• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

J. METODE PENGUJIAN

1. Pengukuran Total Padatan Terlarut (Apriyantono 1989).

Ekstrak tepung ubi garut, cookies ubi garut, ubi jalar, cookies ubi jalar dan SPF diukur total padatan terlarutnya. Cawan porselen dikeringkan selama 2 jam dalam oven bersuhu 100oC, didinginkan dalam desikator sehingga diperoleh berat konstan. Kemudian cawan tersebut ditimbang (a gram). Sebanyak 1 ml ekstrak ditempatkan ke dalam cawan porselen tersebut dan ditimbang berat larutan ekstrak (b gram). Cawan yang telah berisi ekstrak kemudian ditempatkan dalam oven selama sehari semalam. Setelah kering, cawan berisi sampel ekstrak didinginkan dalam desikator selama 10 menit atau hingga diperoleh berat cawan konstan. Berat cawan yang berisi ekstrak kering kemudian ditimbang (c gram). Total padatan terlarut dihitung dari hasil perbandingan berat ekstrak setelah dikeringkan dengan berat ekstrak sebelum dikeringkan dan dikalikan 100%.

% 100 x b a c TPT = −

Ekstrak tepung ubi garut, cookies ubi garut, ubi jalar, cookies ubi jalar dan SPF dipersiapkan dengan TPT 5%. Ekstrak tepung ubi garut, cookies ubi garut, ubi jalar, cookies ubi jalar dan SPF yang sudah diencerkan, kemudian disterilisasi secara bertahap dengan membran filter 0.45 µm dan 0.2 µm.

2. Penyiapan Sampel Feses

Penyiapan Sampel Feses pada Pengujian Potensi Prebiotik Ekstrak Ubi Garut dan SPF secara in vivo. Sampel feses dari setiap dua ekor tikus pada kelompok yang sama sebelum dilakukan pengujian digabung, sehingga dari setiap kelompok perlakuan didapatkan 3 (tiga) sampel feses tikus atau untuk empat perlakuan ada 12 sampel. Setiap sampel kemudian dihancurkan dan dibagi dua secara aseptis dan ditimbang beratnya. Bagian pertama diencerkan dengan larutan fisiologis NaCl 0.85% steril sehingga didapatkan pengenceran 10-1. Penyiapan sampel ini dilakukan untuk analisa jumlah total mikroba, BAL, dan E. coli

(AOAC 1990). Bagian kedua diencerkan dengan media Lactose Broth sehingga didapatkan pengenceran 10-1, penyiapan sampel ini dilakukan untuk analisa

3. Metode Pengujian Mikrobiologi

Total Mikroba (AOAC 1990). Suspensi sampel dalam larutan fisiologis NaCl 0.85% (pengenceran 10-1) dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan fisiologis NaCl 0.85% sehingga diperoleh pengenceran 10-2, kemudian dengan cara yang sama dibuat pengenceran 10-3, 10-4 dan seterusnya sampai tingkat pengenceran yang diinginkan (diharapkan hasil plating didapat antara 25-250 koloni). Pada tingkat pengenceran yang sesuai, suspensi sampel dipipet 1 ml secara aseptik dan dipupukkan ke dalam cawan steril (duplo) kemudian dituangi PCA, digoyangkan supaya rata dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam. Pengamatan jumlah koloni yang tumbuh dihitung sebagai total mikroba.

Perhitungan jumlah E. coli (AOAC 1990). Suspensi sampel dalam larutan fisiologis NaCl 0.85% (pengenceran 10-1) dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan fisiologis NaCl 0.85% sehingga diperoleh pengenceran 10-2, kemudian dengan cara yang sama dibuat pengenceran 10-3, 10-4 dan seterusnya sampai tingkat pengenceran yang diinginkan (diharapkan hasil plating didapat antara 25-250 koloni). Suspensi sampel dari tingkat pengenceran yang sesuai dipipet 1 ml dan dipupukkan ke dalam cawan petri steril (duplo), dituangi EMBA dan digoyang supaya rata kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah koloni fekal dan non fekal. Koloni tipikal E. coli adalah koloni berwarna hijau metalik (fekal).

