• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis transposisi dan modulasi pada terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk oriflame Lusi 1 Part1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis transposisi dan modulasi pada terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk oriflame Lusi 1 Part1"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA TERJEMAHAN PETUNJUK PEMAKAIAN

PRODUK-PRODUK ORIFLAME

THESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik

Minat Utama Linguistik Penerjemahan

Lusi Susilawati S130908009

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

MINAT UTAMA LINGUISTIK PENERJEMAHAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA TERJEMAHAN PETUNJUK PEMAKAIAN

PRODUK-PRODUK ORIFLAME

Disusun oleh: Lusi Susilawati

S130908009

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing Pada tanggal: 8 Maret 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D

1944.06021.196511.2001 1963.0328.199201.1001

Mengetahui

Ketua Program Studi Linguistik

(3)

commit to user

iii

ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA TERJEMAHAN PETUNJUK PEMAKAIAN

PRODUK-PRODUK ORIFLAME

Disusun oleh:

Lusi Susilawati S130908009

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal: 23 Maret 2010

Jabatan Nama Tanda tangan

Ketua : Prof. Dr. Kunardi Hardjoprawiro ………...

Sekretaris : Dr. Djatmika. M.A ………

Anggora Penguji: 1. Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana ………

2. Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D ………....

Mengetahui,

Direktur Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Linguistik

Prof. Drs Suranto, M.Sc., Ph.D., Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D

195708201985031004 196303281992011001

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Lusi Susilawati

NIM : S130908009

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Analisis Transposisi Dan Modulasi Pada Terjemahan Petunjuk Pemakaian Produk-Produk Oriflame adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya yang terdapat dalam tesis ini diberi tanda citasi dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyaata di kemudian hari pernyataan saya tersebut terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang diperoleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Maret 2010 Yang membuat pernyataan,

(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

(6)

commit to user

vi

MOTTO

Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu tidak

selesai (dari suatu masalah), kerjakanlah dengan sungguh - sungguh (urusan) yang

lain dan hanya kepada Tuhan – mu lah hendaknya kamu berharap.

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah s.w.t yang selalu

memberikan bimbingan dan pertolongan kepada penulis untuk menyelesaikan

penelitian ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan tulus kepada:

1. Prof. Drs Suranto, M.Sc., Ph.D., Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D, Ketua Program Studi

Linguistik Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

sekaligus sebagai pembimbing II yang telah memberikan kesempatan,

kemudahan serta bimbingan dan saran untuk menyelesaikan tesis ini.

3. Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana yang juga dengan penuh kesabaran telah

memberikan bimbingan dan saran dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Nani Wimpi, Director Oriflame Solo, yang telah membantu dalam

pengumpulan data dan bersedia untuk memberikan beberapa informasi

yang sangat berarti bagi penulis.

5. Sumardiono, S.S dan Pristinian Yugaswara, S.Pd. yang telah bersedia

untuk menjadi rater di sela-sela kesibukannya dalam menerjemahkan dan

menyelesaika studinya dan telah memberikan penilaian dan saran yang

kritis terhadap data-data yang disediakan.

6. Semua dosen Program Pascasarjana UNS yang mengampu pada Program

(8)

commit to user

viii

7. Semua karyawan perpustakaan dan biro administrasi yang telah memberi

bantuan demi kelancaran penulisan tesis ini.

8. Teman – teman angkatan 2008 Program Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret yang telah memberikan semangat dan saran kepada penulis

9. Ir. Suwarno, suami dan teman hidupku yang selalu memberikan dorongan

dan semangat dalam dalam menyelesaikan penelitian ini.

10.Nazwa Aurelia, putriku tersayang yang selalu senantiasa menemani dalam

setiap langkahku.

Hanya ucapan terima kasih dan doa yang tulus yang dapat penulis

sampaikan pada kesempatan ini. Semoga Allah senantiasa melimpahkan pahala

dan rahmat-Nya kepada mereka atas kebaikan yang diberikan kepada penulis.

Akhirnya, penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi

yang positif terhadap dunia penerjemahan dan Oriflame.

Surakarta, Maret 2010

(9)

commit to user

ix

ABTSRAK

Lusi Susilawati. S 130908009. 2009. Analisis Transposisi dan Modulasi pada Terjemahan Petunjuk Pemakaian Produk-Produk Oriflame, Thesis. Program Magister Linguistik Penerjemahan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini adalah penelitian tentang analisis bentuk-bentuk transposisi dan modulasi yang digunakan oleh penerjemah pada terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame. Tujuan penelitian ini adalah; pertama untuk mengidentifikasi bentuk transposisi dan modulasi yang terdapat pada terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame terhadap kualitas terjemahan dalam hal keakuratan dan keberterimaan. Tujuan kedua adalah untuk mengidentifikasi dampak penerapan bentuk transposisi dan modulasi pada kualitas terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame dalam hal keakuratan dan keberterimaan, dan tujuan terakhir adalah untuk mengidentifikasi teknik mana yang paling baik terhadap keakuratan dan keberterimaan.

Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif. Sumber data penelitian ini teks terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame dan juga para informan. Data tersebut diidentifikasi bentuk-bentuk transposisi dan modulasinya. Untuk mengetahui nilai keakuratan dan keberterimaan, data tersebut dinilai oleh tiga rater yang berkecimpung di bidang penerjemahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk transposisi dan modulasi yang digunakan oleh penerjemah berdampak terhadap kualitas terjemahan, konsumen dan target penjualan, yaitu masih terdapat beberapa penyimpangan makna pesan dalam Bsu yang tidak tersampaikan. Akibatnya, Penyimpangan ini berpengaruh terhadap kesalahan penggunaan produk tersebut sehingga berakibat fatal terhadap konsumen. Kemudian berkenaan dengan keakuratan dan keberterimaan terjemahan, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 172 data yang diteliti terdapat 64% data yang dikategorikan sebagai transposisi akurat. Dinilai dari sisi keberterimaan, sebanyak 72,2% dinilai sebagai transposisi berterima. Sementara itu hasil penelitian terhadap penilaian bentuk-bentuk modulasi tercatat 62,8% data yang dinilai akurat dan hasil keberterimaan bentuk modulasi adalah 78,5% data dikategorikan modulasi berterima.

(10)

commit to user

x

ABSTRACT

Lusi Susilawati. S 130908009. 2009. An Analysis of Transposition and Modulation in the Translation of Oriflame Products Direction. Thesis. Master Degree Program in Translation. Post Graduate Program Sebelas Maret University of Surakarta.

This is a research about an analysis of transposition and modulation used by the translator in the translation of Oriflame products direction. The aims of this research are first to identify the impacts of transposition and modulation used in the Oriflame direction toward the quality of translation, consumers, and the target of sales. The second purpose of the research is to identify the quality of the Oriflame direction in the matters of accuracy and acceptability, and the last purpose is to identify which technique is better toward the accuracy and acceptability.

The method applied in the research is descriptive qualitative. The data sources of this research are texts of Oriflame direction for use, and informers. The transposition and modulation from the data are identified. Meanwhile, to assess the accuracy and acceptability, the data are read by three raters who are experts in translation.

The result of this research shows that the transposition and modulation used by the translator have some impacts to the quality of translation, consumers and the target of sales because there are some deviations of meaning which are not conveyed from the source language. As a result, the deviation has the impact to the mistakes in using the product, therefore it has a fatal impact to the consumers.

Related to the accuracy and acceptability, the research’s results shows that from 172 data, there are 64% categorized as accurate transposition and 72,7% are categorized as acceptable transposition. Meanwhile, the result of modulation analysis, it is noted that 62,8% data are categorized as accurate modulation and 78,5% are categorized as acceptable modulation.

