• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pengolahan dan Analisis Data .1 Analisis finansial pengelolaan hutan rakyat

DAFTAR PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data .1 Analisis finansial pengelolaan hutan rakyat

Untuk mengetahui kelayakan usaha hutan rakyat pola kemitraan ini dilakukan analisis finansial dengan beberapa asumsi, yaitu:

1. Menggunakan faktor diskonto/suku bunga bank yang berlaku yaitu 13%. 2. Kondisi perekonomian selama jangka waktu analisis stabil.

3. Pendapatan mulai dihitung sejak lahan diolah dan dimanfaatkan.

4. Umur kelayakan proyek dihitung sampai umur 6 tahun didasarkan pada siklus tebang untuk tanaman sengon.

5. Upah Hari Orang Kerja (HOK) satu hari dihitung berdasarkan upah yang berlaku.

6. Pendapatan dari tanaman pertanian dihitung sesuai dengan periodisasi panen.

7. Semua harga input dan output yang diguankan dalam analisis berdasarkan harga ynag berlaku pada saat penelitian berlangsung dengan asumsi harga konstan sampai selesainya penelitian.

Kriteria Kelayakan yang digunakan dalam analisis finansial adalah: 1. NPV (Net Present Value)

NPV merupakan selisih antara present value daripada keuntungan (benefit) dan present value daripada biaya (cost). Rumusnya adalah sebagai berikut (Nurmalina et al. 2009):

Keterangan :

Bt = Penerimaan kotor pada tahun t Ct = Biaya kotor usahatani pada tahun t n = Umur ekonomis i = Discount rate

Tiga kriteria kelayakan investasi dalam NPV :

• NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan dapat dilaksanakan • NPV = 0, maka proyek tidak untung dan rugi, tergantung pihak

managemen perusahaan.

• NPV < 0, maka proyek merugi karena keuntungan lebih kecil dari biaya, jadi lebih baik tidak dilaksanakan

2. BCR (Benefit Cost Ratio)

BCR perbandingan antara keuntungan (benefit) dan biaya (cost) secara kotor, BCR menunjukkan besarnya keuntungan yang diperoleh sebagai akibat dari investasi, dengan rumus sebagai berikut (Nurmalina et al. 2009):

Keterangan :

(PV) B = Present Value Benefit (Nilai sekarang pendapatan) (PV) C = Present Value Cost (Nilai sekarang biaya)

Proyek dikatakan layak jika Net B/C > 1 dan tidak layak jika Net B/C < 1. Jika Net B/C = 1, penyerahan keputusan diserahkan pada pihak mangemen.

3. IRR (Internal Rate of Return),

IRR adalah tingkat suku bunga yang membuat NPV daripada proyek sama dengan nol atau tingkat suku bunga yang mengakibatkan besarnya biaya sama dengan besarnya pendapatan, dengan rumus sebagai berikut (Nurmalina et al. 2009):

Keterangan :

i1 = Nilai percobaan pertama untuk discount rate

i2 = Nilai percobaan kedua untuk discount rate

NPV1 = Nilai percobaan pertama untuk NPV NPV2= Nilai percobaan kedua untuk NPV

(

2 1

)

2 1 1 1 ) (NPV NPV i i NPV i IRR − − + =

Suatu usaha/kegiatan investasi dikatakan layak jika nilai IRR > tingkat discount rate yang ditentukan. Sebaliknya, jika nilai IRR < tingkat discount rate maka usaha/kegiatan investasi tersebut tidak layak untuk dijalankan.

Persentase pendapatan petani dari kegiatan hutan rakyat terhadap total pendapatan petani dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Affianto et al. 2005):

Dimana :

dt : Persentase pendapatan dari hutan rakyat dp : Pendapatan dari hutan rakyat

dl : Pendapatan dari luar hutan rakyat

3.7.2 Analisis tingkat hubungan kemitraan

Analisis ini didasarkan pada Keputusan Menteri Pertanian Nomor 944/Kpts/OT.210/10/97, tanggal 13 Oktober 1997 mengenai pedoman penetapan tingkat hubungan kemitraan usaha pertanian. Analisis dilakukan terhadap petani dan perusahaan pengolahan kayu, LSM dan Perum Perhutani sehingga dihasilkan rata-rata tingkat hubungan kemitraan dari kedua belah pihak. Perhitungan tingkat kemitraan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :

x = Nilai rata-rata tingkat hubungan kemitraan tiap kategori a,b,c = Nilai skoring atas jawaban yang dipilih

y = Nilai atas banyaknya jawaban yang dipilih

Berdasarkan proses manajemen kemitraan dan manfaatnya, tingkat hubungan kemitraan usaha antara petani dengan perusahaan pengolahan kayu, LSM dan Perum Perhutani dapat dibagi dalam empat kategori (DPU 2002), yaitu :

