• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA

H. Metode Pengadaan Barang dan Jasa

dengan demikian nilainya berdasarkan harga pasar, termasuk E-purchasing.

31. Tender Terbatas adalah Metode Pengadaan Barang dan Jasa dengan cara memilih salah satu dari sekurang-kurangnya 2 (dua) Penyedia pada DRJR yang diundang untuk melakukan Pengadaan dan dilakukan melalui aplikasi e-Procurement PT Jasa Raharja (Persero).

32. Penunjukan Langsung adalah Metode Pengadaan Barang dan Jasa yang dilakukan dengan menunjuk 1 (satu) Penyedia yang memenuhi persyaratan tertentu dan telah terdaftar ataupun belum terdaftar dalam DRJR, serta dilakukan melalui aplikasi e-Procurement Penunjukan Langsung PT Jasa Raharja (Persero).

33. Tender adalah Metode Pengadaan Barang dan Jasa untuk mendapatkan Penyedia

melalui pengumuman secara luas sekurang-kurangnya pada 1 (satu) media massa dan situs (website) e-procurement PT Jasa Raharja (Persero) sehingga dapat diikuti oleh Penyedia yang berminat dan sudah terdaftar dalam DRJR.

34. E-Purchasing adalah tata cara pembelian Barang dan Jasa melalui sistem Katalog Elektronik baik yang dimiliki oleh PT Jasa Raharja (Persero) ataupun sistem Katalog Elektronik lain yang diselenggarakan oleh Lembaga Negara, Kementerian, atau BUMN Lainnya seperti LKPP.

35. Daftar Hitam (blacklist) adalah daftar nama perusahaan yang oleh PT Jasa Raharja (Persero) dikategorikan sebagai Penyedia yang melakukan tindakan pelanggaran dalam proses atau pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa.

36. Dokumen Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan, Surat Perintah Kerja atau Surat

Pesanan adalah dokumen yang berkaitan dengan Pengadaan Barang dan Jasa

berupa perikatan tertulis berikut seluruh lampirannya yang memuat persyaratan dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang terkait.

37. Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah tersebut, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

38. Panitia Pengadaan Tanah dan/atau Bangunan Jadi adalah sejumlah personil yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan pengadaan tanah dan/atau bangunan jadi untuk tanah dan/atau bangunan kantor/rumah dinas jabatan atau gedung lainnya.

39. Pakta Integritas (letter of undertaking) adalah surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pelaksana Pengadaan/Tim/Panitia Pengadaan dan peserta pengadaan, yang berisi ikrar untuk melaksanakan pengadaan sesuai dengan ketentuan Pengadaan Barang dan Jasa yang berlaku.

40. Pekerjaan Kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi, dan menggunakan peralatan yang didesain khusus. 41. Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan melepaskan

hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan imbalan tertentu. Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah tersebut dilakukan berdasarkan prinsip penghormatan terhadap hak atas tanah. 42. Pemegang Hak atas Tanah adalah orang atau badan hukum yang mempunyai hak

atas tanah menurut Undang-Undang Pokok Agraria, termasuk bangunan, tanaman dan/atau benda-benda lainnya yang terkait dengan tanah yang bersangkutan.

43. Pengadaan Barang dan Jasa multi-years adalah Pengadaan Barang dan Jasa yang sifat pekerjaannya memiliki jangka waktu penyelesaian/pelaksanaan lebih dari 1 (satu) tahun anggaran.

44. repeat order adalah Pengadaan Barang dan Jasa yang merupakan pengadaan/pembelian berulang.

45. Pengadaan Tanah dan/atau Bangunan Jadi adalah kegiatan untuk memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan jadi dengan cara memberikan imbalan kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah dan/atau bangunan jadi atau gedung lain yang bersangkutan, termasuk tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan perolehan tanah dan/atau bangunan.

46. Surat Permintaan Penawaran Harga (SPPH) adalah surat permintaan penawaran harga yang ditujukan kepada Penyedia yang terundang, sekurang-kurangnya berisikan tentang rincian spesifikasi Barang dan Jasa serta jumlah/volume pekerjaan. 47. Surat Penawaran Harga (SPH) adalah surat dari Penyedia terundang yang ditujukan kepada Pelaksana Pengadaan sekurang-kurangnya berisi tentang rincian harga dan spesifikasi Barang dan Jasa serta jumlah/volume pekerjaan yang ditawarkan.