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

PENGESAHAN PEMBIMBING………... ii

PENGESAHAN PENGUJI………... iii

PERNYATAAN……….. iv

KATA PENGANTAR………....vii

ABSTRAK……….. ix

ABSTRACT……… x

DAFTAR ISI………xi

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL………. xiv

BAB I: PENDAHULUAN………... 1

1. Latar Belakang Masalah………. 1

2. Batasan Masalah……… 5

3. Rumusan Masalah………. . 5

4. Tujuan Penelitian ……… . 6

Manfaat Penelitian………... .. 6

BAB II: KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR……….…….. 8

1. Sekilas tentang Produk Oriflame………..……… 8

2. Penerjemahan……….11

3. Metode Penerjemahan………....19

4. Teknik Penerjemahan……….….……...24

5. Transposis………..………...31

(12)

commit to user

xii

7. Penilaian Kualitas Terjemahan………...41

8. Kerangka Pikir………...50

BAB III: METODE PENELITIAN……… 56

1. Metode Penelitian……….………. 52

2. Sumber Data dan Data……….. 52

3. Teknik Cuplikan……… 53

4. Teknik Pengumpulan Data……… 54

5. Validitas Data……… 56

6. Teknik Analisis Data……… 57

7. Prosedur Penelitian……… 58

BAB IV : HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN………60

A. Deskripsi Data……….. 60

B. Hasil Analisis dan Pembahasan……… 61

1. Hasil Analisis Bentuk-Bentuk Transposisi……….. 62

2. Hasil Analisis Penggunaan Transposisi………... 72

3. Hasil Analisis Bentuk-Bentuk Modulasi………...101

4. Hasil Analisis Penggunaan Modulasi………..107

5. Dampak Penerapan Transposisi dan Modulasi...137

6. Teknik Penerjemahan Lebih Paling Baik...139

BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI PENELITIAN DAN SARAN………...114

1. Simpulan……….………….141

2. Implikasi Penelitian ………...144

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR PUSTAKA………....146

LAMPIRAN………...148

1. Data Alternatif Perbaikan Terjemahan Petunjuk Pemakaian Oriflame…..148

2. Data Penelitian………....159

3. Kuesioner Tingkat Keakuratan dan Keberterimaan ...171

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

A. GAMBAR 01 : Proses Penerjemahan………2

B. GAMBAR 02 : Diagram V………...19

C. GAMBAR 03 : Diagram Kerangka Pikir……….51

D. TABEL : 1. Tabel Nilai Keakuratan Transposisi………..134

2. Tabel Nilai Keberterimaan Transposisi………...135

3. Tabel Nilai Keakuratan Modulasi……….…136

(15)

commit to user

(16)

commit to user

xvi

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Peningkatan perekonomian berakibat pada peningkatan kebutuhan

hidup yang harus dipenuhi. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan primer,

sekunder dan tersier. Pemenuhan kebutuhan tersebut harus dilakukan secara

bertingkat sesuai dengan derajat kepentingan kebutuhan tersebut.

Seiring dengan kemajuan teknologi, kebutuhan tersebut saat ini telah

mengalami perubahan tingkat dalam pemenuhan kebutuhannya. Sebagai

contoh adalah kebutuhan untuk merawat wajah dan tubuh, terutama bagi para

wanita. Mereka beranggapan bahwa mereka merasa lebih percaya diri jika

secara fisik mereka memiliki penampilan yang menarik, seperti memiliki tubuh

yang proporsional dan berwajah putih dan bersih. Perawatan tersebut dilakukan

mulai dengan cara tradisional sampai dengan cara-cara yang menggunakan

teknologi mutakhir.

Namun tidak semua wanita bisa melakukannya di salon atau di

pusat-pusat perawatan kecantikan tersebut karena beberapa alasan seperti tidak

adanya waktu (karena dibutuhkan waktu yang tidak sedikit) atau memang

karena biaya yang terbatas, sementara mereka tetap memerlukan

perawatan-perawatan tersebut tetapi juga tidak ingin menggunakan produk yang biasa-

biasa saja. Akhirnya, solusi yang bisa dilakukan adalah dengan cara membeli

(17)

commit to user

xvii

Produk yang dimaksud adalah produk-produk yang bisa diperoleh melalui

penjualan dengan sistem pemasaran berjenjang (multi-level marketing), yaitu

penjualan yang dilakukan dengan cara menawarkan produk langsung ke

konsumen oleh penjual/konsultan. Jenis penjualan ini dianggap efektif karena

konsumen tidak harus meluangkan banyak waktu untuk berbelanja di luar.

Bahkan untuk menggunakan produk, para konsumen cukup membaca petunjuk

pemakaian yang terdapat pada produk tersebut.

Salah satu dari multi level marketing (MLM) tersebut adalah Oriflame

(Natural Swedish Cosmetics). Karena Oriflame telah tersebar di beberapa

negara maka petunjuk pemakaian pada kemasan produknya diterjemahkan ke

dalam beberapa bahasa (3-29 bahasa), termasuk diantaranya adalah bahasa

Inggris dan bahasa Indonesia.

Namun karena produk-produk tersebut ukurannya kecil, petunjuk

pemakaian produk tersebut disampaikan dengan bahasa yang sangat singkat,

sehingga besar kemungkinan pembaca tidak bisa memahami maksud dari teks

tersebut .

Oleh karenanya, para anggota (konsultan) diwajibkan untuk mengikuti

pertemuan rutin untuk mengupas segala sesuatu yang berhubungan dengan

produk tersebut (product knowledge) terutama pada produk-produk yang baru

diluncurkan (karena setiap bulan selalu ada produk baru). Namun tidak semua

konsultan bisa mengikuti acara tersebut dikarenakan kesibukannya sebagai

pekerja ataupun ibu rumah tangga. Akhirnya, mereka hanya mengandalkan

(18)

commit to user

xviii

kesalahan dalam pemakaian ataupun dalam pemilihan jenis produk yang tidak

sesuai dengan jenis kulit akan berakibat fatal pada kulit tersebut yang tentu saja

dapat merugikan konsumen.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai kualitas hasil terjemahan petunjuk pemakaian pada

produk-produk Oriflame. Dalam penelitian ini penulis menganalisa makna

kata, frasa dan kalimat dalam terjemahan petunjuk pamakaian produk-produk

Oriflame yang difokuskan pada bentuk-bentuk modulasi dan transposisi yang

dilakukan penerjemah. Apakah penyampaian informasi yang terdapat dalam

bahasa sasaran (Bsa) sudah tepat atau belum. Sebagai contoh adalah

penggunaan kata apply dalam bahasa sumber (Bsu) yang diterjemahkan

“gunakan”, sedangkan menurut kamus berarti “terapkan”. Sehingga pembaca

menjadi bingung apa yang dimaksud dengan kata tersebut, apakah kosmetik

tersebut dioleskan, di usapkan, digosokkan ataukah diratakan. Penerjemahan

dari kata apply yang bermakna ‘terapkan’ menjadi ‘gunakan’ merupakan

bentuk modulasi.

Contoh lain adalah penggunaan bentuk transposisi. Dalam Bsu terdapat

kalimat “Spray on after cleansing over the face and neck. Can also be used for

instant comfort through out the day”. Kalimat-kalimat tersebut diterjemahkan menjadi ”Semprotkan pada wajah dan leher setelah menggunakan cleanser.

Bisa juga sebagai penyejuk wajah sehari-hari”. Kata ‘the day’ yang merupakan

nomina tunggal diubah menjadi nomina jamak pada Bsa yaitu ‘sehari-hari’.

(19)

commit to user

xix

Bsa dan sebaliknya merupakan bentuk transposisi. Transposisi atau pergeseran

bentuk dalam penerjemahan merupakan sesuatu yang bersifat wajib atau

pilihan, maksudnya hal ini sah-sah saja dilakukan selama bertujuan untuk

mencari keakuratan dan keberterimaan dalam Bsa, namun apa yang akan

terjadi jika penggunaan transposisi tersebut justru mengalami penyimpangan

makna dan mengakibatkan pesan tidak tersampaikan? Jika hal ini terjadi,

terutama dalam petunjuk penggunan perawatan wajah, maka dikhawatirkan

akan terjadi kesalahan dalam penggunaanya, sehingga terjadi sesuatu yang

tidak diharapkan. Selain itu juga dikawatirkan akan berpengaruh terhadap

target pembeli.

Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam penerjemahan terdapat beberapa

teknik menerjemahkan namun mengapa penerjemah produk Oriflame ini

menggunakan teknik transposisi dan modulasi saja? Mengapa juga tidak

menggunakan teknik yang lain? Hal ini perlu diteliti karena kesalahan

penerjemahan ditakutkan akan berdampak bukan hanya bagi konsumen saja

tapi juga pada target pembelian. Karena hal inilah peneliti bermaksud

menganalisa hasil terjemahan tersebut dengan judul “Analisis Transposisi dan

Modulasi pada Terjemahan Petunjuk Pemakaian Produk-Produk

(20)

commit to user

xx

2. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian ini akan terarah dan

teranalisa secara mendalam. Pembatasan masalah dilakukan dengan cara :

a. Membatasi kajian pada masalah metode

Pada penelitian ini, kajian diarahkan pada bentuk-bentuk transposisi dan

modulasi yang terdapat dalam teks tersebut.

b. Membatasi data yang akan diteliti

Oriflame memiliki ratusan produk dari berbagai macam perawatan mulai

dari perawatan rambut, wajah, tubuh, sampai perawatan kaki. Juga mulai

dari perawatan untuk bayi, anak-anak, remaja, sampai perawatan untuk

dewasa. Dalam penelitian ini peneliti akan membatasi penelitian pada

produk-produk untuk perawatan remaja dan dewasa saja karena menurut

pengamatan peneliti produk-produk tersebutlah yang paling sering di

konsumsi.

3. Rumusan Masalah

a. Bagaimanakah bentuk trasnposisi dan modulasi pada terjemahan

petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame?

b. Bagaimanakah dampak penerapan teknik transposisi dan modulasi

pada kualitas terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame

dalam Bsa dalam hal keakuratan dan keberterimaaan?

c. Teknik manakah yang paling baik terhadap keakuratan dan

(21)

commit to user

xxi

4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

a. Mengidentifikasi bentuk transposisi dan modulasi yang terdapat pada

terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame.

b. Mengidentifikasi dampak penerapan teknik transposisi dan modulasi

pada kualitas terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk

Oriflame dalam hal keakuratan dan keberterimaan.

c. Mengidentifikasi Teknik mana yang paling baik terhadap keakuratan

dan keberterimaan.

5. Manfaat Penelitian

Hasil kajian dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

dokumen niaga, para praktisi, dan akademisi bidang perjemahanan, para

konsultan dan konsumen Oriflame, peneliti pada khususnya dan mahasiswa

penerjemahan pada umumnya. Adapun manfaat praktis yang bisa di peroleh

adalah :

a. Dapat memperjelas hubungan makna yang terdapat dalam terjemahan

petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame.

b. Dapat memberikan gambaran tentang kualitas terjemahan petunjuk

pemakaian produk-produk Oriflame bagi para peminat penerjemahan.

(22)

commit to user

xxii

a. Dapat memberikan gambaran tentang cara seorang penerjemah melakukan

pergeseran-pergeseran makna dalam bentuk modulasi dan transposisi agar

makna yang tersampaikan akurat dan berterima dalam Bsa.

b. Dapat dijadikan salah satu referensi untuk penelitian-penelitian

(23)

commit to user

xxiii

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

Dalam bab ini dikemukakan beberapa kajian teori yang berhubungan

dengan penelitian ini. Kajian teori meliputi Produk Oriflame, Teori

Penerjemahan khususnya tentang Transposisi dan Modulasi serta

hubungannya dengan keakuratan dan keberterimaan. Selain itu untuk

menggambarkan alur berpikir peneliti, akan disajikan kerangka pikir yang

mencakup analisis dan hubungannya dengan teori.

1. Sekilas tentang Produk Oriflame

Oriflame adalah sebuah perusahaan kosmetika yang didirikan di

Stockholm Swedia tahun 1967 oleh dua orang bersaudara yaitu Jonas dan

Robert af Jochnick. Visi mereka adalah menciptakan sebuah perusahaan

kosmetika yang menawarkan rangkaian perawatan kulit yang berbeda

dibandingkan dengan produk lainnya yang ada saat itu, yaitu terbuat dari

bahan-bahan alami dan tidak diujicobakan pada hewan.

Mereka berkomitmen untuk menawarkan produk-produk yang berkualitas

tinggi dengan harga terjangkau. Mereka juga hendak memperkenalkan metode

baru dan inovatif dalam menjual produk dari individu ke individu dengan

membebaskan kepada para pelanggan untuk memperoleh saran dari orang yang

(24)

commit to user

xxiv

nyaman dan puas. Para konsultan pun dapat memperoleh penghasilan dan

peluang karier yang tak terbatas.

Konsultan adalah seseorang yang mendaftar menjadi anggota (member)

Oriflame dengan keuntungan yang luar biasa dan dengan syarat yang sangat

mudah yaitu dengan hanya membayar empat puluh ribu rupiah saja dan

mengumpulkan kartu identitas maka secara otomatis ia telah menjadi member/

konsultan. Disebut konsultan karena dia dituntut untuk dapat diajak konsultasi

seputar produk yang akan digunakan oleh konsumen yaitu dengan memberikan

saran atau masukan tentang produk apa yang seharusnya digunakan oleh

konsumen yang sesuai dengan jenis kulit dan usianya.

Perusahaan Oriflame ini telah memiliki 1.600.000 konsultan yang tersebar

diseluruh dunia. Indonesia adalah pangsa pasar pertamanya di kawasan Asia.

Oriflame masuk ke Indonesia pada tahun 1987 di bawah PT. Orindo Alam

Ayu Jakarta. Dalam setahun Oriflame mencetak 72 juta katalog dalam 35

bahasa dengan jumlah produk kurang lebih 600 produk dalam satu katalog

yang di terbitkan satu bulan sekali.

Saat ini Oriflame telah terdaftar di bursa Stockholm yang terkemuka dan

telah beroperasi di 55 negara dengan penjualan yang sangat pesat bahkan

mengalami pertumbuhan tercepat di dunia yakni mencapai total penjualan 700

juta Euro.

Produk-produk Oriflame meliputi kosmetika, produk wewangian, parfum,

make-up, perawatan tubuh dan perawatan rambut. Produk Oriflame

(25)

commit to user

xxv

a. Produk-produknya tidak diujikan pada hewan melainkan pada

sukarelawan dengan menjamin keamanan, kecocokan, serta

efektifitas termasuk bagi kulit yang sensitif.

b. Menekankan penggunaan bahan-bahan dan sari pati alami.

c. Produk-produknya dijamin murni dan berkualitas tinggi dibawah

pengawasan mutu dan lingkungan yang ketat.

d. Menggunakan aerosol* yang akrab dan aman terhadap ozon

e. Kemasannya dapat didaur ulang dan aman terhadap lingkungan.

Selain mempunyai keunggulan produk, Oriflame juga mempunyai

keunggulan lain yaitu dari segi bisnis bagi para konsultannya. Mereka akan

menemukan peluang yang tak terbatas untuk mewujudkan impiannya. Karena

dengan sistem penjualan bertingkat dan dengan menjual produk dengan cara

yang sangat mudah, para konsultan akan mendapatkan beberapa keuntungan,

seperti keuntungan langsung dari penjualan sebesar 23%, mendapatkan reward

(penghargaan) berupa cash award (uang tunai) dan kesempatan mengikuti

Konferensi Nasional dan Interrnasional bagi mereka yang mencapai level

tertentu dalam penjualan. Oleh karenanya Oriflame mempunyai motto “Make

Money Today and Fulfill Your Dreams Tomorrow”. Sedangkan bagi konsumen keunggulan yang akan dirasakan berupa saran pribadi mengenai produk-produk

yang sesuai, menghemat waktu dan nyaman karena diantar langsung ke

rumah-rumah mereka dan adanya jaminan produk bergaransi.

(26)

commit to user

xxvi

2. Penerjemahan

2.1.Pengertian Penerjemahan

Ketika seseorang dihadapkan pada komunikasi (baik lisan maupun

tulisan) dengan dua bahasa dimana seseorang tadi tidak bisa akses ke dalam

salah satu bahasa tersebut maka ia akan membutuhkan penerjemah atau

interpreter.

Kegiatan penerjemahan telah terjadi sejak jaman kuno yaitu sejak abad 2

SM. Oleh karenanya sudah banyak definisi yang berbeda-beda yang

dikemukakan oleh para ahli. Namun pada dasarnya semua menyatakan hal

yang sama bahwa yang disebut dengan penerjemahan adalah suatu upaya

untuk mengalihkan pesan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain.