1. Kategori kemitraan Pra Prima (pemula) nilai rata-ratanya kurang dari 250 2. Kategori kemitraan Prima dengan nilai rata-rata 250-500

3. Kategori kemitraan Prima Madya dengan nilai rata-rata 501-750 4. Kategori kemitraan Prima Utama dengan nilai rata-rata diatas 750

Kategori kemitraan Pra Prima jarang dilakukan karena merugikan kedua belah pihak, kemitraan Pra Prima sering dilakukan pada pelaksanaan kemitraan jangka pendek dan cenderung lebih menguntungkan pihak inti. Kemitraan Prima Madya merupakan kemitraan yang sering dilakukan dalam kemitraan jangka menengah dan jangka panjang, pihak inti hanya berperan dalam penyediaan sarana. Sedangkan kemitraan Prima Utama merupakan kemitraan yang dilakukan jangka panjang, pihak inti berperan dalam penyediaan sarana dan pemasaran (Tabel 1).

Tabel 1 Rincian faktor yang dinilai dan nilai hubungan tingkat kemitraan

No Faktor yang dinilai Nilai

Maksimum I. ASPEK PROSES MANAJEMEN

1. Perencanaan 150 a. Perencanaan Kemitraan 100 b. Kelengkapan Perencanaan 50 2. Pengorganisasian 150 a. Bidang Khusus 25 b. Kontrak Kerjasama 125

3. Pelaksanaan dan Efektivitas Kerjasama 200

a. Pelaksanaan Krjasama 50

b. Efektivitas Kerjasama 150

II. ASPEK MANFAAT

1. Ekonomi 300 a. Pendapatan 150 b. Harga 50 c. Produktivitas 50 d. Resiko Usaha 50 2. Teknis 100 a. Mutu 50 b. Penguasaan Teknologi 50 3. Sosial 100

a. Keinginan Kontinuitas Kerjasama 50

b. Pelestarian Lingkungan 50

Jumlah Aspek Manfaat 500

Jumlah Nilai Aspek Proses Manajemen + Jumlah aspek

Manfaat 1000

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Umum Desa Mekarjaya

Desa Mekarjaya berada di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya provinsi Jawa Barat. Batas administratif desa meliputi :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Linggaraja Kecamatan Sukaraja - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tarunajaya Kecamatan Sukaraja - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Burujul Jaya Kecamatan Parung

Ponteng

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cikeusal Kecamatan Tanjung Jaya.

Desa Mekarjaya memiliki luas wilayah 900,01 Ha. Total luas lahan wilayah Desa Mekarjaya sebagian besar adalah untuk lahan pertanian, baik pertanian lahan basah (sawah), pertanian lahan kering, dan perkebunan rakyat masing-masing sebesar 95 Ha, 228 Ha, dan 290 Ha. Data yang diperoleh dari profil desa menunjukkan bahwa jumlah total penduduk Desa Mekarjaya pada tahun 2010 sebesar 6.458 orang, yang terdiri dari 3.110 orang penduduk laki-laki dan 3.347 orang penduduk wanita. Jumlah kepala keluarga sebanyak 3.290 kepala keluarg.

Desa Mekarjaya berada pada kawasan hutan KPH Tasikmalaya BKPH Singaparna RPH Sukaraja. Di desa ini terdapat Kelompok Tani Hutan (KTH) Mawar Sari yang berdiri pada tanggal 7 Sepember 2004 dengan ketua kelompok Bapak Hapid dan 82 anggota penggarap hutan. Lahan Perhutani yang dimitrakan ada pada Petak 1E seluas 8 Ha (Gambar 2).