48. Surat Jaminan adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat(unconditional), yang dikeluarkan oleh Bank Umum, Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Penjaminan, yang diserahkan oleh Penyedia kepada perusahaan pemberi pekerjaan (bouwheer) untuk menjamin terpenuhinya kewajiban Penyedia. 49. Surat Penunjukan Penyedia Barang dan Jasa (SPPB/J) adalah Surat yang

diterbitkan oleh Pelaksana Pengadaan kepada pemenang pengadaan yang dilakukan melalui metode pengadaan Tender atau Tender Terbatas sebagai Pelaksana Pekerjaan.

50. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) adalah Surat yang diterbitkan oleh Pelaksana Pengadaan kepada Penyedia yang dilakukan melalui metode penunjukan langsung pada penanganan darurat sebagai acuan Pelaksana Pekerjaan untuk memulai

pekerjaan.

51. Surat Pernyataan Kesanggupan Melakukan Pekerjaan (SPKMP) adalah Surat yang dibuat oleh Pelaksana Pekerjaan yang menyatakan kesanggupan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Spesifikasi/Ruang Lingkup Pekerjaan yang ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS) .

52. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

B. Tujuan Pengaturan Pengadaan Barang dan Jasa

Tujuan pengaturan mengenai Pengadaan Barang dan Jasa ini adalah:

1. menghasilkan Barang dan Jasa yang tepat kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi, dan penyedia;

2. mendukung penciptaan nilai tambah di BUMN; 3. meningkatkan efisiensi;

4. menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan; 5. meningkatkan kemandirian, tanggung jawab, dan profesionalisme;

6. mewujudkan pengadaan yang menghasilkan value for money dengan cara yang fleksibel dan inovatif namun tetap

7. kompetitif, transparan, akuntabel dilandasi etika pengadaan yang baik; 8. meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri;

9. meningkatkan peran pelaku usaha nasional;

10. meningkatkan sinergi antar BUMN, Anak Perusahaan, dan/ atau Perusahaan Terafiliasi BUMN.

BAB II. KEBIJAKAN UMUM PENGADAAN BARANG DAN

JASA

Kebijakan umum Pengadaan Barang dan Jasa di lingkungan PT Jasa Raharja (Persero) adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas perencanaan yang konsolidatif dan strategi Pengadaan Barang dan Jasa untuk mengoptimalkan value for money;

2. Menyelaraskan tujuan pengadaan dengan pencapaian tujuan perusahaan;

3. Melaksanakan Pengadaan Barang dan Jasa yang lebih transparan, kompetitif dan akuntabel;

4. Mengutamakan produk dalam negeri sesuai ketentuan pendayagunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayasaan nasional, serta perluasan kesempatan bagi Usaha Kecil;

5. Memberi kesempatan pada pelaku usaha nasional dan Usaha Kecil;

6. Memperkuat kapasitas kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang dan Jasa yang penuh kemandirian dan tanggung jawab.

7. Memanfaatkan teknologi informasi.

8. Memberikan kesempatan kepada anak perusahaan dan/atau sinergi antar BUMN/Anak Perusahaan/Perusahaan Terafiliasi BUMN

9. Melaksanakan pengadaan yang strategis, modern, inovatif.

BAB III. TATA NILAI PENGADAAN

A. Prinsip Dasar Pengadaan Barang dan Jasa

1. Pengadaan Barang dan Jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip:

a. Efisien, berarti Pengadaan Barang dan Jasa harus diusahakan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan terbaik dalam waktu yang cepat dengan menggunakan dana dan kemampuan seoptimal mungkin secara wajar dan bukan hanya didasarkan pada harga terendah. Pengadaan Barang dan Jasa strategis yang memiliki nilai yang signifikan dapat dilakukan pendekatan total cost of

ownership (TCO);

b. Efektif, berarti Pengadaan Barang dan Jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan;

c. Kompetitif, berarti Pengadaan Barang dan Jasa harus terbuka bagi Penyedia yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara Penyedia yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan;

d. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang dan Jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon Penyedia, sifatnya terbuka bagi peserta Penyedia yang berminat;

e. Adil dan wajar, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon Penyedia yang memenuhi syarat;

f. Terbuka, berarti Pengadaan Barang dan Jasa dapat diikuti oleh semua Penyedia

yang memenuhi syarat; dan

g. Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran dan dapat dipertanggung jawabkan sehingga menjauhkan dari potensi penyalahgunaan dan penyimpangan.