Sebagaimana dinyatakan oleh Nida dan Taber (1969:12), bahwa

penerjemahan adalah menciptakan kembali makna dalam bahasa sasaran

padanan alami yang paling mendekati pesan dalam bahasa sumber, pertama

dalam makna dan kedua dalam gaya. Sedangkan menurut Larson (1999)

penerjemahan merupakan proses pemindahan makna dari bahasa sumber ke

dalam bahasa sasaran. Dari pernyataan tersebut kita tahu bahwa hal yang

paling penting dalam penerjemahan adalah masalah pemahaman makna.

2. 2. Proses penerjemahan

Dalam melakukan suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan tentulah

akan melalui sebuah proses. Begitupun dalam melakukan aktifitas

penerjemahan akan terjadi proses penerjemahan. Proses Penerjemahan adalah

(27)

commit to user

xxvii

memproses pengalihan informasi yang ada dalam bahasa sumber Bsu)

kedalam bahasa sasaran (Bsa). Nababan, (2008:24) menyatakan bahwa

“Proses penerjemahan dapat diartikan sebagai serangkaian yang dilakukan

oleh seorang penerjemah dari bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa sasaran

(Bsa). Sedangkan menurut Nida dan Taber (1969:33) Penerjemahan

merupakan proses yang kompleks karenanya penerjemahan berlangsung

dalam tiga tahap yakni :

A (Source) B (Receptor)

( Analysis) (Restructuring)

X (Transfer) Y

Gambar 1: Proses penerjemahan.

a. Analisis (Analysis)

Dalam menganalisa sebuah teks, langkah pertama yang harus dilakukan

adalah menganalisa teks yang akan diterjemahkan dengan tujuan untuk

mengetahui apa yang ingin disampaikan oleh si penulis asli dan untuk

mengidentifikasi kata-kata sulit dan istilah teknis dari kalimat kompleks. Nida

(28)

commit to user

xxviii

“There are three major steps in analysis : (1) determining the meaningful relationships between the words and combinations of words, (2) the referential meaning of the words and special combinations of words, (3) the connotative meaning i.e. how the user of the language react, whether positively or negatively to the words and combinations of them”.

Jadi pada tahap ini penerjemah harus mengetahui makna (meliputi

hubungan makna, referensi makna dan konotatif makna) dan struktur dalam

bahasa sumber.

b. Pengalihan (Transfer)

Setelah penerjemah benar-benar memahami makna yang terkandung

dalam bahasa sumber dan juga struktur bahasa sumber, langkah berikutnya

dalam proses penerjemahan adalah pengalihan makna. Pada tahapan ini

penerjemah harus dapat mencari padanan kata yang tepat dari Bsu ke dalam

Bsa. Pada tahap ini juga seorang penerjemah memutuskan ideologi mana

yang akan digunakan (foreignization atau domestication), metode apa yang

akan dipakai dan teknik apa yang akan diaplikasikan dengan

mempertimbangkan tiga aspek yaitu keakuratan (accuracy), kewajaran

(naturalness), dan keterbacaan (readability).

c. Penyelarasan (Restructuring)

Tahapan terakhir dalam proses penerjemahan adalah restructuring atau

penyusunan, yaitu penyesuaian hasil penerjemahan dengan kaidah dan

pemikiran pembaca Bsa dalam bentuk bahasa yang sewajar mungkin. Nababan

(2008:28) menyatakan “Pada tahap penyelarasan, seorang penerjemah perlu

memperhatikan ragam bahasa untuk menentukan gaya bahasa yang sesuai

(29)

commit to user

xxix

membuat hasil terjemahannya mudah dipahami agar pembaca tidak merasa

seperti merasa membaca teks terjemahan. Beberapa penerjemah menyatakan

bahwa tujuan dari restructuring adalah ;

- Mengecek penggunaan istilah-istilah teknis secara konsisten.

- Meyakinkan struktur kalimat terjemahan dengan tata bahasa Indonesia.

- Mempertimbangkan apakah kalimat-kalimat kompleks seharusnya ditulis

kembali menjadi kalimat yang lebih sederhana agar mudah dimengerti.

Berbeda dengan Nida, ahli penerjemahan lain, Larson (1984: 477),

menyatakan bahwa proses penerjemahan meliputi beberapa langkah berikut:

1. Preparation ( Persiapan)

Pada tahap awal penerjemahan ada beberapa hal yang harus dipersiapkan

oleh seorang penerjemah seperti materi yang akan diterjemahkan, kamus Bsu

dan kamus istilah, alat-alat tulis serta keperluan lainnya. Yang tidak kalah

pentingnya adalah sorang penerjemah sebaiknya sudah terbiasa menulis dalam

Bsa. Larson juga menyatakan bahwa “Good writers make good translator.

They are used to putting the forms of the language on paper”, “Penulis yang

baik dapat menjadi penerjemah yang baik”, karena ia terbiasa meletakkan

bentuk bahasa dalam kertas”. Dengan terbiasa menulis seorang penerjemah

akan dengan mudah menuliskan pesan yang telah didapat dari Bsu ke dalam

Bsa.

(30)

commit to user

xxx

Pada tahap analisis ini yang harus dilakukan seorang penerjemah adalah

membaca teks Bsu secara keseluruhan, apabila diperlukan dilakukan secara

berulang-ulang dengan tujuan agar pesan yang ada dalam Bsu dapat ditangkap

secara utuh dan konteksnya pun dapat dipahami dengan baik. Kemudian

seorang penerjemah juga harus mengetahui informasi yang tentang sasaran

hasil terjemahan (translation brief); siapa konsumen dari terjemahannya, untuk

keperluan apa digunakan, untuk dipresentasikan dimana. Disamping itu dengan

membaca seorang penerjemah akan dapat memahami gaya bahasa penulisnya.

Cara lain untuk memahami gaya penulisan seseorang bisa juga dengan

mengetahui latar belakang si penulis dengan membaca biografinya.

Larson (1999: 478) menyatakan bahwa “As the translator reads through

the text, he should note down any lexical items which seem to be key words. These will be words which are crucial to an understanding the text”. “Ketika penerjemah membaca teks yang akan diterjemahkan, ia harus mencatat unsur

leksikal yang sepertinya merupakan kata-kata kunci, yaitu kata-kata penting

untuk memahami teks tersebut”. Dengan mencatat kata kunci dan

kata-kata sulit yang muncul dalam sebuah teks dan mencari padanan yang tepat

akan memudahkan penerjemah dalam melakukan pekerjaannya karena dalam

sebuah teks mungkin saja kata yang sama muncul lebih dari satu kali, jadi

penerjemah bisa merujuk kepada padanan kata yang telah ditemukannya

diawal untuk kata yang sama selanjutnya.

Selanjutnya menurut Bell (1991: 45-54) dalam menganalisa teks Bsu ada

(31)

commit to user

xxxi

dengan menentukan MOOD system, theme dan rheme dari sebuah kalimat.

Yang kedua adalah analisa semantik yaitu mencari makna dari hubungan antar

kata, hubungan yang logis antara partisipan dengan proses dan bagaimana

bahasa mengungkapkan pengalaman dan logika. Yang terakhir adalah analisa

pragmatik yaitu yang berhubungan dengan analisis domain (the field covered

by the text; the role it is playing in the communicative activity; what the clause is for; what the sender intended to convey and its communicative value), Tenor (the relationship with the receiver which the sender indicates through the

choices made in the text), dan mode (the medium selected for realizing the text). Dengan kata lain analisa pragmatik yaitu memahami makna berdasarkan konteksnya. Sejalan dengan itu Nababan (2008: 26) mengatakan bahwa:

“Analisa kebahasaan yang dilakukan terhadap teks bahasa menyentuh berbagai tataran, seperti tataran kalimat, klausa, frasa dan kata. Analisis pada tataran-tataran itu dianggap perlu karena pada hakekatnya setiap teks dibentuk dari tataran-tataran tersebut.”

Jadi untuk mendapatkan terjemahan yang baik semua aspek

kebahasaannya harus dianalisa, mulai dari kata, frase, klausa, kalimat, makna

semantik, makna pragmatik, dan lain sebagainya. Seorang penerjemah juga

diperbolehkan memotong kalimat yang terlalu panjang dengan menjadikannya

beberapa kalimat atau merekonstruksi kalimat yang dirasa terlalu berbelit-belit

agar lebih mudah dimengerti selama makna yang terdapat dalam teks Bsu tidak

ada yang hilang atau berubah.

