• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

4. Metode Role Playing

Role playingatau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang di dalamnya ada tujuan, aturan dan edutainment (Fogg, 2001). Dalam Role Playing, siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, Role Playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas di mana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain.

Role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangaan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan diri sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya di lakuukan lebih dari satu orang, bergantug pada apa yang diperankan. Pada strategi Role Playing, titik tekannya terletak pada emosional dan pengamatan indra ke dalam situasi permasalahan yang secara nyata dihadapi. Siswa diperlukaan sebagai subjek pembelajaran yang secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu.

Role Playing juga diorganisasikan berdasarkan kelompok-kelompok siswa yang heterogen. Masing-masing kelompok-kelompok

13

peragakan/menamapilkan skenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan berimprovisasi, namun masih dalam batas-batas skenario dari guru (Huda, 2013: 208-209).

G. Indikator Keberhasilan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran Role Playingini dikatakan efektif apabila indikator keberhasilan yang diharapkan dapat tercapai. Adapun indikator keberhasilan yang dirumuskan adalah hasil belajar siswa dikatakan berhasil apabila 85% dari jumlah siswa telah tuntas dari nilai KKM yang ditetapkan di SMA N 1 Suruh yaitu ≥70.

H. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upayaguru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaikidan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan.Singkatnya, PTK merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada.

Hal demikian sesuai dengan pandangan Basrowi (2006), sebagaimana mengutip dari The Frist International

14

HandbookResearch for Indonesian Educators, yang menyatakan batasan tentang Classroom Action Research(CAR) adalah bentuk partisipasi, kolaborasi terhadap penelitian tentang pendidikan yangdilakukan di sekolah dan di ruang kelas oleh sekelompok guru, kepala sekolah, dan karyawan yang bertindak sebagai fasilitator, dalam rangka memperolehpandangan dan pemahaman baru tentang belajar mengajar untuk peningkatan sekolah secara menyeluruh. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa CAR sebagai alat untuk mengukur pengetahuan dan pengalaman guru dalam konteks mereka. Dari konteks tersebut, guru bisa menggambarkan manfaat bagi guru itu sendiri atau guru lain dalam konteks yang lain. Kebiasaan seorang guru melaksanakan CAR dapat mencerminkan bahwa guru tersebut mampu mengadakan inovasi dan mengembangkan program pembelajaran, apalagi jika guru tersebut didukung oleh kepala sekolah dan para praktisi pendidikan sebagai fasilitator (Basrowi dan Suwandi, 2008: 25).

Seorang Ahli di bidang ini, yaitu Arikunto (2006) yang menjelaskan pengertian PTK secara lebih sistematis.

a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati.

15

b. Tindakan adalah gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu. Dalam PTK, gerakan ini dikenal sebagai siklus-siklus kegiatan untuk peserta didik.

c. Kelas adalah tempat di mana terdapat sekelompok peserta didik yang dalam waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang sama.

Dari ketiga pengertian di atas, yakni penelitian,tindakan, dan kelas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan (Suyadi, 2014: 18).

2. Lokasi, waktu dan Subyek Penelitian a. Lokasi Penelitian

Lokasi : SMA N 1 Suruh Mata Pelajaran : PAI

Materi : Perilaku Terpuji Kelas/Semester : X/Ganjil

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2017/2018.

1) Siklus I dilaksanakan 16 November 2017 2) Siklus II dilaksanakan 23 November 2017

16 c. Subjek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini yaitu siswa siswi kelas X SMA N 1 Suruh Kabupaten Semarang, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Perilaku Terpuji.

3. Langkah-langkah Penelitian

Menurut Suyadi dalam bukunya Panduan Penelitian Tindakan Kelas (2014: 50) langkah-langkah penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Langkah pertama adalah melakukan perencanaan secara matang dan teliti. Pada tahap ini dilakukan persiapan mata pembelajaran PAI dengan pokok pembahasan Perilaku Terpuji, diantaranya:

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 2) Membuat skenario pembelajaran.

3) Menyiapkan alat dan media pembelajaran. b. Pelaksanaan

Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan.Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Pada tahap ini akan dilaksanakan kegiatan yaitu pelaksanaan RPP, dalam penyampaian materi guru menggunakan metode Role Playing.

17 c. Pengamatan

Tahap ketiga dalam PTK adalah pengamatan.Pada tahap ini guru melakukan pengamatan terhadap aktifitas belajar siswa. Peneliti akan menggunakan teknik tes, pengamatan, dan wawancara untuk melihat hasil dari penggunaan metode Role Playing dalam pembelajaran.

d. Refleksi

Tahap keempat atau terakhir dalam PTK adalah refleksi. Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. (Suyadi, 2014: 64). Hasil refleksi terhadap pe- rencanaan yang telah dilakukan tersebut akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja selanjutnya. Peneliti akan mengkajihasil tindakan beserta kelebihan dan kelemahan tindakan tersebut, dan akan melakukan evaluasi terhadap metode pembelajaran yang telah dilaksanakan.