Secara administratif Desa Mekarjaya dipimpin oleh seorang kepala desa yang dibantu oleh seorang sekertaris desa dan 13 orang aparat desa. Selain itu, kepala desa dibantu oleh Badan Perwakilan Desa (BPD) yang berjumlah 5 orang. Kelembagaan yang terdapat di desa ini antara lain Kelompok Tani Hutan, PKK, Karang Taruna, dan LKMD.

Gambar 2 Kondisi hutan rakyat di Desa Mekarjaya.

Ditinjau dari jarak, lama tempuh, dan jenis kendaraan umum yang dapat digunakan, diketahui bahwa jarak dari Desa Mekarjaya ke Ibukota Kecamatan Sukaraja sekitar 7 km dan dapat ditempuh selama setengah jam dengan menggunakan kendaraan umum roda dua. Sementara jarak dari Desa Mekarjaya ke ibukota kabupaten sekitar 24 km dan dapat ditempuh dalam waktu satu setengah jam dengan menggunakan angkutan desa.

4.2 Kondisi Umum Kelurahan Urug

Kelurahan Urug termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Batas administratif desa meliputi :

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Setiawargi Kecamatan Tamansari

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Leuwiliang Kecamatan Kawalu

Kelurahan Urug memiliki luas wilayah 909,290 Ha. Sebagian besar lahan Kelurahan Urug terdiri dari tanah milik Perhutani yaitu 316 Ha dan lahan hutan

rakyat seluas 346,390 bahwa jumlah total pe orang, yang terdiri penduduk wanita. J Sebagian besar penduduk

Kelurahan Urug Tasikmalaya BKPH LMDH dan delapan melakukan kemitraan Setiawargi. KTH U penggarap. Kedua K dengan luas tanah gar Ha yang berada di Pet

Gamba

Di Kelurahan U Desember 2006. Susuna Dedi Sadiman, wakil bendahara Bapak Ape 418 anggota. Awaln menjaga keamanan

46,390 Ha. Data yang diperoleh dari profil des l penduduk Kelurahan Urug pada tahun 2010 ri dari 3.930 orang penduduk laki-laki da Jumlah kepala keluarga sebanyak 598 Ke nduduk bermata pencaharian sebagai petani dan bu

rug terdapat di dalam kawasan hutan Perum H Singaparna RPH Sukaraja. Di Kelurahan i pan KTH. Dari delapan KTH tersebut, dua aan dengan PT. BKL Group yaitu KTH U

Urug diketuai oleh Bapak Mutakin denga KTH tersebut berada dibawah pengawasan L garapan yang dimitrakan dengan PT. BKL Group Petak 6E (Gambar 3).

bar 3 Kondisi hutan rakyat di Kelurahan Urug

n Urug terdapat LMDH Saronge yang terbentuk pa usunan pengurus LMDH Saronge yang terdiri da kil ketua Bapak Jeman, sekertaris Bapak Hendri

pep Mardianto. Pada LMDH Saronge terdiri lnya LMDH Saronge merupakan karang tar n lingkungan dan kelestraian hutan Kelura

desa menunjukkan 2010 sebesar 7.741 dan 3.811 orang Kepala Keluarga. dan buruh tani.

m Perhutani KPH n ini terdapat dua , dua diantaranya Urug dan KTH ngan 146 anggota n LMDH Saronge roup adalah 18,40 ug. uk pada tanggal 22 i dari ketua Bapak ndrik Elansyah, dan ri dari 6 KTH dan taruna yang aktif urahan Urug dari

perambahan dan pencurian kayu. Karang taruna ini bernama Forum Masyarakat Peduli Hutan (FHPM).

Selanjutnya pada tahun 2006 FHPB menjalin kemitraan dengan Perum Perhutani dalam bentuk kemitraan PHBM. Sejak menjalin kemitraan dengan Perum Perhutani, Karang Taruna FMPH mengalami perubahan nama menjadi Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Saronge. Kegiatan kemitraan yang dilakukan LMDH Saronge dengan BKL Group adalah berupa jual beli kayu sengon dimana BKL Group berperan sebagai tempat pemasarannya. Kegiatan usaha jual beli kayu yang dilakukan oleh LMDH Saronge berjalan dengan baik dan dapat menambah pendapatan anggota LMDH.

