commit to user
i
ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA TERJEMAHAN PETUNJUK PEMAKAIAN
PRODUK-PRODUK ORIFLAME
THESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik
Minat Utama Linguistik Penerjemahan
Lusi Susilawati S130908009
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
MINAT UTAMA LINGUISTIK PENERJEMAHAN PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
ii
ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA TERJEMAHAN PETUNJUK PEMAKAIAN
PRODUK-PRODUK ORIFLAME
Disusun oleh: Lusi Susilawati
S130908009
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing Pada tanggal: 8 Maret 2010
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D
1944.06021.196511.2001 1963.0328.199201.1001
Mengetahui
Ketua Program Studi Linguistik
commit to user
iii
ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA TERJEMAHAN PETUNJUK PEMAKAIAN
PRODUK-PRODUK ORIFLAME
Disusun oleh:
Lusi Susilawati S130908009
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal: 23 Maret 2010
Jabatan Nama Tanda tangan
Ketua : Prof. Dr. Kunardi Hardjoprawiro ………...
Sekretaris : Dr. Djatmika. M.A ………
Anggora Penguji: 1. Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana ………
2. Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D ………....
Mengetahui,
Direktur Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Linguistik
Prof. Drs Suranto, M.Sc., Ph.D., Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D
195708201985031004 196303281992011001
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Lusi Susilawati
NIM : S130908009
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Analisis Transposisi Dan Modulasi Pada Terjemahan Petunjuk Pemakaian Produk-Produk Oriflame adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya yang terdapat dalam tesis ini diberi tanda citasi dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyaata di kemudian hari pernyataan saya tersebut terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang diperoleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Maret 2010 Yang membuat pernyataan,
commit to user
v
PERSEMBAHAN
commit to user
vi
MOTTO
Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu tidak
selesai (dari suatu masalah), kerjakanlah dengan sungguh - sungguh (urusan) yang
lain dan hanya kepada Tuhan – mu lah hendaknya kamu berharap.
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah s.w.t yang selalu
memberikan bimbingan dan pertolongan kepada penulis untuk menyelesaikan
penelitian ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan tulus kepada:
1. Prof. Drs Suranto, M.Sc., Ph.D., Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D, Ketua Program Studi
Linguistik Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
sekaligus sebagai pembimbing II yang telah memberikan kesempatan,
kemudahan serta bimbingan dan saran untuk menyelesaikan tesis ini.
3. Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana yang juga dengan penuh kesabaran telah
memberikan bimbingan dan saran dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Nani Wimpi, Director Oriflame Solo, yang telah membantu dalam
pengumpulan data dan bersedia untuk memberikan beberapa informasi
yang sangat berarti bagi penulis.
5. Sumardiono, S.S dan Pristinian Yugaswara, S.Pd. yang telah bersedia
untuk menjadi rater di sela-sela kesibukannya dalam menerjemahkan dan
menyelesaika studinya dan telah memberikan penilaian dan saran yang
kritis terhadap data-data yang disediakan.
6. Semua dosen Program Pascasarjana UNS yang mengampu pada Program
commit to user
viii
7. Semua karyawan perpustakaan dan biro administrasi yang telah memberi
bantuan demi kelancaran penulisan tesis ini.
8. Teman – teman angkatan 2008 Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret yang telah memberikan semangat dan saran kepada penulis
9. Ir. Suwarno, suami dan teman hidupku yang selalu memberikan dorongan
dan semangat dalam dalam menyelesaikan penelitian ini.
10.Nazwa Aurelia, putriku tersayang yang selalu senantiasa menemani dalam
setiap langkahku.
Hanya ucapan terima kasih dan doa yang tulus yang dapat penulis
sampaikan pada kesempatan ini. Semoga Allah senantiasa melimpahkan pahala
dan rahmat-Nya kepada mereka atas kebaikan yang diberikan kepada penulis.
Akhirnya, penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi
yang positif terhadap dunia penerjemahan dan Oriflame.
Surakarta, Maret 2010
commit to user
ix
ABTSRAK
Lusi Susilawati. S 130908009. 2009. Analisis Transposisi dan Modulasi pada Terjemahan Petunjuk Pemakaian Produk-Produk Oriflame, Thesis. Program Magister Linguistik Penerjemahan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini adalah penelitian tentang analisis bentuk-bentuk transposisi dan modulasi yang digunakan oleh penerjemah pada terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame. Tujuan penelitian ini adalah; pertama untuk mengidentifikasi bentuk transposisi dan modulasi yang terdapat pada terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame terhadap kualitas terjemahan dalam hal keakuratan dan keberterimaan. Tujuan kedua adalah untuk mengidentifikasi dampak penerapan bentuk transposisi dan modulasi pada kualitas terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame dalam hal keakuratan dan keberterimaan, dan tujuan terakhir adalah untuk mengidentifikasi teknik mana yang paling baik terhadap keakuratan dan keberterimaan.
Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif. Sumber data penelitian ini teks terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame dan juga para informan. Data tersebut diidentifikasi bentuk-bentuk transposisi dan modulasinya. Untuk mengetahui nilai keakuratan dan keberterimaan, data tersebut dinilai oleh tiga rater yang berkecimpung di bidang penerjemahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk transposisi dan modulasi yang digunakan oleh penerjemah berdampak terhadap kualitas terjemahan, konsumen dan target penjualan, yaitu masih terdapat beberapa penyimpangan makna pesan dalam Bsu yang tidak tersampaikan. Akibatnya, Penyimpangan ini berpengaruh terhadap kesalahan penggunaan produk tersebut sehingga berakibat fatal terhadap konsumen. Kemudian berkenaan dengan keakuratan dan keberterimaan terjemahan, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 172 data yang diteliti terdapat 64% data yang dikategorikan sebagai transposisi akurat. Dinilai dari sisi keberterimaan, sebanyak 72,2% dinilai sebagai transposisi berterima. Sementara itu hasil penelitian terhadap penilaian bentuk-bentuk modulasi tercatat 62,8% data yang dinilai akurat dan hasil keberterimaan bentuk modulasi adalah 78,5% data dikategorikan modulasi berterima.
commit to user
x
ABSTRACT
Lusi Susilawati. S 130908009. 2009. An Analysis of Transposition and Modulation in the Translation of Oriflame Products Direction. Thesis. Master Degree Program in Translation. Post Graduate Program Sebelas Maret University of Surakarta.
This is a research about an analysis of transposition and modulation used by the translator in the translation of Oriflame products direction. The aims of this research are first to identify the impacts of transposition and modulation used in the Oriflame direction toward the quality of translation, consumers, and the target of sales. The second purpose of the research is to identify the quality of the Oriflame direction in the matters of accuracy and acceptability, and the last purpose is to identify which technique is better toward the accuracy and acceptability.
The method applied in the research is descriptive qualitative. The data sources of this research are texts of Oriflame direction for use, and informers. The transposition and modulation from the data are identified. Meanwhile, to assess the accuracy and acceptability, the data are read by three raters who are experts in translation.
The result of this research shows that the transposition and modulation used by the translator have some impacts to the quality of translation, consumers and the target of sales because there are some deviations of meaning which are not conveyed from the source language. As a result, the deviation has the impact to the mistakes in using the product, therefore it has a fatal impact to the consumers.