18 4. Instrumen Penelitian

a. Lembar observasi siswa b. Lembar soal test

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut meliputi pengamatan (observasi), tes, wawancara, dan dokumentasi yang dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Observasi

Supardi dalam Suyadi (2014: 63) Observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan dan alat atau instrumen pengumpulan data (angket/wawancara/observasi, dan lain-lain).

Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian atau pengamat melihat situasi penelitian. Observasi sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan kondisi atau interaksi belajar mengajar, tingkah laku dan interaksi kelompok.(Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama, 2010: 66). Observasi yang peneliti lakukan oleh guru kelas X SMA N 1 Suruh dan peneliti dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas maupun kinerja siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi difokuskan pada kegiatan siswa dalam melaksanakan pembelajaran

19

PAI.Selama proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung, peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa dalam pembelajaran.

b. Tes

Adapun tes dalam penelitian ini dilaksanakan setiap akhir pembelajaran atau pada saat pemberian evaluasi.Tes dilakukan terhadap siswa. Dalam hal ini, peneliti memberikan soal-soal yang disusun sesuai kandungan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.pemberian tes ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa kelas X SMA N 1 Suruh Kabupaten Semarang setelah kegiatan peberian tindakan.

c. Dokumentasi

Pada penelitian ini metode yang dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data yang berupa dokumen dan catatan-catatan yang ada di SMA N 1 Suruh Kabupaten Semarang.

6. Analisis Data

Dalam hal ini, seseorang yang sedang melakukan suatu kegiatan penelitian perlu memahami barbagai bentuk data yang berbeda dengan jenis analisisnya masing-masing yang sesuai (Mulyasa, 2011: 27).Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka analisi data dilakukan dengan menggunakan analisis dan refleksi dalam setiap siklusnya.Analisis ini dilakukan peneliti sebagai pijakan untuk

20

menentukan program aksi pada siklus selanjutnya atau untuk mendeteksi bahwa kajian tindakan kelas ini sudah mencapai tujuannya. Analisis data dilakukan dengan membandingkan antara skor nilai tiap siklus dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 70 (sesuai KKMyang berlaku di SMA N 1 Suruh Kabupaten Semarang).Oleh karena itu, setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya atau sudah mencapai KKM jika nilai perolehan siswa lebih dari 70.Sebaliknya siswa dikatakan belum tuntas belajarnya atau belum mencapai KKM jika nilai perolehan siswa kurang dari 70.

a. Menghitung nilai rata-rata kelas: ̅ ∑

∑ Keterangan :

̅ = Nilai rata-rata

∑ = Jumlah nilai semua siswa ∑ = Jumlah siswa

b. Menghitung persentase ketuntasan: x100%

Keterangan :

% = Persentase ketuntasan klasikal

ft = Frekuensi siswa tuntas KKM ∑ = Jumlah frekuensi seluruhnya

Apabila ketuntasan ≥85% maka ketuntasan belajar klasikal tercapai (Trianto, 2009: 241).

21

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi hasil penelitian tindakan kelas yang diajukan dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. Masing-masing bagian dapat dirinci sebagai berikut: 1. Bagian Awal

Bagian awal skripsi mencakup tentang halaman sampul, halalman judul, lembar berlogo IAIN, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.

2. Bagian Inti

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, indikator keberhasilan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini terdiri dari kajian teori dan kajian pustaka BAB IIIPELAKSANAAN PENELITIAN

Dalam bab ini terdiri dari gambaran umum sekolah, deskripsi pelaksanaan siklus I dan deskripsi pelaksanaan siklus II.

22

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini terdiri dari deskripsi per siklus dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran

3. Bagian Akhir

Bagian akhir mencakup daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat hidup penulis.

23 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat latihan atau pengalaman. Dalam hal ini, hasil belajar dapat didefinisikan sebagai tingkat penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Gagne dan Briggs, seperti yang dikutip oleh Wahyudin Nur Nasution, menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Reigeluth juga turut mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perilaku yang dapat diamati yang menunjukkan kemampuan yang dimiliki seseorang (Umiarso dan Gojali, 2011: 240).

Hasil belajar yang optimal dapat dilihat dari ketuntasan belajarnya, terampil dalam mengerjakan tugas, dan memiliki apresiasi yang baik terhadap pelajaran. Hasil belajar yang optimal merupakan perolehan dari proses belajar yang optimal pula. Untuk

24

memperoleh proses dan hasil belajar yang optimal, guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip dan tahap-tahap pembelajaran (Arifin, 2011: 303).

