• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pengakuan Laba Kotor Pada Penjualan Angsuran

Dalam dokumen MODUL AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN (Halaman 49-56)

PENJUALAN ANGSURAN

III. Metode Pengakuan Laba Kotor Pada Penjualan Angsuran

Untuk menghitung laba bersih pada penjualan angsuran adalah sangat kompleks, karena beban sehubungan dengan penjualan angsuran tersebut tidak hanya terjadi pada saat penjualan angsuran tersebut dilakukan, melainkan akan terjadi sepanjang penjualan angsuran tersebut belum dilunasi.

Sesuai dengan konsep akuntasni yaitu membandingkan antara beban dengan pendapatan, maka pada saat penjualan angsuran dapat ditentukan nilai dari penjualan, harga pokok dan beban yang terjadi pada periode tersebut. Karena penagihan penjualan angsuran meliputi beberapa periode, timbul masalah bagaimana beban yang terjadi pada periode berikutnya (misalkan beban penagihan, administrasi, perbaikan dan pemilikan kembali) sehubungan penagihan piutang usaha angsuran tersebut.

Untuk menghitung laba kotor dalam penjualan angsuran pada prakteknya dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :

1. Pengakuan Laba Kotor pada saat terjadinya penjualan angsuran.

2. Pengakuan Laba Kotor sejalan dengan realisasi penerimaan kas.

1. Pengakuan Laba Kotor pada saat terjadinya penjualan angsuran

Dalam metode ini seluruh laba kotor diakui pada saat terjadinya penjualan angsuran, atau dengan kata lain sama seperti penjualan pada umumnya yang ditandai oleh timbulnya piutang/tagihan kepada pelanggan. Apabila prosedur demikian diikuti maka sebagai konsekuensinya pengakuan terhadap biaya-biaya yang berhubungan dam dapat diidentifikasikan dengan pendapatan-pendapatan yang bersangkutan harus pula dilakukan.

Beban untuk pendapatan dalam periode yang bersangkutan harus meliputi biaya-biaya yang diperkirakan akan terjadi dalam hubungannya dengan pengumpulan piutang atas kontrak penjualan angsuran, kemungkinan tidak dapatnya piutang itu direalisasikan maupun kemungkinan rugi sebagai akibat pembatalan kontrak. Terhadap biaya yang ditaksir itu biasanya dibentuk suatu rekening Cadangan Kerugian Piutang.

Jika Aktiva Tetap dijual secara angsuran, perusahaan akan mendebit piutang usaha angsuran dan mengkredit perkiraan aktiva yang bersangkutan serta mengkredit pula laba atas penjualan aktiva tersebut.

Jurnalnya adalah:

Piutang usaha angsuran xxxxxx

Aktiva Tetap xxxxxx

Laba atas penjualan aktiva tak gerak xxxxxx

Pada metode ini memakai asumsi bahwa seluruh beban sehubungan dengan penjualan angsuran terjadi pada periode yang sama dengan penjualannya. Mengenai beban pada periode berikutnya, yaitu misalnya beban tidak tertagihnya piutang dan lain sebagainya, harus diestimasi pada periode terjadinya penjualan nagsuran yaitu dengan mendebit perkiraan beban dan mengkredit perkiraan penilaian asset seperti penyisihan biaya penjualan angsuran dan penyisihan piutang

Jurnalnya adalah:

Beban usaha xxxxxx

Penyisihan piutang angsuran xxxxxx

Jika pada periode berikutnya penjualan angsuran tersebut terjadi, perkiraan penyisihan tersebut akan didebit, dan kas yang dikeluarkan serta saldo piutang usaha yang tidak tertagih akan dikredit.

Jurnalnya adalah:

Penyisihan piutang angsuran xxxxxx

Kas xxxxxx

Piutang usaha angsuran xxxxxx

2. Laba kotor diakui sejalan dengan realisasi penerimaan kas (proporsional)

Dalam metode ini laba kotor diakui sesuai dengan realisasi penerimaan kas dari penjualan angsuran yang diterima pada periode akuntansi yang bersangkutan.

