BAB II: KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
3. Metode Penerjemahan
Metode penerjemahan merupakan suatu proses penerjemahan yang
digunakan untuk mengungkapkan tujuan penerjemah. Newmark (1988:45)
membagi metode penerjemahan menjadi 8 berdasarkan tujuan dan
pertimbangan ‘untuk siap’ penerjemahan dilakukan. Empat dari delapan
metode berorientasi pada Bsu, dan empat yang lainnya berorientasi pada Bsa.
Kedelapan metode itu diagramkan dalam diagram yang disebut diagram V.
Berikut adalah diagram yang dimaksud:
SL emphasis TL emphasis
Word-for-word translation Adaptation
Literal translation Free translation Faithful translation Idiomatic translation
Semantic translation Communicative translation
Gambar 2: Diagram V
a. Word- for - Word Translation (Penerjemahan Kata demi Kata)
Metode penerjemahan ini merupakan penerjemahan yang dilakukan kata
demi kata dimana urutan kata dalam Bsu tetap dipertahankan tanpa
melihat konteks katanya.Tujuan utama dari metode ini adalah untuk
memahami mekanisme Bsu dan menafsirkan teks yang sulit pada proses
commit to user
xxxv
Contoh : Bsu = Saya akan pergi ke Bali besok
Bsa = I will go to Bali tomorrow.
b. Literal Translation (Penerjemahan Harfiah)
Pada penerjemahan harfiah struktur gramatikal Bsu dicari padanannya
yang paling dekat dengan Bsa, namun penerjemahan kata-kata leksikal
diterjemahkan tersendiri (diluar konteks). Hal ini sangat berbeda dengan
Catford (1974: 25) dimana dalam penerjemahan harfiah yang pada
awalnya diterjemahkan secara kata demi kata, di beberapa bagian lain
dilakukan perubahan sepenuhnya dengan beradaptasi pada Bsa yang
bertujuan untuk menghasilkan penerjemahan yang alami dalam Bsa.
Berbeda dengan kedua pendapat diatas, Nababan (2008: 9) menyatakan
bahwa Penerjemahan Harfiah (literal translation) terletak antara
penerjemahan kata demi kata dan penerjemahan bebas. Kegiatan
penerjemahan dilakukan dengan cara menyesuaikan susunan kata dalam
kalimat terjemahannya yang sesuai dengan kata dalam kalimat Bsa setelah
melakukan penerjemahan kata demi kata terlebih dahulu. Penerjemah
melakukan jenis penerjemahan ini jika struktur kalimat Bsu berbeda
dengan struktur kalimat Bsa. Sebagai contoh adalah:
Kalimat Bsu Terjemahan kata
demi kata
Terjemahan Harfiah
commit to user
xxxvi c. Faithful Translation (Penerjemahan Setia)
Penerjemahan setia berusaha untuk menghasilkan kembali makna
kontekstual penulis asli pada struktur gramatikal Bsa. Dalam hal ini
penerjemah lebih memihak penulis asli dalam Bsu meskipun kadang-
kadang hasil terjemahan dalam Bsa masih terasa kaku karena kewajaran
dalam penyampaian pesan tidak begitu diperhatikan.
Contoh : Bsu = It’s raining cats and dogs
Bsa = Hujan kucing dan anjing
Contoh tersebut sangat kaku dalam Bsu karena dalam Bahasa Indonesia
tidak mengenal konsep seperti itu, oleh karenanya kalimat tersebut
diterjemahkan menjadi “Hujannya seperti suara kucing dan anjing” namun
tetap saja masih terasa janggal karena orang Indonesia tidak merasakan
suara tersebut menyerupai suara hujan.
