• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini adalah:

1.5.1 Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian (Yatim Riyanto, 2010: 96).

Penulis melakukan observasi awal untuk memperoleh data mengenai kondisi perpustakaan SMP N 2 Kebakkramat.

1.5.2 Wawancara

Interview atau wawancara merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek responden (Yatim Riyanto, 2010: 82). Penulis melakukan wawancara dengan petugas perpustakaan terkait dengan jumlah koleksi bahan pustaka yang ada di perpustakaan SMP N 2 Kebakkramat serta kiat atau cara pemeliharaan bahan pustaka.

1.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada (Yatim Riyanto, 2010: 103). Penulis melakukan pencatatan terkait dengan data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan tugas akhir ini.

1.5.4 Studi Pustaka

Adalah cara pengumpulan data yang digunakan sebagai acuan dan rujukan dalam pengolahan data dan menafsirkannya harus dilakukan dengan tolok ukur berupa teori-teori yang diterima kebenarannya di

commit to user

dalam berbagai literatur (Nawawi, 1994: 23). Penulis mengutip referensi yang sesuai dengan judul tugas akhir dan menjadikannya sebagai landasan teori.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Secara umum perpustakaan mempunyai arti sebagai suatu tempat yang di dalamnya terdapat kegiatan penghimpunan, pengolahan, dan penyebarluasan (pelayanan) segala macam informasi, baik yang tercetak maupun yang terekam dalam berbagai media seperti buku, majalah, surat kabar, film, kaset, tape recorder, video, komputer, dan lain-lain (Pawit M.

Yusuf dan Yaya Suhendar, 2010: 1).

Menurut Elin Rosalin (2008: 19)

“Perpustakaan adalah salah satu bentuk organisasi sumber belajar yang menghimpun berbagai informasi dalam bentuk buku dan bukan buku yang dapat dimanfaatkan oleh pemakai (guru, dosen, siswa/mahasiswa, dan masyarakat) dalam upaya mengembangkan kemampuan dan kecakapannya.”

Sedang pengertian yang lain, perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari gedung/bangunan, atau gedung itu sendiri, yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur demikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca (Sutarno, 2003: 7). Sementara itu, perpustakaan sekolah adalah kumpulan bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan buku (non book material) yang diorganisasi secara sistematis, dalam suatu ruang sehingga dapat membantu murid-murid dan guru-guru dalam proses belajar mengajar di sekolah (Ibrahim Bafadal, 2006:4-5).

commit to user

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan terdiri dari perpustakaan umum dan perpustakaan sekolah, yang mana perpustakaan itu mengandung arti suatu tempat yang di dalamnya terdapat berbagai macam koleksi buku dan bukan buku yang telah terkoordinasi untuk memberikan informasi bagi siapa saja yang membutuhkan.

2.2 Ciri Perpustakaan

Perpustakaan memang bukan hal yang baru lagi dalam dunia pendidikan. Keberadaannya sekarang mulai mendapatkan apresiasi dari masyarakat, bahkan sekarang ada Undang-undang tentang perpustakaan. Hal ini membuat perpustakaan merupakan salah satu bagian penting dalam membangun masyarakat yang cerdas dan berkualitas. Namun begitu, masih ada yang menganggap jika perpustakaan hanyalah tempat tumpukan buku-buku. Berikut adalah ciri perpustakaan menurut Ibrahim Bafadal (2006: 2-3), yaitu:

1. Perpustakaan itu merupakan suatu unit kerja 2. Perpustakaan mengelola sejumlah bahan pustaka 3. Perpustakaan harus digunakan oleh pemakai 4. Perpustakaan sebagai sumber informasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

2.3 Fungsi Perpustakaan Sekolah

Berbicara soal fungsi perpustakaan, maka dengan singkat dapat diuraikan disini bahwa perpustakaan tidak boleh sekali-kali menjadi semacam gudang buku ataupun merangkap sebagai ruang belajar saja. Oleh karena itu, perpustakaan harus dapat difungsikan untuk hal-hal berikut:

1. Jantung dari semua program pendidikan di setiap institusi, yakni harus mampu membantu dan manjadi pusat dari kegiatan-kegiatan akademis lembaga pendidikannya.