Prosedur yang menghubungkan tingkat keuntungan dengan realisasi penerimaan angsuran pada perjanjian penjualan angsuran adalah:

a. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai pengembalian harga pokok (Cost) dari barang-barang yang dijual atau service yang diserahkan, sesudah seluruh harga pokok (Cost) kembali, maka penerimaan-penerimaan selanjutnya baru dicatat sebagai keuntungan. Prosedur ini dianggap sangat konservatif. Dapat didukung jika timbul keraguan mengenai nilai yang dapat diperoleh kembali, baik yang berkaitan dengan saldo atau sisa kontrak cicilan maupun yang berkaitan dengan barang-barang yang terkena pemilikan kembali.

b. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai realisasi keuntungan yang diperoleh sesuai dengan kontrak penjualan; sesudah seluruh keuntungan yang ada terpenuhi, maka penerimaan-penerimaan selanjutnya dicatat sebagai pengumpulan kembali atau pengembalian harga pokok (Cost).

c. Setiap penerimaan pembayaran yang sesuai dengan perjanjian dicatat baik sebagai pengembalian harga pokok (Cost) maupun sebagai realisasi keuntungan di dalam perbandingan yang sesuai dengan posisi harga pokok dan keuntungan yang terjadi pada saat perjanjian penjualan angsuran ditandatangani. Di dalam hal ini keuntungan akan selalu sejalan dengan tingkat pembayaran angsuran selama jangka perjanjian.

Metode ini memberikan kemungkinan untuk mengakui, keuntungan prosporsional dengan tingkat penerimaan pembayaran angsuran. Di dalam akuntansi prosedur demikian dikenal dengan metode angsuran atau dasar angsuran (installment method or installment basis).

Pada metode ini jika Aktiva Tetap dijual secara angsuran, perusahaan akan mendebit perkiraan piutang usaha angsuran dan mengkredit harta yang bersangkutan serta mengkredit laba kotor yang ditangguhkan (yang belum direalisasi).

Jurnalnya adalah:

Piutang usaha angsuran xxxxxx

Aktiva Tetap xxxxxx

Laba kotor yang ditangguhkan (yang belum direalisasi) xxxxxx

Mengenai penagihan piutang usaha angsuran tersebut akan dicatat dengan mendebit perkiraan kas dan mengkredit perkiraan piutang usaha

Jurnalnya adalah:

Kas xxxxxx

Piutang usaha angsuran xxxxxx

Selanjutnya pada akhir periode, saat dilakukan jurnal penyesuaian akan dicatat sbb:

Jurnalnya adalah:

Laba kotor yang belum direalisasi xxxxxx

Laba kotor yang direalisasi xxxxxx

Laba kotor yang belum direalisasi adalah selisih antara penjualan angsuran dengan harga pokoknya. Laba kotor yang belum direalisasi akan direalisasi pada saat penerimaan piutang usaha angsuran yaitu dengan mengalikan presentase laba kotor dengan kas yang diterima dari piutang usaha angsuran tersebut.

Untuk menghitung presentase laba kotor yaitu dengan membagi laba kotor yang belum dieralisasi dengan penjualan angsuran yang bersangkutan dan hasilnya dikalikan 100%.

Laba kotor ditangguhkan = Penjualan – HPP (Harga Pokok Penjualan)

% Laba kotor = (Laba kotor yang belum direalisasi : Penjualan angsuran) x 100%

Contoh soal:

1. PT Osaka telah membeli sebuah tanah di daerah Jakarta dengan harga perolehan Rp.

170.000.000,00. di samping itu PT Osaka juga membayar biaya-biaya lainnya seharga Rp.

10.000.000,00

Pada tanggal 1 mei 2000, PT Handoko membeli tanah tersebut seharga Rp. 240.000.000,00. PT Handoko membayar uang muka sebesar Rp. 40.000.000,00 dan sisanya akan dibayar angsuran sebanyak 10 kali setengah tahunan, setiap kali angsuran Rp. 20.000.000,00. PT Osaka mengenakan bunga 18% pertahun terhadap sisa angsuran. Komisi dan beban penjualan dibayar tunai sebesar 2%

dari harga jual. Periode akuntansi perusahaan sama dengan tahun fiskal.