(32)

commit to user

xxxii

Setelah melakukan analisa pada teks Bsu dan memahami makna yang

terdapat dalam Bsu maka langkah selanjutnya yang dilakukan penerjemah

adalah mengalihkan pesan atau makna yang terdapat dalam teks Bsu kedalam

Bsa dengan padanan kata yang tepat.

4. Initial draft ( Konsep Awal )

Konsep awal ini biasanya dimulai dari tingkat paragraf karena apabila

suatu konsep paragraf sudah dipahami maka penerjemahan akan mudah

dilakukan. Sewaktu membuat konsep awal tidak tertutup kemungkinan akan

adanya gerakan maju mundur dari teks Bsu ke Bsa. Penerjemah tidak boleh

mengabaikan bentuk teks Bsu sewaktu mengalihkan makna karena ada kalanya

padanan yang terbaik dalam Bsa sama dengan bentuk teks Bsu atau sebaliknya.

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh penerjemah adalah tingkat keterbacaan

terjemahannya oleh konsumen, karena pada umumnya konsumen berasal dari

latar belakang ilmu pengetahuan dan tingkat pendidikan yang berbeda.

5. Reworking the Initial Draft ( Pengerjaan Kembali Konsep Awal ) Larson (1984: 482) mengatakan bahwa:

“The reworking of an initial draft should not be undertaken until a larger section is completed. It is best if the draft has been left untouched for a week or two. In this way the translator comes with a fresh look at it and is able to be more objective in his evaluation and reworking of it. The reworking of the initial draft includes checking for naturalness and for accuracy”.

Menurut Larson akan lebih baik bila pengerjaan kembali konsep awal

dilakukan setelah konsep awal tidak disentuh selama satu atau dua minggu, hal

(33)

commit to user

xxxiii

yang baru dan lebih objektif dalam mengevaluasi pekerjaan yang telah

dilakukannya. Pengerjaan kembali ini juga memeriksa dua hal yaitu kewajaran

mencakup bentuk gramatikal yang salah atau konstruksi yang tidak jelas,

bagian yang terlalu berbelit-belit, bagian yang urutannya salah atau frase yang

janggal, bagian yang penghubungnya salah atau tidak lancar, adanya

pertentangan kolokasi, makna yang kedengaran asing dan gaya dan ketepatan

dari makna. Dan ketepatan yang mencakup sesuatu yang dihilangkan, sesuatu

yang ditambahkan, makna yang berbeda dan makna yang nihil dalam artian

bentuk yang digunakan tidak menyampaikan makna sama sekali.

6. Test the Translation ( Pengujian Terjemahan )

Untuk menguji terjemahan hendaknya dilihat keakuratan terjemahan

tersebut, dapat dipahami, adanya kesepadanan kata dan lain sebagainya.

Penerjemah juga bisa meminta tolong kepada yang lebih ahli untuk membaca

terjemahannya (proof reader) sebelum diserahkan ke penerbit. Kritik, masukan

dan saran dari pembaca sangat berpengaruh terhadap baik atau tidaknya sebuah

terjemahan.

7. Polishing the Initial Draft (Penyempurnaan Terjemahan)

Setelah selesai melakukan tes terhadap sebuah terjemahan maka langkah

selanjutnya adalah menulis kembali pada terjemahan tersebut dengan

memperbaiki semua kesalahan-kesalahan (berupa padanan kata, gaya bahasa,

pemilihan kata, makna yang kurang tepat, penulisan tanda baca dan lain

sebagainya) yang terdapat pada terjemahan ketika dilakukan pengujian.

(34)

commit to user

xxxiv

Naskah terjemahan yang telah selesai ditulis kembali dengan rapi sesuai

dengan kaidah penulisan yang benar dapat diserahkan pada penerbit untuk

diterbitkan.

3. Metode Penerjemahan

Metode penerjemahan merupakan suatu proses penerjemahan yang

digunakan untuk mengungkapkan tujuan penerjemah. Newmark (1988:45)

membagi metode penerjemahan menjadi 8 berdasarkan tujuan dan

pertimbangan ‘untuk siap’ penerjemahan dilakukan. Empat dari delapan

metode berorientasi pada Bsu, dan empat yang lainnya berorientasi pada Bsa.

Kedelapan metode itu diagramkan dalam diagram yang disebut diagram V.

Berikut adalah diagram yang dimaksud:

SL emphasis TL emphasis

Word-for-word translation Adaptation

Literal translation Free translation Faithful translation Idiomatic translation

Semantic translation Communicative translation

Gambar 2: Diagram V

a. Word- for - Word Translation (Penerjemahan Kata demi Kata)

Metode penerjemahan ini merupakan penerjemahan yang dilakukan kata

demi kata dimana urutan kata dalam Bsu tetap dipertahankan tanpa

melihat konteks katanya.Tujuan utama dari metode ini adalah untuk

memahami mekanisme Bsu dan menafsirkan teks yang sulit pada proses

(35)

commit to user

xxxv

Contoh : Bsu = Saya akan pergi ke Bali besok

Bsa = I will go to Bali tomorrow.

b. Literal Translation (Penerjemahan Harfiah)

Pada penerjemahan harfiah struktur gramatikal Bsu dicari padanannya

yang paling dekat dengan Bsa, namun penerjemahan kata-kata leksikal

diterjemahkan tersendiri (diluar konteks). Hal ini sangat berbeda dengan

Catford (1974: 25) dimana dalam penerjemahan harfiah yang pada

awalnya diterjemahkan secara kata demi kata, di beberapa bagian lain

dilakukan perubahan sepenuhnya dengan beradaptasi pada Bsa yang

bertujuan untuk menghasilkan penerjemahan yang alami dalam Bsa.

Berbeda dengan kedua pendapat diatas, Nababan (2008: 9) menyatakan

bahwa Penerjemahan Harfiah (literal translation) terletak antara

penerjemahan kata demi kata dan penerjemahan bebas. Kegiatan

penerjemahan dilakukan dengan cara menyesuaikan susunan kata dalam

kalimat terjemahannya yang sesuai dengan kata dalam kalimat Bsa setelah

melakukan penerjemahan kata demi kata terlebih dahulu. Penerjemah

melakukan jenis penerjemahan ini jika struktur kalimat Bsu berbeda

dengan struktur kalimat Bsa. Sebagai contoh adalah:

Kalimat Bsu Terjemahan kata

demi kata

Terjemahan Harfiah

(36)

commit to user

xxxvi c. Faithful Translation (Penerjemahan Setia)

Penerjemahan setia berusaha untuk menghasilkan kembali makna

kontekstual penulis asli pada struktur gramatikal Bsa. Dalam hal ini

penerjemah lebih memihak penulis asli dalam Bsu meskipun

kadang-kadang hasil terjemahan dalam Bsa masih terasa kaku karena kewajaran

dalam penyampaian pesan tidak begitu diperhatikan.

Contoh : Bsu = It’s raining cats and dogs

Bsa = Hujan kucing dan anjing

Contoh tersebut sangat kaku dalam Bsu karena dalam Bahasa Indonesia

tidak mengenal konsep seperti itu, oleh karenanya kalimat tersebut

diterjemahkan menjadi “Hujannya seperti suara kucing dan anjing” namun

tetap saja masih terasa janggal karena orang Indonesia tidak merasakan

suara tersebut menyerupai suara hujan.

d. Semantic Translation (Penerjemahan Semantik)

Berbeda dengan penerjemahan setia yang terkesan kaku, penerjemahan

semantik merupakan penerjemahan yang lebih fleksibel dimana

penerjemah dapat menggunakan empatinya pada penulis asli selain itu

aspek keindahan dalam penerjemahan ini mula diperhatikan. Sebagai

(37)

commit to user

xxxvii

contoh adalah kalimat sapaan dalam bahasa jawa ‘Badhe tindak pundhi,

pakde?’ Kalimat tersebut bisa diungkapkan oleh dua orang pembicara yang berbeda yaitu oleh seorang anak kepada pakdenya (kakak dari ayah si

anak) atau bisa diungkapkan oleh siapa saja yang menyapa seorang

laki-laki setengah baya yang usianya lebih tua dari si pembicara sebagai

ungkapan kesopanan. Jika hal inilah yang dimaksud, maka kata ‘pakde’

jika diterjemahkan kedalam bahasa Inggris tidak bisa diterjemahkan

menjadi ‘uncle’ karena konteksnya berbeda. Kata tersebut cukup

diterjemahkan menjadi sir (pak).

e. Adaptation (Saduran)

Saduran merupakan sebuah metode penerjemahan yang bentuknya paling

bebas. Biasanya digunakan untuk drama, komedi, dan puisi dimana tema,

dan alur cerita, tetap dipertahankan, tapi tokoh-tokohnya disulih dengan

tokoh-tokoh lokal, misalnya ‘rubah’ disulih menjadi ‘kancil’. Perubahan

terjadi hanya pada aspek-aspek budaya agar sesuai dengan budaya yang

terdapat pada Bsa.

f. Free Translation (Penerjemahan Bebas)

Penerjemahan bebas menghasilkan terjemahan yang tidak terlalu

mengidahkan aturan-aturan bentuk bahasa yang terdapat pada teks Bsu

namun lebih mengutamakan pada isi atau makna dari Bsu tersebut.