2. Pusat alat-alat pengajaran atau instuctional materials center. Dalam hal ini membantu memperlancar jalannya proses belajar serta praktik-praktik pembelajaran, perpustakaan dapat memberikan/menyediakan bahan-bahan dan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh para guru dalam pembelajaran di kelas, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya. Demikian juga, perpustakaan dapat memberikan layanan kepada masyarakat di luar lingkungan institusi dengan menyediakan/memberikan jasa-jasanya, bahan-bahannya, serta fasilitas-fasilitas yang diperlukan seperti film-film, filstrip-filstrip, bahan-bahan lainnya, ruang konferensi/diskusi, dan bantuan tenaga-tenaga ahli perpustakaannya.

3. Clearing house (pusat pengumpulan/penyimpanan) bagi semua penerbitan dari dan tentang daerahnya maupun alam, sebagaimana dalam salah satu tugas pokok perpustakaan yakni the preservation knowledge. Fungsi ini sangat penting sekali bagi setiap lembaga

commit to user

pendidikan, karena dengan adanya clearing house setiap orang akan mudah mencari keterangan-keterangan, data-data, bahan-bahan comparative, bahan-bahan mentah tentang daerahnya atau suatu bidang pengetahuan tertentu dalam usaha-usahanya melakukan research atau lain-lainnya.

4. Social center dan pusat kegiatan kultural masyarakat setempat.

Perpustakaan harus terbuka bagi pengunjung dari berbagai kalangan masyarakat yang sangat luas untuk mempergunakan fasilitas-fasilitas, jasa-jasa, dan bahan-bahan yang disediakan oleh perpustakaan itu.

Dengan adanya pertemuan orang-orang inilah serta adanya fasilitas-fasilitas dan jasa-jasa yang disediakan oleh perpustakaan memungkinkan terjadinya kegiatan-kegiatan sosial dan kultural yang sangat menguntungkan baik bagi lembaga yang bersangkutan maupun masyarakat pada umumnya (Elin Rosalin, 2008: 23-24).

Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya sekedar menghimpun dan mengumpulkan bahan pustaka, tetapi untuk membantu dan menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah, sehingga diharapkan perpustakaan mampu menjadi sumber segala informasi yang dibutuhkan seluruh warga sekolah. Oleh karena itu, bahan pustaka perpustakaan sekolah harus disesuaikan dengan kurikulum sekolahnya, dan mengacu pada selera para pemustaka yaitu murid dan guru.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Dengan demikian perpustakaan sekolah mempunyai beberapa fungsi yaitu:

1. Fungsi edukatif

Di dalam perpustakaan sekolah disediakan buku-buku baik buku fiksi maupun non fiksi. Adanya buku-buku tersebut dapat membiasakan murid-murid belajar mandiri tanpa bimbingan guru, baik secara individual atau kelompok. Adanya perpustakaan sekolah dapat meningkatkan interest membaca murid-murid, sehingga teknik membaca semakin lama semakin dikuasai oleh murid-murid. Selain itu di dalam perpustakaan sekolah tersedia buku-buku yang sebagian besar pengadaannya disesuaikan dengan kurikulum sekolah. Hal ini dapat menunjang penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh sebab itu, kiranya dapat kita katakan bahwa perpustakaan sekolah memiliki fungsi edukatif.

2. Fungsi informatif

Perpustakaan yang sudah maju tidak hanya menyediakan bahan-bahan pustaka yang berupa buku-buku, tetapi juga menyediakan bahan-bahan yang bukan berupa buku (non book material) seperti majalah, buletin, surat kabar, pamflet, guntingan artikel, peta, bahkan dilengkapi juga dengan alat-alat pandang dengar seperti overhead projector, slide projector, filmstrip projector, televisi, video, tape recorder, dan sebagainya. Semua ini akan memberikan informasi atau keterangan yang diperlukan oleh murid-murid. Oleh sebab itu perpustakaan sekolah memiliki fungsi informatif.

3. Fungsi tanggung jawab administratif

Fungsi ini tampak pada kegiatan sehari-hari di perpustakaan sekolah, di mana setiap ada peminjaman dan pengembalian buku selalu dicatat oleh guru pustakawan. Setiap murid yang akan masuk ke perpustakaan sekolah harus menunjukkan kartu anggota atau kartu pelajar, tidak diperbolehkan membawa tas, tidak boleh mengganggu teman-temannya yang sedang belajar.