Related to the accuracy and acceptability, the research’s results shows that from 172 data, there are 64% categorized as accurate transposition and 72,7% are categorized as acceptable transposition. Meanwhile, the result of modulation analysis, it is noted that 62,8% data are categorized as accurate modulation and 78,5% are categorized as acceptable modulation.
commit to user
xi
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PEMBIMBING………... ii
PENGESAHAN PENGUJI………... iii
PERNYATAAN……….. iv
KATA PENGANTAR………....vii
ABSTRAK……….. ix
ABSTRACT……… x
DAFTAR ISI………xi
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL………. xiv
BAB I: PENDAHULUAN………... 1
1. Latar Belakang Masalah………. 1
2. Batasan Masalah……… 5
3. Rumusan Masalah………. . 5
4. Tujuan Penelitian ……… . 6
Manfaat Penelitian………... .. 6
BAB II: KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR……….…….. 8
1. Sekilas tentang Produk Oriflame………..……… 8
2. Penerjemahan……….11
3. Metode Penerjemahan………....19
4. Teknik Penerjemahan……….….……...24
5. Transposis………..………...31
commit to user
xii
7. Penilaian Kualitas Terjemahan………...41
8. Kerangka Pikir………...50
BAB III: METODE PENELITIAN……… 56
1. Metode Penelitian……….………. 52
2. Sumber Data dan Data……….. 52
3. Teknik Cuplikan……… 53
4. Teknik Pengumpulan Data……… 54
5. Validitas Data……… 56
6. Teknik Analisis Data……… 57
7. Prosedur Penelitian……… 58
BAB IV : HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN………60
A. Deskripsi Data……….. 60
B. Hasil Analisis dan Pembahasan……… 61
1. Hasil Analisis Bentuk-Bentuk Transposisi……….. 62
2. Hasil Analisis Penggunaan Transposisi………... 72
3. Hasil Analisis Bentuk-Bentuk Modulasi………...101
4. Hasil Analisis Penggunaan Modulasi………..107
5. Dampak Penerapan Transposisi dan Modulasi...137
6. Teknik Penerjemahan Lebih Paling Baik...139
BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI PENELITIAN DAN SARAN………...114
1. Simpulan……….………….141
2. Implikasi Penelitian ………...144
commit to user
xiii
DAFTAR PUSTAKA………....146
LAMPIRAN………...148
1. Data Alternatif Perbaikan Terjemahan Petunjuk Pemakaian Oriflame…..148
2. Data Penelitian………....159
3. Kuesioner Tingkat Keakuratan dan Keberterimaan ...171
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
A. GAMBAR 01 : Proses Penerjemahan………2
B. GAMBAR 02 : Diagram V………...19
C. GAMBAR 03 : Diagram Kerangka Pikir……….51
D. TABEL : 1. Tabel Nilai Keakuratan Transposisi………..134
2. Tabel Nilai Keberterimaan Transposisi………...135
3. Tabel Nilai Keakuratan Modulasi……….…136
commit to user
commit to user
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Peningkatan perekonomian berakibat pada peningkatan kebutuhan
hidup yang harus dipenuhi. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan primer,
sekunder dan tersier. Pemenuhan kebutuhan tersebut harus dilakukan secara
bertingkat sesuai dengan derajat kepentingan kebutuhan tersebut.
Seiring dengan kemajuan teknologi, kebutuhan tersebut saat ini telah
mengalami perubahan tingkat dalam pemenuhan kebutuhannya. Sebagai
contoh adalah kebutuhan untuk merawat wajah dan tubuh, terutama bagi para
wanita. Mereka beranggapan bahwa mereka merasa lebih percaya diri jika
secara fisik mereka memiliki penampilan yang menarik, seperti memiliki tubuh
yang proporsional dan berwajah putih dan bersih. Perawatan tersebut dilakukan
mulai dengan cara tradisional sampai dengan cara-cara yang menggunakan
teknologi mutakhir.
Namun tidak semua wanita bisa melakukannya di salon atau di
pusat-pusat perawatan kecantikan tersebut karena beberapa alasan seperti tidak
adanya waktu (karena dibutuhkan waktu yang tidak sedikit) atau memang
karena biaya yang terbatas, sementara mereka tetap memerlukan
perawatan-perawatan tersebut tetapi juga tidak ingin menggunakan produk yang biasa-
biasa saja. Akhirnya, solusi yang bisa dilakukan adalah dengan cara membeli
commit to user
xvii
Produk yang dimaksud adalah produk-produk yang bisa diperoleh melalui
penjualan dengan sistem pemasaran berjenjang (multi-level marketing), yaitu
penjualan yang dilakukan dengan cara menawarkan produk langsung ke
konsumen oleh penjual/konsultan. Jenis penjualan ini dianggap efektif karena
konsumen tidak harus meluangkan banyak waktu untuk berbelanja di luar.
Bahkan untuk menggunakan produk, para konsumen cukup membaca petunjuk
pemakaian yang terdapat pada produk tersebut.
Salah satu dari multi level marketing (MLM) tersebut adalah Oriflame
(Natural Swedish Cosmetics). Karena Oriflame telah tersebar di beberapa
negara maka petunjuk pemakaian pada kemasan produknya diterjemahkan ke
dalam beberapa bahasa (3-29 bahasa), termasuk diantaranya adalah bahasa
Inggris dan bahasa Indonesia.
Namun karena produk-produk tersebut ukurannya kecil, petunjuk
pemakaian produk tersebut disampaikan dengan bahasa yang sangat singkat,
sehingga besar kemungkinan pembaca tidak bisa memahami maksud dari teks
tersebut .
Oleh karenanya, para anggota (konsultan) diwajibkan untuk mengikuti
pertemuan rutin untuk mengupas segala sesuatu yang berhubungan dengan
produk tersebut (product knowledge) terutama pada produk-produk yang baru
diluncurkan (karena setiap bulan selalu ada produk baru). Namun tidak semua
konsultan bisa mengikuti acara tersebut dikarenakan kesibukannya sebagai
pekerja ataupun ibu rumah tangga. Akhirnya, mereka hanya mengandalkan
commit to user
xviii
kesalahan dalam pemakaian ataupun dalam pemilihan jenis produk yang tidak
sesuai dengan jenis kulit akan berakibat fatal pada kulit tersebut yang tentu saja
dapat merugikan konsumen.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai kualitas hasil terjemahan petunjuk pemakaian pada
produk-produk Oriflame. Dalam penelitian ini penulis menganalisa makna
kata, frasa dan kalimat dalam terjemahan petunjuk pamakaian produk-produk
Oriflame yang difokuskan pada bentuk-bentuk modulasi dan transposisi yang
dilakukan penerjemah. Apakah penyampaian informasi yang terdapat dalam
bahasa sasaran (Bsa) sudah tepat atau belum. Sebagai contoh adalah
penggunaan kata apply dalam bahasa sumber (Bsu) yang diterjemahkan
“gunakan”, sedangkan menurut kamus berarti “terapkan”. Sehingga pembaca
menjadi bingung apa yang dimaksud dengan kata tersebut, apakah kosmetik
tersebut dioleskan, di usapkan, digosokkan ataukah diratakan. Penerjemahan
dari kata apply yang bermakna ‘terapkan’ menjadi ‘gunakan’ merupakan
bentuk modulasi.
Contoh lain adalah penggunaan bentuk transposisi. Dalam Bsu terdapat
kalimat “Spray on after cleansing over the face and neck. Can also be used for
instant comfort through out the day”. Kalimat-kalimat tersebut diterjemahkan menjadi ”Semprotkan pada wajah dan leher setelah menggunakan cleanser.
Bisa juga sebagai penyejuk wajah sehari-hari”. Kata ‘the day’ yang merupakan
nomina tunggal diubah menjadi nomina jamak pada Bsa yaitu ‘sehari-hari’.
commit to user
xix
Bsa dan sebaliknya merupakan bentuk transposisi. Transposisi atau pergeseran
bentuk dalam penerjemahan merupakan sesuatu yang bersifat wajib atau
pilihan, maksudnya hal ini sah-sah saja dilakukan selama bertujuan untuk
mencari keakuratan dan keberterimaan dalam Bsa, namun apa yang akan
terjadi jika penggunaan transposisi tersebut justru mengalami penyimpangan
makna dan mengakibatkan pesan tidak tersampaikan? Jika hal ini terjadi,
terutama dalam petunjuk penggunan perawatan wajah, maka dikhawatirkan
akan terjadi kesalahan dalam penggunaanya, sehingga terjadi sesuatu yang
tidak diharapkan. Selain itu juga dikawatirkan akan berpengaruh terhadap
target pembeli.
