti umumnya usaha orang saat ini.

Keadaan seperti ini dapat diartikan bahwa pesantren tidak bisa menjadi dunianya sendiri dengan idealismenya sendiri, tetapi harus selalu berinteraksi dengan dunia luar, mengembangkan diri dengan mengacu pada perkembangan dunia modern yang semakin canggih dalam menjalankan semua usaha ekonomi. Penggunaan teknologi informasi dalam segala bidang tidak bisa ditinggalkan oleh pesantren. Bahkan dalam program pendidikan pesantren, pembekalan pada para santri untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi juga diupayakan.

213

181

Di antara keniscayaan pesantren mengikuti perkembangan teknologi informasi adalah, tidak bisa lepasnya dunia usaha dengan jasa dari perbankan. Perusahaan perbankan saat ini tidak bisa lepas dengan kemajuan teknologi informasi, mulai dari setoran dana, penarikan dana, transfer dana, dan lain sebagainya. Semua itu adalah bertujuan memberikan pelayanan yang terbaik, memberikan kenyamanan, keamanan dan kemudahan dalam segala aspek.

Melihat perkembangan perbankan syari’ah di Indonesia yang saat ini sudah melewati 5% dari sharing market dengan perbankan pada umumnya dapat dilihat sebagai prospek yang bagus bagi pengembangan perbankan ini ke depan. Perkembangan tersebut tidak lepas dari campur tangan pemerintah dengan diundangkannya beberapa aturan mengenai perbankan syari’ah. Di samping itu, di berbagai kalangan masyarakat muncul juga komunitas atau organisasi yang mengiring terus perkembangan tersebut, mensosialisasikan dan juga memberi dorongan dan masukan untuk perkembangan perbankan. Di kalangan masyarakat muncul organisasi seperti Masyarakat Ekonomi Syariah (MES)214 dan Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI)215, FOSSEI, KAFOSSEI. Di kalangan dunia

214 MES adalah organisasi independen, dan tidak terafiliasi dengan salah satu partai politik atau Ormas tertentu, yang melaksanakan program sosialisasi ekonomi syari’ah secara terstruktur dan berkesinambungan kepada masyarakat. Masyarakat Ekonomi Syariah, dalam bahasa Inggris adalah Islamic Economic Society atau dalam bahasa arabnya Mujtama’ al-Iqtishad al-Islamiy, didirikan pada hari Senin, tanggal 1 Muharram 1422 H, bertepatan pada tanggal 26 Maret 2001 M. Di deklarasikan pada hari Selasa, tanggal 2 Muharram 1422 H di Jakarta. Visi MES adalah menjadi organisasi terdepan dalam mewujudkan arus baru ekonomi syariah di Indonesia, dan memiliki misi: 1. Mendukung program pembinaan umat 2. Mendorong peningkatan kualitas SDI pelaku ekonomi syariah, 3. Berkontribusi aktif dalam peningkatan peran serta lembaga keuangan syariah, 4. Pengembangan dan penguatan organisasi, 5. Pembinaan dan peningkatan kapasitas pelaku UMKM.

Lihat http://www.ekonomisyariah.org/tentang-mes/visi-dan-misi/. Diakses tanggal 27 Agustus 2019.

215 Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) adalah organisasi para akademisi dan praktisi untuk melakukan pengkajian, pengembangan, pendidikan dan sosialisaasi Ekonomi Islam. IAEI dideklarasikan pada tanggal 3 Maret 2004 di Kampus Universitas Indonesia Salemba, setelah

182

pendidikan muncul jurusan dan program studi, bahkan sekolah tinggi yang fokus pada kajian tentang ekonomi Islam, perbankan syari’ah dan semacamnya.