Apabila ada murid yang terlambat mengembalikan buku pinjamannya didenda, dan apabila ada murid yang telah menghilangkan buku pinjamannya harus menggantinya, baik dengan cara dibelikan di toko, maupun difotokopikan. Semua ini selain mendidik murid-murid ke arah tanggung jawab, juga membiasakan murid-murid bersikap dan bertindak secara administratif.

4. Fungsi riset

Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, bahwa di dalam perpustakaan tersedia banyak bahan pustaka. Adanya bahan pustaka yang lengkap, murid-murid dan guru-guru dapat

commit to user

melakukan riset, yaitu mengumpulkan data atau keterangan-keterangan yang diperlukan. Misalnya seorang murid ingin meneliti tentang kehidupan orang-orang pada abad ke 17 yang lalu, atau seorang guru ingin meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tubuh seorang bayi, maka mereka (murid dan guru) dapat melakukan riset literatur atau yang dikenal dengan sebutan “library research” dengan cara membaca buku-buku yang tersedia di dalam perpustakaan sekolah.

5. Fungsi rekreatif

Adanya perpustakaan sekolah dapat berfungsi rekreatif. Ini tidak berarti bahwa secara fisik pergi mengunjungi tempat-tempat tertentu, tetapi secara psikologisnya. Selain itu, fungsi rekreatif berarti bahwa perpustakaan sekolah dapat dijadikan sebagai tempat mengisi waktu luang seperti pada waktu istirahat, dengan membaca buku-buku cerita, novel, roman, majalah, surat kabar, dan sebagainya (Ibrahim Bafadal, 2006: 7-8).

2.4 Tujuan Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah sebagai bagian yang terintegrasi dengan sekolah, merupakan salah satu sarana penting untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, perpustakaan harus mempunyai tujuan yang diselaraskan dengan sekolahnya itu sendiri. Menurut Sutarno (2003:

25) “Tujuan perpustakaan adalah agar tercipta masyarakat yang terdidik, terpelajar, terbiasa membaca dan berbudaya tinggi”. Sejalan dengan hal tersebut, maka tujuan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:

1. Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca para siswa.

2. Membantu menulis kreatif para siswa dengan bimbingan guru dan pustakawan.

3. Menumbuhkembangkan minat dan kebiasaaan membaca para siswa.

4. Menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk kepentingan pelaksanaan kurikulum.

5. Mendorong, menggairahkan, memelihara, dan memberi semangat membaca dan semangat belajar bagi para siswa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

6. Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar para siswa dengan membaca buku dan koleksi lain yang mengandung ilmu pengetahuan, dan teknologi yang disediakan oleh perpustakaan.

7. Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu senggang melalui kegiatan membaca, khususnya buku-buku dan sumber bacaan lain yang bersifat kreatif dan ringan, seperti fiksi, cerpen, dan lainnya (Pawit M. Yusuf dan Yaya Suhendar, 2010: 3).

2.5 Pengertian Pemeliharaan Bahan Pustaka

Menurut Pawit M. Yusuf dan Yaya Suhendar (2010: 119)

“Pemeliharaan adalah tindakan atau kegiatan mencegah, melindungi, dan memperbaiki semua fasilitas, sarana perabotan dan perlengkapan yang ada di perpustakaan, baik perlindungan dari kerusakan oleh sebab-sebab alamiah, maupun kerusakan akibat tangan-tangan usil manusia”

Sedangkan pengertian lainnya, “pemeliharaan dan perawatan koleksi perpustakaan adalah kegiatan menjaga atau mengusahakan agar bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan awet dan terawat dengan baik”

(Soeatminah, 1992: 126).

Menurut Yuliati, dkk (2011: 79) “Kegiatan pelestarian bahan perpustakaan yang meliputi pemeliharaan dan konservasi. Pemeliharaan bahan perpustakaan ialah tindakan melindungi bahan perpustakaan dari bahaya kerusakan atau kemusnahan”.

Pemeliharaan dokumen mencakup dua pengertian:

1. Pemeliharaan yang mengandung pengertian perlindungan dan perawatan bahan perpustakaan yang langsung di serang oleh berbagai unsur perusak.

commit to user

2. Pemeliharaan yang mengandung penjagaan dan perawatan tempat dan alat-alat penyimpanan bahan perpustakaan.

2.6 Tujuan Pemeliharaan

Tujuan pelestarian bahan pustaka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Menyelamatkan nilai informasi dokumen.

