BAB II LANDASAN TEORI
A. Pendekatan Kepemimpinan Situasional
3. Tipe atau Bentuk Kepemimpinan Situasional
Menurut kepemimpinan situasional, tidak ada satu cara terbaik
untuk mempengaruhi perilaku orang-orang. Gaya kepemimpinan mana
yang harus diterapkan seseorang terhadap orang-orang atau sekelompok
orang bergantung pada level kematangan dari orang-orang yang akan
dipengaruhi pemimpin. Masing-masing dari keempat gaya kepemimpinan
itu adalah; memberitahukan (telling), menjajakan (selling),
mengikutsertakan (participating), dan medelegasikan (delegating).
1. Memberitahukan (telling) adalah bagi tingkat kematangan yang
rendah. Orang-orang yang tidak mampu dan tidak mau memikul
tanggung jawab untuk melakukan sesuatu adalah tidak kompeten atau
tidak yakin. Dalam banyak hal, ketidakmauan mereka adalah karena
ketidakyakinan mereka dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas
tertentu. Dengan demikian, gaya “memberitahukan” yang direktif yang
menyediakan arahan dan supervisi yang spesifik dan jelas memiliki
kemungkinan efektif paling tinggi dengan orang-orang berada pada
level kematangan seperti itu. Gaya ini diacu sebagai
“memberitahukan” karena dicirikan oleh perilaku pemimpin yang
menetapkan peranan dan memberitahu orang-orang tentang apa,
bagaimana, kapan dan dimana melakukan berbagai tugas. Terlalu
banyak perilaku suportif tehadap orang-orang pada level kematangan
seperti itu boleh jadi dipandang sebagai permisif, gampangan dan yang
paling penting lagi adalah sebagai perilaku yang memperkenankan
adanya prestasi jelek. Dalam gaya ini terdapat perilaku tinggi tugas dan
rendah hubungan.
2. Menjajakan (selling) adalah bagi tingkat kematangan rendah ke
sedang. Orang-orang yang tidak mampu tetapi mau memikul tanggung
jawab untuk melakukan sesuatu tugas adalah yakin tetapi kurang
memiliki ketrampilan pada saat sekarang. Dengan demikian gaya
selling yang menyediakan perilaku direktif , karena mereka kurang
antusias mereka merupakan gaya yang paling sesuai dengan
orang-orang yang berada pada level kematangan ini. Gaya ini disebut sebagai
selling karena pemimpinannya masih menyediakan hampir seluruh
arahan. Tetapi, melalui komunikasi dua arah dan penjelasan, pemimpin
berusaha secara psikologis pengikut turut andil dalam perilaku yang
diinginkan. Para pengikut pada level kematangan ini biasanya akan
menyetujui suatu keputusan apabila mereka memahami alasan adanya
keputusan itu dan apabila pemimpin mereka juga menawarkan bantuan
dan arahan. Dalam gaya ini terdapat perilaku yang tinggi tugas dan
tinggi hubungan.
3. Mengikutsertakan (participating) adalah bagi tingkat kematangan
sedang ke tinggi. Orang-orang pada tingkat kematangan ini mampu
tetapi tidak mau melakukan hal-hal yang diinginkan pemimpin.
Ketidakmauan mereka seringkali karena kurang yakin atau tidak
merasa aman. Tetapi, apabila mereka kompeten namun tidak mau,
keengganan mereka lebih merupakan masalah motivasi. Terhadap
bawahan pada tingkat kematangan ini perlu membuka saluran
komunikasi dua arah untuk mendukung upaya pengikut dalam
menggunakan kemampuan yang telah mereka miliki. Dengan
demikian, gaya partisipatif yang suportif dan tidak direktif memiliki
kemungkinan efektif paling tinggi dengan orang-orang pada tingkat
kematangan ini. Gaya ini disebut participating karena pemimpin dan
sedangkan peranan pemimpin yang utama dalam gaya ini adalah
memudahkan dan berkomunikasi. Gaya ini terdapat perilaku tinggi
hubungan dan rendah tugas.
4. Mendelegasikan (delegating) adalah bagi tingkat kematangan tinggi.
Orang-orang dengan tingkat kematangan seperti ini adalah mampu dan
mau atau yakin untuk memikul tanggung jawab. Dengan demikian
gayadelegating yang berprofil rendah, yang menyediakan arahan atau
dukungan yang rendah, memiliki kemungkinan efektif paling tinggi
dengan orang-orang yang berada pada level kematangan tinggi.
Meskipun pemimpin boleh jadi masih mengidentifikasi masalah, tetapi
tanggung jawab untuk melaksanakan rencana diberikan pada para
pengikut yang matang. Mereka diperkenankan melaksanakan sendiri
pekerjaan dan memutuskan ikhwal bagaimana, bilamana, dan dimana
pelaksanaan pekerjaan itu. Pada saat yang sama, mereka secara
psikologis matang dan karenanya tidak membutuhkan kadar
komunikasi dua arah atau perilaku suportif di atas rata-rata. Dalam
Gambar 1: Grafik Gaya
Sumber: http://dhtw.tc
Gamba
berkaitan deng
pada saat peng
matang. Gaya kematangan te yang bergerak lonceng itu di kepemimpinan berkaitan. (He ar 1:
Gaya Kepemimpinan Situasional
.tce.rmit.edu.au/MPMwebs/Lachlan/Leader1.g
bar 1 menggambarkan hubungan antara ke
ngan tugas dengan gaya kepemimpinan yang se
pengikut bergerak dari keadaan tidak matang ke
ya kepemimpinan yang sesuai (gaya pemim
tertentu dari pengikut digambarkan dengan kur
rak melalui keempat kuadran kepemimpinan. K
disebut kurve perspektif karena hal ini menunj
nan yang sesuai langsung di atas level ke
Hersey dan Blanchard, 1982).
1.gif
kematangan yang
g sesuai diterapkan
ke level yang lebih
impin) bagi level
n kurve perspektif
n. Kurve berbentuk
enunjukkan gaya
Kepemimpinan situasional dikatakan efektif apabila gaya
kepemimpinan situasional yang diterapkan sesuai dengan kematangan
karyawan. Ada empat level kematangan karyawan, yaitu; rendah (M1), rendah
ke sedang (M2), sedang ke tinggi (M3), dan tinggi (M4). Keempat level
kematangan tersebut berhubungan dengan masing-masing gaya
kepemimpinan, dimana M1 berhubungan dengan telling, M2 berhubungan
dengan selling, M3 berhubungan dengan participating,dan M4 berhubungan
dengandelegating.(Hersey dan Blanchard, 1982)
Secara spesifik dapat dikatakan bahwa apabila kematangan karyawan
berada pada level rendah (M1) maka kepemimpinan situasional dikatakan
efektif apabila pemimpin menunjukkan perilaku tugas yang tinggi dan
perilaku hubungan yang rendah (S1). Sedangkan bila kematangan karyawan
berada pada level rendah ke sedang (M2) maka kepemimpinan situasional
dapat dikatakan efektif apabila pemimpin menunjukkan perilaku tugas tinggi
dan perilaku hubungan tinggi (S2) (Hersey dan Blanchard, 1982).
Selanjutnya, jika kematangan karyawan berada pada level sedang ke
tinggi (M3) maka kepemimpinan situasional dikatakan efektif bila pemimpin
menunjukkan perilaku hubungan tinggi dan perilaku tugas rendah (S3).
Apabila kematangan karyawan berada pada level kematangan tinggi (M4)
maka kepemimpinan situasional dikatakan efektif jika pemimpin
menunjukkan perilaku hubungan dan perilaku tugas yang rendah (S4) (Hersey