• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5. Metode Segitiga (Triangular grouping)

Dilakukan dengan menggunakan tiga titik, dengan bidang yang dihitung tidak memiliki internal data.

(Sumber: Mheea Nck 2011)

Gambar 2.7 Sketsa Perhitungan Volume Endapan Sumberdaya Dengan Rumus Segitiga (Triangular Grouping)

Hitung batas terluar sebagai luasan persegi panjang kemudian hitung luasan A1, A2, dan A3 dengan menggunakan rumus segitiga.

AA

T1 T2

T3

T rata-rata =

Kriging adalah penaksiran geostatistik linear tak bias yang paling bagus untuk mengestimasikan kadar blok karena menghasilkan varians estimasi minimum.

Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai dengan geometri dan sifat mineralisasi yang dinyatakan dalam variogram. Bobot yang diperoleh dari persamaan kriging tidak ada hubungannya secara langsung dengan kadar conto yang digunakan dalam penaksiran. Bobot ini hanya tergantung pada konfigurasi

(Sumber: Mheea Nck 2011)

Keterangan: Z* = Nilai estimasi kriging di blok V

= Varians estimasi kriging

γ(xi,V) = Variogram rata-rata dari data yang berada di koordinat (xi, tanah penutup minsalnya saja tanah pucuk maka perlu perhitungan volume tanah penutup dilakukan dengan rumus:

t = Tebal rata-rata tanah penutup (m).

f = Persentase wilayah yang ditutupi tanah penutup

(Sumber: Mheea Nck 2011)

Gambar 2.9 Ilustrasi Tanah Penutup

Namun, bila kondisi daerah perhitungan berupa dataran yang tidak rata atau bergelombang seperti perbukitan maka luas wilayah usaha dan tebal tanah penutup akan bersifat semu sehingga dalam perhitungan akan digunakan rumus:

.. ...(2.10) Keterangan:  = Sudut relatif kemiringan lereng (0).

(Sumber: Mheea Nck 2011)

Gambar 2.10 Ilustrasi Luas Semu

Cos

f Sin t

VA(  )

(Sumber: Mheea Nck 2011)

Gambar 2.11 Ilustrasi Tebal Tanah Penutup Semu

Sehingga pada akhir perhitungan, volume bahan galian = volume total (metode garis kontur) – volume tanah penutup.

7. Pengertian Overburden

Lapisan tanah penutup (overburden) adalah batuan yang berada diatas dan langsung menutupi lapisan bahan galian berharga sehingga perlu disingkirkan terlebih dahulu sebelum dapat menggali bahan galian berharga tersebut.

Adapun rumus dalam perhitungan overburden pada metode circular dan poligon adalah:

Vob = A × T...(2.11) Keterangan:

Vob = Volome overburden A = Luas area overburden T = Ketebalan overnurden

Dari kenam metode yang ada diatas maka peneliti tertarik memilih metode circular dan metode poligon (area of influence) dikarenakan dua metode ini menggunakan sama-sama menggunakan circle pada proses membuat cropline sumberdaya batubara untuk mendapatkan luasnya. Kedua metode lebih cepat dipahami dan gampang dikerjakan, kekurangan dari dua metode ini adalah tingkat keakuratan yang rendah apabila terjadi kesalahan saat mengimput data.

2.1.7 Gemcom Surpac

Surpac adalah salah satu software tambang analist yang paling popular, terbaik khusunya didunia industri pertambangan yang secara mumpuni menangani cakupan kerja di bidang eksplorasi maupun mining engineer dan tersebar hampir di 90 negara menggunakanya. Perangkat lunak ini memberikan effisiensi dan akurasi melalui kemudahan penggunaan 3-D, grafis yang bagus dan alur kerja otomatis serta dapat disesuaikan dengan proses kerja khusunya untuk perusahaan yang bergerak diindustri pertambangan.

Surpac hampir merupakan sebuah persyaratan basic dari para ahli geologi, surveyor dan insinyur pertambangan. dibidang atau sektor sumberdaya lainya, surpac cukup fleksibel untuk setiap komoditas, banyak metode yang dapat diterapkan, kemudian kemampuan multibahasa yang memungkinkan perusahaan global memanfaatkanya sebagai solusi umum dalam pengoperasianya.