2. Menyelamatkan fisik dokumen.

3. Mengatasi kendala kekurangan ruang.

4. Mempercepat perolehan informasi (Karmidi Martoatmodjo, 1999: 5).

2.7 Fungsi pemeliharaan

Fungsi pelestarian ialah menjaga agar koleksi perpustakaan tidak diganggu oleh tangan jahil, serangga, atau jamur yang merajalela pada buku-buku yang ditempatkan di ruang yang lembab. Jika disimpulkan maka pelestarian memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi melindungi: bahan pustaka dilindungi dari serangga–

serangga, manusia, jamur, panas matahari, air, dan sebagainya.

Dengan pelestarian yang baik serangga dan binatang kecil tidak akan menyentuh dokumen. Manusia tidak akan salah dalam menangani dan memakai bahan pustaka. Jamur tidak akan sempat tumbuh, dan sinar matahari serta kelembaban udara di perpustakaan akan mudah dikontrol.

2. Fungsi Pengawetan: dengan dirawat baik-baik, bahan pustaka menjadi awet, bisa lebih lama dipakai,dan diharapkan lebih banyak pembaca dapat mempergunakan bahan pustaka terebut.

3. Fungsi kesehatan: dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi berih, bebas sumber dari debu, jamur, binatang perusak, sumber dan sarang dari berbagai penyakit, sehingga pemakai maupun pustakawan menjadi tetap sehat. Pembaca lebih bergairah membaca dan memakai perpustakaan.

4. Fungsi pendidikan: pemakai perpustakaan dan pustakawan sendiri harus belajar bagaimana memakai dan merawat dokumen. Mereka harus menjaga disiplin, tidak membawa makanan dan minuman ke dalam perpustakkan, tidak mengotori

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

bahan pustaka maupun ruang perpustakaan. Mendidik pemakai serta perpustakaan sendiri untuk disiplin tinggi dan menghargai kedisiplinan.

5. Fungsi kesabaran: merawat bahan pustaka ibarat merawat bayi atau orang tua, jadi harus sabar. Bagaimana kita bisa menambal buku berlubang, mmbersihkan kotoran binatang kecil dan tahi kutu buku dengan baik kalau kita tidak sabar. Menghilangkan noda dari bahan pustaka memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi.

6. Fungsi sosial: pelestarian tidak bisa dikerjakan seorang diri.

Pustakawan harus mengikut sertakan pembaca perpustakaan untuk tetap merawat bahan pustaka dan perpustakaan. Rasa pengorbanan yang tinggi harus diberikan oleh setap orang, demi kepentingan dan keawetan bahan pustaka.

7. Fungsi ekonomi: dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi lebih awet. Keuangan dapat dihemat. Banyak aspek ekonomi lain yang berhubungan dengan pelestarian bahan pustaka.

8. Fungsi keindahan: dengan pelestarian yang baik, penataan bahan pustaka yang rapi, perpustakaan tampak menjadi lebih indah, sehingga menambah daya tarik kepada pembaca (Karmidi Martoatmodjo, 1999: 6-7).

2.8 Unsur-unsur Pemeliharaan

Berbagai unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian bahan pustaka adalah:

1. Manajemenya, perlu diperhatikan siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan ini. Bagaimana prosedur pelestarian yang harus diikuti. Bahan pustaka yang akan diperbaiki harus dicatat dengan baik, apa saja kerusakannya, apa saja alat dan bahan kimia yang diperlukan dan sebagainya.

2. Tenaga yang merawat bahan pustaka dengan keahlian yang mereka miliki. Mereka yang mengerjakan pelestarian ini hendaknya mereka yang telah memiliki ilmu/ketrampilan dalam bidang ini. Paling tidak mereka sudah pernah mengikuti penataran dalam bidang pelestarian dokumen.

3. Laboratorim, suatu ruang pelestarian dengan berbagai peralatan yang diperlukan, misalnya alat penjilidan, lem, alat laminasi, alat untuk fumigasi, berbagai sikat untuk membersihkan debu

“Vacuum cleaner“ dan sebagainya. Sebaiknya setiap perpustakan memiliki ruang laboratoriun sebagai “bengkel“

commit to user

atau gudang buat bahan pustaka yang perlu dirawat atau diperbaiki.

