• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.10 Metode Penetapan Harga Pokok Produksi

biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai dalam proses produksi.

b. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja untuk proses produksi terbagi menjadi dua, yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dibayarkan kepada tenaga kerja langsung. Istilah tenaga kerja langsung digunakan untuk menunjuk tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi langsung atau bahan baku menjadi barang jadi. Sedangkan, biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.

c. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Contoh biaya overhead pabrik antara lain: bahan tak langsung (misalnya: bahan bakar dan bahan pembersih), biaya reparasi dan pemeliharaan, biaya penyusutan, biaya listrik, dan biaya telepon.

2.10 Metode Penetapan Harga Pokok Produksi

2.10.1 Metode Konvensional

Menurut Mulyadi (2003:17), dalam memperhitungkan biaya-biaya ke dalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan yaitu: full costing dan variable costing. Metode full costing merupakan metode penetapan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi baik yang bersifat variabel maupun tetap. Harga pokok produksi yang dihitung dengan menggunakan metode

26 full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, dan biaya overhead pabrik tetap), kemudian ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum). Sedangkan, metode variable costing merupakan metode penetapan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel. Harga pokok produksi yang dihitung dengan menggunakan metode variable costing dari harga pokok variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel). Kemudian ditambah dengan biaya non produksi variabel (biaya pemasaran variabel, biaya administarasi dan umum variabel), dan biaya periode (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap).

Metode full costing lebih baik digunakan karena dapat membantu manajemen dalam membuat keputusan jangka panjang. Selain itu, metode full costing mempunyai keunggulan dibandingkan dengan metode variabel costing karena dapat mengidentifikasi dengan lebih cermat setiap jenis biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sedangkan, metode variabel costing baik digunakan hanya untuk mengambil keputusan jangka pendek. Metode ini kurang tepat digunakan utnuk mengidentifikasi setiap biaya yang dikeluarkan secara cermat karena hanya memperhitungkan biaya variabel saja. Metode full costing dan variable costing merupakan metode konvensional yang berdasarkan volume, dan yang sering digunakan oleh perusahaan adalah metode full costing.

Kelebihan dari metode konvensional adalah mudah diterapkan, mudah diaudit dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Sistem ini

27 tidak banyak menggunakan cost driver (pemicu biaya) dalam mengalokasikan biaya overhead sehingga hal ini memudahkan bagi manajemen perusahaan untuk melakukan perhitungan. Selain itu, sistem ini telah lama diterapkan sehingga tidak terlalu sulit untuk mengadakan penyesuaian terhadap sistem ini. Kelemahan dari metode konvensional adalah secara potensial mendistorsi biaya produk. Hal ini terjadi karena biaya dialokasikan secara tidak langsung kepada produk dengan menggunakan suatu dasar yang tidak sempurna dengan konsumsi sumberdaya sesungguhnya. Total komponen biaya overhead dalam suatu biaya produk senantiasa terus meningkat, dimana pada saat persentase biaya overhead semakin besar maka distorsi biaya juga semakin besar.

2.10.2 Metode Activity Based Costing

2.10.2.1 Pengertian Activity Based Costing

Menurut Mulyadi (2003:53), activity based costing adalah metode yang dimulai dari pengelompokan aktivitas-aktivitas produksi untuk memproduksi suatu produk. Definisi lain, menurut Gaspersz (2006:156), activity based costing adalah metode yang mengukur biaya suatu produk (barang atau jasa) individual berdasarkan aktivitas-aktivitas yang menghasilkan produk tersebut. Witjaksono (2006: 208), mendefinisikan activity based costing adalah suatu metode akuntansi biaya di mana pembebanan harga pokok produksi merupakan penjumlahan seluruh biaya aktivitas yang menghasilkan (produksi) barang atau jasa. Aktivitas atau transaksi yang menyebabkan terjadinya biaya produk barang atau jasa disebut sebagai cost driver.