2. Pengguna mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayasaan nasional, serta perluasan kesempatan bagi usaha kecil sepanjang kualitas, harga dan tujuannya dapat dipertanggungjawabkan.

3. Pengguna dapat memberikan preferensi penggunaan produksi dalam negeri dan tetap mengindahkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka meningkatkan pertumbuhan industri dalam negeri.

4. Pelaksana Pengadaan dapat melakukan sinergi antar BUMN/Anak Perusahaan/Perusahaan Terafiliasi BUMN.

5. Penyedia merupakan pemilik produk atau layanan sesuai dengan bidang usaha dari Penyedia bersangkutan.

B. Etika Pengadaan Barang dan Jasa

Etika dalam Pengadaan Barang dan Jasa adalah perilaku yang baik dari berbagai pihak yang terlibat dalam proses Pengadaan Barang dan Jasa, yaitu perilaku untuk saling menghormati terhadap tugas dan fungsi masing-masing pihak, bertindak secara profesional, dan tidak saling mempengaruhi untuk maksud tercela atau untuk kepentingan/keuntungan pribadi dan/atau kelompok dengan merugikan pihak lain/perusahaan.

Pengadaan Barang dan Jasa wajib menerapkan etika pengadaan antara lain:

1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tujuan Pengadaan Barang dan Jasa;

2. Bekerja secara professional, mandiri dan menjaga kerahasiaan informasi yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan Pengadaan Barang dan Jasa;

3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat persaingan usaha tidak sehat;

4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis pihak yang terkait;

5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang berakibat persaingan usaha tidak sehat dalam Pengadaan Barang dan Jasa;

6. Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan negara/perusahaan;

7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi; dan/atau 8. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau

menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan apa saja dari atau kepada siapa pun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang dan Jasa.

C. Norma Pengadaan Barang dan Jasa

Sistem Pengadaan Barang dan Jasa yang baik adalah sistem Pengadaan Barang dan Jasa yang mampu menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate

governance).

Para Pihak akan memiliki norma-norma yang menyimpang apabila secara terus menerus tidak mampu menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance yang disebabkan oleh sistem pengadaan yang tidak mendukung penerapan dan pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, agar tujuan Pengadaan Barang dan Jasa dapat tercapai dengan baik, semua pihak dalam proses pengadaan harus mengikuti norma yang berlaku, yaitu: 1. Norma tertulis atau norma pengadaan yang bersifat operasional yang pada umumnya

telah dirumuskan dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan yaitu berupa undang-undang, peraturan, pedoman atau petunjuk Pengadaan Barang dan Jasa. 2. Norma tidak tertulis yang pada umumnya bersifat ideal yang tersirat dalam pengertian

tentang hakikat, filosofis, etika dan profesionalisme dalam Pengadaan Barang dan Jasa.

D. Penggunaan Produk Dalam Negeri

1. Dalam setiap pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa, diharapkan:

a. Mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayasaan nasional, serta perluasan kesempatan bagi usaha kecil.

b. Dalam rangka mendorong pertumbuhan industri dalam negeri, Penggunaan Barang dan Jasa dapat memberikan preferensi penggunaan produksi dalam negeri dengan tetap mengindahkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pada saat melakukan persiapan Pengadaan Barang dan Jasa, hingga pembuatan Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan, Surat Perintah Kerja atau Surat Pesanan, diharapkan sudah mencantumkan persyaratan:

a. Penggunaan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang berlaku atau standar internasional atau setara yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang; b. Penggunaan produksi dalam negeri sesuai kemampuan industri nasional;

dan/atau

3. Pengadaan Barang dan Jasa impor, dapat dilakukan apabila:

a. Barang dan Jasa tersebut belum diproduksi atau dihasilkan di dalam negeri; b. Spesifikasi teknis Barang dan Jasa yang diproduksi atau dihasilkan di dalam

negeri tidak memenuhi persyaratan atau waktu penyerahannya tidak memenuhi ketentuan yang diprasyaratkan; atau

c. Harga penawaran barang produksi dalam negeri lebih tinggi dari penawaran Barang dan Jasa impor, meskipun telah diperhitungkan tambahan preferensi harga.

