• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Performansi Kerja

3. Metode Penilaian Performansi Kerja

Metode yang dapat digunakan dalam menilai performansi kerja adalah:

(Dessler, 2003)

a. Essai

Metode penilaian performansi kerja yang penilainya merumuskan hasil

penilaiannya dalam bentuk esai. Isi esai melukiskan kekuatan dan

kelemahan indikator kinerja karyawan yang dinilai. Metode ini

menyediakan peluang yang sangat baik untuk melukiskan kinerja

ternilai secara terperinci. Pada metode ini, sistem penilaian

performansi kerja menentukan indikator-indikator kinerja yang harus

dinilai dan definisi operasional setiap indikator. Penilai hanya

membuat esai mengenai indikator-indikator tersebut dan tidak boleh

menyimpang dari indikator dan dimensinya. Keunggulan penilaian

performansi kerja metode esai memungkinkan penilai melukiskan

kinerja ternilai sangat terperinci karena bentuknya terbuka (open

ini adalah memerlukan waktu untuk menyusun suatu esai tentang

kinerja karyawan.

b. Critical Incident

Dalam metode ini mengharuskan penilai untuk membuat catatan

berupa pernyataan yang melukiskan perilaku baik yaitu perilaku yang

dapat diterima atau perilaku yang harus dilakukan sesuai dengan

standard an perilaku buruk yaitu perilaku yang tidak diterima atau

perilaku yang harus dilakukan sesuai dengan standard dan perilaku

buruk yaitu perilaku yang tidak diterima atau perilaku yang harus

dihindari ternilai yang ada hubungannya dengan pekerjaan. Pernyataan

itu disebut critical incident. Kelemahan metode ini antara lain; jika

penilai tidak membuat catatan kerja hariannya karena malas atau lupa

melakukannya, maka penilaian kinerjanya tidak lengkap; jika penilai

memiliki sepuluh anak buah atau lebih yang harus dinilai dan harus

membuat catatan setiap hari, maka waktunya akan habis hanya untuk

membuat catatan, ia tidak dapat mengembangkan pekerjaan dan

produktivitas unit kerjanya. Model ini juga memerlukan waktu yang

cukup lama, mahal dan mensyaratkan penilai mempunyai ketrmapilan

verbal, analitis dan kemampuan untuk menyusun deskripsi kinerja

karyawan secara tertulis, obyektif dan akurat. Bagi karyawan, metode

ini juga dianggap menganggu karena marasa diawasi secara terus

c. Rangking Method

Rangking Method yaitu mengurutkan para pegawai dari yang nilainya

tertinggi sampai yang paling rendah. Metode ini dimulai dengan

mengobservasi dan menilai kinerja para karyawan, kemudian

merangking kinerja mereka. Metode ini digunakan untuk mekanisme

pembinaan dan pengembangan karier. Jika ada jabatan yang lowong,

kesempatan pengisian jabatan diberikan pegawai berdasarkan

urutannya.

d. Checklist

Metode ini berisi daftar indikator-indikator hasil kerja, perilaku kerja,

atau sifat pribadi yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan.

Penilai mengobservasi kinerja ternilai, kemudian memilih indikator

yang melukiskan kinerja atau karakteristik ternilai dan memberikan

tanda cek (tanda√atau ×). e. Graphic Rating Scales

Ciri dari Graphic rating scales adalah indikator kinerja karyawan

dikemukakan beserta definisi singkat. Selain itu, Deskriptor Level

Kinerja dikemukakan dalam bentuk skala yang masing-masing

mempunyai nilai angka. Dalam metode ini, penilai mengobservasi

indikator kinerja karyawan ternilai dan memberi tanda centang (√) atau silang (×) pada skala. Angka-angka tersebut kemudian dijumlahkan

dan hasilnya diubah kembali dalam kata sifat. Kelebihan metode ini

terstandarisasi. Sedangkan kelemahannya adalah pekerjaan di suatu

organisasi memiliki banyak jenis sehingga menimbulkan pertanyaan:

apakah indikator kinerja yang digunakan dapat mencerminkan

indikator kinerja semua jenis pekerjaan.