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam penerjemahan terdapat beberapa
teknik menerjemahkan namun mengapa penerjemah produk Oriflame ini
menggunakan teknik transposisi dan modulasi saja? Mengapa juga tidak
menggunakan teknik yang lain? Hal ini perlu diteliti karena kesalahan
penerjemahan ditakutkan akan berdampak bukan hanya bagi konsumen saja
tapi juga pada target pembelian. Karena hal inilah peneliti bermaksud
menganalisa hasil terjemahan tersebut dengan judul “Analisis Transposisi dan
Modulasi pada Terjemahan Petunjuk Pemakaian Produk-Produk
commit to user
xx
2. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian ini akan terarah dan
teranalisa secara mendalam. Pembatasan masalah dilakukan dengan cara :
a. Membatasi kajian pada masalah metode
Pada penelitian ini, kajian diarahkan pada bentuk-bentuk transposisi dan
modulasi yang terdapat dalam teks tersebut.
b. Membatasi data yang akan diteliti
Oriflame memiliki ratusan produk dari berbagai macam perawatan mulai
dari perawatan rambut, wajah, tubuh, sampai perawatan kaki. Juga mulai
dari perawatan untuk bayi, anak-anak, remaja, sampai perawatan untuk
dewasa. Dalam penelitian ini peneliti akan membatasi penelitian pada
produk-produk untuk perawatan remaja dan dewasa saja karena menurut
pengamatan peneliti produk-produk tersebutlah yang paling sering di
konsumsi.
3. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah bentuk trasnposisi dan modulasi pada terjemahan
petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame?
b. Bagaimanakah dampak penerapan teknik transposisi dan modulasi
pada kualitas terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame
dalam Bsa dalam hal keakuratan dan keberterimaaan?
c. Teknik manakah yang paling baik terhadap keakuratan dan
commit to user
xxi
4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
a. Mengidentifikasi bentuk transposisi dan modulasi yang terdapat pada
terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame.
b. Mengidentifikasi dampak penerapan teknik transposisi dan modulasi
pada kualitas terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk
Oriflame dalam hal keakuratan dan keberterimaan.
c. Mengidentifikasi Teknik mana yang paling baik terhadap keakuratan
dan keberterimaan.
5. Manfaat Penelitian
Hasil kajian dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
dokumen niaga, para praktisi, dan akademisi bidang perjemahanan, para
konsultan dan konsumen Oriflame, peneliti pada khususnya dan mahasiswa
penerjemahan pada umumnya. Adapun manfaat praktis yang bisa di peroleh
adalah :
a. Dapat memperjelas hubungan makna yang terdapat dalam terjemahan
petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame.
b. Dapat memberikan gambaran tentang kualitas terjemahan petunjuk
pemakaian produk-produk Oriflame bagi para peminat penerjemahan.
commit to user
xxii
a. Dapat memberikan gambaran tentang cara seorang penerjemah melakukan
pergeseran-pergeseran makna dalam bentuk modulasi dan transposisi agar
makna yang tersampaikan akurat dan berterima dalam Bsa.
b. Dapat dijadikan salah satu referensi untuk penelitian-penelitian
commit to user
xxiii
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
Dalam bab ini dikemukakan beberapa kajian teori yang berhubungan
dengan penelitian ini. Kajian teori meliputi Produk Oriflame, Teori
Penerjemahan khususnya tentang Transposisi dan Modulasi serta
hubungannya dengan keakuratan dan keberterimaan. Selain itu untuk
menggambarkan alur berpikir peneliti, akan disajikan kerangka pikir yang
mencakup analisis dan hubungannya dengan teori.
1. Sekilas tentang Produk Oriflame
Oriflame adalah sebuah perusahaan kosmetika yang didirikan di
Stockholm Swedia tahun 1967 oleh dua orang bersaudara yaitu Jonas dan
Robert af Jochnick. Visi mereka adalah menciptakan sebuah perusahaan
kosmetika yang menawarkan rangkaian perawatan kulit yang berbeda
dibandingkan dengan produk lainnya yang ada saat itu, yaitu terbuat dari
bahan-bahan alami dan tidak diujicobakan pada hewan.
Mereka berkomitmen untuk menawarkan produk-produk yang berkualitas
tinggi dengan harga terjangkau. Mereka juga hendak memperkenalkan metode
baru dan inovatif dalam menjual produk dari individu ke individu dengan
membebaskan kepada para pelanggan untuk memperoleh saran dari orang yang
commit to user
xxiv
nyaman dan puas. Para konsultan pun dapat memperoleh penghasilan dan
peluang karier yang tak terbatas.
Konsultan adalah seseorang yang mendaftar menjadi anggota (member)
Oriflame dengan keuntungan yang luar biasa dan dengan syarat yang sangat
mudah yaitu dengan hanya membayar empat puluh ribu rupiah saja dan
mengumpulkan kartu identitas maka secara otomatis ia telah menjadi member/
konsultan. Disebut konsultan karena dia dituntut untuk dapat diajak konsultasi
seputar produk yang akan digunakan oleh konsumen yaitu dengan memberikan
saran atau masukan tentang produk apa yang seharusnya digunakan oleh
konsumen yang sesuai dengan jenis kulit dan usianya.
Perusahaan Oriflame ini telah memiliki 1.600.000 konsultan yang tersebar
diseluruh dunia. Indonesia adalah pangsa pasar pertamanya di kawasan Asia.
Oriflame masuk ke Indonesia pada tahun 1987 di bawah PT. Orindo Alam
Ayu Jakarta. Dalam setahun Oriflame mencetak 72 juta katalog dalam 35
bahasa dengan jumlah produk kurang lebih 600 produk dalam satu katalog
yang di terbitkan satu bulan sekali.
Saat ini Oriflame telah terdaftar di bursa Stockholm yang terkemuka dan
telah beroperasi di 55 negara dengan penjualan yang sangat pesat bahkan
mengalami pertumbuhan tercepat di dunia yakni mencapai total penjualan 700
juta Euro.
Produk-produk Oriflame meliputi kosmetika, produk wewangian, parfum,
make-up, perawatan tubuh dan perawatan rambut. Produk Oriflame
commit to user
xxv
a. Produk-produknya tidak diujikan pada hewan melainkan pada
sukarelawan dengan menjamin keamanan, kecocokan, serta
efektifitas termasuk bagi kulit yang sensitif.
b. Menekankan penggunaan bahan-bahan dan sari pati alami.
c. Produk-produknya dijamin murni dan berkualitas tinggi dibawah
pengawasan mutu dan lingkungan yang ketat.
d. Menggunakan aerosol* yang akrab dan aman terhadap ozon
e. Kemasannya dapat didaur ulang dan aman terhadap lingkungan.
Selain mempunyai keunggulan produk, Oriflame juga mempunyai
keunggulan lain yaitu dari segi bisnis bagi para konsultannya. Mereka akan
menemukan peluang yang tak terbatas untuk mewujudkan impiannya. Karena
dengan sistem penjualan bertingkat dan dengan menjual produk dengan cara
yang sangat mudah, para konsultan akan mendapatkan beberapa keuntungan,
seperti keuntungan langsung dari penjualan sebesar 23%, mendapatkan reward
(penghargaan) berupa cash award (uang tunai) dan kesempatan mengikuti
Konferensi Nasional dan Interrnasional bagi mereka yang mencapai level
tertentu dalam penjualan. Oleh karenanya Oriflame mempunyai motto “Make
Money Today and Fulfill Your Dreams Tomorrow”. Sedangkan bagi konsumen keunggulan yang akan dirasakan berupa saran pribadi mengenai produk-produk
yang sesuai, menghemat waktu dan nyaman karena diantar langsung ke
rumah-rumah mereka dan adanya jaminan produk bergaransi.
commit to user
xxvi
2. Penerjemahan
2.1.Pengertian Penerjemahan
Ketika seseorang dihadapkan pada komunikasi (baik lisan maupun
tulisan) dengan dua bahasa dimana seseorang tadi tidak bisa akses ke dalam
salah satu bahasa tersebut maka ia akan membutuhkan penerjemah atau
interpreter.
Kegiatan penerjemahan telah terjadi sejak jaman kuno yaitu sejak abad 2
SM. Oleh karenanya sudah banyak definisi yang berbeda-beda yang
dikemukakan oleh para ahli. Namun pada dasarnya semua menyatakan hal
yang sama bahwa yang disebut dengan penerjemahan adalah suatu upaya
untuk mengalihkan pesan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain.