Gambar 2.12 Cropline sumberdaya metode circular menggunakan software surpac 6.5.1

2.1.7 Autodesk Land Desktop

Autodesk Land Desktop merupakan sebuah perangkat lunak (software) CAD yang memiliki fungsi untuk menggambar atau mendesain sebuah objek 2D (2 dimensi) ataupun 3D (3 dimensi). Pada umumnya orang menganggap Autodesk Land Desktop sebagai sebuah aplikasi yang digunakan dalam perancangan bangunan (arsitektur) atau perancangan mesin. Namun sebenarnya kegunaan Autodesk Land Desktop sendiri sangat banyak. Diantaranya dapat digunakan untuk menggambar peta kontur, blok modeling, desain tambang (mine design), pembuatan peta geologi , dan sebagainya. Dalam menggunakan Autodesk Land Desktop untuk menggambar sebuah obyek yang rumit seperti peta kontur atau blok modeling tentu saja yang dibutuhkan adalah penguasaan tools-tools didalam Autodesk Land Desktop itu sendiri. Layanan dalam membangun peta kontur dari data-data survey dan eksplorasi pada Autodesk Land Desktop ialah layanan terrain. Layanan ini yang membedakan Autodesk Land

Desktop dengan AutoCAD. AutoCAD biasa dalam mengerjakan pekerjaan sipil dan pertambangan.

Gambar 2.13 Cropline sumberdaya metode poligon menggunakan software autodesk land dekstop

2.1.8 Data-Data Perhitungan Sumberdaya

Dalam proses perhitungan sumberdaya batubara kelengkapan data sangat berpengaruh terhadap keakuratan hasil perhitunganya. Adapun data yang dibutuhkan.

Data singkapan atau out crop, data pemboran atau drilling,ketebalan batubara, density batubara serta peta wilayah tersebut yang bisa mendukung perhitungan cadangan nantinya, seperti peta geologi, topograpi, log bor dan lain-lain

2.1.9 Pengertian Batubara

Batubara (coal) adalah sedimen batuan organik yang mudah terbakar (dengan komposisi utama karbon, hidrogen dan oksigen), terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan selama periode waktu yang panjang (puluhan sampai ratusan juta tahun). Sisa-sisa tumbuhan dapat berasal antara lain dari lumut, ganggang, kayu, buah dan dedaunan

yang merupakan senyawa organik (sellulosa, karbohidrat, ligini, protein dan lemak).

Selain terbentuk dari senyawa-senyawa organik, juga disertai senyawa anorganik terutama unsur mineral yang berasal dari lempung, pasir kuarsa, batu kapur dan sebagainya. Akibat pengaruh tekanan dan mikroba disertai beberapa peristiwa kimia dan fisika ataupun keadaan geologi, sisa-sisa tumbuhan ini akan hancur, menggumpal, bersatu dengan lainnya yang akhirnya membentuk lapisan batubara.

2.1.10 Ganesa Pembentukan Batubara 1. Proses Pembentukan Batubara

Proses pembentukan batubara dari tumbuhan melalui dua tahap yaitu:

a. Tahap pembentukan gambut (peat) dari tumbuhan (peatification).

Tumbuhan yang tumpang atau mati pada umumnya akan mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang sempurna sehingga setelah beberapa waktu kemudian tidak terlihat lagi bentuk asalnya. Pembusukan dan penghancuran tersebut pada dasarnya merupakan proses oksidasi yang disebabkan oleh pertumbuhan dan aktivasi bakteri serta jasad renik lainnya. Proses oksidasi material penyusun utama cellulose (C6H10O5) dapat digambarkan sebagai berikut: C6H10O5 + 6O2 6CO2 + 5H2O.

Tumbuhan tumbang pada suatu rawa yang dicirikan dengan kandungan oksigen air rawa yang sangat rendah sehingga tidak memungkinkan bakteri aerob (yang memerlukan oksigen) hidup, maka sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami

proses pembusukan dan penghancuran yang sempurna atau kata lain tidak akan terjadi proses oksidasi yang sempurna atau dengan kata lain tidak akan terjadi proses oksidasi yang sempurna.