f. Forced Distribution

Nama lain dari metode ini adalah Distribusi Paksaan. Dalam metode

ini sistem evaluasi kinerja yang mengklasifikasikan karyawan menjadi

5 sampai 10 kurva dari yang sangat rendah sampai yang sangat tinggi.

g. Forced Choice Scale

Dalam sistem ini penilai dipaksa memilih beberapa set dari empat

perilaku yang disebuttetradsatau perilaku mana yang baik melukiskan

ternilai dan mana yang paling tidak melukiskan perilakunya. Metode

ini terdiri atas 15-50 tetrad bergantung pada level pekerjaan yang

dievaluasi dan kompleksitas dari tugas-tugas.

h. Behaviorally Anchor Rating Scale(BARS)

Sistem penilaian kerja model BARS merupakan sistem evaluasi yang

menggunakan pendekatan perilaku kerja yang sering digabungkan

dengan sifat pribadi. BARS terdiri atas suatu seri, 5-10 skala perilaku

vertical untuk setiap indikator kinerja. Untuk setiap dimensi disusun

5-10 anchor, yaitu berupa perilaku yang menunjukkan kinerja untuk

setiap dimensi. Anchor-anchor tersebut disusun dari yang nilainya

tinggi sampai nilainya rendah. Anchor tersebut dapat berupa critical

i. Behavior Observation Scale(BOS)

Metode ini sama dengan dengan BARS. Keduanya didasarkan pada

perilaku kerja. Perbedaannya, dalam BOS, penilai diminta untuk

menyatakan berapa kali perilaku tersebut muncul. Penilai

mengobservasi perilaku ternilai berdasarkan anchor perilaku yang

tersedia, kemudian memberikan cek pada skala deskripsi level kinerja

yang tersedia. Selanjutnya, angka pada skala yang dicek dijumlahkan.

j. Behavior Expectation Scale(BES)

Untuk mengukur kinerja yang diharapkan oleh organisasi, disusunlah

instrument penilaian performansi kerja Behavior Expectation Scale

(BES) atau Skala Perilaku yang Diharapkan yang setiap anchornya

dimulai dengan kata “dapat diharapkan” atau“ could be expected”.

k. Management by Objective(MBO)

Penilaian performansi kerja dengan metode MBO dapat dilaksanakan

pada pekerjaan yang keluarannya dapat diukur secara kuantitatif.

Misalnya untuk mengukur kinerja karyawan bagian produksi,

kinerjanya dapat dihitung atau di unit pelayanan pelanggan. Metode

MBO sulit dilaksanakan untuk pegawai yang pengukuran kinerjanya

rumit karena terdiri atas hasil kerja, dan sifat pribadi yang ada

hubungannya dengan pekerjaan. Misalnya, penilaian performansi kerja

metode MBO sulit digunaka untuk mengukur kinerja para guru dan

l. 360 Degree Performance Appraisal

Dalam metode ini penilainya lebih dari satu atau penilai multipel.

Penilainya dapat terdiri atas atasan langsung, bawahan, teman sekerja

(anggota tim kerja), pelanggan, nasabah, klien dan diri sendiri (self

evaluation). Formulir penilaian yang didistribusikan kepada para penilai sering berada di tempat berbeda untuk menilai kinerja ternilai.

Sejumlah organisasi menggunakan information communication

technology menyampaikan hasil kepada ternilai. Selanjutnya hasil

penilaian penilai dianalisis untuk mendapatkan nilai rata-rata yng

kemudian diberikan kepada ternilai sebagai balikan.

m. Paired Comparison

Sistem penilaian performansi kerja Paired Comparison Model atau

Model Perbandingan Pasangan adalah kinerja setiap karyawan

dibandingkan dengan kinerja karyawan lainnya, sepasang demi

sepasang. Setiap karyawan semula dinilai kinerjanya, kemudian

dibandingkan dengan kinerja setiap karyawan lainnya. Dasar dari

perbandingan adalah kinerja menyeluruh atau nilai akhir dari kinerja

karyawan.

Berdasarkan penjelasan tesebut maka bentuk penilaian

performansi (Performance Appraisal) yang akan digunakan dalam

Dokumen terkait