• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERIMAAN ELITE PESANTREN DI KABUPATEN JOMBANG TERHADAP LEMBAGA PERBANKAN

E. Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Jombang

3. Yayasan Darul Ulum dan Jasa Perbankan

168

yang telah lebih dahulu diupayakan oleh pondok dengan mengadakan pengajian-pengajian yang diisi oleh para pengasuh PP Darul Ulum. Menurut KH Zaimudin, pondok tidak memonopoli penyediaan kebutuhan santri, tapi memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar untuk berjualan di sekitar pondok.203 Beliau mengatakan:

Yayasan tidak ada (bidang usaha), kita hanya punya yang namanya PPKS (Pusat Pelayanan Kesehatan Santri), kesehatan dalam arti di sini salah satunya menyediakan makanan sehat. Itu bisnis barangkali yang bisa jadi masukan. Ini pun tidak besar, karena selama ini baru kue-kue jajanan saja, dan air ke seluruh sekolahan. Kami tidak punya koperasi, atau pusat penjualan, kami di sini berbagi dengan masyarakat sekitar, mereka yang jual, karena memang pondok sini kan tidak ada pagar atau bentengnya yang menutup, tetapi menyatu dengan masyarakat. Masing-masing pesantren berbeda. Kami tidak memiliki perkebunan atau persawahan. Dengan keadaan seperti ini maka kebutuhan pesantren terhadap jasa perbankan hanyalah dalam pembayaran kebutuhan pondok dan sekolah dari para santri. Tidak ada transaksi yang bersifat usaha bisnis yang dikelola yayasan, bahkan koperasi saja yayasan tidak membentuknya.

Saat ini banyak pertokoan juga penjaja makanan di sekitar pondok, dan tidak ada larangan dari pihak yayasan atas keadaan seperti ini. Bahkan menurut Kiai Zaimudin hal ini dapat membantu pemenuhan kebutuhan para santri di pondok yang tidak mungkin dipenuhi oleh pihak yayasan dan pondok. Hal ini juga untuk menghindari monopoli pondok dan yayasan atas ekonomi dari masyarakat Rejoso Peterongan.

3. Yayasan Darul Ulum dan Jasa Perbankan

169

Seperti umumnya lembaga saat ini, semua membutuhkan jasa perbankan dalam mengelola keuangannya, hanya besar kecilnya saja yang berbeda. Yayasan Darul Ulum yang membawahi 12 sekolah di lingkungannya merasa merupakan keharusan untuk mempergunakan jasa perbankan ini. Yayasan merasakan kebutuhan itu sangat mendesak dan tidak bisa dihindari, dan dalam mempergunakan jasa keuangan hanya mendasarkan pada nilai manfaat dan menggantungkan pada niat untuk mengambil manfaat tersebut, tidak untuk mencari keuntungan yang bersifat materi (bunga).

Pada awalnya, yayasan mempergunakan jasa perbankan hanya dari bank Jatim, hal ini dilakukan karena bank tersebut dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Pemilihan bank ini adalah karena factor politik, yaitu agar terjalin hubugan dengan pemerintahan daerah, terutama pemerintahan provinsi. Hubungan baik tersebut di antaranya dimaksudkan agar ada perhatian dari pemerintahan terhadap pondok pesantren Darul Ulum dan pondok juga bisa memberikan peran dalam pemerintahan. Dalam perjalanannya selama ini beberapa kiai dan pengasuh PP Darul Ulum masuk dalam keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), baik daerah maupun pusat, seperti KH As’ad Umar yang pernah menjadi anggota DPR-GR juga DPRD Jawa Timur dan DPR Pusat dari Golkar. KH. Musta’in Romly juga pernah menjadi anggota DPR-MPR RI pada tahun 1983 sampai wafatnya.

Sampai saat ini bank Jatim masih dipakai oleh yayasan untuk pembayaran dari para wali santri yang sifatnya tunai. Bahkan bank Jatim diberi fasilitas oleh Yayasan berupa ruangan kantor bersebelahan dengan kantor yayasan, yaitu di

170

sebelah Timur kantor Yayasan. Tetap bertahannya yayasan memakai jasa bank Jatim ini adalah karena ikatan emosional, sudah lamanya hubungan kerjasama antara keduanya dan merasa tidak enak bila hubungan ini dihentikan begitu saja. Padahal, yayasan telah memutuskan untuk mendukung gerakan memakai jasa perbankan syari’ah dalam segala urusan.

Semenjak munculnya perbankan syari’ah di Indonesia, yayasan Darul Ulum telah memutuskan untuk mendukung gerakan tersebut dengan memakai jasa perbankan syari’ah, kecuali bank Jatim yang hubungannya bersifat ikatan emosional dan politis. Bank Syari’ah yang pertama menjalin hubungan kerjasama adalah Bank Muamalat, dan diberi fasilitas oleh Yayasan untuk membuka kantor di dalam lingkungan pondok. Namun demikian hubugan kerjasama dengan bank Muamalat ini tidak bertahan lama, dan bank Muamalat menarik kantornya dari pondok karena alasan kekurangan SDM. Berikutnya adalah bank Mandiri Syari’ah, yang sempat membuka kantor di lingkungan pondok, tetapi dengan alasan kekurangan SDM juga kemudian menarik kantornya dari lingkungan pondok. Dan yang terakhir dan masih bertahan sampai saat ini adalah Bank BRI Syari’ah, yang membuka kantor di lingkungan pondok dan mendirikan ATM sebanyak dua anjungan, satu untuk santri putra dan satu lagi untuk santri putri. Saat ini Bank BRI Syari’ah adalah satu-satunya bank syari’ah yang memiliki kantor di llingkungan pondok Darul Ulum.

Meskipun tidak memiliki kantor di lingkungan pondok, bank Mandiri Syari’ah masih dipergunakan jasanya oleh Yayasan, yaitu sebagai rekening

171

pembayaran biaya wajib yayasan yang dibayarkan oleh wali santri yang menginginkan pembayaran secara online. Yayasan menyimpankan pembayaran wajib santri untuk yayasan yang dibayar secara online di bank Mandiri Syari’ah, sementara untuk pembayaran secara tunai dilayani oleh Yayasan yang kemudian disimpankan di bank Jatim. Tidak ada upaya dari yayasan untuk menjadikan penyimpanan dana pondok pada satu rekening, baik konven maupun syariah.

Meskipun perbankan konven dan syari’ah dipakai oleh yayasan, namun demikian menurut KH Zaimudin, yayasan berkomitmen untuk ikut memajukan perbankan syari’ah. Kenyataannya, yayasan tidak pernah mengadakan kerjasama dengan perbankan konvensional selain bank Jatim, yang menurut beliau karena ikatan emosional dan politis. Komitmen tersebut didasarkan pada pandangan bahwa, perbankan syari’ah adalah lebih aman daripada bank konvensional. Meskipun demikian, yayasan tidak menganggap bahwa memakai jasa perbankan konvensional tidaklah haram, dan masih berpegangan pada hasil MUNAS Nahdlatul Ulama yang memutuskan bahwa bunga bank adalah masalah khilafiyah, dan di antaranya menghalalkan bunga bank tersebut. Yayasan mengambil pendapat yang menghalalkan bunga bank, dan penggunaan jasa perbankan tersebut adalah didasarkan pada kaidah yang umum, yaitu segala sesuatu itu tergantung pada niat yang disengajakan untuk memakai jasa tersebut. Niatnya adalah untuk mengamankan uang dan tidak melihat berapa bunga yang akan diperoleh.

172