Sejalan dengan berlanjutnya kemitraan, LMDH Saronge mempunyai nilai yang baik dalam kinerja tingkat keamanan dan kelestarian hutan. Sehingga pada Tanggal 20-22 Mei 2010 ketika Acara Kongres LMDH se-Jawa Madura, Kawasan Hutan Urug akan dikembangkan sebagai kawasan wisata Urug (Agro Pariwisata Hutan Urug). Rencana pengembangan kawasan wisata ini telah mendapat persetujuan dari Walikota Tasikmalaya, Adm. KPH Tasikmalaya, Direktur Utama Perum Perhutani dan Menteri Kehutanan yang pada kesempatan Acara Kongres LMDH se-Jawa Madura tersebut turut dalam peninjauan lokasi kawasan wisata.

4.3 Kondisi Umum Desa Leuwibudah

Desa Leuwibudah termasuk kedalam wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Batas wilayah desa meliputi :

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Linggaraja Kecamatan Sukaraja - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tarunajaya Kecamatan Sukaraja - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Margalaksana Kecamatan Sukaraja.

Desa Leuwibudah memiliki luas wilayah 420.000 Ha, dengan bentang wilayah yang berbukit-bukit. Dari total luas lahan wilayah Desa Leuwibudah tersebut penggunaan yang paling besar adalah untuk lahan pertanian seperti lahan basah (sawah), pertanian lahan kering, dan perkebunan rakyat (Gambar 4). Jumlah total penduduk 5.709 jiwa, terdiri dari 2.884 orang laki-laki dan 2.825 orang perempuan.

Secara administ 36 RT. Desa Leuwibuda seorang sekretaris de oleh Badan Perwakila terdapat di desa ini ant LKMD. Gam Ditinjau dari ja digunakan, diketahui Sukaraja sekitar 7 km menggunakan kendar Desa Leuwibudah ke waktu tiga perempat j

4.4 KPH Tasikmalaya

Kesatuan Pema adminiatrasi Kabupat kecil masuk wilayah KPH Tasikmalaya te 108º28’5’’ BT. Kaw

nistratif Desa Leuwibudah terbagi menjadi 6 dus ibudah dipimpin oleh seorang kepala desa ya desa dan 12 orang aparat desa. Selain itu kepa kilan Desa (BPD) yang berjumlah 2 orang. Kel ni antara lain Kelompok Tani Hutan, PKK, Kara

ambar 4 Kondisi hutan di Desa Leuwibudah.

jarak, lama tempuh dan jenis kendaraan um hui bahwa jarak dari Desa Leuwibudah ke Ibukot

7 km dan dapat ditempuh selama seperemp ndaraan umum roda dua dan bus umum. Seme ke ibukota kabupaten sekitar 24 km dan dapat

t jam dengan menggunakan bus umum.

aya

angkuan Hutan Tasikmalaya sebagian besar aten Daerah Tingkat II Kabupaten Tasikmala ah administrasi Kota Tasikmalaya. Secara ge terletak pada 7º03’00 s/d 7º48’10’’ LS - 107º54’

awasan hutan yang dikelola oleh Perum

dusun, 13 RW dan yang dibantu oleh kepala desa dibantu elembagaan yang arang Taruna, dan

umum yang dapat bukota Kecamatan mpat jam dengan mentara jarak dari pat ditempuh dalam

r berada di dalam laya dan sebagian geografis wilayah 107º54’321’’ s/d Perhutani KPH

Tasikmalaya seluas 43.663,82 Ha dibagi dalam 5 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (Tabel 2).

Tabel 2 Pembagian kesatuan pemangkuan hutan

No BKPH Luas Hutan (Ha) Jumlah Desa

Hutan Jumlah Penduduk (Orang) 1. Tasikmalaya 10.489,92 26 127.388 2. Singaparna 8.851,54 25 118.562 3. Taraju 5.132,63 18 75.165 4. Karangnunggal 10.964,14 32 149.532 5. Cikatomas 8.425,59 22 103.983 Total 43.863,82 123 574.630

Di BKPH Singaparna RPH Sukaraja terdapat delapan LMDH yang tujuh diantaranya bermitra dengan PT. BKL Group yaitu: LMDH Taruna Mekar, LMDH Adem Sari, LMDH Sadukir, LMDH Pujangga, LMDH Sinar Hurip, LMDH Saronge dan LMDH Wargi Jaya.