Pada kondisi tersebut hanya bakteri anaerob saja yang berfungsi melakukan proses dekomposisi yang kemudian membentuk gambut (peat). Dengan tidak tersedianya oksigen maka hidrogen dan karbon akan menjadi H2O, CH4, CO, dan CO2.

Tahap pembentukan gambut ini sering disebut juga sebagai proses biokimia.

Gambut yang umumnya berwarna kecoklatan sampai hitam merupakan padatan yang bersifat sarang (porous) dan masih memperlihatkan struktur tumbuhan asalnya.

Gambut masih mempunyai kandungan air yang tinggi, bisa lebih dari 50%.

b. Tahap pembentukan batubara dari gambut (coalification).

Proses pembentukan gambut akan berhenti dengan tidak adanya regenerasi tumbuhan. Hal ini terjadi karena kondisi yang tidak memungkinkan tumbuhnya vegetasi, misalnya penurunan dasar cekungan yang terlalu cepat. Jika lapisan gambut yang terbentuk kemudian ditutupi oleh lapisan sedimen, maka lapisan gambut tersebut mengalami tekanan dari lapisan sedimen dimana tekanan akan meningkat dengan bertambahnya ketebalan lapisan sedimen akibat adanya penurunan dasar rawa yang signifikan.

Peningkatan temperatur disebabkan oleh bertambahnya tekanan dan kedalaman.

Kenaikan temperatur karena bertambahnya kedalaman disebut gradient geotermik.

Kenaikan temperatur dan tekanan dapat juga disebabkan oleh aktivitas magma, proses pembentukan gunung, dan aktivitas tektonik lainnya.

Peningkatan tekanan dan temperatur pada lapisan gambut akan mengkonversi gambut menjadi batubara dimana terjadi proses pengurangan kandungan air, pelepasan gas-gas (CO2, H2O, CO, CH4) peningkatan kepadatan dan kekerasan, serta peningkatan nilai kalor. Proses pembusukan terjadi pada lingkungan yang oksigennya kurang, sehingga terjadi pembakaran tidak sempurna.

5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6 CO2 + CO Pada tahap ini terbentuk lignit.

6(C6H10O5) C20H22O3 + 5 CH4 + 10 H2O + 8 CO2 + CO Pada tahap ini terbentuk bituminous coal.

Faktor tekanan, temperatur, dan waktu merupakan faktor-faktor yang menentukan kelas (rank) dan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering disebut juga sebagai proses termodinamika.

Gambar 2.14 Tahap Pembentukan Batubara 1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Batubara

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan batubara yakni:

1) Lingkungan pengendapan

Terdapat dua teori tentang lingkungan terbentuknya endapan batubara yaitu:

a. Teori insitu yaitu endapan batubara yang terletak didekat tumbuhan pembentuknya tumbuh. Teori ini yang menyatakan bahwa lapisan bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terbentuk dimana tumbuhan asal itu berada. Setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification.

b. Teori Drift yaitu endapan batubara yang terletak di muara sungai (jauh dari tempat tumbuhan pembentuknya tumbuh). Teori ini yang menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadinya ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah

mati diangkut oleh air dan berakumulasi di suatu tempat, kemudian tertutup oleh batuan sedimen dan mengalami proses coalification.

2) Temperatur

Ada tiga bentuk aksi temperatur yang bekerja pada endapan batubara yaitu:

a. Geothermal gradient

Temperatur endapan sangat ditentukan oleh jarak endapan tersebut dari perut bumi. Semakin jauh letak endapan dari permuaan bumi maka semakin tinggi temperaturnya. Secara umum temperatur lapisan tanah naik 3-40C setiap penambahan kedalaman 100 m.

b. Igneous intrusion

Igneous intrusion adalah peristiwa instrusi lapisan batubara oleh lelehan magma akibat aktivitas vulkanik. Intrusi lapisan batubara secara vertical oleh lelehan magma dinamakan dyke. Sementara intrusi lapisan batubara secara horizontal oleh lelehan magma disebut sill.

c. Tectonic activity

Aktivitas tektonik seperti pergeseran lempeng bumi atau blok batuan yag terjadi sekitar daerah endapan akan menimbulkan panas sehingga mempengaruhi temperatur pada daerah endapan tersebut.