Diminta : Catatlah transaksi-transasksi tersebut ke dalam jurnal untuk tahun 2000 dan 2001, dengan menggunakan metode:

a. Laba kotor diakui pada saat penjualan

b. Laba kotor diakui sejalan dengan realisasi penerimaan kas Jawaban:

a. Laba kotor diakui pada saat penjualan 1 Mei 2000

Penjualan tanah dengan harga jual

Piutang usaha angsuran Rp. 240.000.000,00

Tanah Rp. 180.000.000,00

Laba atas penjualan tanah Rp. 60.000.000,00

• Penerimaan uang muka

• Dibayar komisi dan beban penjualan (2% x Rp. 240.000.000,00) Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00

Kas Rp. 4.800.000,00

1 November 2000

• Dibayar angsuran pertama dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 200.000.000,00)

Kas Rp. 38.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 18.000.000,00

31 Desember 2000

• Jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp. 180.000.000)

Piutang Bunga Rp. 5.400.000,00

Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00

• Realisasi Laba kotor Tidak ada jurnal

• Ayat jurnal penutup

Laba atas penjualan tanah Rp. 60.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 23.400.000,00

Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00

Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 78.600.000,00

1 Januari 2001

• Ayat jurnal pembalik

Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00

Piutang bunga Rp. 5.400.000,00

1 Mei 2001

• Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 180.000.000,00)

Kas Rp. 36.200.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 16.200.000,00

1 November 2001

• Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 160.000.000,00)

Kas Rp. 34.400.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 14.400.000,00

31 Desember 2001

• Ayat jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x 140.000.000,00)

Piutang bunga Rp. 4.200.000,00

Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00

• Realisasi laba kotor Tidak ada jurnal

• Ayat jurnal penutup

Pendapatan bunga Rp. 29.400.000,00

Ikhtisar rugi laba Rp. 29.400.000,00

b. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas 1 Mei 2000

• Penjualan tanah seharga Rp. 240.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 240.000.000,00

Tanah Rp. 180.000.000,00

Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 60.000.000,00

• Penerimaan uang muka

Kas Rp. 40.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 40.000.000,00

• Dibayar komisi dan beban penjualan (2% x Rp. 240.000.000,00) Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00

Kas Rp. 4.800.000,00

1 November 2000

• Dibayar angsuran pertama dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 200.000.000,00)

Kas Rp. 38.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 18.000.000,00

31 Desember 2000

• Jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp.180.000.000,00)

Piutang bunga Rp. 5.400.000,00

Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00

• Realisasi Laba kotor

Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 15.000.000,00

Laba kotor direalisasi Rp. 15.000.000,00

• Ayat jurnal penutup

Laba Kotor direalisasi Rp. 15.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 23.400.000,00

Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00

Ikhtisar rugi/laba Rp. 33.600.000,00

1 januari 2001

• Ayat jurnal pembalik

Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00

Piutang bunga Rp. 5.400.000,00

1 Mei 2001

• Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 180.000.000,00)

Kas Rp. 36.200.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 16.200.000,00

1 November 2001

• Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 160.000.000,00)

Kas Rp. 34.400.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 14.400.000,00

31 Desember 2001

• Ayat jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp. 140.000.000,00)

Piutang bunga Rp. 4.200.000,00

Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00

• Realisasi laba kotor (10% x Rp.40.000.000,00)

Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 10.000.000,00

Laba kotor direalisasi Rp. 10.000.000,00

• Ayat jurnal penutup

Laba kotor direalisasi Rp. 10.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 29.400.000,00

Iktisar rugi/laba Rp. 39.400.000,00

Pada penjualan angsuran dengan metode pengakuan laba kotor dilakukan pada saat penjualan terjadi maka laba kotor yang diakui adalah sebesar Rp. 60.000.000,00 pada tahun 2000, yaitu pada saat penjualan terjadi (jurnal tanggal 1 mei 2000) dan tidak diakui lagi pada tahun-tahun berikutnya.