Sebagaimana dinyatakan oleh Nida dan Taber (1969:12), bahwa
penerjemahan adalah menciptakan kembali makna dalam bahasa sasaran
padanan alami yang paling mendekati pesan dalam bahasa sumber, pertama
dalam makna dan kedua dalam gaya. Sedangkan menurut Larson (1999)
penerjemahan merupakan proses pemindahan makna dari bahasa sumber ke
dalam bahasa sasaran. Dari pernyataan tersebut kita tahu bahwa hal yang
paling penting dalam penerjemahan adalah masalah pemahaman makna.
2. 2. Proses penerjemahan
Dalam melakukan suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan tentulah
akan melalui sebuah proses. Begitupun dalam melakukan aktifitas
penerjemahan akan terjadi proses penerjemahan. Proses Penerjemahan adalah
commit to user
xxvii
memproses pengalihan informasi yang ada dalam bahasa sumber Bsu)
kedalam bahasa sasaran (Bsa). Nababan, (2008:24) menyatakan bahwa
“Proses penerjemahan dapat diartikan sebagai serangkaian yang dilakukan
oleh seorang penerjemah dari bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa sasaran
(Bsa). Sedangkan menurut Nida dan Taber (1969:33) Penerjemahan
merupakan proses yang kompleks karenanya penerjemahan berlangsung
dalam tiga tahap yakni :
A (Source) B (Receptor)
( Analysis) (Restructuring)
X (Transfer) Y
Gambar 1: Proses penerjemahan.
a. Analisis (Analysis)
Dalam menganalisa sebuah teks, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah menganalisa teks yang akan diterjemahkan dengan tujuan untuk
mengetahui apa yang ingin disampaikan oleh si penulis asli dan untuk
mengidentifikasi kata-kata sulit dan istilah teknis dari kalimat kompleks. Nida
commit to user
xxviii
“There are three major steps in analysis : (1) determining the meaningful relationships between the words and combinations of words, (2) the referential meaning of the words and special combinations of words, (3) the connotative meaning i.e. how the user of the language react, whether positively or negatively to the words and combinations of them”.
Jadi pada tahap ini penerjemah harus mengetahui makna (meliputi
hubungan makna, referensi makna dan konotatif makna) dan struktur dalam
bahasa sumber.
b. Pengalihan (Transfer)
Setelah penerjemah benar-benar memahami makna yang terkandung
dalam bahasa sumber dan juga struktur bahasa sumber, langkah berikutnya
dalam proses penerjemahan adalah pengalihan makna. Pada tahapan ini
penerjemah harus dapat mencari padanan kata yang tepat dari Bsu ke dalam
Bsa. Pada tahap ini juga seorang penerjemah memutuskan ideologi mana
yang akan digunakan (foreignization atau domestication), metode apa yang
akan dipakai dan teknik apa yang akan diaplikasikan dengan
mempertimbangkan tiga aspek yaitu keakuratan (accuracy), kewajaran
(naturalness), dan keterbacaan (readability).
c. Penyelarasan (Restructuring)
Tahapan terakhir dalam proses penerjemahan adalah restructuring atau
penyusunan, yaitu penyesuaian hasil penerjemahan dengan kaidah dan
pemikiran pembaca Bsa dalam bentuk bahasa yang sewajar mungkin. Nababan
(2008:28) menyatakan “Pada tahap penyelarasan, seorang penerjemah perlu
memperhatikan ragam bahasa untuk menentukan gaya bahasa yang sesuai
commit to user
xxix
membuat hasil terjemahannya mudah dipahami agar pembaca tidak merasa
seperti merasa membaca teks terjemahan. Beberapa penerjemah menyatakan
bahwa tujuan dari restructuring adalah ;
- Mengecek penggunaan istilah-istilah teknis secara konsisten.
- Meyakinkan struktur kalimat terjemahan dengan tata bahasa Indonesia.
- Mempertimbangkan apakah kalimat-kalimat kompleks seharusnya ditulis
kembali menjadi kalimat yang lebih sederhana agar mudah dimengerti.
Berbeda dengan Nida, ahli penerjemahan lain, Larson (1984: 477),
menyatakan bahwa proses penerjemahan meliputi beberapa langkah berikut:
1. Preparation ( Persiapan)
Pada tahap awal penerjemahan ada beberapa hal yang harus dipersiapkan
oleh seorang penerjemah seperti materi yang akan diterjemahkan, kamus Bsu
dan kamus istilah, alat-alat tulis serta keperluan lainnya. Yang tidak kalah
pentingnya adalah sorang penerjemah sebaiknya sudah terbiasa menulis dalam
Bsa. Larson juga menyatakan bahwa “Good writers make good translator.
They are used to putting the forms of the language on paper”, “Penulis yang
baik dapat menjadi penerjemah yang baik”, karena ia terbiasa meletakkan
bentuk bahasa dalam kertas”. Dengan terbiasa menulis seorang penerjemah
akan dengan mudah menuliskan pesan yang telah didapat dari Bsu ke dalam
Bsa.
commit to user
xxx
Pada tahap analisis ini yang harus dilakukan seorang penerjemah adalah
membaca teks Bsu secara keseluruhan, apabila diperlukan dilakukan secara
berulang-ulang dengan tujuan agar pesan yang ada dalam Bsu dapat ditangkap
secara utuh dan konteksnya pun dapat dipahami dengan baik. Kemudian
seorang penerjemah juga harus mengetahui informasi yang tentang sasaran
hasil terjemahan (translation brief); siapa konsumen dari terjemahannya, untuk
keperluan apa digunakan, untuk dipresentasikan dimana. Disamping itu dengan
membaca seorang penerjemah akan dapat memahami gaya bahasa penulisnya.
Cara lain untuk memahami gaya penulisan seseorang bisa juga dengan
mengetahui latar belakang si penulis dengan membaca biografinya.
Larson (1999: 478) menyatakan bahwa “As the translator reads through
the text, he should note down any lexical items which seem to be key words. These will be words which are crucial to an understanding the text”. “Ketika penerjemah membaca teks yang akan diterjemahkan, ia harus mencatat unsur
leksikal yang sepertinya merupakan kata-kata kunci, yaitu kata-kata penting
untuk memahami teks tersebut”. Dengan mencatat kata kunci dan
kata-kata sulit yang muncul dalam sebuah teks dan mencari padanan yang tepat
akan memudahkan penerjemah dalam melakukan pekerjaannya karena dalam
sebuah teks mungkin saja kata yang sama muncul lebih dari satu kali, jadi
penerjemah bisa merujuk kepada padanan kata yang telah ditemukannya
diawal untuk kata yang sama selanjutnya.
Selanjutnya menurut Bell (1991: 45-54) dalam menganalisa teks Bsu ada
commit to user
xxxi
dengan menentukan MOOD system, theme dan rheme dari sebuah kalimat.
Yang kedua adalah analisa semantik yaitu mencari makna dari hubungan antar
kata, hubungan yang logis antara partisipan dengan proses dan bagaimana
bahasa mengungkapkan pengalaman dan logika. Yang terakhir adalah analisa
pragmatik yaitu yang berhubungan dengan analisis domain (the field covered
by the text; the role it is playing in the communicative activity; what the clause is for; what the sender intended to convey and its communicative value), Tenor (the relationship with the receiver which the sender indicates through the
choices made in the text), dan mode (the medium selected for realizing the text). Dengan kata lain analisa pragmatik yaitu memahami makna berdasarkan konteksnya. Sejalan dengan itu Nababan (2008: 26) mengatakan bahwa:
“Analisa kebahasaan yang dilakukan terhadap teks bahasa menyentuh berbagai tataran, seperti tataran kalimat, klausa, frasa dan kata. Analisis pada tataran-tataran itu dianggap perlu karena pada hakekatnya setiap teks dibentuk dari tataran-tataran tersebut.”
Jadi untuk mendapatkan terjemahan yang baik semua aspek
kebahasaannya harus dianalisa, mulai dari kata, frase, klausa, kalimat, makna
semantik, makna pragmatik, dan lain sebagainya. Seorang penerjemah juga
diperbolehkan memotong kalimat yang terlalu panjang dengan menjadikannya
beberapa kalimat atau merekonstruksi kalimat yang dirasa terlalu berbelit-belit
agar lebih mudah dimengerti selama makna yang terdapat dalam teks Bsu tidak
ada yang hilang atau berubah.
commit to user
xxxii
Setelah melakukan analisa pada teks Bsu dan memahami makna yang
terdapat dalam Bsu maka langkah selanjutnya yang dilakukan penerjemah
adalah mengalihkan pesan atau makna yang terdapat dalam teks Bsu kedalam
Bsa dengan padanan kata yang tepat.