Biasanya terjadi pada penerjemahan ungkapan atau peribahasa. Contoh

dari jenis penerjemahan ini adalah:

(38)

commit to user

xxxviii Bsa : Nongkrong

Peribahasa : Bsu : Make hay while the sun shines

Bsa : Sedia payung sebelum hujan

g. Idiomatic Translation (Penerjemahan Idiomatis)

Penerjemahan idiomatis menghasilkan pesan yang sesungguhnya dari

penulis asli namun cenderung merubah sedikit maknanya karena adanya

ungkapan-ungkapan idiomatis yang tidak terdapat dalam teks.

h. Communicative Translation (Penerjemahan komunikatif)

Pada metode yang terakhir ini penerjemah berusaha untuk menerjemahkan

makna kontekstual dari teks Bsu sedemikian rupa agar isi dan bahasanya

berterima dan dapat dipahami oleh para pembacanya. Penerjemahan

komunikatif sangat memperhatikan keefektifan bahasa penerjemahan.

Kalimat ‘Keep off the grass!’ misalnya, diterjemahkan menjadi ‘Dilarang

menginjak rumput’. Kata ‘keep off’ yang bermakna ‘tahan’ tidak

diterjemahkan sebagai mestinya melainkan diubah menjadi dilarang

menginjak karena dari segi pembaca kalimat tersebut lebih berterima.

Sementara itu ahli penerjemahan lain, Jacobson dalam Suryawinata dan

Hariyanto (2003: 33), menggunakan istilah metode dengan jenis. Menurutnya

jenis penerjemahan terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Intra Bahasa (Intralingual Translation)

Adalah sebuah jenis penerjemahan yang mengubah suatu teks yang

(39)

commit to user

xxxix

penerjemahan ini belum bisa dikatakan penerjemahan sesungguhnya karena

dilakukan dengan menggunakan bahasa yang sama. Sebagai contoh adalah

cerita yang berjudul ‘Romeo and Juliet’ karya Shakespeare yang ditulis dalam

bentuk novel berbahasa Inggris. Namun oleh penerjemah ditulis ulang dalam

bentuk dialog pada sebuah naskah film.

b. Antar Bahasa (Interlingual Translation)

Yaitu penerjemahan yang melibatkan dua bahasa dengan tujuan untuk

mengalihkan pesan dari Bsu ke dalam Bsa.

c. Intersemiotik (Intersemiotic Translation)

Jenis penerjemahan ini merupakan suatu penerjemahan yang meliputi

penafsiran sebuah teks ke dalam bentuk atau sistem tanda lain. Sebagai

contoh adalah penafsiran novel ‘Harry Potter’ menjadi film dengan judul

yang sama.

4. Teknik Penerjemahan

Dalam penerjemahan kita dituntut memecahkan persoalan-persoalan

penerjemahan pada tataran kata, kalimat atau paragraf. Cara

penanggulangannya disebut ‘teknik’ (Hoed, 2006:12). Hoed membaginya

menjadi 9 teknik, yaitu:

a. Transposisi

Transposisi yaitu suatu teknik penerjemahan yang mengubah struktur

kalimat agar dapat memperoleh terjemahan yang betul.

(40)

commit to user

xl b. Modulasi

Teknik modulasi memberikan padanan yang secara semantik berbeda

artinya atau cakupan maknanya, tetapi dalam konteks yang bersangkutan

memberikan pesan yang dimaksud.

Contoh: The laws of Germany govern this agreement Perjanjian

ini diatur oleh hukum Jerman.

c. Penerjemahan Deskriptif

Dalam teknik ini penerjemah membuat uraian yang berisi makna kata yang

bersangkutan, karena tidak menemukan padanan kata Bsu, baik karena

tidak tahu maupun karena tidak ada atau belum ada dalam Bsa.

Contoh: Licensed software Perangkat lunak yang dilisensikan.

d. Penjelasan Tambahan (Contextual Conditioning)

Teknik penerjemahan dengan memberi penjelasan tambahan adalah suatu

teknik yang memberikan kata-kata khusus untuk menjelaskan suatu kata

yang tidak dapat difahami, misalnya nama makanan dan minuman yang

dianggap asing oleh khalayak pembaca Bsa.

Contoh: He is fond of sushi with wasabi Ia suka sekali sushi dengan

bumbu wasabi.

e. Catatan Kaki

Teknik penerjemahan ini memberikan keterangan dalam bentuk catatan

kaki untuk memperjelas makna kata terjemahan, sebab tanpa kata

penjelasan tersebut kata terjemahan diperkirakan tidak akan dipahami

(41)

commit to user

xli

Contoh: All the software in your phone semua perangkat lunak dalam

telepon seluler.

* Ini adalah teks tentang Perjanjian Lisensi yang mengandung pengertian bahwa perangkat lunak itu dimasukkan ke dalam telepon sekluler dan bukan telepon biasa.

Tanpa penjelasan ini mungkin orang akan menganggap telepon biasa.

f. Penerjemahan Fonologis

Dalam teknik penerjemahan ini dibuat kata baru dengan mengambil bunyi

kata yang bersangkutan dalam Bsu untuk disesuaikan dengan sistem bunyi

(fonologi) dan ejaan (grafologi) Bsa.

Contoh: emitent miten; democratie (Belanda) demokrasi

g. Penerjemahan Resmi/ Baku

Teknik penerjemahan resmi langsung menggunakan sejumlah istilah,

nama dan ungkapan yang sudah baku atau resmi dalam Bsa.

Contoh: input masukan (umum), asupan (kedokteran), input (ekonomi,

teknik listrik).

h. Tidak diberikan Padanan

Teknik ini untuk sementara tidak mengutip bahasa aslinya karena belum

ditemukan terjemahannya dalam bsa.

Contoh: An on line “clip-wrap” licence suatu lisensi “on-line clip

wrap”.

i. Padanan Budaya

Teknik penerjemahan padanan budaya merupakan suatu teknik

menerjemahkan dengan memberikan padanan berupa unsur kebudayaan

(42)

commit to user

xlii

Contoh: “A” level exam (Inggris) ujian SPMB

Diplome de baccalaureat (Perancis) ijazah SMA (4.3.2)

Sementara itu Molina dan Albir (2002: 498 - 512) memberikan 18

klasifikasi teknik yang bisa diterapkan oleh seorang penerjemah.

Teknik-teknik tersebut meliputi :

a. Adaptasi (Adaptation)

Teknik ini bertujuan untuk mengganti unsur budaya pada Bsu ke

dalam Bsa.

Contoh: ‘Football’ dalam Bsu yang diterjemahkan menjadi

bal-balan dalam Bsa (Bahasa Jawa). b. Amplifikasi ( Amplification)

Teknik ini mengungkapkan pesan secara eksplisit atau memparafrase

suatu frase yang implisit dalam Bsu.

Contoh: ‘Spaghetti’ (Italian food) yang di terjemahkan menjadi

makanan italia berupa mie yang di sajikan dengan saus

daging tomat dan ditaburi dengan keju.

c. Peminjaman (Borrowing)

Borrowing merupakan suatu teknik menerjemahkan dimana

penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari bahasa sumber, baik

sebagai peminjaman murni (pure borrowing) atau peminjaman yang

telah dinaturalisasikan (naturalized borrowing).

Contoh: Blender menjadi blender (pure borrowing)

(43)

commit to user

xliii d. Calque (Calque)

Teknik ini merujuk pada penerjemahan secara literal, baik kata

maupun frasa dari bahasa sumber.

