• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan program Software Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 17. Dalam penelitian ini SoftwareSPSS digunakan untuk mengolah data dari analisis faktor.

3.5.1. Uji Validitas

Tahap awal dalam pengolahan data adalah dengan menguji validitas kuesioner. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2003). Uji validitas diketahui dengan cara menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masing-masing pernyataan dengan skor total memakai rumus teknik korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut :

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑ … … … . . .

Keterangan :

= Koefisien validitas yang dicari n = Jumlah responden

X = Skor masing-masing pertanyaan X Y = Skor masing-masing pertanyaan Y

Dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap kuesioner dengan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian dilakukan terhadap 30 orang responden dan diolah dengan menggunakan Software SPSS versi 17 dan dibantu dengan Microsoft Excel 2007. Validitas kuesioner dapat dilihat dari nilai korelasi (r) antara skor total dengan skor masing-masing pertanyaan. Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 30, maka nilai r tabel

pada taraf signifikan (α=0,05) adalah 0,361. Butir pertanyaan dinyatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel. Hasil pengujian tingkat validitas menunjukkan bahwa r hitung atribut dalam pertanyaan tersebut memiliki nilai korelasi, yaitu r hasil antara 0,3767 sampai dengan 0,8232 dan tidak ada yang lebih kecil dari r tabel 0,361. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner dinyatakan sahih.

3.5.2. Uji Reliabilitas

Jika alat ukur telah dinyatakan valid, selanjutnya reliabilitas alat ukur tersebut diuji. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur didalam mengukur gejala yang sama, setiap alat ukur harus memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten (Umar, 2003). Terdapat banyak teknik untuk mengukur reliabilitas, diantaranya adalah teknik Test-Reset, teknik Spearman-Brown, teknik Cronbach’s Alpha dan teknik observasi. Dalam penelitian ini digunakan teknik Cronbach’s Alpha dengan bantuan menggunakan Software SPSS versi 17. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 responden dimana reliabilitas variabel dikatakan baik apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,60. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

… … … . … … … . . . Dimana :

Reliabilitas instrumen Banyak butir pertanyaan

Jumlah ragam total

∑ Jumlah ragam butir

Rumus untuk mencari nilai ragam adalah :

∑ ∑

… … … . . … … . Dimana :

Ragam

Jumlah contoh (responden) Nilai skor yang dipilih

Berdasarkan hasil pengolahan data, maka dapat diketahui bahwa nilai alpha sebesar 0,879 untuk 30 orang responden. Nilai alpha tersebut lebih besar dari 0,60, hal ini mengandung pengertian bahwa pertanyaan di dalam kuesioner tersebut dapat dikatakan reliabel. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 3.

3.5.3. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik umum konsumen TJWP Bogor, menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian dan mengetahui tingkat kepuasan konsumen TJWP Bogor. Analisis deskriptif bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas. Data yang terkumpul dalam riset pemasaran seperti survey biasanya memiliki nilai observasi yang cukup beragam sehingga akan sulit dan kurang bermakna bila periset mengartikan tiap nilai observasi yang diperoleh (Istijanto, 2005). Menurut Afiana (2006) analisis deskriptif dapat dirumuskan sebagai berikut :

% … … … . .

Dimana :

P = Persentase responden yang memilih kategori tertentu Jumlah responden yang memilih kategori tertentu

∑ Total jawaban

3.5.4. Analisis Faktor

Analisis yang digunakan untuk mengetahui atribut-atribut yang dipentingkan oleh konsumen TJWP Bogor adalah analisis faktor. Analisis faktor termasuk pada interdependence techniques, yang berarti tidak ada variabel dependen ataupun variabel independen. Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antar sejumlah variabel-variabel yang saling independen satu dengan yang lain, sehingga dapat dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal (Santoso, 2005).

Menurut Simamora (2005) terdapat dua metode dasar analisis faktor, yaitu principal component analysis dan common factor analysis. Pricipal component analysis menggunakan total varians dalam analisisnya. Metode ini menghasilkan faktor yang memiliki specific variance dan error variance yang paling kecil. Common factor analysis mengekstrak faktor hanya berdasarkan common variance. Metode ini dapat dipakai apabila tujuan utama sebuah penelitian adalah untuk mengetahui dimensi-dimensi laten atau konstruksi yang mendasari variabel-variabel asli.

Menurut Wibisono dalam Fitriyana (2009), Prinsip kerja analisis faktor adalah dari n variabel yang diamati dimana beberapa variabel mempunyai korelasi, maka dapat dikatakan bahwa variabel tersebut memiliki p faktor umum (common factor) yang mendasari korelasi antar variabel dan juga m faktor unik (unique factor) yang membedakan tiap variabel. Faktor umum dilambangkan dengan F1, F2, F3, F4,...,Fm dan faktor unik U1, U2, U3, U4,...,Um. Model matematis dasar analisis faktor yang digunakan untuk setiap variabel independen X1 adalah sebagai berikut:

, , , , … . … … … … Dimana :

Xi = variabel independen ke-i Fj = faktor kesamaan ke-j Ui = faktor unik ke-i

Aij = koefisien faktor kesamaan Bi = koefisien faktor unik

Menurut Santoso (2005), Analisis faktor meliputi proses sebagai berikut : 1. Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis.

2. Menguji variabel-variabel yang akan ditentukan, dengan menggunakan metode Barlett test of sphericity.Untuk menguji kesesuaian pemakaian analisis faktor, digunakan metode Kaiser-Meyer-Olkin (KMO). KMO adalah uji yang nilainya berkisar antara 0 sampai 1. Apabila nilai indeks tinggi (berkisar antara 0,5 sampai 1,0), analisis faktor layak dilakukan. Sebaliknya, apabila nilai KMO dibawah 0,5 maka analisis

faktor tidak layak dilakukan (Simamora, 2005). Untuk menentukan apakah proses pengambilan sampel sudah memadai atau tidak digunakan pengukuran Measure of Sampling Adequacy (MSA). Angka MSA berkisar antara 0 sampai 1, dengan kriteria:

a. MSA=1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain.

b. MSA>0,5, variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut.

c. MSA<0,5,variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya. 3. Melakukan proses factoring, yaitu menurunkan satu atau lebih faktor

dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel sebelumnya. 4. Melakukan proses factor rotation atau rotasi terhadap faktor yang telah

terbentuk. Tujuan rotasi untuk memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu.

5. Interpretasi atas faktor yang terbentuk, khususnya member nama atas faktor yang terbentuk tersebut yang dianggap dapat mewakili variabel- variabel anggota faktor tersebut.

6. Validasi hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk telah valid.

Hasil utama dari analisis faktor dalam penelitian ini adalah nilai communality dari faktor reliability, responsiveness, assurance, tangible, dan empathy. Semakin tinggi nilai communality, maka variabel tersebut semakin dipentingkan oleh konsumen (Miftah, 2010).

       

Dokumen terkait