4. Initial draft ( Konsep Awal )
Konsep awal ini biasanya dimulai dari tingkat paragraf karena apabila
suatu konsep paragraf sudah dipahami maka penerjemahan akan mudah
dilakukan. Sewaktu membuat konsep awal tidak tertutup kemungkinan akan
adanya gerakan maju mundur dari teks Bsu ke Bsa. Penerjemah tidak boleh
mengabaikan bentuk teks Bsu sewaktu mengalihkan makna karena ada kalanya
padanan yang terbaik dalam Bsa sama dengan bentuk teks Bsu atau sebaliknya.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh penerjemah adalah tingkat keterbacaan
terjemahannya oleh konsumen, karena pada umumnya konsumen berasal dari
latar belakang ilmu pengetahuan dan tingkat pendidikan yang berbeda.
5. Reworking the Initial Draft ( Pengerjaan Kembali Konsep Awal ) Larson (1984: 482) mengatakan bahwa:
“The reworking of an initial draft should not be undertaken until a larger section is completed. It is best if the draft has been left untouched for a week or two. In this way the translator comes with a fresh look at it and is able to be more objective in his evaluation and reworking of it. The reworking of the initial draft includes checking for naturalness and for accuracy”.
Menurut Larson akan lebih baik bila pengerjaan kembali konsep awal
dilakukan setelah konsep awal tidak disentuh selama satu atau dua minggu, hal
commit to user
xxxiii
yang baru dan lebih objektif dalam mengevaluasi pekerjaan yang telah
dilakukannya. Pengerjaan kembali ini juga memeriksa dua hal yaitu kewajaran
mencakup bentuk gramatikal yang salah atau konstruksi yang tidak jelas,
bagian yang terlalu berbelit-belit, bagian yang urutannya salah atau frase yang
janggal, bagian yang penghubungnya salah atau tidak lancar, adanya
pertentangan kolokasi, makna yang kedengaran asing dan gaya dan ketepatan
dari makna. Dan ketepatan yang mencakup sesuatu yang dihilangkan, sesuatu
yang ditambahkan, makna yang berbeda dan makna yang nihil dalam artian
bentuk yang digunakan tidak menyampaikan makna sama sekali.
6. Test the Translation ( Pengujian Terjemahan )
Untuk menguji terjemahan hendaknya dilihat keakuratan terjemahan
tersebut, dapat dipahami, adanya kesepadanan kata dan lain sebagainya.
Penerjemah juga bisa meminta tolong kepada yang lebih ahli untuk membaca
terjemahannya (proof reader) sebelum diserahkan ke penerbit. Kritik, masukan
dan saran dari pembaca sangat berpengaruh terhadap baik atau tidaknya sebuah
terjemahan.
7. Polishing the Initial Draft (Penyempurnaan Terjemahan)
Setelah selesai melakukan tes terhadap sebuah terjemahan maka langkah
selanjutnya adalah menulis kembali pada terjemahan tersebut dengan
memperbaiki semua kesalahan-kesalahan (berupa padanan kata, gaya bahasa,
pemilihan kata, makna yang kurang tepat, penulisan tanda baca dan lain
sebagainya) yang terdapat pada terjemahan ketika dilakukan pengujian.
commit to user
xxxiv
Naskah terjemahan yang telah selesai ditulis kembali dengan rapi sesuai
dengan kaidah penulisan yang benar dapat diserahkan pada penerbit untuk
diterbitkan.
3. Metode Penerjemahan
Metode penerjemahan merupakan suatu proses penerjemahan yang
digunakan untuk mengungkapkan tujuan penerjemah. Newmark (1988:45)
membagi metode penerjemahan menjadi 8 berdasarkan tujuan dan
pertimbangan ‘untuk siap’ penerjemahan dilakukan. Empat dari delapan
metode berorientasi pada Bsu, dan empat yang lainnya berorientasi pada Bsa.
Kedelapan metode itu diagramkan dalam diagram yang disebut diagram V.
Berikut adalah diagram yang dimaksud:
SL emphasis TL emphasis
Word-for-word translation Adaptation
Literal translation Free translation Faithful translation Idiomatic translation
Semantic translation Communicative translation
Gambar 2: Diagram V
a. Word- for - Word Translation (Penerjemahan Kata demi Kata)
Metode penerjemahan ini merupakan penerjemahan yang dilakukan kata
demi kata dimana urutan kata dalam Bsu tetap dipertahankan tanpa
melihat konteks katanya.Tujuan utama dari metode ini adalah untuk
memahami mekanisme Bsu dan menafsirkan teks yang sulit pada proses
commit to user
xxxv
Contoh : Bsu = Saya akan pergi ke Bali besok
Bsa = I will go to Bali tomorrow.
b. Literal Translation (Penerjemahan Harfiah)
Pada penerjemahan harfiah struktur gramatikal Bsu dicari padanannya
yang paling dekat dengan Bsa, namun penerjemahan kata-kata leksikal
diterjemahkan tersendiri (diluar konteks). Hal ini sangat berbeda dengan
Catford (1974: 25) dimana dalam penerjemahan harfiah yang pada
awalnya diterjemahkan secara kata demi kata, di beberapa bagian lain
dilakukan perubahan sepenuhnya dengan beradaptasi pada Bsa yang
bertujuan untuk menghasilkan penerjemahan yang alami dalam Bsa.
Berbeda dengan kedua pendapat diatas, Nababan (2008: 9) menyatakan
bahwa Penerjemahan Harfiah (literal translation) terletak antara
penerjemahan kata demi kata dan penerjemahan bebas. Kegiatan
penerjemahan dilakukan dengan cara menyesuaikan susunan kata dalam
kalimat terjemahannya yang sesuai dengan kata dalam kalimat Bsa setelah
melakukan penerjemahan kata demi kata terlebih dahulu. Penerjemah
melakukan jenis penerjemahan ini jika struktur kalimat Bsu berbeda
dengan struktur kalimat Bsa. Sebagai contoh adalah:
Kalimat Bsu Terjemahan kata
demi kata
Terjemahan Harfiah
commit to user
xxxvi c. Faithful Translation (Penerjemahan Setia)
Penerjemahan setia berusaha untuk menghasilkan kembali makna
kontekstual penulis asli pada struktur gramatikal Bsa. Dalam hal ini
penerjemah lebih memihak penulis asli dalam Bsu meskipun
kadang-kadang hasil terjemahan dalam Bsa masih terasa kaku karena kewajaran
dalam penyampaian pesan tidak begitu diperhatikan.
Contoh : Bsu = It’s raining cats and dogs
Bsa = Hujan kucing dan anjing
Contoh tersebut sangat kaku dalam Bsu karena dalam Bahasa Indonesia
tidak mengenal konsep seperti itu, oleh karenanya kalimat tersebut
diterjemahkan menjadi “Hujannya seperti suara kucing dan anjing” namun
tetap saja masih terasa janggal karena orang Indonesia tidak merasakan
suara tersebut menyerupai suara hujan.
d. Semantic Translation (Penerjemahan Semantik)
Berbeda dengan penerjemahan setia yang terkesan kaku, penerjemahan
semantik merupakan penerjemahan yang lebih fleksibel dimana
penerjemah dapat menggunakan empatinya pada penulis asli selain itu
aspek keindahan dalam penerjemahan ini mula diperhatikan. Sebagai
commit to user
xxxvii
contoh adalah kalimat sapaan dalam bahasa jawa ‘Badhe tindak pundhi,
pakde?’ Kalimat tersebut bisa diungkapkan oleh dua orang pembicara yang berbeda yaitu oleh seorang anak kepada pakdenya (kakak dari ayah si
anak) atau bisa diungkapkan oleh siapa saja yang menyapa seorang
laki-laki setengah baya yang usianya lebih tua dari si pembicara sebagai
ungkapan kesopanan. Jika hal inilah yang dimaksud, maka kata ‘pakde’
jika diterjemahkan kedalam bahasa Inggris tidak bisa diterjemahkan
menjadi ‘uncle’ karena konteksnya berbeda. Kata tersebut cukup
diterjemahkan menjadi sir (pak).
e. Adaptation (Saduran)
Saduran merupakan sebuah metode penerjemahan yang bentuknya paling
bebas. Biasanya digunakan untuk drama, komedi, dan puisi dimana tema,
dan alur cerita, tetap dipertahankan, tapi tokoh-tokohnya disulih dengan
tokoh-tokoh lokal, misalnya ‘rubah’ disulih menjadi ‘kancil’. Perubahan
terjadi hanya pada aspek-aspek budaya agar sesuai dengan budaya yang
terdapat pada Bsa.
f. Free Translation (Penerjemahan Bebas)
Penerjemahan bebas menghasilkan terjemahan yang tidak terlalu
mengidahkan aturan-aturan bentuk bahasa yang terdapat pada teks Bsu
namun lebih mengutamakan pada isi atau makna dari Bsu tersebut.