3) Tekanan

Ada dua bentuk tekanan yang lazim bekerja pada endapan batubara yakni:

a. Tekanan overburden

Tekanan yang disebabkan oleh beban lapisan tanah tang menimbun endapan batubara dari arah atas ke arah bawah.

b. Tekanan trush

Tekanan mendatar yang disebabkan oleh pergeseran kulit bumi sebagai akibat dari aktivitas tektonik.

4) Waktu geologi

Skala waktu pembentukan geologi batubara mempengaruhi tingat kematangan batubara. Pada umumnya batubara indonesia terbentuk pada periode waktu geologi tertiary (2-65 juta tahun yang lalu), yang terbagi kedalam 5 periode yaitu paleocene (65-69 jtl), eocene (59-34 jtl), oligicene (34-25 jtl), miocene (925-12 jtl) dan pliocene (12-2jtl).

5) Rank Batubara

Rank batubara adalah tingkat kematangan batubara yang ditentukan oleh temperatur, tekanan dan umur geologi batubara tersebut. Ada lima rank batubara yakni gambut (peat), lignite (brown coal), sub bituminus, bituminus dan antrasit.

Ciri-ciri batubara berdasarkan rank batubara adalah sebagai berikut:

1. Gambut (peat)

Dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Warna coklat

b. Material belum terkompaksi

c. Mernpunyai kandungan air yang sangat tinggi d. Mempunyai kandungan karbon padat sangat rendah e. Mempunyal kandungan karbon terbang sangat tinggi f. Sangat mudah teroksidasi

g. Nilai panas yang dihasilkan amat rendah.

Gambar 2.15 Gambut (peat) 2. Lignit (brown coal)

Dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Warna kecoklatan

b. Material terkompaksi namun sangat rapuh c. Mempunyai kandungan air yang tinggi d. Mempunyai kandungan karbon padat rendah e. Mempunyai kandungan karbon terbang tinggi

f. Mudah teroksidasi

g. Nilai panas yang dihasilkan rendah

Gambar 2.16 Lignit (Brown Coal)

3. Sub-bituminous dan Bituminous Dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Warna hitam

b. Material sudah terkompaksi c. Mempunyai kandungan air sedang

d. Mempunyai kandungan karbon padat sedang e. Mempunyai kandungan karbon terbang sedang f. Sifat oksidasi menengah

g. Nilai panas yang dihasilkan sedang

\

Gambar 2.17 Subbituminus 4. Antrasit

Dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Warna hitam mengkilat

b. Material terkompaksi dengan kuat c. Mempunyai kandungan air rendah

d. Mempunyai kandungan karbon padat tinggi e. Mempunyai kandungan karbon terbang rendah f. Relatif sulit teroksidasi

g. Nilai panas yang dihasilkan tinggi.

Gambar 2.18 Antrasit

2.1.11 Tinjauan Umum Perusahaan

2.1.11.1 Lokasi dan Kesampaian daerah

PT. Inti Bara Nusalima merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak dibidang pertambangan batubara dan pemegang IUP OP seluas 1000 ha sesuai dengan SK Bupati Batang hari No: 24/KP/TAHUN 2008 dan mendapat perpanjangan ijin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Jambi melaluli Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu pintu dengan Nomor: 296/KEP. KA.DPM-PTSP-6.1/IUOP/X/2017.