4.5 PT.Bina Kayu Lestari (BKL) Group

4.5.1 Sejarah singkat perusahaan

PT. Bina Kayu Lestari (BKL) Group merupakan gabungan dari tiga perusahaan pengelolaan kayu yaitu PT. Bineatama Kayu Lestari, PT. Waroeng Batok Industry (WBI) dan PT. Albasi Priangan Lestari (APL). PT. BKL didirikan pada tanggal 20 Mei 1992 dengan pendiri sekaligus pemimpin perusahaan Bapak Deni Wijaya. PT. BKL beralamat di Jalan Raya Rajapolah km 7 Indihiang Tasikmalaya 46156 Jawa Barat (Gambar 5). Luas areal PT. BKL adalah 47.650 m², terdiri dari bangunan pabrik, perkantoran, gudang, jalan, mess karyawan, sarana ibadah dan tempat penyimpanan bahan baku.

Gambar 5 Kantor Pusat PT. Bina Kayu Lestari.

Sejalan dengan terus pesat dan majunya perusahaan, maka PT. BKL mulai melebarkan usahanya hingga ke seluruh wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Maka pada tahun 2003 PT. BKL berhasil membeli perusahaan kayu yang berlokasi di Kota Banjar, yaitu PT. WBI dan pada tahun 2007 berhasil membeli PT. APL yang berlokasi di Kabupaten Cilacap. Maka gabungan dari ketiga perusahaan pengolahan kayu ini diganti dengan nama BKL Group dengan kantor pusat di PT. Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya (Gambar 6).

Gambar 6 Peta lokasi PT. BKL Group.

4.5.2 Produk yang dihasilkan

Pada awalnya perusahaan ini bergerak pada bidang sawmill, produk pintu, papan laminasi, pinus finger join, bare core, plywood dan block board. Akan tetapi setelah penggabungan tiga perusahaan pengolahan kayu, maka pembuatan

produk dibagi menjadi tiga tempat produksi. Produk yang masih di produksi oleh PT. BKL sampai saat ini adalah bare core, block bord, dan polister. Sedangakan PT. WBI memproduksi block bord dan polister diproduksi oleh PT. APL. Sistem permodalan pada PT. BKL adalah murni biaya sendiri tanpa Penanaman Modal Asing (PMA).

Tujuan utama dalam pemasaran produk adalah mencakup pasar lokal dan ekspor. Adapun pemasaran ekspor untuk produk yang dihasilkan oleh PT. BKL adalah ke negara Taiwan, Cina, Korea, Singapura dan Jepang. Sedangkan untuk produk yang dihasilkan oleh PT. WBI diekspor ke Taiwan, Cina, Jepang, Korea, Singapura, Malaysia, Timur Tengah, Afrika dan Amerika. Untuk produk yang dihasilkan dari PT. APL diekspor ke Taiwan, Cina, Jepang, Korea, Singapura, Malaysia, Timur Tengah, Afrika, Amerika dan Eropa. Dengan omset penjualan PT. BKL Group ini mencapai USD 3,6 – 5,6 juta per bulan. (PT. Bina Kayu Lestari Group 2010)

4.5.3 Jumlah tenaga kerja

Pada awal berdiri jumlah tenaga kerja PT. BKL adalah 400 orang , namun sekarang berkembang menjadi 4.400 orang karyawan tetap dan 113 orang karyawan borongan yang terbagi kedalam tiga perusahaan. Di PT. Bineatama Kayone Lestari ada 1.250 orang karyawan tetap, di PT. WBI 2.250 orang karyawan tetap dan di PT. APL ada 900 orang karyawan tetap.

Pembagian waktu kerja di PT. BKL terbagi dua shif yang masing-masing bekerja selama 8 jam dengan satu jam waktu istirahat setiap harinya. Shif pertama bekerja dari pukul 08.00 – 16.00 WIB dan shif kedua bekerja dari pukul 16.00 - 24.00 WIB.