Biasanya terjadi pada penerjemahan ungkapan atau peribahasa. Contoh
dari jenis penerjemahan ini adalah:
commit to user
xxxviii Bsa : Nongkrong
Peribahasa : Bsu : Make hay while the sun shines
Bsa : Sedia payung sebelum hujan
g. Idiomatic Translation (Penerjemahan Idiomatis)
Penerjemahan idiomatis menghasilkan pesan yang sesungguhnya dari
penulis asli namun cenderung merubah sedikit maknanya karena adanya
ungkapan-ungkapan idiomatis yang tidak terdapat dalam teks.
h. Communicative Translation (Penerjemahan komunikatif)
Pada metode yang terakhir ini penerjemah berusaha untuk menerjemahkan
makna kontekstual dari teks Bsu sedemikian rupa agar isi dan bahasanya
berterima dan dapat dipahami oleh para pembacanya. Penerjemahan
komunikatif sangat memperhatikan keefektifan bahasa penerjemahan.
Kalimat ‘Keep off the grass!’ misalnya, diterjemahkan menjadi ‘Dilarang
menginjak rumput’. Kata ‘keep off’ yang bermakna ‘tahan’ tidak
diterjemahkan sebagai mestinya melainkan diubah menjadi dilarang
menginjak karena dari segi pembaca kalimat tersebut lebih berterima.
Sementara itu ahli penerjemahan lain, Jacobson dalam Suryawinata dan
Hariyanto (2003: 33), menggunakan istilah metode dengan jenis. Menurutnya
jenis penerjemahan terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Intra Bahasa (Intralingual Translation)
Adalah sebuah jenis penerjemahan yang mengubah suatu teks yang
commit to user
xxxix
penerjemahan ini belum bisa dikatakan penerjemahan sesungguhnya karena
dilakukan dengan menggunakan bahasa yang sama. Sebagai contoh adalah
cerita yang berjudul ‘Romeo and Juliet’ karya Shakespeare yang ditulis dalam
bentuk novel berbahasa Inggris. Namun oleh penerjemah ditulis ulang dalam
bentuk dialog pada sebuah naskah film.
b. Antar Bahasa (Interlingual Translation)
Yaitu penerjemahan yang melibatkan dua bahasa dengan tujuan untuk
mengalihkan pesan dari Bsu ke dalam Bsa.
c. Intersemiotik (Intersemiotic Translation)
Jenis penerjemahan ini merupakan suatu penerjemahan yang meliputi
penafsiran sebuah teks ke dalam bentuk atau sistem tanda lain. Sebagai
contoh adalah penafsiran novel ‘Harry Potter’ menjadi film dengan judul
yang sama.
4. Teknik Penerjemahan
Dalam penerjemahan kita dituntut memecahkan persoalan-persoalan
penerjemahan pada tataran kata, kalimat atau paragraf. Cara
penanggulangannya disebut ‘teknik’ (Hoed, 2006:12). Hoed membaginya
menjadi 9 teknik, yaitu:
a. Transposisi
Transposisi yaitu suatu teknik penerjemahan yang mengubah struktur
kalimat agar dapat memperoleh terjemahan yang betul.
commit to user
xl b. Modulasi
Teknik modulasi memberikan padanan yang secara semantik berbeda
artinya atau cakupan maknanya, tetapi dalam konteks yang bersangkutan
memberikan pesan yang dimaksud.
Contoh: The laws of Germany govern this agreement Perjanjian
ini diatur oleh hukum Jerman.
c. Penerjemahan Deskriptif
Dalam teknik ini penerjemah membuat uraian yang berisi makna kata yang
bersangkutan, karena tidak menemukan padanan kata Bsu, baik karena
tidak tahu maupun karena tidak ada atau belum ada dalam Bsa.
Contoh: Licensed software Perangkat lunak yang dilisensikan.
d. Penjelasan Tambahan (Contextual Conditioning)
Teknik penerjemahan dengan memberi penjelasan tambahan adalah suatu
teknik yang memberikan kata-kata khusus untuk menjelaskan suatu kata
yang tidak dapat difahami, misalnya nama makanan dan minuman yang
dianggap asing oleh khalayak pembaca Bsa.
Contoh: He is fond of sushi with wasabi Ia suka sekali sushi dengan
bumbu wasabi.
e. Catatan Kaki
Teknik penerjemahan ini memberikan keterangan dalam bentuk catatan
kaki untuk memperjelas makna kata terjemahan, sebab tanpa kata
penjelasan tersebut kata terjemahan diperkirakan tidak akan dipahami
commit to user
xli
Contoh: All the software in your phone semua perangkat lunak dalam
telepon seluler.
* Ini adalah teks tentang Perjanjian Lisensi yang mengandung pengertian bahwa perangkat lunak itu dimasukkan ke dalam telepon sekluler dan bukan telepon biasa.
Tanpa penjelasan ini mungkin orang akan menganggap telepon biasa.
f. Penerjemahan Fonologis
Dalam teknik penerjemahan ini dibuat kata baru dengan mengambil bunyi
kata yang bersangkutan dalam Bsu untuk disesuaikan dengan sistem bunyi
(fonologi) dan ejaan (grafologi) Bsa.
Contoh: emitent miten; democratie (Belanda) demokrasi
g. Penerjemahan Resmi/ Baku
Teknik penerjemahan resmi langsung menggunakan sejumlah istilah,
nama dan ungkapan yang sudah baku atau resmi dalam Bsa.
Contoh: input masukan (umum), asupan (kedokteran), input (ekonomi,
teknik listrik).
h. Tidak diberikan Padanan
Teknik ini untuk sementara tidak mengutip bahasa aslinya karena belum
ditemukan terjemahannya dalam bsa.
Contoh: An on line “clip-wrap” licence suatu lisensi “on-line clip
wrap”.
i. Padanan Budaya
Teknik penerjemahan padanan budaya merupakan suatu teknik
menerjemahkan dengan memberikan padanan berupa unsur kebudayaan
commit to user
xlii
Contoh: “A” level exam (Inggris) ujian SPMB
Diplome de baccalaureat (Perancis) ijazah SMA (4.3.2)
Sementara itu Molina dan Albir (2002: 498 - 512) memberikan 18
klasifikasi teknik yang bisa diterapkan oleh seorang penerjemah.
Teknik-teknik tersebut meliputi :
a. Adaptasi (Adaptation)
Teknik ini bertujuan untuk mengganti unsur budaya pada Bsu ke
dalam Bsa.
Contoh: ‘Football’ dalam Bsu yang diterjemahkan menjadi
bal-balan dalam Bsa (Bahasa Jawa). b. Amplifikasi ( Amplification)
Teknik ini mengungkapkan pesan secara eksplisit atau memparafrase
suatu frase yang implisit dalam Bsu.
Contoh: ‘Spaghetti’ (Italian food) yang di terjemahkan menjadi
makanan italia berupa mie yang di sajikan dengan saus
daging tomat dan ditaburi dengan keju.
c. Peminjaman (Borrowing)
Borrowing merupakan suatu teknik menerjemahkan dimana
penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari bahasa sumber, baik
sebagai peminjaman murni (pure borrowing) atau peminjaman yang
telah dinaturalisasikan (naturalized borrowing).