Wilayah izin usaha pertambangan.Secara Geografis lokasi kegiatan pertambangan batubara PT. Inti Bara Nusalima beserta sarana infrastrukturnya di wilayah Kabuapaten Batanghari terletak dalam batas koordinat pada (Tabel 2.3) berikut ini:

Tabel 2.3

Koordinat Batas Wilayah IUP PT. Inti Bara Nusalima TITIK

BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN

◦ ’ ” ◦ ’ ”

Secara administratif lokasi IUP PT. Inti Bara Nusalima terletak di desa Jangga, Kecamatan Batin XXIV, Kabupaten Batang Hari yang berada di sebelah Barat dari Kota Jambi sebagai Ibukota Provinsi Jambi. Kesampaian lokasi IUP PT.

Inti Bara Nusalima dapat dicapai dari kota Jambi melalui perjalanan darat ±110 KM dengan waktu tempuh kurang lebih selama 2 jam dari kota Jambi melalui jalan lintas Provinsi Jambi-Sarolangun dengan kondisi jalan beraspal baik. Akses jalan menuju lokasi penyelidikan pada umumnya dapat dijangkau dengan memakai kendaraan roda empat atau roda dua.Sedangkan dalam lokasi penelitian sebagian daerah dapat dijangkau dengan jalan kaki.

Adapun peta Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi kepada PT. Inti Bara Nusalima dapat dilihat seperti (Gambar2.19) dibawah ini

.

Gambar 2.19 IUP Operasi Produksi PT. Inti Bara Nusalima

2.1.11.2 Morfologi

Morfologi pada daerah penambangan dapat dibagi menjadi 4 (empat) satuan, yaitu:

a. Morfologi Dataran (Kemiringan lereng 0 – 5%)

b. Perbukitan Berelief Halus (Kemiringan Lereng 5 – 15%)

c. Perbukitan Berelief Sedang (Kemiringan Lereng 15 – 30%) d. Perbukitan Berelief Terjal (Kemiringan Lereng >30%)

Morfologi dataran sedang terletak pada elevasi antara 50 – 125 mdpl, dengan luas hamper 65% yang mana disusun oleh batu lempung, batu pasir, batu pasir tufaan dengan sisipan subbituminous yang sebagian besar merupakan batuan Formasi Muara Enim. Morfologi berelief halus umumnya tersebar disekitar alur – alur sungai.Batuan pada morfologi ini berupa penyusun Formasi Muara Enim dan Formasi Kasai.Morfologi berelief sedang disusun oleh batuan dari Formasi Muara Enim dan terakhir Formasi Kasai.

Morfologi perbukitan berelief terjal umumnya menempati daerah bagian selatan yang disusun oleh batuan dari Formasi Muara Enim yang terdiri dari batuan andesit, napal dan lanau.Sungai yang terbesar yang mengalir pada daerah penyelidikan adalah Sungai Lematang.Anak – anak sungai bermuara ke Sungai Tembesi dengan pola dendritik.

2.1.12 Penelitian Yang Relevan

Adapun jurnal yang digunakan pada review jurnal adalah:

1. Jurnal I (satu)

A. Judul jurnal: Perhitungan cadangan batubara menggunakan program surpac 6.2 berdasarkan data pemboran pada pit vi unrich mega persada (ump) site hajak kabupaten barito putra

B. Nama Peneliti: Kartion, Juli Chandra teruna

C. Metode Penelitian: Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantatif deskriftif, dimana teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi langsung di lapangan dengan mengikuti proses kegiatan pemboran dan mengumpulkan data-data pemboran.

Variable yang digunakan adalah data kedalaman pemboran dan data coring dari 7 (tujuh) sampel pemboran dengan menggunakan jacro 175 di pit VI site hajak PT. unrich Mega persada ,Muara Taweh, Barito putra D. Hasil Penelitian: Hasil kegiatan pengeboran dengan metode touch coring

yang telah diselesaikan sebanyak 7 (tujuh) titik bor dengan total kedalaman setiap titik bor 30 m dengan hasil core yang berbentuk seperti lemang.

Tabel 2.4

Hasil Pengeboran Dengan Unit Jacro 175

No Hole name Total depth (m)

A. Judul Jurnal: Perhitungan sumberdaya batubara berdasarkan usgs circular no.

891tahun1983 CV. Amindo Pratama.

