• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.4 Teknik Produksi Benih Padi Bersertifikat

Teknik produksi benih yang dianjurkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat (2016:1) adalah sebagai berikut :

1. Pemilihan Lokasi

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi diantaranya adalah: kemudahan akses ke lokasi produksi (kondisi jalan, transportasi), kondisi fisik lokasi dan isolasi. Lahan untuk produksi benih sebaiknya adalah lahan bera atau lahan yang sebelumnya ditanami varietas yang sama. Kondisi lahan subur dengan

12 air irigasi dan saluran drainase yang baik, bebas dari sisa-sisa tanaman atau varietas lain. Isolasi jarak minimal antara 2 varietas yang berbeda adalah 3 meter. 2. Persemaian

Luas lahan yang ideal untuk persemaian adalah 4% dari luas areal pertanaman atau sekitar 400 m² per hektar dan kebutuhan benih untuk 1 hektar areal pertanaman adalah 10-20 kg. Lahan terbaik untuk produksi benih termasuk untuk persemaiannya adalah lahan yang ditanami dengan varietas yang sama pada musim sebelumnya. Pembuatan persemaian dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Pengolahan lahan pertama dengan cara mencangkul atau membajak dan membiarkan lahan dalam kondisi macak-macak selama minimal 2 hari, kemudian dibiarkan mengering sampai 7 hari. Setelah itu, pengolahan lahan kedua dengan cara meratakan lahan dan membersihkan lahan dari tanaman lain yang tumbuh liar dan gulma.

b. Pembuatan bedengan dengan tinggi 5-10 cm, lebar 110 cm dan panjang disesuaikan dengan ukuran petak dan kebutuhan.

c. Pemberian pupuk persemaian yaitu pupuk urea, TSP, dan KCl dengan ukuran masing-masing sebanyak 15 g/m².

d. Sebelum dilakukan penebaran benih di lahan, sebaiknya dilakukan perendaman benih terlebih dahulu selama 24 jam, kemudian pemeraman selama 24 jam.

e. Benih yang mulai berkecambah kemudian disebar di lahan persemaian dengan kerapatan antara 0,5-1,0 kg per 20 m².

13 3. Penanaman

Benih padi dipindahkan ke lahan pertanaman pada saat berumur 15-21 hari setelah persemaian. Bibit yang ditanam sebaiknya mempunyai umur fisiologi bibit yang sama. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 25x25 cm atau 20x20 cm, tetapi tergantung pada varietas yang ditanam dengan 1 bibit per lubang pada kedalaman 1-2 cm. Setelah itu, mengairi lahan pertanaman sekitar 2-3 cm selama 3 hari untuk mendorong pertumbuhan anakan baru, kemudian air pada lahan dibuang sampai kondisi macak-macak dan dipertahankan selama 10 hari. Setelah itu, dilakukan kegiatan penyulaman pada 7 hari setelah tanam dengan menggunakan bibit dari varietas dan umur yang sama.

4. Pemupukan

Kesuburan lahan beragam antar lokasi karena perbedaan sifat fisik dan kimianya. Dengan demikian, kemampuan lahan untuk menyediakan hara bagi tanaman juga berbeda-beda. Pemupukan dimaksudkan untuk menambah penyediaan hara sehingga mencukupi kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Takaran pupuk hendaknya disesuaikan dengan kondisi lahan setempat agar efisien. Anjuran umum untuk dosis dan waktu pemupukan adalah sebagai berikut: 120-240 kg urea, 100-120 kg SP36, dan 100-150 kg KCl per hektar dengan waktu pemberian sebagai berikut:

a. Pupuk dasar (saat tanam): Urea (40-80 kg/ha) + SP36 (100-120 kg/ha). b. Pupuk susulan I (4 MST): Urea (40-80 kg/ha) + KCl (50-75 kg/ha). c. Pupuk susulan II (7 MST): Urea (40-80 kg/ha) + KCl (50-75 kg/ha).

14 5. Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu oleh gulma. Penyiangan dilakukan paling sedikit 2 atau 3 kali tergantung pada keadaan gulma. Penyiangan dapat dilakukan pada saat pemupukan susulan pertama atau kedua. Hal ini dimaksudkan agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi karena gulma sudah dikendalikan.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit merupakan faktor penting yang menyebabkan suatu varietas tidak mampu berproduksi seperti yang diharapkan. Pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara terpadu.

7. Roguing atau Seleksi

Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian genetik yang tinggi. Oleh karena itu, roguing perlu dilakukan dengan benar dan dimulai mulai fase vegetatif sampai akhir pertanaman. Roguing dilakukan untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi benihnya. Roguing atau seleksi tanaman atau rumpun yang menyimpang dilakukan pada beberapa tahap yaitu: a. Stadia vegetatif awal (35-45 HST).

b. Stadia vegetatif akhir atau anakan maksimum (50-60 HST). c. Stadia generatif awal atau berbunga (85-90 HST).