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, guru mempunyai peranan yang sangat penting terhadap tuntas tidaknya belajar seorang siswa. Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Dengan demikian, tugas utama seorang guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrument yang dapat menuntaskan keberhasilan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Penilaian Hasil Belajar

Untuk mengevaluasi seorang guru PAI dapat menggunakan berbagai alat untuk melakukan penilaian. Evaluasi adalah suatu proses berklanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran (Hamalik, 2002: 210).

Dengan demikian, evaluasi merupakan proses yang berkenaan dengan pengumpulan informasi yang memungkinkan kita menentukan tingkat kemajuan pengajaran dan bagaimana berbuat baik pada waktu-waktu mendatang.

25

Salah satu sasaran pendidikan adalah menghasilkan lulusan yang berkualitas. Tinggi rendahnya kualitas pendidikan dipengaruhi beberapa faktor. Salah satu yang berpengaruh adalah penilaian yang dilakukan oleh guru atau lembaga pendidikan yang memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas penilaian. Itulah sebabnya, sebelum memutuskan penilaia harus dimulai dengan pengukuran. Adapun pengertian pengukuran menurut Wond dan Brown, evaluation refer to the art act or process to determining the value of something, yang artinya evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai daripada sesuatu (Hamalik, 2002: 164).

Dengan demikian, penilaian pendidikan agar objektif dimulai dari pengukuran yang bersifat kuantitas, kemudian diolah dan disimpulkan secara kualitas. Sehingga, objektivitas penilaian akan tinggi sesuai daya serap peserta didik secara riil. Meski demikian, pada sisi lain perlujuga adanya sikap subjektivitas dai guru dalam penilaian, yaitu pada kondisi psikis peserta didik yang labil dikarenakan problematika keluarga ataupun yang lainnya. Sehingga dari sini Oemar Hamalik mengelompokkan alat penilaian menjadi dua, yaitu tes lisan dan nontes. Bila dilihat dari jumlah siswa, tes dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tes individual dan tes kelompok. Sedangkan dari hasil penyusunan, tes dapat dibedakan menjadi tes buatan dan tes standar (Hamalik, 2002: 86).

26

Pada hakikatnya, bentuk tes yang sering digunakan dalam proses belajar mengajar dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu tes lisan, tes tertulis, dan tes perbuatan/tindakan. Bentuk tes tertulis secara umum dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni tes esai dan tes objektif.

1) Tes esai, yaitu tes yang berbentuk pertanyaan tertulis yang jawabannya merupakan kerangka (esai) atau kalimat yang panjang-panjang.

2) Tes objektif, yaitu tesyang dibuat sedemikian rupa sehingga hasil tes dapat dinilai secara objektif dan dinilai oleh siapapun akan menghasilkan nilai yang sama. Jenis-jenis tes objektif antara lain:

a) The False, yaitu bentuk tes yang berupa pernyataan-pernyataan, ada pernyataan yang benar dan ada pernyataan yang salah. Anak didik diminta memilih mana pernyataan yang benar dan mana yang salah.

b) Multiple Choice, yaitu bentuk soal yang terdiri atas pernyataan yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya disediakan pilihan (option) serta distractor atau pengecoh c) Matcing atau menjodohkan, yaitu bentuk soal yang terdiri

atas dua kolom yang pararel di mana masing-masing kolom berisi uraian, dan anak didik diminta menjodohkan uraian di sebelah kiri dengan pasanganya di sebelah kanan.

27

d) Completion atau melengkapi, yaitu alat penilaian yang termasuk nontes, seperti observasi, wawancara, studi kasus, dan lain sebagainya. (Umiarso dan Gojali, 2011: 230-232).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Belajar merupakan proses kegiatan unuk mengubah tingkah laku bagi subjek belajar (peserta didik), ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Berhasil atau tidaknya proses belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menadi dua yaitu:

1) Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor ini sangat besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan belajar siswa khususnya yang berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar siswa, adapun yang termasuk faktor internal adalah sebagai berikut :

a) Aspek filosofis

Kondisi ini bersifat jasmani dan keadaan ketegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh pada siswa dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar pada siswa. Contoh faktor jasmani ini seperti gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan lain-lain,

28

hal ini sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam memahami atau mempelajari pelajaran yang diajarkan oleh guru.

b) Aspek psikologis

Dalam aspek ini banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas dalam memperoleh pelajaran, diantaranya adalah tingkat intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motifasi siswa. 2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa. Adapun faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah:

a) Guru

Guru adalah seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisa dan menyimpulkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, seorang guru hendaklah mempunyai cita-cita tinggi, berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan tegar serta berperikemanusiaan yang mendalam.