4.5.4 Sumber bahan baku

Kayu yang diolah menjadi bare core berasal dari kayu sengon yang dibeli dari petani-petani hutan rakyat disekitar kota Tasikmalaya, Ciamis, Banjar dan Majenang. Kayu sengon ini diperoleh dari supplier yang pada umumnya merupakan mitra dari PT. BKL dengan sistem pola kemitraan, dimana bibit sengon dan bandsaw yang dimiliki mitra (supplier) berasal dari perusahaan.

Selain itu, pada pola kemitraan ini dilaksanakan pula program tumpang sari yang bekerjasama dengan PT. Garuda Food serta program penggemukan ternak sapi. Akan tetapi dikarenakan ketersediaan bahan baku dari supplier semakin terbatas, maka pada tahun 2003 didirikan Bina Siliwangi Lestari (BSL) dan Bina Lodaya Lestari (BLL). BSL merupakan proyek kerjasama PT. BKL dengan KODAM III Siliwangi (Gambar 7), dengan memanfaatkan tanah TNI, tanah HGU, dan tanah Negara untuk menanam sengon. Sedangkan BLL merupakan proyek kerjasama PT. BKL dengan Polda Jabar, dengan memanfaatkan tanah Perhutani dan tanah masyarakat untuk menanam sengon. Biaya untuk mengelola tanaman adalah sebesar Rp 43.643.862,00 per Ha dan untuk biaya pemanenan sebesar Rp 70.000,00 per m3.

Gambar 7 Peta Sebaran Lahan yang dimitrakan dengan PT. BKL Group.

4.6 PT. Bina Inti Lestari (BIL)

PT. Bina Inti Lestari merupakan anak perusahaan PT. BKL Group yang didirikan pada Tanggal 15 Agustus 2007. Perusahan ini merupakan bagian dari PT. BKL Group yang dikhususkan untuk menangani kemitraan dan penanaman berkesinambungan. Karyawan PT. BIL ada 11 orang yang merupakan gabungan

dari ketiga perusahaan utama yaitu PT. Bineatama Kayuone Lestari, PT. Warung Batok Industry dan PT. Albasi Priangan Lestari yang terdiri dari seorang direktur utama, dua orang direktur, dua orang tenaga ahli dan lima kepala bagian yang membawahi beberapa seksi. Bagian-bagian dari PT. BIL yaitu bagian perencanaan, bagian tanaman, bagian umum dan personalia, bagian kemitraan dan bagian keuangan.

Sejak tahun 2003, PT. BKL Group mulai melaksanakan proyek kemitraan pada program kerjanya maka sangat dibutuhkan staf khusus/bagian khusus dari perusahaan untuk menangani mitra-mitra tersebut. Mitra yang bekerjasama dengan PT. BKL Group adalah 500 industri kecil penggergajian, 14 industri kecil pengolahan veneer dan 40.000 petani sengon pada luas lahan 5.000 Ha yang tersebar di wilayah Kabupaten Garut, Kabupaten/Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kota Banjar, dan Kabupaten Cilacap.

Tugas Pokok PT. BIL, yaitu : 1. Pengendalian Bahan Baku

Perusahaan bersama mitra berupaya untuk mencukupi seluruh kebutuhan bahan baku perusahaan (industri hilir), dengan cara mengatur alokasi dan distribusi bahan baku, stabilisasi supply bahan baku sengon, optimalisasi mesin produksi yang dikelola mitra dan mengamankan sumber/potensi-potensi bahan baku.

2. Mengembangkan & Memperkuat Kemitraan

Secara profesional untuk menjalin, memelihara, menjaga, memperkuat dan menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan kemitraan, meningkatkan service/pelayanan atas kebutuhan mitra dan memperkuat jejaring kemitraan dengan menciptakan prospek usaha-usaha baru.

3. Penanaman Sengon yang Berkesinambungan

Berupaya untuk menempatkan dan mempertahankan kayu sengon agar tetap menjadi tanaman kayu unggulan dengan cara: (a) target memiliki jumlah tanaman sengon yang mencukupi kebutuhan, (b) sebagai upaya membuka peluang kesempatan kerja dan pemberdayaan MDH, dan (c) turut serta dalam upaya meningkatkan Human Development Index (HDI).