d. Semantic Translation (Penerjemahan Semantik)
Berbeda dengan penerjemahan setia yang terkesan kaku, penerjemahan
semantik merupakan penerjemahan yang lebih fleksibel dimana
penerjemah dapat menggunakan empatinya pada penulis asli selain itu
aspek keindahan dalam penerjemahan ini mula diperhatikan. Sebagai
Every one needs a shoulder to cry on Setiap orang membutuhkan pundak untuk menangis Semua orang membutuhkan tempat bersandar Semua orang membutuhkan tempat untuk mengadu
commit to user
xxxvii
contoh adalah kalimat sapaan dalam bahasa jawa ‘Badhe tindak pundhi,
pakde?’ Kalimat tersebut bisa diungkapkan oleh dua orang pembicara yang berbeda yaitu oleh seorang anak kepada pakdenya (kakak dari ayah si
anak) atau bisa diungkapkan oleh siapa saja yang menyapa seorang laki-
laki setengah baya yang usianya lebih tua dari si pembicara sebagai
ungkapan kesopanan. Jika hal inilah yang dimaksud, maka kata ‘pakde’
jika diterjemahkan kedalam bahasa Inggris tidak bisa diterjemahkan
menjadi ‘uncle’ karena konteksnya berbeda. Kata tersebut cukup
diterjemahkan menjadi sir (pak).
e. Adaptation (Saduran)
Saduran merupakan sebuah metode penerjemahan yang bentuknya paling
bebas. Biasanya digunakan untuk drama, komedi, dan puisi dimana tema,
dan alur cerita, tetap dipertahankan, tapi tokoh-tokohnya disulih dengan
tokoh-tokoh lokal, misalnya ‘rubah’ disulih menjadi ‘kancil’. Perubahan
terjadi hanya pada aspek-aspek budaya agar sesuai dengan budaya yang
terdapat pada Bsa.
f. Free Translation (Penerjemahan Bebas)
Penerjemahan bebas menghasilkan terjemahan yang tidak terlalu
mengidahkan aturan-aturan bentuk bahasa yang terdapat pada teks Bsu
namun lebih mengutamakan pada isi atau makna dari Bsu tersebut.
Biasanya terjadi pada penerjemahan ungkapan atau peribahasa. Contoh
dari jenis penerjemahan ini adalah:
commit to user
xxxviii Bsa : Nongkrong
Peribahasa : Bsu : Make hay while the sun shines
Bsa : Sedia payung sebelum hujan
g. Idiomatic Translation (Penerjemahan Idiomatis)
Penerjemahan idiomatis menghasilkan pesan yang sesungguhnya dari
penulis asli namun cenderung merubah sedikit maknanya karena adanya
ungkapan-ungkapan idiomatis yang tidak terdapat dalam teks.
h. Communicative Translation (Penerjemahan komunikatif)
Pada metode yang terakhir ini penerjemah berusaha untuk menerjemahkan
makna kontekstual dari teks Bsu sedemikian rupa agar isi dan bahasanya
berterima dan dapat dipahami oleh para pembacanya. Penerjemahan
komunikatif sangat memperhatikan keefektifan bahasa penerjemahan.
Kalimat ‘Keep off the grass!’ misalnya, diterjemahkan menjadi ‘Dilarang
menginjak rumput’. Kata ‘keep off’ yang bermakna ‘tahan’ tidak
diterjemahkan sebagai mestinya melainkan diubah menjadi dilarang
menginjak karena dari segi pembaca kalimat tersebut lebih berterima.
Sementara itu ahli penerjemahan lain, Jacobson dalam Suryawinata dan
Hariyanto (2003: 33), menggunakan istilah metode dengan jenis. Menurutnya
jenis penerjemahan terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Intra Bahasa (Intralingual Translation)
Adalah sebuah jenis penerjemahan yang mengubah suatu teks yang
commit to user
xxxix
penerjemahan ini belum bisa dikatakan penerjemahan sesungguhnya karena
dilakukan dengan menggunakan bahasa yang sama. Sebagai contoh adalah
cerita yang berjudul ‘Romeo and Juliet’ karya Shakespeare yang ditulis dalam
bentuk novel berbahasa Inggris. Namun oleh penerjemah ditulis ulang dalam
bentuk dialog pada sebuah naskah film.
b. Antar Bahasa (Interlingual Translation)
Yaitu penerjemahan yang melibatkan dua bahasa dengan tujuan untuk
mengalihkan pesan dari Bsu ke dalam Bsa.
c. Intersemiotik (Intersemiotic Translation)
Jenis penerjemahan ini merupakan suatu penerjemahan yang meliputi
penafsiran sebuah teks ke dalam bentuk atau sistem tanda lain. Sebagai
contoh adalah penafsiran novel ‘Harry Potter’ menjadi film dengan judul
yang sama.