4. Dana untuk keperluan kegiatan ini harus diusahakan dan dimonitor dengan baik, sehingga pekerjaan pelestarian tidak akan mengalami gangguan. Pendanaan ini tentu tergantung dari lembaga tempat perpustakan bernaung. Kalau tidak mungkin menyelenggarakan bagian pelestariaan sendiri, dianjurkan diadakan kerja sama dengan perpustakaan lain. Ini dapat menghemat biaya yang besar. Kalau di kota ada badan komersial dalam bidang ini Anda dapat menggunakan jasa mereka (Karmidi Martoatmodjo, 1999: 7).

2.9 Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka

Menurut Yuliati dkk (2011: 80-83) kerusakan bahan pustaka dapat disebabkan oleh beberapa faktor berikut:

1. Karakteristik bahan

Kerusakan bahan perpustakaan sangat tergantung dari karakteristik bahan yang dipakai. Ada jenis kertas yang tahan ratusan tahun, ada pula yang tahan hanya puluhan tahun saja. Ada negatif foto yang lapisan emulsinya stabil karena dari kaca, ada pula yang cepat buram karena dari bahan polyster.

2. Faktor lingkungan

a. Temperatur dan kelembaban udara

Perubahan temperatur akan menyebabkan perubahan kelembaban.

Fluktuasi yang drastis menyebabkan kerusakan pada kertas yaitu meregang dan mengendor, dan bila terjadi berulang-ulang maka ikatan rantai kimia serat selluose menjadi putus. Kelembaban yang terlalu rendah mengakibatkan tinta yang larut dalam air menyebar sehingga kertas pada buku akan saling menempel, sedangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

kelembaban yang tinggi karena temperatur yang rendah mengakibatkan pertumbuhan jamur tinggi, dan temperatur yang tinggi mengakibatkan kertas menjadi getas.

b. Cahaya

Cahaya/radiasi akan mempercepat oksidasi molekul serat sellulose sehingga ikatan rantai kimia menjadi terputus. Cahaya mempunyai pengaruh menggelantang, sehingga kertas menjadi pucat dan tinta memudar. Radiasi ultraviolet menyebabkan reaksi fotokimia yang memutuskan rantai kimia serat sellulose. Kerusakan akibat cahaya sangat bergantung pada panjang gelomnbang dan semakin lama pencahayaan akan berakibat semakin cepat rusak.

c. Pencemar udara

Macam-macam biota seperti serangga, jamur dan binatang pengerat merupakan penyebab kerusakan bahan perpustakaan. Serangga dan binatang perngerat memakan serat-serat kertas. Serangga yang biasa menyerang bahan perpustakaan adalah kecoa, silverfish,

commit to user

bookworm, dan rayap. Biasanya kerusakan yang ditimbulkkan tidak dapat dikembalikan seperti semula karena hilang ataupun berlubang. Sedangkan binatang pengerat seperti tikus merusak bahan perpustakaan karena memakannya atau untuk dijadikan sarang dan meninggalkan kotoran yang membuat bahan perpustakaan menjadi kotor. Jamur yang hidup subur pad temperatur 32-35o C, kelembaban > 70 %, gelap dan sedikit sirkulasi udara merusak bahan perpustakaan dengan melemahkan kertas dan menimbulkan noda permanen.

e. Rak dan lemari tidak memenuhi syarat

Rak dan lemari bahan perpustakaan yang tidak memenuhi syarat dapat merusak bahan perpustakaan. Ukuran buku yang lebih besar dari rak mengakibatkan kerusakan fisik seperti cover menjadi patah dan melengkung sehingga blok buku menjadi rapuh. Akibat dari rapuh tersebut, blok buku akan patah dan hancur.

f. Bencana

Bencana adalah faktor alam yang sulit diprediksi dan dielakkan.

Macam-macam bencana antara lain banjir, kebakaran, gempa bumi, dan kerusuhan. Bencana ini dapat memusnahkan bahan perpustakaan, seperti banjir mengakibatkan noda jamur dan kotoran yang dibawa air. Noda jamur sulit dihilangkan karena berakar pada sela-sela serat kertas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

3. Faktor manusia a. Kualitas kertas

Kualitas kertas yang dipakai rendah mengakibatkan cepatnya kerusakan bahan perpustakaan. Bahan yang baik adalah serat kertas yang tidak terdapat senyawa asam dan lignin.

b. Salah penanganan

Cara penanganan yang salah dan kurang hati-hati baik oleh staff maupun pemustaka jasa perpustakaan akan merusak bahan perpustakaan. Penanganan ini meliputi penyusunan (shelving), sirkulasi, perpindahan, pembacaan, dan sebagainya.

c. Mutu jilidan

Penjilidan harus sesuai dengan maksud, tujuan, dan bentuk jilidan.