4. Untuk melaksanakan ketentuan pengadaan Barang dan Jasa impor tadi, Penyedia yang bersangkutan semaksimal mungkin harus menggunakan jasa-jasa pelayanan dari dalam negeri, antara lain: jasa asuransi, angkutan, ekspedisi, dan perbankan. 5. Penyedia asing wajib bekerja sama dengan Penyedia nasional dalam bentuk

kemitraan, sub Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan, Surat Perintah Kerja dan Surat Pesanan, atau bentuk Kerja Sama lainnya.

E. Monitoring Penggunaan Produk Dalam Negeri

1. Monitoring Penggunaan Produk Dalam Negeri dilakukan oleh Tim Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), dan bertugas memastikan penggunaan komponen dalam negeri dalam Pengadaan Barang dan Jasa.

2. Tim TKDN bersifat adhoc (sementara) dan tidak berwenang menggunakan stempel atas nama jabatan ataupun perusahaan. Tim TKDN dibentuk melalui Surat Keputusan Direksi yang disahkan oleh Direktur SDM dan Umum.

3. Tim TKDN menghasilkan output berupa Berita Acara TKDN dan memastikan bahwa Barang dan Jasa yang akan digunakan sudah memenuhi syarat TKDN yang berlaku. 4. Masa kerja Tim TKDN mengacu pada Keputusan Direksi mengenai Pembentukan Tim

Kerja.

F. Preferensi Harga

1. Pelaksana Pengadaan memberikan preferensi harga atas produk dalam negeri yang memiliki nilai tingkat komponen dalam negeri lebih besar atau sama dengan 25% (dua puluh lima persen).

2. Preferensi harga produk dalam negeri untuk barang diberikan paling tinggi 25% (dua puluh lima persen).

3. Preferensi harga produk dalam negeri untuk jasa konstruksi yang dikerjakan oleh perusahaan dalam negeri diberikan paling tinggi 7,5% (tujuh koma lima persen).

G. Tata Tertib Pengadaan Barang dan Jasa

Tata tertib Pengadaan Barang dan Jasa adalah sebagai berikut:

1. Pihak-pihak yang terkait dalam proses Pengadaan Barang dan Jasa wajib melaksanakan ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam Standar dan Prosedur Operasi (SPO) Pengadaan Barang dan Jasa yang telah ditetapkan.

2. Pelaksana Pengadaan dapat melakukan perubahan terhadap Dokumen Pengadaan (RKS) yang mengatur persyaratan, kriteria, dan tata cara evaluasi penawaran pada saat rapat penjelasan pekerjaan (aanwijzing) sebagaimana prosesnya dijelaskan pada prosedur masing-masing Metode Pengadaan Barang dan Jasa dan wajib dituangkan dalam suatu Berita Acara.

3. Pelaksana Pengadaan melakukan evaluasi atas penawaran yang masuk berdasarkan metode evaluasi yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan (RKS) dan Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan.

4. Pelaksana Pengadaan menetapkan urutan calon Pelaksana Pekerjaan dari penawar yang memenuhi syarat berdasarkan kriteria dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS) dan mengusulkan pemenangnya kepada Direksi.

5. Peserta pengadaan yang ditunjuk sebagai Pelaksana Pekerjaan, wajib menerima keputusan yang dibuat oleh Pelaksana Pengadaan. Dalam hal metode pengadaan menggunakan sistem Tender, apabila peserta pertama yang ditetapkan sebagai pemenang mengundurkan diri, maka jaminan penawaran peserta yang bersangkutan secara otomatis menjadi milik PT Jasa Raharja (Persero), kecuali dalam hal Penyedia adalah BUMN atau eks BUMN.