Contoh: Blender menjadi blender (pure borrowing)
commit to user
xliii d. Calque (Calque)
Teknik ini merujuk pada penerjemahan secara literal, baik kata
maupun frasa dari bahasa sumber.
Contoh: ‘Formal Education’ diterjemahkan menjadi pendidikan
formal.
e. Kompensasi (Compensation)
Teknik penerjemahan dimana penerjemah memperkenalkan
unsur-unsur pesan atau informasi atau pengaruh stilistika teks Bsu di tempat
lain dalam teks Bsa.
Contoh:
Bsu : Enter, stranger, but take heed.
Of what awaits the sin of the greed.
Bsa : Masuklah, orang asing, tetapi berhati-hatilah
Terhadap dosa yang harus ditanggung orang serakah
f. Deskripsi (Description)
Teknik ini diterapkan untuk menggantikan sebuah istilah atau
ungkapan dengan deskripsi baik dalam bentuk maupun fungsinya.
Contoh: ‘Jaipong’ (Sundanese) menjadi ‘a Traditional Sundanese
dance performed in some traditional event’. g. Kreasi Discursive (Discursive Creation)
Teknik ini dimaksudkan untuk menampilkan kesepadanan sementara
yang tidak terduga atau keluar konteks. Teknik ini biasanya dipakai
commit to user
xliv
Contoh: Bsu : The Black Swan (Nassim Nicholas Taleb)
Bsa : Rahasia Terjadinya Peristiwa-Peristiwa Langka
Yang Tak Terduga.
h. Pemadanan yang Lazim (Established Equivalent)
Lebih cenderung untuk menggunakan istilah atau ekspresi yang
sudah dikenal (baik di dalam kamus maupun penggunaan kata
sehari-hari). Teknik ini mirip dengan penerjemahan secara harfiah.
Contoh: Bsu : Red rose
Bsa : Mawar merah
i. Generalisasi (Generalization)
Teknik ini lebih cenderung menggunakan istilah yang lebih umum
atau yang lebih netral dari istilah asing yang bersifat khusus.
Contoh: Bsu : Arcade
Bsa : Kanopi
j. Amplifikasi linguistik (Linguistic Amplification)
Teknik ini ditambah untuk menambah unsur-unsur linguistik dalam
teks Bsa agar lebih sesuai dengan kaidah Bsa. Teknik ini biasa
digunakan dalam ‘consecutive interpreting’ atau ‘dubbing’ (sulih
suara).
Contoh: Bsu : I get it
commit to user
xlv
k. Kompresi Linguistik (Linguistic Compression)
Merupakan teknik penerjemahan dengan cara mensintesa unsur-unsur
linguistik dalam teks Bsa yang biasanya diterapkan penerjemah
dalam pengalihbahasaan film (sub-titling).
Contoh: Bsu : You must find out!
Bsa : Carilah!
l. Modulasi (Modulation)
Dalam teknik ini penerjemah mengubah sudut pandang, fokus atau
kategori kognitif dalam kaitannya dengan dengan Bsu.
Contoh: Bsu : I cut my finger
Bsa : Jariku teriris
m. Partikulasi (Particularization)
Teknik ini lebih memfokuskan pada penggunan istilah yang lebih
kongkrit atau persis.
Contoh: Bsu : I meet the leader to confirm the campaign.
Bsa :Saya menemui pemimpin partai untuk
mengkonfirmasi kampanye.
n. Reduksi (Reduction)
Teknik ini memfokuskan pada pemadatan teks dari Bsu ke dalam
Bsa. Teknik ini merupakan kebalikan dari amplifikasi.
Contoh: Bsu : Keep fighting spirit!
commit to user
xlvi o. Subtitusi (Subtitution)
Teknik ini adalah mengubah unsur-unsur linguistik ke paralinguistik
(yang berhubungan dengan intonasi dengan isyarat tubuh) dan
sebaliknya. Teknik ini biasanya dipakai dalam pengalihbahasaan
secara lisan.
Contoh : Bsu : He shakes his head
Bsa : Dia tidak setuju.
p. Transposisi (Transposition)
Teknik ini adalah mengubah kategori gramatikal. Teknik ini sama
dengan teknik pergeseran kategori, struktur dan unit.
Contoh: Bsu : You must get the money
Bsa : Uang itu harus kamu dapatkan.
q. Variasi (Variation)
Teknik ini adalah mengubah unsur-unsur linguistik dan paralinguistik
yang mempengaruhi variasi linguistik perubahan tone secara tekstual,
gaya bahasa, dialek sosial, dan juga dialek geografis. Biasanya teknik
ini diterapkan dalam penerjemahan drama.
Contoh: Bsu : Hello, babe?
Bsa : Halo, cewek?
5. Transposisi
Transposisi merupakan pergeseran bentuk. Catford menyebutnya sebagai
commit to user
xlvii
menyebutnya sebagai ‘transposition’. Pergeseran atau ‘shift’ yang dimaksud
adalah suatu prosedur penerjemahan yang melibatkan pengubahan bentuk
gramatikal dari Bsu ke Bsa. Seperti yang dinyatakan oleh Newmark (1988:
85-89) “a translation procedure involving in the grammar from SL to TL”.
Sedangkan Catford (1965: 73) menyatakan “By shift we mean departures from
formal correspondence in the process of going from the SL to the TL”. Newmark membagi transposisi menjadi beberapa tipe yaitu:
a. Perubahan dari bentuk tunggal menjadi jamak.
Contoh: Bsu : Clean the furniture, please!
Bsa : Tolong bersihkan mebel-mebel tersebut!
b. Pergeseran terjadi ketika struktur gramatika Bsu tidak terdapat
dalam Bsa.
Contoh: Bsu : The grass needs cutting
Bsa :Rumput itu harus di potong.
c. Pergeseran tipe ketiga adalah pergeseran dimana penerjemahan
harfiah dilakukan secara gramatikal. Namun tidak sesuai dengan
penggunaan yang wajar dalam Bsa.
Contoh: Bsu : The situation remains critical
Bsa : Situasinya masih genting.
Sementara itu, Vinay dan Darbelnet yang terdapat dalam Newmark (1988:
86) menawarkan beberapa kemungkinan pergeseran yang berbeda dalam
penerjemahan. Berikut beberapa versi transposisi menurut Vinay dan Darbelnet:
commit to user
xlviii
Contoh: Bsu : I attempt to be the winner
Bsa : Usaha saya untuk menjadi juara
b. Konjungsi dalam Bsu berubah menjadi Kata sifat dalam Bsa.
Contoh: Bsu : The book is such an exclusive one that I like it.
Bsa :Saya menyukai buku yang begitu ekslusif
tersebut.
c. Klausa dalam Bsu berubah menjadi kelompok nomina dalam Bsa.
Contoh: Bsu : I got a nice vacation.
Bsa : Liburan yang menyenangkan.
d. Kelompok verbal dalam Bsu berubah menjadi verba.
Contoh: Bsu : I have just got the bag washed by my sister.
Bsa : Tas saya dicuci adik saya.
e. Kelompok nomina dalam Bsu berubah menjadi nomina dalam Bsa.
Contoh: Bsu : I drink a cup of bitter hot green Chinese tea.
Bsa : Saya minum secangkir teh.
f. Kalimat kompleks dalam Bsu berubah menjadi kalimat sederhana
dalam Bsa.
Contoh: Bsu : I was swimming with my daughter in the swimming
pool at 5.pm yesterday when you called me. Bsa : Saya kemarin berenang.
g. Tipe transposisi terakhir adalah pergeseran untuk mengisi
kekosongan kosa kata dengan menggunakan struktur gramatikal.
commit to user
xlix
berbeda dapat dianggap sebagai pilihan gaya bahasa. Oleh karenanya
kalimat yang kompleks dapat diubah secara normal menjadi kalimat
koordinat atau diubah menjadi dua kalimat sederhana.
Contoh: Bsu : He is (may be) very pleasant, but his wife is
arrogant.
Bsa : Dia menyenangkan tapi istrinya tidak.