Sedangkan pada metode pengakuan laba kotor sejalan dengan penerimaan kas (metode proporsional) juga akan mengakui laba kotor sebesar Rp. 60.000.000,00 pula. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tahun Penerimaan Angsuran Persentase Laba Kotor Pengakuan Laba Kotor

2000 Rp. 60.000.000 25% Rp. 15.000.000

2001 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000

2002 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000

2003 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000

2004 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000

2005 Rp. 20.000.000 25% Rp. 5.000.000

Rp. 240.000.000 Rp. 60.000.000

Apabila kewajiban tidak dapat dipenuhi oleh pihak pembeli, maka pihak penjual akan menarik kembali harta yang telah dijual. Pencatatan atas penarikan kembali harta tersebut tergantung dari metode pengakuan laba kotor yang digunakan. Jika laba kotor laba kotor diakui pada saat penjualan terjadi, maka harta yang dimiliki tersebut diakui sebesar harga pasar yang wajar, kemudian membatalkan saldo piutang usaha angsuran dan menimbulkan keuntungan atau kerugian karena pemilikan kembali. Jika menggunakan metode pengakuan laba kotor sejalan dengan penerimaan kas, maka harta yang dimiliki tersebut diakui sebesar harga pasar yang wajar, kemudian membatalkan laba kotor yang belum direalisasi serta saldo piutang usaha angsuran dan menimbulkan keuntungan atau kerugian karena pemilikan kembali. Contoh kasus ketidakmampuan pelunasan piutang usaha angsuran adalah:

2. Mengacu pada soal no 1 bila pada tanggal 1 Mei 2002, PT. Handoko tidak dapat membayar (memenuhi) kewajibannya. PT Osaka kemudian menarik hartanya kembali dan pada tanggal tersebut tanah itu dinilai menurut harga pasarnya yaitu sebesar Rp. 150.000.000,00.

PT. Handoko menerima 5% dari jumlah yang telah dibayarnya tetapi tidak termasuk bunga.

Diminta: Buatlah perhitungan rugi/laba dan jurnal pemilikan kembali untuk a. Laba kotor diakui pada saat penjualan

b. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas Jawaban:

a. Laba kotor diakui pada saat penjualan

Jumlah piutang yang diterima Rp. 100.000.000,00

Jumlah yang dikembalikan kepada PT Handoko (5%) (Rp. 5.000.000,00) Rp. 95.000.000,00 Harga pokok tanah Rp. 180.000.000,00

Nilai pasar (Rp. 150.000.000,00)

Penurunan nilai tanah (Rp. 30.000.000,00)

Total laba pemilikan kembali Rp. 65.000.000,00

Laba kotor yang telah diakui (Rp. 60.000.000,00)

Laba (rugi) pemilikan kembali Rp. 5.000.000,00

• Jurnal pemilikan kembali

Tanah Rp. 150.000.000,00

Kas Rp. 5.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 140.000.000,00 Laba

atas pemilikan kembali Rp. 5.000.000,00

b. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas

Jumlah piutang yang diterima Rp. 100.000.000,00

Harga pokok tanah Rp. 180.000.000,00 Nilai pasar (Rp. 150.000.000,00)

Penurunan nilai tanah (Rp. 30.000.000,00)

Total laba pemilikan kembali Rp. 65.000.000,00

Laba kotor yang telah diakui (Rp. 25.000.000,00)

Laba (Rugi) karena pemilikan kembali Rp. 40.000.000,00

• Jurnal pemilikan kembali

Tanah Rp. 150.000.000,00

Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 35.000.000,00

Kas Rp. 5.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 140.000.000,00

Laba atas pemilikan kembali Rp. 40.000.000,00 Untuk kedua metode di atas masih diperlukan jurnal lagi, yaitu jurnal untuk menutup pendapatan bunga sebesar Rp. 4.200.000,00 sebagai kerugian.

• Ayat jurnal pembalik 1 Januari 2002

Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00

Piutang bunga Rp. 4.200.000,00

• Ayat jurnal penutup

Laba Ditahan Rp. 4.200.000,00

Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00

IV. PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PENJUALAN ANGSURAN

Dalam dokumen MODUL AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN (Halaman 49-56)

Dokumen terkait