6. Peserta pengadaan yang mengundurkan diri sebelum berakhirnya masa penawaran, dikenakan sanksi berupa pencairan jaminan penawaran dan dimasukkan dalam daftar hitam (blacklist) sebagai rekanan PT Jasa Raharja (Persero) selama 2 (dua) tahun.

H. Sumber Dana Dan Kewenangan Otorisasi Pengadaan

1. Sumber dana yang digunakan dalam pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa yang menjadi ruang lingkup SPO ini dibagi menjadi 2 (dua) sumber, yakni:

a. Anggaran PT Jasa Raharja (Persero) sendiri, yang berupa: 1) Anggaran belanja modal;

2) Anggaran belanja rutin;

b. Anggaran pihak lain, kecuali Pengadaan Barang dan Jasa tersebut menggunakan dana langsung dari APBN/APBD, atau yang dibiayai dari pinjaman/hibah luar negeri baik sebagian maupun seluruhnya dijamin maupun tidak dijamin oleh Pemerintah.

2. Kewenangan otorisasi pengesahan transaksi Pengadaan Barang dan Jasa dapat dilaksanakan oleh Direksi, Direktur SDM dan Umum, Kepala Divisi Umum, atau Kepala Cabang sesuai dengan batas kewenangan yang diatur dalam Keputusan Direksi tentang Pendelegasian Wewenang Pengelolaan Administrasi dan Keuangan.

BAB IV. PARA PIHAK PENGADAAN BARANG DAN JASA

A. Penanggung jawab Pengadaan Barang dan Jasa

1. Penanggung jawab Pengadaan Barang dan Jasa memiliki tugas pokok sebagai berikut: 3) Menyusun rencana pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa sesuai dengan

Rencana Kerja Anggaran Perusahaan;

4) Menetapkan dan mengesahkan rencana Pengadaan Barang dan Jasa, ketentuan mengenai kewajiban penggunaan produksi dalam negeri, perluasan kesempatan usaha bagi usaha kecil atau koperasi kecil, lembaga ilmiah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Unit Penelitian;

5) Menetapkan Tim Pengadaan Barang dan Jasa;

6) Melibatkan Pejabat Penerima Barang dan Jasa dalam penerimaan Barang dan Jasa;

7) Melaksanakan Perikatan (Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan, Surat Perintah Kerja dan Surat Pesanan) dengan Pihak Penyedia;

8) Memantau, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan, Surat Perintah Kerja dan Surat Pesanan yang bersangkutan;

9) Melimpahkan tanggung jawab dalam hal kewenangan Penggunaan Anggaran kepada Unit Kerja dan Kepala Cabang sebagaimana diatur dalam Keputusan Direksi tentang Pendelegasian Wewenang Pengelolaan Administrasi dan Keuangan yang berlaku;

10) Melakukan pengadaan sesuai dengan ketentuan Pengadaan Barang dan Jasa; dan

11) Dalam hal Penanggung jawab Pengadaan Barang dan Jasa adalah direksi, melaporkan kepada Dewan Komisaris mengenai proses dan hasil Pengadaan Barang dan Jasa tertentu yang bersifat substansial (bukan bersifat rutin) sebagai penerapan dari prinsip tata kelola perusahaan yang baik.

2. Dalam hal dibentuk Tim/Panitia Pengadaan, Penanggung jawab Pelaksanaan Pengadaan adalah Ketua Tim/Panitia Pengadaan yang bersangkutan.

3. Dalam hal Pengadaan Barang dan Jasa menggunakan anggaran dari pihak lain, maka tugas Penanggung jawab Pengadaan adalah sampai dengan Barang dan Jasa diterima oleh Penerima Barang dan Jasa.