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Responden 5.1.1 Umur

Petani peserta kemitraan di Desa Mekarjaya KTH Mawarsari berjumlah 82 orang, di Kelurahan Urug KTH Urug berjumlah 147 orang dan di Desa Leuwibudah KTH Risma Lestari Albasia berjumlah 123 orang. Setiap kelompok tersebut diambil 30 orang responden berdasarkan luas lahan hutan yang digarap. Responden yang didapat memiliki umur berkisar antara 25-85 tahun (Tabel 3).

Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan umur

Karakteristik Desa Mekarjaya

Kelurahan Urug Desa Leuwibudah Total n % n % n % n % Umur 25 – 35 4 13 5 17 4 13 13 14 36 – 45 3 10 10 34 10 34 23 26 46 - 55 13 44 4 13 10 34 27 30 56 – 65 6 20 4 13 4 13 14 16 66 - 75 4 13 6 20 2 6 12 13 76 - 85 0 0 1 3 0 0 1 1 Total 30 100 30 100 30 100 90 100

Diketahui petani yang termuda berumur 25-35 tahun berjumlah 13 orang dengan persentase 14%, sedangkan petani yang tertua hanya ada satu orang yang berumur antara 76-85 tahun dengan persentase 1% dari total respoden. Petani terbanyak berumur 36-55 tahun dengan persentase 50%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani yang bermitra masih muda dan memiliki cukup tenaga untuk mengolah usaha taninya serta memiliki cukup pengalaman dalam mengelola dan mengusahakan lahannya.

5.1.2 Tingkat pendidikan

Umumnya masyarakat pedesaan mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini terlihat pada tingkat pendidikan di Desa Mekarjaya, Kelurahan Urug dan Desa Leuwibudah (Tabel 4).

Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan pendidikan

Pendidikan

Desa

Mekarjaya Kelurahan Urug

Desa Leuwibudah Total n % n % n % n % Tidak Sekolah 4 13 1 3 0 0 5 6 Tidak tamat SD 3 10 7 23 0 0 10 11 SD 23 77 17 57 30 100 70 78 SMP 0 0 2 7 0 0 2 2 SMA 0 0 3 10 0 0 3 3 Total 30 100 30 100 30 100 90 100

Mayoritas pendidikan responden pada ketiga tempat adalah SD dengan persentase 78%, yang tidak tamat SD 11% dan yang tidak sekolah 6%. Sedangkan untuk responden yang melanjutkan sekolah hingga jenjang SMP dan SMA hanya 5% dari total responden. Hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi masyarakat yang rendah serta kesadaran masyarakat pedesaan akan pentingnya pendidikan juga masih kurang. Tingkat pendidikan yang tergolong rendah ini juga turut mempengaruhi pola pikir dan perilaku petani dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan (Hardjanto 1990).

5.1.3 Jumlah anggota keluarga

Secara umum, jumlah anggota keluarga turut mempengaruhi besarnya pengeluaran rumah tangga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan petani tersebut. Hal ini berdampak pula pada perubahan pola pikir petani dalam mengolah hutan. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah anggota keluarga 1-3 orang sebesar 64% dan 28% responden memiliki jumlah anggota keluarga 4-6 orang. Sedangkan 8% responden memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari enam orang (Tabel 5).

Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota Keluarga

Desa Mekarjaya Kelurahan Urug Desa Leuwibudah Total n % n % n % n % 1 - 3 14 46 18 60 26 87 58 64 4 - 6 11 37 11 37 3 10 25 28 >6 5 17 1 3 1 3 7 8 Total 30 100 30 100 30 100 90 100

5.1.4 Luas kepemilikan lahan

Luas tanah garapan turut mempengaruhi besar kecilnya pendapatan petani dalam usaha tani. Semakin luas tanah garapan, maka hasilnya juga akan semakin melimpah karena hasil panen akan semakin banyak (Tabel 6).

Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan kepemilikan lahan

Luas lahan (Ha)

Desa

Mekarjaya Kelurahan Urug Desa Leuwibudah Total

n % n % n % n %

< 0,1 25 83 2 7 3 10 30 33

0,1 – 0,5 5 17 27 90 24 80 56 62

> 0,5 0 0 1 3 3 10 4 5

Total 30 100 30 100 30 100 90 100

Sebagian besar responden memiliki luas lahan antara 0,1-0,5 Ha dengan