Dengan perkembangan dan dorongan dari berbagai pihak tersebut membuat pengembangan ekonomi Islam, terutama perbankan syari’ah semakin meyakinkan. Bahkan pada tanggal Agustus 2019, menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati ditunjuk untuk memimpin organisasi IAEI masa jabatan 2019-2023.216

Peran pengembangan ekonomi Islam --termasuk di dalamnya perbankan syari’ah—hanyalah dilakukan oleh sebagian kecil pihak. Ini merupakan salah satu faktor yang menghambat perkembangan perbankan syari’ah. Selain sosialisasi dari pihak pengembang ekonomi syari’ah yang kurang, lembaga-lembaga Islam --seperti pondok pesantren-- kurang memberikan sumbangan pada pengembangan

sehari sebelumnya menyelenggarakan Konvensi Nasional Ekonomi Islam di Istana Wakil Presiden RI, Jakarta. Visi IAEI adalah menjadi wadah para pakar Ekonomi Islam yang memiliki komitmen dalam mengembangkan dan menerapkan Ekonomi Syariah di Indonesia. Dan memiliki misi (1) Memberikan kontribusi nyata kepada pemerintah baik pemikiran konstruktif maupun aksi riil dalam pembangunan ekonomi Indonesia yang berkeadilan, (2) Menyiapkan sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas di bidang ekonomi dan keuangan Islam melalui lembaga pendidikan dan kegiatan pelatihan (3) Membangun sinergi antara lembaga keuangan syariah, lembaga pendidikan dan pemerintah dalam membumikan ekonomi syariah di Indonesia (4) Membangun jaringan dengan lembaga-lembaga Internasional, baik lembaga keuangan, riset maupun organisasi Investor Internasional (5) Memajukan Ekonomi Islam melalui pengkajian dan penelitian terhadap berbagai potensi kreatif untuk pengembangan dan pelaksanaan Ekonomi Islam, baik Nasional maupun Internasional.

Lihat http://www.iaei-pusat.org/id/page/profil. Diakses tanggal 28 Agustus 2019.

216 Saat ini Sri Mulyani dipandang sebagai begawannya ekonomi Indonesia, karena beberapa prestasi yang telah ditorehkannya, menjadi menteri keuangan pada pemerintahan SBY, menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia, menjadi menteri Keuangan pada pemerintahan Joko Widodo. Pada tahun 2006 Tahun 2006, hanya satu tahun setelah menjabat menteri, ia disebut sebagai Euromoney Finance Minister of the Year oleh majalah Euromoney. Tahun 2007 dan 2008, majalah Emerging Markets memilih Sri Mulyani sebagai Asia's Finance Minister of The Year. Pada tahun 2017, ia dinobatkan sebagai Menteri Keuangan Terbaik se-Asia 2017 oleh majalah Finance Asia. Pada tanggal 11 Februari 2018 dalam acara World Government Summit[42] di Uni Arab Emirates, Sri Mulyani dinobatkan sebagai Menteri Terbaik di Dunia (Best Minister Award). Lihat

183

tersebut. Pondok pesantren terlihat tidak aktif dengan arah baru perbankan Indonesia ini. Bisa dikatakan pondok masih agak memandang sebelah mata pada pengembangan perbankan syari’ah di Indonesia.

Realitas seperti itu dapat dilihat, di antaranya pada pondok-pondok pesantren di Jombang. Ke-kurangberperannya pondok-pondok di Jombang tersebut juga menyebabkan perkembangan perbankan syari’ah di Jombang kurang begitu menggembirakan, padahal Jombang dikenal sebagai kota santri, tempat digemblengnya para santri dari berbagai pelosok daerah tentang ajaran agama Islam, yang menjadi dasar dari perbankan syari’ah itu sendiri.

Walaupun pondok pesantren di Jombang tidak bisa melepaskan diri dari peran perbankan dalam manajemen pengelolaannya, namun realitasnya pondok lebih banyak memilih perbankan konvensional daripada memakai jasa perbankan syari’ah. Jasa perbankan di antaranya dipakai pondok untuk memudahkan para wali santri mengirimkan uang kebutuhan anaknya yang nyantri di pondok pesantren Jombang. Selain itu, jasa perbankan dipakai untuk penyimpanan dana pondok, yang tidak mungkin disimpan sediri dalam brangkasnya. Para kiai pun secara pribadi juga memakai jasa perbankan ini untuk keperluannya sendiri.