28 2.10.2.2 Konsep Dasar Activity Based Costing

Menurut Mulyadi (2003:52), terdapat dua konsep dasar yang melandasi sistem activity based costing, yaitu:

1. Cost in caused

Suatu biaya mempunyai penyebab dan penyebab biaya adalah aktivitas. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya akan menempatkan perusahaan pada posisi dapat mempengaruhi biaya.

2. The causes of cost can be managed

Penyebab terjadinya biaya yaitu aktivitas, dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya, perusahaan dapat mempengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas.

2.10.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Activity Based Costing

Menurut Garrison dkk (2006: 471), kelebihan sistem activity based costing adalah:

1. Kalkulasi biaya berdasarkan aktivitas memberikan ukuran biaya yang lebih rinci daripada metode alokasi menyeluruh atau departemen.

2. Kalkulasi biaya berdasarkan kegiatan dapat membantu pihak pemasaran dengan memberikan angka biaya produk yang lebih akurat untuk digunakan dalam pengambilan keputusan tentang penetapan harga.

29 3. Bagian produksi juga mendapat manfaat karena kalkulasi biaya berdasarkan kegiatan memberikan informasi yang lebih baik tentang berapa biaya setiap kegiatan. Metode kalkulasi biaya berdasarkan kegiatan juga dapat mengidentifikasi penggerak biaya (cost driver) yaitu kegiatan yang menimbulkan biaya yang sebelumnya tidak diketahui.

Sedangkan, kelemahan metode activity based costing menurut Garrison dkk (2006: 472) adalah:

1. Activity based costing adalah proyek besar yang membutuhkan sumber daya yang besar dan mahal.

2. Activity based costing menghasilkan angka yang berbeda dengan angka yang dihasilkan oleh metode tradisional, tetapi manajer terbiasa menggunakan sistem perhitungan biaya tradisional untuk menjalankan operasinya, pada intinya activity based costing mengubah aturan perusahaan yang cenderung mendapat perlawanan dari karyawan.

2.10.2.4 Tahapan Penerapan Activity Based Costing

Menurut Hansen dan Mowen (2009:177), berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat diketahui bahwa metode activity based costing menitikberatkan pada aktivitas yaitu apa yang dilakukan oleh tenaga kerja dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dimana aktivitas ini mengonsumsi sumber daya perusahaan. Tahapan penerapan activity based costing terdiri dari dua tahap, yaitu:

30 1. Tahap Pertama

Tahap pertama dapat diterapkan dalam perusahaan dengan melakukan pembebanan biaya overhead pada aktivitas dengan melakukan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi biaya ke dalam berbagai aktivitas. Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap sejumlah aktivitas yang dianggap menimbulkan biaya dalam memproduksi barang atau jasa dengan cara membuat secara rinci tahap proses aktivitas produksi sejak menerima barang sampai dengan pemeriksaan akhir barang jadi dan siap dikirim ke konsumen.

b. Menentukan berapa banyak biaya untuk melakukan aktivitas. Aktivitas yang menyebabkan terjadinya biaya atau pemicu biaya (cost driver). Dalam sistem ini, cost driver yang merupakan dasar yang digunakan untuk melihat seberapa besar sumber daya yang dibutuhkan.

Cost driver adalah setiap aktivitas yang menimbulkan biaya. Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. c. Menggabungkan biaya aktivitas yang dikelompokkan untuk mendefinisikan

kelompok. Biaya untuk masing-masing kelompok dijumlahkan sehingga dihasilkan total biaya untuk tiap-tiap kelompok.

d. Menghitung tarif per aktivitas. Dihitung dengan cara membagi jumlah total biaya pada masing-masing kelompok dengan jumlah cost driver.

31 2. Tahap kedua

Tahap selanjutnya dari proses activity based costing dalam perusahaan adalah melakukan perhitungan biaya overhead yang dibebankan pada produk, dengan cara sebagai berikut:

Overhead yang dibebankan = tarif aktivitas x cost driver tiap produk

Tahap terakhir yaitu menghitung harga pokok produksi untuk masing-masing jenis produk yang dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Dokumen terkait