Jilidan yang kurang sesuai walaupun kuat justru akan merusak bahan perpustakaan. Menjahit kembali bahan perpustakaan yang rusak juga mengakibatkan buku tidak bisa dibuka penuh. Bahan-bahan jilidan yang mengandung asam dan lignin akan mengakibatkan bahan perpustakann menjadi rapuh dan lemah, karena asam pada jilidan kan berpindah ke kertas dalam buku.

Memotong jilidan agar kelihatan rapi juga akan mengakibatkan hilangnya tulisan bila akan dijilid ulang.

commit to user

2.10 Pertimbangan dalam Pemeliharaan Bahan Pustaka

Pemeliharaan bahan pustaka merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap perpustakaan, karena mempunyai banyak manfaat. Bahan pustaka yang akan dirawat terlebih dahulu harus diseleksi dengan baik, karena tidak mungkin semuanya dilestarikan. Hal ini berkaitan dengan perbandingan antara ruang yang tetap dan bahan pustaka yang semakin bertambah terus-menerus.

Oleh sebab itu, dalam melestarikan bahan pustaka, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu :

1. Bahan yang perlu dilestarikan

Bahan perpustakaan yang akan dilestarikan harus ditentukan terlebih dahulu, karena tidak mungkin mencakup semuanya. Dalam memilih bahan yang akan dilestarikan ada empat faktor yang mejadi

2. Lamanya bahan perpustakaan dilestarikan

Faktor waktu kadang-kadang dilupakan dalam menentukan kebijakan pemeliharaan. Ada bahan yang sifatnya cepat rusak dan tahan lama.

Oleh karena itu, kegiatan ini harus bertitik tolak dari keprluan pemakai,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

dan kemudahan perpustakaan dalam memberikan pelayanan kepada pembaca.

3. Alat-alat yang dipergunakan untuk pelestarian

Perpustakaan membutuhkan peralatan untuk keperluan pemeliharaan bahan pustaka ini, sehingga kerusakan-kerusakan bisa dicegah atau diperbaiki dengan baik (Karmidi Martoadmodjo, 1999: 282-284).

2.11 Cara Pemeliharaan Bahan Pustaka

Dalam pemeliharaan ada dua cara kegiatan yang bisa ditempuh agar kondisi perpustakaan dengan segala fasilitas, perabotan dan perlengkapannya tetap dalam keadaan baik. Menurut Pawit M. Yusuf dan Yaya Suhendar (2010: 119-121) caranya adalah sebagai berikut:

1. Tindakan preventif

Tindakan preventif ini dimaksudkan untuk mencegah sebelum bahan atau koleksi perpustakaan termasuk segala fasilitas, perabotan, dan perlengkapannya mengalami kerusakan. Caranya antara lain sebagai berikut:

a. Membersihkan secara rutin seluruh perabotan dan perlengkapan perpustakaan, termasuk keadaan ruangan yang harus selalu dalam keadaan bersih.

b. Membungkus atau memberi sampul setiap buku yang dimiliki oleh perpustakaan.

c. Mengatur ventilasi udara supaya tetap dalam keadaan normal, tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas. Sinar matahari diusahakan supaya tidak langsung menembus ruangan perpustakaan.

d. Membersihkan koleksi buku dan lainnya dengan kebut pembersih (Sunda = moceng) atau lap yang bersih.

e. Memberi peringatan kepada pengguna agar secara bersama-sama turut menjaga kebersihan dan kelestarian perpustakaan.

f. Memasang rambu-rambu peringatan di ruang perpustakaan yang isinya memohon kepada pengunjung agar menjaga kebersihan dan keamanan.

commit to user

g. Tetap menjaga kerapian letak buku-buku atau koleksi perpustakaan, termasuk perlengkapan dan perabotnya agar selalu dalam keadaan siaga aman.

2. Tindakan Kuratif

Di perpustakaan, tindakan kuratif mempunyai arti perbaikan atau pengobatan akan sesuatu yang sudah terlanjur rusak.

Di perpustakaan, tindakan kuratif mempunyai arti perbaikan atau pengobatan akan sesuatu yang sudah terlanjur rusak.

Dokumen terkait