Contoh: ‘Formal Education’ diterjemahkan menjadi pendidikan

formal.

e. Kompensasi (Compensation)

Teknik penerjemahan dimana penerjemah memperkenalkan

unsur-unsur pesan atau informasi atau pengaruh stilistika teks Bsu di tempat

lain dalam teks Bsa.

Contoh:

Bsu : Enter, stranger, but take heed.

Of what awaits the sin of the greed.

Bsa : Masuklah, orang asing, tetapi berhati-hatilah

Terhadap dosa yang harus ditanggung orang serakah

f. Deskripsi (Description)

Teknik ini diterapkan untuk menggantikan sebuah istilah atau

ungkapan dengan deskripsi baik dalam bentuk maupun fungsinya.

Contoh: ‘Jaipong’ (Sundanese) menjadi ‘a Traditional Sundanese

dance performed in some traditional event’. g. Kreasi Discursive (Discursive Creation)

Teknik ini dimaksudkan untuk menampilkan kesepadanan sementara

yang tidak terduga atau keluar konteks. Teknik ini biasanya dipakai

(44)

commit to user

xliv

Contoh: Bsu : The Black Swan (Nassim Nicholas Taleb)

Bsa : Rahasia Terjadinya Peristiwa-Peristiwa Langka

Yang Tak Terduga.

h. Pemadanan yang Lazim (Established Equivalent)

Lebih cenderung untuk menggunakan istilah atau ekspresi yang

sudah dikenal (baik di dalam kamus maupun penggunaan kata

sehari-hari). Teknik ini mirip dengan penerjemahan secara harfiah.

Contoh: Bsu : Red rose

Bsa : Mawar merah

i. Generalisasi (Generalization)

Teknik ini lebih cenderung menggunakan istilah yang lebih umum

atau yang lebih netral dari istilah asing yang bersifat khusus.

Contoh: Bsu : Arcade

Bsa : Kanopi

j. Amplifikasi linguistik (Linguistic Amplification)

Teknik ini ditambah untuk menambah unsur-unsur linguistik dalam

teks Bsa agar lebih sesuai dengan kaidah Bsa. Teknik ini biasa

digunakan dalam ‘consecutive interpreting’ atau ‘dubbing’ (sulih

suara).

Contoh: Bsu : I get it

(45)

commit to user

xlv

k. Kompresi Linguistik (Linguistic Compression)

Merupakan teknik penerjemahan dengan cara mensintesa unsur-unsur

linguistik dalam teks Bsa yang biasanya diterapkan penerjemah

dalam pengalihbahasaan film (sub-titling).

Contoh: Bsu : You must find out!

Bsa : Carilah!

l. Modulasi (Modulation)

Dalam teknik ini penerjemah mengubah sudut pandang, fokus atau

kategori kognitif dalam kaitannya dengan dengan Bsu.

Contoh: Bsu : I cut my finger

Bsa : Jariku teriris

m. Partikulasi (Particularization)

Teknik ini lebih memfokuskan pada penggunan istilah yang lebih

kongkrit atau persis.

Contoh: Bsu : I meet the leader to confirm the campaign.

Bsa :Saya menemui pemimpin partai untuk

mengkonfirmasi kampanye.

n. Reduksi (Reduction)

Teknik ini memfokuskan pada pemadatan teks dari Bsu ke dalam

Bsa. Teknik ini merupakan kebalikan dari amplifikasi.

Contoh: Bsu : Keep fighting spirit!

(46)

commit to user

xlvi o. Subtitusi (Subtitution)

Teknik ini adalah mengubah unsur-unsur linguistik ke paralinguistik

(yang berhubungan dengan intonasi dengan isyarat tubuh) dan

sebaliknya. Teknik ini biasanya dipakai dalam pengalihbahasaan

secara lisan.

Contoh : Bsu : He shakes his head

Bsa : Dia tidak setuju.

p. Transposisi (Transposition)

Teknik ini adalah mengubah kategori gramatikal. Teknik ini sama

dengan teknik pergeseran kategori, struktur dan unit.

Contoh: Bsu : You must get the money

Bsa : Uang itu harus kamu dapatkan.

q. Variasi (Variation)

Teknik ini adalah mengubah unsur-unsur linguistik dan paralinguistik

yang mempengaruhi variasi linguistik perubahan tone secara tekstual,

gaya bahasa, dialek sosial, dan juga dialek geografis. Biasanya teknik

ini diterapkan dalam penerjemahan drama.

Contoh: Bsu : Hello, babe?

Bsa : Halo, cewek?

5. Transposisi

Transposisi merupakan pergeseran bentuk. Catford menyebutnya sebagai

(47)

commit to user

xlvii

menyebutnya sebagai ‘transposition’. Pergeseran atau ‘shift’ yang dimaksud

adalah suatu prosedur penerjemahan yang melibatkan pengubahan bentuk

gramatikal dari Bsu ke Bsa. Seperti yang dinyatakan oleh Newmark (1988:

85-89) “a translation procedure involving in the grammar from SL to TL”.

Sedangkan Catford (1965: 73) menyatakan “By shift we mean departures from

formal correspondence in the process of going from the SL to the TL”. Newmark membagi transposisi menjadi beberapa tipe yaitu:

a. Perubahan dari bentuk tunggal menjadi jamak.

Contoh: Bsu : Clean the furniture, please!

Bsa : Tolong bersihkan mebel-mebel tersebut!

b. Pergeseran terjadi ketika struktur gramatika Bsu tidak terdapat

dalam Bsa.

Contoh: Bsu : The grass needs cutting

Bsa :Rumput itu harus di potong.

c. Pergeseran tipe ketiga adalah pergeseran dimana penerjemahan

harfiah dilakukan secara gramatikal. Namun tidak sesuai dengan

penggunaan yang wajar dalam Bsa.

Contoh: Bsu : The situation remains critical

Bsa : Situasinya masih genting.

Sementara itu, Vinay dan Darbelnet yang terdapat dalam Newmark (1988:

86) menawarkan beberapa kemungkinan pergeseran yang berbeda dalam

penerjemahan. Berikut beberapa versi transposisi menurut Vinay dan Darbelnet:

(48)

commit to user

xlviii

Contoh: Bsu : I attempt to be the winner

Bsa : Usaha saya untuk menjadi juara

b. Konjungsi dalam Bsu berubah menjadi Kata sifat dalam Bsa.

Contoh: Bsu : The book is such an exclusive one that I like it.

Bsa :Saya menyukai buku yang begitu ekslusif

tersebut.

c. Klausa dalam Bsu berubah menjadi kelompok nomina dalam Bsa.

Contoh: Bsu : I got a nice vacation.

Bsa : Liburan yang menyenangkan.

d. Kelompok verbal dalam Bsu berubah menjadi verba.

Contoh: Bsu : I have just got the bag washed by my sister.

Bsa : Tas saya dicuci adik saya.

e. Kelompok nomina dalam Bsu berubah menjadi nomina dalam Bsa.

Contoh: Bsu : I drink a cup of bitter hot green Chinese tea.

Bsa : Saya minum secangkir teh.

f. Kalimat kompleks dalam Bsu berubah menjadi kalimat sederhana

dalam Bsa.

Contoh: Bsu : I was swimming with my daughter in the swimming

pool at 5.pm yesterday when you called me. Bsa : Saya kemarin berenang.

g. Tipe transposisi terakhir adalah pergeseran untuk mengisi

kekosongan kosa kata dengan menggunakan struktur gramatikal.

(49)

commit to user

xlix

berbeda dapat dianggap sebagai pilihan gaya bahasa. Oleh karenanya

kalimat yang kompleks dapat diubah secara normal menjadi kalimat

koordinat atau diubah menjadi dua kalimat sederhana.

Contoh: Bsu : He is (may be) very pleasant, but his wife is

arrogant.

Bsa : Dia menyenangkan tapi istrinya tidak.

Sementara itu Machali (2000: 63-68) membagi trasposisi menjadi empat

jenis, yaitu:

a. Pergeseran bentuk wajib dan otomatis yang disebabkan oleh sistem

dan kaidah bahasa. Dalam hal ini penerjemah tidak mempunyai

pilihan lain selain melakukannya.