Dengan kepandaian seorang guru maka diharapkan siswa akan lebih mudah menyelesaikan masalah-masalah belajar dengan bimbingan gurunya.

29

b) Prasarana dan sarana pembelajaran

Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang kesenian, peralatan olah raga dll. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media pengajaran yang lain. Lengkapnya sarana dan prasarana sekolah merupakan kondisi pembelajaran yang baik.

Dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung diharapkan siswa bisa belajar dengan baik, merawat sarana dan prasarana yang ada, dan tidak lupa dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung diharapkan bisa mejadikan siswa yang berprestasi.

c) Lingkungan sosial siswa di sekolah

Siswa-siswa disekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang dikenal sebagai lingkungan sekolah siswa. Dalam lingkungan sosial tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertetu. Sebagai ilustrasi, seorang siswa dapat menjbat sebagai pengurus kelas, sebagai ketua OSIS, sebagai ketua kelas, sebagai pengurus OSIS. Kedudukan ketua kelas ataupun ketua OSIS memperoleh penghargaan dari sesama siswa. Dalam kehidupan kesiswaan terjadilah hubungan anta siswa. Tiap siswa dalam ligkungan

30

sosial mempunyai kedudukan, peranan, dan tanggung jawab tertentu. Dalam kehidupan tersebut teradi pergaulan, seperti hubugan akrab, kerja sama, kerja berkoperas, berkompetisi, bersaing, konflik atau perkelahian.

Tiap siswa berada dalam lingkungan sosial siswa di sekolah. Ia memiliki kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesama. Jika seorang siswa terterima, maka ia aan dengan mudan menyesuaikan diri dan seger dapat belajar dengan baik. Sebaliknya, jika ia tertolak, maka ia akan merasa tertekan dan tentunya hal itu akan mempengaruhi semangatnya dalam belajar dn hal itu akan berdampak pada prestasi belajarnya.

d) Kurikulum sekolah

Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum. Krikukum yang diberlakukan di sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau suatu kurikulum yng disahkan oleh suatu yayasan pendidikan. Kuiklum sekolah tersebut berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar-mengajar dan evaluasi. Berdasarkan kurikulum tersebut guru menyusun desain intruksional untuk membelajarkan siswa. Hal itu berarti bahwa program pembelajaran di sekolah sesuai dengan sistem pendidikan nasional.

31

Dengan penetapan kurikulum yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa, maka siswa tidak akan banyak mengalami kendala yang berati dalam proses belajarnya, siswa akan dengan santai dan gembira melakukan aktivitas belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 247-253).

2. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati , hingga mengimani bertaqwa, dan beraklaq mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman (Abdul Majid, 2014: 11). Ilmu Agama Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dengan redaksi yang agak singkat, Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. (Abuddin Nata, 2010: 13). Jadi pendidikan agama Islam merupakan ilmu agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist untuk memahami pendidikan agama Islam tersebut dibutuhkan seorang pengajar sebagai kegiatan belajar.

32

Menurut Zakiyah Darajat (1987: 87), Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. (Abdul Majid, 2014: 12). Pendidikan Islam yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam harus bias menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai tersebut, juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai Islam yang melandasi, merupakan proses ikhtiariah yang secara pedagogis mampu mengembangkan hidup anak ke arah kedewasaan/kematangan yang menguntungkan dirinya. (Arifin, 2014: 9). Dapat disimpulkan bahwa adanya pendidikan agama Islam diharapkan seseorang siswa dapat mengetahui tentang agama Islam dan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya. Selain itu dengan pendidikan agama Islam seseorang yang mengetahui tentang ajarannya dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari karena ajaran dalam agama Islam merupakan ajaran yang baik dan benar.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Arifin dalam Abudin Nata (2010: 20-21) Sejalan dengan pengertian pendidikan agama Islam maka baik secara teori maupun praktik, berusaha merealisasikan misi ajaran Islam, yaitu

33

menyebarkan dan menanamkan ajaran islam ke dalam jiwa umat manusia, mendorong penganutnya untuk mewujudkan nilai-nilai ajaran Al-Qur’an dan Al-Sunnah sebagaimana tersebut di atas, mendorong pemeluknya untuk menciptakan pola kemajuan hidup yang dapat menyejahterakan pribadi dan masyarakat, meningkatkan derajat dan martabat manusia dan seterusnya. Dengan mempelajari ilmu pendidikan agama Islam seorang manusia dapat menanamkan ajaran dan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, supaya menciptakan pola kemajuan dalam pendidikan di sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih

Dokumen terkait