Perhitungan jumlah BAL (AOAC 1990). Suspensi sampel dalam larutan

fisiologis NaCl 0.85% (pengenceran 10-1) dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan fisiologis NaCl 0.85% sehingga diperoleh pengenceran 10-2, kemudian dengan cara yang sama dibuat pengenceran 10-3, 10-4 dan seterusnya sampai tingkat pengenceran yang diinginkan (diharapkan hasil plating didapat antara 25-250 koloni). Perhitungan jumlah BAL dilakukan dengan metode tuang (sama seperti total mikroba dan E. coli), suspensi sampel dari tingkat pengenceran yang sesuai (10-5, 10-6 , 10-7 dan 10-8) dipipet 1 ml dan dipupukkan ke dalam cawan petri steril kemudian dituangi media MRSA, digoyang supaya rata dan

diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam. Koloni yang tumbuh dihitung sebagai jumlah BAL.

Uji Salmonella (BAM 2005). Suspensi sampel di dalam Lactose Broth

(LB) yang telah diinkubasi pada suhu ruang selama 1 jam, diinkubasikan kembali pada suhu 37oC selama 24 + 2 jam. Setelah diinkubasi, suspensi bakteri dipipet 1 ml secara aseptis dan dimasukkan ke dalam media SCB kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 + 2 jam. Apabila warna media berubah menjadi keruh maka dilakukan langkah selanjutnya.

Sampel diambil secara aseptis dengan ose kemudian digoreskan pada media HEA (digores secara kuadran) dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 + 2 jam. Setelah diinkubasi, koloni-koloni tipikal yang tumbuh pada media diamati. Ciri-ciri koloni tipikal Salmonella pada HEA adalah warna biru kehijauan, dengan atau tanpa warna hitam di bagian tengah koloni, beberapa tampak sebagai koloni yang besar, berwarna hitam di tengahnya atau tampak sebagai koloni yang hampir semuanya berwarna hitam. Apabila terdapat koloni tipikal tersebut maka dilakukan langkah selanjutnya.

Koloni tipikal Salmonella yang tumbuh pada media HEA diambil dan digoreskan ke agar miring TSIA dan LIA kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 + 2 jam dengan tutup tabung agak dilonggarkan untuk mencegah produksi H2S berlebih. Setelah diinkubasi, perubahan-perubahan warna pada

media diamati. Hasil reaksi spesies Salmonella yang positif pada media TSIA akan menunjukkan warna merah pada bagian atas media agar sebagai tanda diproduksinya senyawa basa pada goresan miring dan bagian dasar media agar berwarna kuning sebagai tanda diproduksinya asam di dasar tabung dengan atau tanpa produksi H2S (kehitaman pada agar). Tipikal kultur Salmonella pada media

LIA menghasilkan warna ungu (alkali) pada dasar tabung reaksi. Sedangkan bila membentuk warna kuning menunjukkan reaksi asam, berarti uji Salmonella

negatif. Umumnya Salmonella pada media LIA menghasilkan H2S. Beberapa

yang bukan kultur Salmonella menghasilkan warna merah bata pada media LIA miring.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. TEPUNG UBI GARUT, UBI JALAR, SPF DAN COOKIES

Tepung ubi garut yang dihasilkan berwarna putih dengan rendemen rata- rata sebesar 22.62% (Lampiran 5). Tepung ubi jalar yang dihasilkan berwarna putih dengan rendemen rata-rata sebesar 29.71% (Lampiran 6) dan kadar air 4.98%. Hasil analisa proksimat tepung ubi garut dapat dilihat pada Tabel 6. Komposisi kimia tepung SPF yang diperoleh dari Seafast Center SPF dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 6 Komposisi kimia tepung ubi garut

Komposisi % Protein 8.50 Lemak 4.04 Serat 3.18 Air 7.13 Mineral 3.19 Karbohidrat 73.96

Tabel 7 Komposisi kimia tepung SPF

Komposisi % Protein 10.08 Lemak 5.66 Serat 8.52 Air 2.84 Mineral 2.84 Karbohidrat 78.58

Dari 280 g tepung ubi garut/ubi jalar, 180 g mentega (Blue BandTM), 80 g sukrosa dan 2 butir kuning telur, berat cookies ubi garut yang diperoleh sebanyak 510 g, sedangkan berat cookies ubi jalar sebanyak 518 g. Meskipun formulasi

cookies yang digunakan sama namun rendemen cookies ubi garut lebih kecil

dibandingkan dengan cookies ubi jalar. Hal ini dikarenakan kadar air tepung ubi garut (7.13%) lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air tepung ubi jalar (4.98%).