Sementara itu Machali (2000: 63-68) membagi trasposisi menjadi empat
jenis, yaitu:
a. Pergeseran bentuk wajib dan otomatis yang disebabkan oleh sistem
dan kaidah bahasa. Dalam hal ini penerjemah tidak mempunyai
pilihan lain selain melakukannya.
Beberapa nomina jamak dalam bahasa Inggris menjadi
tunggal dalam bahasa Indonesia.Contoh:
Bsa : a pair of trousers
Bsu : sebuah celana
Pengulangan adjektiva atau kata sifat dalam bahasa
Indonesia yang maknanya menunjukkan variasi yang
tersirat dalam adjektiva menjadi penjamakan nominanya
dalam Bahasa Inggris. Contoh:
Bsu : Rumah di Jakarta bagus-bagus
Bsa : The houses in Jakarta are built beautifully.
Adjektiva + nomina menjadi nomina + pemberi sifat.
commit to user
l
Bsu : beautiful woman
Bsa : wanita (yang) cantik
b. Pergeseran yang dilakukan apabila suatu struktur gramatikal dalam
Bsu tidak ada dalam Bsa.
Peletakkan objek di latar depan dalam bahasa Indonesia
tidak ada dalam konsep struktur grammatikal bahasa
Inggris, kecuali dalam kalimat pasif atau struktur khusus,
sehingga terjadi pergeseran bentuk menjadi struktur kalimat
berita biasa. Contoh:
Bsu : Buku itu harus kita bawa
Bsa : We must bring the book
Peletakkan verba di latar depan dalam bahasa Indonesia
tidak lazim dalam struktur bahasa Inggris, kecuali dalam
kalimat imperatif. Maka padanannya menjadi struktur
kalimat berita biasa. Contoh:
Bsu : Telah disahkan penggunaanya
Bsa : Its usage has been approved.
c. Pergeseran yang dilakukan karena alasan kewajaran
pengungkapan.
Nomina/frase nomina dalam Bsu menjadi verba dalam Bsa.
Contoh:
Bsu : …to train intellectual men for the persuits of an
commit to user
li
Bsa : …untuk melatih para intelektual untuk mengejar
kehidupan intelektual.
Gabungan adjektiva bentukan dengan nomina atau frasa
nominal dalam Bsu menjadi nomina + nomina dalam Bsa.
Contoh:
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
Adj + nomina nomina + nomina
Medical student mahasiswa kedokteran
Klausa dalam bentuk partisipium (bergaris bawah) dalam
Bsu dinyatakan secara penuh dan eksplisit dalam Bsa.
Contoh:
Bsu : The approval signed by the doctor is valid
Bsa : Persetujuan yang ditandatangani oleh…..
Frase nominal dengan adjektiva bentukan dari verba (tak)
transitif dalam Bsu menjadi nomina + klausa dalam Bsa.
Contoh:
Adjektiva + nomina nomina + klausa
Thinking person orang yang berpikir
Semua struktur yang oleh Catford (1965: 8) disebut
pergeseran kelas adalah transposisi. Contoh:
Bsu : The neighbours were hostile to the family.
Bsa : Para tetangga itu memusuhi keluarga tersebut
commit to user
lii
d. Pergeseran yang dilakukan untuk mengisi kerumpangan kosa kata
(termasuk perangkat tekstual seperti /-pun/ dalam Bahasa
Indonesia) dengan menggunakan suatu struktur grammatikal.
Suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam Bsu yang
dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam Bsa.
Contoh:
Bsu : Perjanjian inilah yang diacu.
Bsa : It is this agreement which is referred to (not
anything else)
Pergeseran unit dalam ‘istilah’ Catford (1965) termasuk
dalam transposisi jenis ini yaitu misalnya dari kata menjadi
klausa, frase menjadi klausa, dan sebagainya, yang sering
kita jumpai dalam penerjemahan kata-kata lepas bahasa
Inggris. Contoh:
- Adept : sangat terampil
- Amenity : sikap ramah tamah, tata karma, sopan santun.
- Deliberate : dengan sengaja, tenang dan berhati-hati.
6. Modulasi
Modulasi adalah sebuah variasi terhadap perubahan sudut pandang dan
perspektif atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan Bsu. Hal ini senada
commit to user
liii
adalah “a variation through a change of view point, of perspektifve (éclairage)
and very often of category of thought.” Sedangkan menurut Hoed (2006: 74) modulasi merupakan pemberian padanan oleh penerjemah secara semantik
berbeda sudut pandang artinya cakupan maknanya, tetapi dalam konteks yang
bersangkutan memberikan pesan/ maksud yang sama. Hal tersebut dapat dilihat
pada contoh berikut:
Bsu : The laws of Germany govern this Agreement.
Bsa : Perjanjian ini diatur oleh hukum Jerman.
Dalam contoh diatas kita melihat makna pasif menerjemahkan makna aktif
atau sudut pandang aktif diterjemahkan menjadi pasif.
Sementara itu Suryawinata dan Hariyanto (2003: 75) menyatakan bahwa
modulasi adalah strategi untuk menerjemahkan kata, frase atau kalimat. Hal ini
dilakukan jika penerjemahan kata-kata dengan makna literal tidak
menghasilkan terjemahan yang wajar dan luwes. Sebagai contoh adalah:
Bsu : Tiada banding
Bsa : There was no comparison
Pada contoh diatas penerjemah memandang makna kalimat secara
keseluruhan berbeda dengan penulisnya. Kalimat Bsu mementingkan orang
yang diajak berbicara, yang diperintah. Akan tetapi terjemahannya
mementingkan kenyataan yang dibicarakan, yaitu tidak ada bandingannya.
Disini frase verba diganti dengan frase nomina. Ahli penerjemahan lain,
commit to user
liv
Newmark (1998) yang menamai modulasi menjadi modulasi wajib dan
modulasi bebas.
Modulasi wajib dilakukan apabila suatu kata, frase ataupu struktur tidak
ada padanannya dalam Bsa sehingga perlu dimunculkan. Berikut beberapa
contohnya:
a. Pasangan kata dalam Bsu yang salah satunya saja ada dalam Bsa.
Contoh: Kata lessor dan lessee dalam bahasa Inggris.
Biasanya kata lessee diterjemahkan sebagai ‘penyewa’ tetapi
padanan untuk kata lessor tidak ada. Maka padanannya dapat dicari
dengan mengubah sudut pandangnya atau dicari kebalikannya:
‘Orang/pihak yang menyewakan atau pemberi sewa’.
b. Struktur aktif dalam Bsu menjadi pasif dalam Bsa dan sebaliknya.
Contoh:
Infinitive of purpose dalam bahasa Inggris:
Bsu : The problem is hard to solve
Bsa : Masalah itu sukar (untuk) dipecahkan (kaya
‘untuk’ bersifat manasuka)
Konstruksi pasif nol dalam bahasa Indonesia menjadi
konstruksi aktif dalam bahasa Inggris.
Bsu : laporan itu akan saya sampaikan besok pagi
Bsa : I will submit the report tomorrow morning
c. Struktur subjek yang dibelah dalam bahasa Indonesia perlu
commit to user
lv Contoh:
Bsu : Buku tersebut telah disahkan penggunaannya oleh
Dikti.
Bsa : The use of the book has been approved by Dikti.
Bsu : Gerakan Nonblok dituntut peranannya.
Bsa : The role of the Non-aligned Movement has been
persued.
Sedangkan modulasi bebas adalah prosedur penerjemahan yang dilakukan
karena alasan linguistik, misalnya untuk memperjelas makna menimbulkan
kesetalian dalam Bsa, dan sebagainya. Berikut beberapa contohnya:
a. Menyatakan secara tersurat dalam Bsa apa yang tersirat dalam bsu.
Bsu : ‘These conflicts, which more often that not have regional
causes…’ (perhatikan kata-kata yang bergaris bawah).
Bsa : Konflik-konflik ini yang lebih sering disebabkan oleh
sebab-sebab regional … (perhatikanlah bahwa penerjemah
tidak menerjemahkan kata than not).
b. Frase prepositional sebab-akibat dalam Bsu menjadi Klausa sebab
akibat dalam Bsa.
Bsu : We all suffer from the consequences of environmental
degradation.
Bsa :Kita semua menderita karena (adanya) penurunan mutu
lingkungan.