B. Nama Peneliti: Sundoyo

C. Metode Penelitian: Dalam perhitungan sumberdaya batubara menggunakan metode circular usgs dan untuk menganalisi data menggunakan perangakat lunak autocad land desktop:

Data yang dibutuhkan:

1) Data log bor /singkapan batubara 2) Peta topograpi

3) Peta cropline

D. Hasil Penelitian: Dari hasil yang dilakukan pada daerah penelitian didapatkan 3 ( Tiga ) singkapan dimana dua singkapan berada didalam daerah penelitian dan satu singkapan lagi berada di luar derah penelitian, singkapan batubara yang ada di daerah penelitian yaitu AP-01 dengan tebal 1,10 M, dan AP-02

dengan tebal 1,37 M kemudian singkapan yang berada di luar daerah penelitian AP-03 dengan tebal 0,70 M, dengan karakteristik umumnya berwarna hitam kecoklatan, kilap kusam, pecahan britle dengan gores coklat dan kedudukan lapisan antara N 147º E – N 168º E dengan kemiringan 12º - 22º.

3. Jurnal III (tiga)

A. Judul Jurnal: Estimasi sumberdaya batubara metode circular usgs pada PT.

Tuah Globe Mining Kalimantan Tengah

B. Nama Peneliti: Agus Ardianto Budiman, Ricky Dwi Akhsanul, Sri Widodo

C. Metode Penelitian: dalam estimasi sumberdaya batubara menggunakan metode circular usgs

Data data yang di perlukan yaitu:

1) data koordinat IUP

2) data cropline dan pemboran eksplorasi 3) data litologi

Pengolahan data selanjutnya dilakukan dengan membuat database hasil pemboran dalam bentuk tabel dalam microscoft excel estimasi sumberdaya pada penelitian kali ini hanya mengestimasi untuk sumberdaya Tertunjuk dan terukur.

D. Hasil Penelitian: Volume batubara pada daerah penelitian dihitung dengan menggunakan variabel luas area terkoreksi L dikalikan dengan tebal rata rata tiap seam batubara (seam A = 1,08, B = 1,24, C = 1,97, D = 1,3, E = 0.93), maka diperoleh total volume batubara tertunjuk yaitu 41.610.309 m3, Volume batubara pada daerah penelitian dihitung dengan menggunakan variabel luas area terkoreksi (L) dikalikan dengan tebal

rata-rata tiap seam batubara (seam A = 1,08, B = 1,24, C = 1,97, D = 1,3, E = 0.93), maka diperoleh total volume batubara terukur yaitu 22.606.298 m3.

4. Jurnal IV (empat)

A. Judul Jurnal: Estimasi sumberdaya batubara untuk rencana kegiatan penambangan batubara di PT. Mega Surya Jaya kecamatan angsana, kabupaten tanah bumbu, provinsi Kalimantan selatan

B. Nama Peneliti: Mahrunzen, A.Machali, Dudi Nasrudin Usman

C. Metode Penelitian: Metode yang digunakan dalam menghitug volume total batubara sumberdaya dan Stripping Ratioadalah metode daerah pengaruh. Software autocad land dekstopdi gunakan untuk membuat bentuk modeling

Data data yang di perlukan yaitu:

1) Data topograpi 2) Data geologi

3) Data log bor /singkapan batubara

D. Hasil Penelitian: Hasil perhitungan sumberdaya batubara dengan menggunakan metode daerah pengaruh adalah:

1) Sumberdaya terukur

a) Volume batubara = 4.251.707,12 m3 b) Lapisan tanah penutup = 20.894.553,15 m3 c) Ton batubara = 5.527.219,26 ton 2) Sumberdaya terunjuk

a) Volume batubara = 10.007.165,42 m3 b) Lapisan tanah penutup =50.509.161,04 m3 c) Ton batubara =13.009.315,04 ton 3) Sumberdaya tereka

a) Volume batubara =6.797.608,58 m3 b) Lapisan tanah penutup = 45.575.888,34 m3

c) Ton batubara = 8.836.891,16 ton

Dari perhitungan sumberdaya, volume batubara dan lapisan tanah penutup maka kita dapat mengetahui stripping ratio yaitu:

SR=

 Stripping ratio sumberdaya terukur SR=

=3,78

 Stripping ratio sumberdaya terunjuk SR=

=3,88

 Stripping ratio sumberdaya tereka SR=

=5,16

5. Jurnal V (lima)

A. Judul Jurnal: Perhitungan cadangan batubara dan permodelan pit pada PT.

Global Indonesia mandiri,kabupaten tapin, Kalimantan selatan

B. Nama Peneliti: Muhammad RizwanRozali, Uyusaimana, Marselinus Untung Dwiatmoko, Agus Triantoro, Fauzan Nuzuliansyah

C. Metode Penelitian: Metode yang digunakan dalam menghitung cadangan batubara adalah metode cros section

Data-data yang diambil adalah data primer dan data sekunder 1) Data primer

Data yang perlu diambil yaitu kondisi daerah penelitian, strike dan dip, posisi lubang bor, ketebalan batubara, dan data log bor

2) Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan sebagai sumber informasi adalah peta topografi awal untuk mengetahui zona penambangan,peta geologi dan

geologi regional, peta dasar dan data geoteknik.

D. Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil perhitungan sumberdaya dengan menggunakan metode cross section, maka didapat hasil sumberdaya terukur batubara sebagai berikut :

Tabel 2.5

Perhitungan Cadangan Batubara

Adapun perhitungan stripping ratio adalah sebagai berikut:

Tot Batubara = densitas batubara (ton/m3) x jumlah batubara (m3)

Tot Overburden = jumlah overburden + interburden +underburden (m3) SR = Tot Overburden/ Tot batubara

Tabel 2.6

Perhitungan Volume Batubara dan Overburden Pada Rancangan Pit A

Tabel 2.7

Jumlah Perhitungan Cadangan Batubara Pada Desain Pit B

Tabel 2.8

Jumlah Perhitungan SR dan Overburden dan Batubara

2.2 Kerangka Konseptual

Input Proses Ouput

Gambar 2.20 Kerangka Konseptual Berdasarkan kerangka konseptual diatas, Selanjutnya dijelaskan : 1. Input

Input terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat langsung di lapangan yaitu di lokasi penambangan batubara PT. Inti Bara Nusalima. Data primer meliputi koordinat titik pengeboran dan dipp singkapan batubara. Sedangakan data sekunder diperoleh dari sumber-sumber buku atau studi kepustakaan dari perusahaan serta beberapa literatur untuk menunjang penelitian ini.

Berupa dokumen perusahaan.

2. Proses

Menentukan sumberdaya batubara dan volume overburden dengan menggunakan metode circular dan metode poligon (area of influence). Serta proses pengolahan data menggunakan software surpac 6.5.1

3. Output

Output yang dihasilkan berdasarkan input dan proses yaitu jumlah hasil perhitungan sumberdaya batubara dan volume overburden dengan menggunakan metode circular dan poligon

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metodologi penelitian

Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode circular dan metode poligon (area of Influence) metode circular adalah metode yang dilakukan dengan cara membuat lingkaran-lingkaran (setengah lingkaran) pada setiap titik informasi endapan batubara metode poligon (area of Influence) adalah metode perhitungan yang dilakukan dengan cara membuat circle pada titik bor dan memotong circle yang bersinggungan Metode ini umum diterapkan pada endapan-endapan yang relatif homogen dan mempunyai geometri yang sederhana, Dan pengolahan data peneliti menggunakan Software Surpac 6.5.1

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian terapan (applied research). bahwa setiap penelitian terapan adalah penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah dengan suatu tujuan praktis. Berarti hasilnya diharapkan segera dapat dipakai untuk keperluan praktis. Senada dengan pendapat tersebut, (Sugiyono, 2009) berpendapat bahwa penelitian terapan adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis.

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di PT. Inti Bara Nusalima Desa aur jangga Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi

3.3.2 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan pada penelitian ini dari 28 Agustus - 26 November 2019 3.4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang diteliti yang mempunyai variasi satu dengan yang lain dalam kelompok tersebut.

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka variabel penelitian adalah

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka variabel penelitian adalah