15 8. Panen dan Pengolahan Benih

Waktu panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis atau sekitar 90-95% malai telah menguning. Benih padi ketika baru dipanen masih tercampur dengan kotoran fisik. Oleh karena itu, bila pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan, masalah mutu benih padi setelah panen biasanya berhubungan dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih.

Salah satu variabel dari mutu fisiologis benih yang mulai menarik perhatian petani adalah status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman normal dalam kisaran kondisi lapang yang lebih luas. Untuk menjamin ini, maka cara panen yang baik, perontokan, pembersihan, dan cara pengeringan gabah untuk benih akan menentukan mutu benih. Faktor yang paling utama adalah pengeringan benih hingga kadar air mencapai 10-12%. Setelah menjadi benih dan siap simpan, benih harus dikemas secara baik dan disimpan ditempat dengan kondisi khusus untuk penyimpanan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses panen dan pengolahan benih adalah sebagai berikut:

a. Persiapan Panen

Lahan pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen apabila sudah dinyatakan lulus sertifikasi lapangan oleh BPSB (Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih). Sebelum panen dilakukan, semua malai dari kegiatan roguing harus dikeluarkan dari areal yang akan dipanen. Hal ini untuk menghindari tercampurnya benih dengan malai sisa roguing. Selain itu, perlu disiapkan

16 peralatan yang akan digunakan panen (sabit, karung, terpal, alat perontok (threser), tempat atau alat pengering serta alat-alat yang akan digunakan untuk panen dibersihkan.

b. Proses Panen

Panen dapat dilakukan dengan memotong tengah jerami padi kemudian dirontokan dengan threser atau digebot. Benih kemudian dimasukan ke dalam karung dan diberi label yang beris: nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman dan berat calon benih, lalu diangkut ke ruang pengolahan benih.

c. Pengeringan Benih

Penurunan kadar air harus segera dilakukan karena pada umumnya benih masih mempunyai kadar air panen yang tinggi. Pengeringan benih dapat dilakukan dengan cara penjemuran dan pastikan lantai jemur bersih dan mmeberikan jarak yang cukup antar benih dari varietas yang berbeda. Gunakan alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu tinggi di bagian bawah hamparan. Lakukan pengukuran suhu pada hamparan benih yang dijemur dan kadar air benih setiap 2-3 jam sekali serta catat data suhu hamparan dan kadar air benih tersebut. Pengeringan dilakukan hingga mencapai kadar air yang memenuhi standar mutu benih bersertifikat (13% atau lebih rendah).

d. Pengolahan Benih

Pengolahan benih pada umumnya meliputi pembersihan benih. Tujuan pembersihan ini selain memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, maupun daun padi) juga untuk membuang benih hampa. Pembersihan benih dapat

17 dilakukan penggunaan mesin pembersih benih seperti air screen cleaner atau aspirator akan meningkatkan efisiensi pengolahan.

e. Pengemasan Benih

Pengemasan benih bertujuan untuk mempermudahkan di dalam penyaluran atau transportasi benih dan juga untuk melindungi benih selama penyimpanan terutama dalam mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan hama. Oleh karena itu, efektifitas atau tidaknya kemasan sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam mempertahankan kadar air, viabilitas benih dan serangan hama. Pengemasan sementara selama pengolahan benih berlangsung atau setelah selesai pengolahan sampai menunggu hasil uji lab keluar dan label selesai dicetak yaitu dengan cara benih dapat dikemas dalam karung plastik yang dilapis dengan kantong plastik di bagian dalamnya. Sedangkan, untuk tujuan pemasaran benih, benih sebaiknya dikemas dengan menggunakan kantong plastik tebal 0,08 mm atau lebih dan di-sealed. Pengemasan dilakukan setelah hasil uji lab terhadap contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB (Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih) dan label selesai dicetak. Label benih dimasukan ke dalam kemasan sebelum di-sealed. Pengemasan dan pemasangan label benih harus dilakukan sedemikian rupa, agar mampu menghindari adanya tindak pemalsuan.

f. Penyimpanan Benih

Kondisi penyimpanan yang baik adalah kondisi penyimpanan yang mampu mempertahankan mutu benih sepanjang mungkin selama periode simpan. Daya simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik benih, mutu benih awal simpan dan kondisi ruang simpan. Oleh karena itu, hanya benih yang bermutu tinggi yang

18 layak untuk disimpan. Sedangkan kondisi ruang yang secara nyata berpengaruh terhadap daya simpan benih adalah suhu dan kelembaban ruang simpan.

Dokumen terkait