B. Pelaksana Pengadaan

1. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab Pelaksana Pengadaan, meliputi:

a. Menyusun jadwal, Rencana Kerja dan Syarat (RKS) dan menetapkan spesifikasi teknis pekerjaan;

b. Menyusun dan menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dengan memperhatikan alokasi anggaran yang tersedia;

c. Mengundang Penyedia yang sesuai dengan kriteria dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk Pengadaan Barang dan Jasa;

d. Menyampaikan surat permintaan penawaran, atau surat-surat lainnya kepada peserta pengadaan;

e. Memberikan penjelasan kepada peserta pengadaan mengenai materi yang terkandung dalam dokumen RKS atau Rencana Kerja dan Syarat, termasuk perubahan-perubahannya (bila ada) dan menuangkannya dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan;

f. Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran peserta pengadaan dan menetapkan nominasi calon pemenang pengadaan, serta melakukan negosiasi;

g. Menyampaikan hasil evaluasi administrasi, teknis, harga peserta pengadaan dan negosiasi kepada kepala divisi umum/kepala cabang;

h. Menyusun Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Pengadaan Barang dan Jasa untuk ditandatangani oleh Direksi/Direktur; dan

i. Menyimpan seluruh dokumen yang berkaitan dengan proses Pengadaan Barang dan Jasa;

2. Dalam hal dibentuk Tim/Panitia Pengadaan maka Pelaksana Pengadaan adalah Tim/Panitia Pengadaan.

C. Tim/Panitia Pengadaan

1. Tim/Panitia Pengadaan bersifat adhoc (sementara) dan tidak berwenang menggunakan stempel atas nama jabatan ataupun perusahaan.

2. Tim/Panitia Pengadaan dibentuk melalui Surat Keputusan Direksi yang disahkan oleh Direktur SDM dan Umum.

3. Masa kerja Tim/Panitia Pengadaan mengacu pada Keputusan Direksi mengenai Pembentukan Tim Kerja yang berlaku dan berakhir sesuai masa penugasannya atau

setelah Surat Perintah Kerja/Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan ditandatangani oleh pihak penanggung jawab pengadaan dan pihak penyedia Barang dan Jasa atau telah disetujuinya pembelian tanah/bangunan jadi atau pengadaan dinyatakan batal dan tidak dilanjutkan.

4. Hal-hal yang menyangkut Tim Pengadaan diatur pada butir-butir di bawah ini, sedangkan menyangkut Panitia Pengadaan dijelaskan lebih lanjut pada pengadaan tanah dan/atau bangunan jadi:

a. Tim Pengadaan dibentuk dalam rangka pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa yang dibiayai melalui anggaran belanja modal atau anggaran belanja rutin perusahaan dan/atau anggaran pihak lain.

b. Tim Pengadaan diusulkan oleh Kepala Divisi Umum dan jumlahnya harus ganjil menyesuaikan dengan nilai dan kompleksnya pekerjaan.

c. Tim Pengadaan bertanggung jawab kepada Direksi/ Direktur selaku Penanggung jawab Pengadaan.

d. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab Tim Pengadaan, meliputi:

1) Menyusun jadwal, Rencana Kerja dan Syarat (RKS) dan menetapkan spesifikasi teknis pekerjaan;

2) Menyusun dan/atau menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dengan memperhatikan alokasi anggaran yang tersedia;

3) Mengumumkan Pengadaan Barang dan Jasa melalui media massa dan/atau website e-Procurement PT Jasa Raharja (Persero) apabila pengadaan dilakukan melalui metode Tender;

4) Melakukan evaluasi terhadap peserta pengadaan yang memenuhi persyaratan;

5) Menyampaikan undangan, surat permintaan penawaran, atau surat-surat lainnya kepada peserta pengadaan;

6) Memberikan penjelasan kepada peserta pengadaan mengenai materi yang terkandung dalam dokumen RKS atau Rencana Kerja dan Syarat, termasuk perubahan-perubahannya (bila ada) dan menuangkannya dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan;

7) Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran peserta pengadaan dan menetapkan nominasi calon pemenang pengadaan, serta melakukan negosiasi dalam hal pengadaan dilakukan melalui Tender Terbatas atau Penunjukan Langsung;

8) Mengusulkan calon pemenang Pengadaan Barang dan Jasa kepada Direksi/ Direktur;

9) Menjawab sanggahan;

10) Dalam hal metode pengadaan dilakukan melalui Tender, menginformasikan pemenang pengadaan secara tertulis kepada seluruh peserta pengadaan yang memasukkan penawaran;

11) Menyusun Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Pengadaan Barang dan Jasa untuk ditandatangani oleh Direksi/ Direktur; dan

12) Menyimpan seluruh dokumen yang berkaitan dengan proses Pengadaan Barang dan Jasa;

Dokumen terkait