 Beberapa nomina jamak dalam bahasa Inggris menjadi

tunggal dalam bahasa Indonesia.Contoh:

Bsa : a pair of trousers

Bsu : sebuah celana

 Pengulangan adjektiva atau kata sifat dalam bahasa

Indonesia yang maknanya menunjukkan variasi yang

tersirat dalam adjektiva menjadi penjamakan nominanya

dalam Bahasa Inggris. Contoh:

Bsu : Rumah di Jakarta bagus-bagus

Bsa : The houses in Jakarta are built beautifully.

 Adjektiva + nomina menjadi nomina + pemberi sifat.

(50)

commit to user

l

Bsu : beautiful woman

Bsa : wanita (yang) cantik

b. Pergeseran yang dilakukan apabila suatu struktur gramatikal dalam

Bsu tidak ada dalam Bsa.

 Peletakkan objek di latar depan dalam bahasa Indonesia

tidak ada dalam konsep struktur grammatikal bahasa

Inggris, kecuali dalam kalimat pasif atau struktur khusus,

sehingga terjadi pergeseran bentuk menjadi struktur kalimat

berita biasa. Contoh:

Bsu : Buku itu harus kita bawa

Bsa : We must bring the book

 Peletakkan verba di latar depan dalam bahasa Indonesia

tidak lazim dalam struktur bahasa Inggris, kecuali dalam

kalimat imperatif. Maka padanannya menjadi struktur

kalimat berita biasa. Contoh:

Bsu : Telah disahkan penggunaanya

Bsa : Its usage has been approved.

c. Pergeseran yang dilakukan karena alasan kewajaran

pengungkapan.

 Nomina/frase nomina dalam Bsu menjadi verba dalam Bsa.

Contoh:

Bsu : …to train intellectual men for the persuits of an

(51)

commit to user

li

Bsa : …untuk melatih para intelektual untuk mengejar

kehidupan intelektual.

 Gabungan adjektiva bentukan dengan nomina atau frasa

nominal dalam Bsu menjadi nomina + nomina dalam Bsa.

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia

Adj + nomina nomina + nomina

Medical student mahasiswa kedokteran

 Klausa dalam bentuk partisipium (bergaris bawah) dalam

Bsu dinyatakan secara penuh dan eksplisit dalam Bsa.

Contoh:

Bsu : The approval signed by the doctor is valid

Bsa : Persetujuan yang ditandatangani oleh…..

 Frase nominal dengan adjektiva bentukan dari verba (tak)

transitif dalam Bsu menjadi nomina + klausa dalam Bsa.

Contoh:

Adjektiva + nomina nomina + klausa

Thinking person orang yang berpikir

 Semua struktur yang oleh Catford (1965: 8) disebut

pergeseran kelas adalah transposisi. Contoh:

Bsu : The neighbours were hostile to the family.

Bsa : Para tetangga itu memusuhi keluarga tersebut

(52)

commit to user

lii

d. Pergeseran yang dilakukan untuk mengisi kerumpangan kosa kata

(termasuk perangkat tekstual seperti /-pun/ dalam Bahasa

Indonesia) dengan menggunakan suatu struktur grammatikal.

 Suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam Bsu yang

dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam Bsa.

Contoh:

Bsu : Perjanjian inilah yang diacu.

Bsa : It is this agreement which is referred to (not

anything else)

 Pergeseran unit dalam ‘istilah’ Catford (1965) termasuk

dalam transposisi jenis ini yaitu misalnya dari kata menjadi

klausa, frase menjadi klausa, dan sebagainya, yang sering

kita jumpai dalam penerjemahan kata-kata lepas bahasa

Inggris. Contoh:

- Adept : sangat terampil

- Amenity : sikap ramah tamah, tata karma, sopan santun.

- Deliberate : dengan sengaja, tenang dan berhati-hati.

6. Modulasi

Modulasi adalah sebuah variasi terhadap perubahan sudut pandang dan

perspektif atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan Bsu. Hal ini senada

(53)

commit to user

liii

adalah “a variation through a change of view point, of perspektifve (éclairage)

and very often of category of thought.” Sedangkan menurut Hoed (2006: 74) modulasi merupakan pemberian padanan oleh penerjemah secara semantik

berbeda sudut pandang artinya cakupan maknanya, tetapi dalam konteks yang

bersangkutan memberikan pesan/ maksud yang sama. Hal tersebut dapat dilihat

pada contoh berikut:

Bsu : The laws of Germany govern this Agreement.

Bsa : Perjanjian ini diatur oleh hukum Jerman.

Dalam contoh diatas kita melihat makna pasif menerjemahkan makna aktif

atau sudut pandang aktif diterjemahkan menjadi pasif.

Sementara itu Suryawinata dan Hariyanto (2003: 75) menyatakan bahwa

modulasi adalah strategi untuk menerjemahkan kata, frase atau kalimat. Hal ini

dilakukan jika penerjemahan kata-kata dengan makna literal tidak

menghasilkan terjemahan yang wajar dan luwes. Sebagai contoh adalah:

Bsu : Tiada banding

Bsa : There was no comparison

Pada contoh diatas penerjemah memandang makna kalimat secara

keseluruhan berbeda dengan penulisnya. Kalimat Bsu mementingkan orang

yang diajak berbicara, yang diperintah. Akan tetapi terjemahannya

mementingkan kenyataan yang dibicarakan, yaitu tidak ada bandingannya.

Disini frase verba diganti dengan frase nomina. Ahli penerjemahan lain,

(54)

commit to user

liv

Newmark (1998) yang menamai modulasi menjadi modulasi wajib dan

modulasi bebas.

Modulasi wajib dilakukan apabila suatu kata, frase ataupu struktur tidak

ada padanannya dalam Bsa sehingga perlu dimunculkan. Berikut beberapa

contohnya:

a. Pasangan kata dalam Bsu yang salah satunya saja ada dalam Bsa.

Contoh: Kata lessor dan lessee dalam bahasa Inggris.

Biasanya kata lessee diterjemahkan sebagai ‘penyewa’ tetapi

padanan untuk kata lessor tidak ada. Maka padanannya dapat dicari

dengan mengubah sudut pandangnya atau dicari kebalikannya:

‘Orang/pihak yang menyewakan atau pemberi sewa’.

b. Struktur aktif dalam Bsu menjadi pasif dalam Bsa dan sebaliknya.

Contoh:

Infinitive of purpose dalam bahasa Inggris:

Bsu : The problem is hard to solve

Bsa : Masalah itu sukar (untuk) dipecahkan (kaya

‘untuk’ bersifat manasuka)

 Konstruksi pasif nol dalam bahasa Indonesia menjadi

konstruksi aktif dalam bahasa Inggris.

Bsu : laporan itu akan saya sampaikan besok pagi

Bsa : I will submit the report tomorrow morning

c. Struktur subjek yang dibelah dalam bahasa Indonesia perlu

(55)

commit to user

lv Contoh:

 Bsu : Buku tersebut telah disahkan penggunaannya oleh

Dikti.

Bsa : The use of the book has been approved by Dikti.

 Bsu : Gerakan Nonblok dituntut peranannya.

Bsa : The role of the Non-aligned Movement has been

persued.

Sedangkan modulasi bebas adalah prosedur penerjemahan yang dilakukan

karena alasan linguistik, misalnya untuk memperjelas makna menimbulkan

kesetalian dalam Bsa, dan sebagainya. Berikut beberapa contohnya:

a. Menyatakan secara tersurat dalam Bsa apa yang tersirat dalam bsu.

Bsu : ‘These conflicts, which more often that not have regional

causes…’ (perhatikan kata-kata yang bergaris bawah).

Bsa : Konflik-konflik ini yang lebih sering disebabkan oleh

sebab-sebab regional … (perhatikanlah bahwa penerjemah

tidak menerjemahkan kata than not).

b. Frase prepositional sebab-akibat dalam Bsu menjadi Klausa sebab

akibat dalam Bsa.

Bsu : We all suffer from the consequences of environmental

degradation.

Bsa :Kita semua menderita karena (adanya) penurunan mutu

lingkungan.

Gambar

Gambar 1: Proses penerjemahan.
Gambar 2: Diagram V
Tabel: 2  Tabel Nilai Keakuratan Transposisi
Tabel : 3  Tabel Nilai keberterimaanTransposisi
+3

Referensi

Dokumen terkait