• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR ANALISIS SUMBERDAYA TERUKUR BATUBARA DAN OVERBURDENMENGGUNAKAN METODE CIRCULAR DAN METODE POLIGON PADA PT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TUGAS AKHIR ANALISIS SUMBERDAYA TERUKUR BATUBARA DAN OVERBURDENMENGGUNAKAN METODE CIRCULAR DAN METODE POLIGON PADA PT."

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

1

CIRCULAR DAN METODE POLIGON PADA PT.INTI BARA NUSALIMA

AHLUL NAZAR

NPM1410024427007

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG SEKOLAHTINGGITEKNOLOGIINDUSTRI PADANG

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

2020

(2)

TUGAS AKHIR

ANALISIS SUMBERDAYA TERUKUR BATUBARA DAN OVERBURDENMENGGUNAKAN METODE

CIRCULAR DAN METODE POLIGON PADA PT.INTI BARA NUSALIMA

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

AHLUL NAZAR NPM:1410024427007

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG SEKOLAHTINGGITEKNOLOGIINDUSTRI PADANG

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

2020

(3)

TUGAS AKHIR

ANALISIS SUMBERDAYA TERUKURBATUBARA DANOVERBURDENMENGGUNAKAN METODE

CIRCULAR DAN METODE POLIGON PADA PT. INTI BARA NUSALIMA

Diajukan Kepada SekolahTinggiTeknologi Industri Padang Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

Disusun Oleh:

AHLUL NAZAR 1410024427007

Disetujui, DosenPembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Murad MS, MT RikoErvil, MT

NIDN: 0007116308 NIDN: 1014057501

Ketua Program Studi Ketua STTIND Padang

Riam Marlina A ST, MT RikoErvil, MT

NUP: 9910676467 NIDN: 1014057501

(4)

ANALISIS SUMBERDAYA TERUKUR BATUBARA DAN OVERBURDEN MENGGUNAKAN METODE CIRCULAR DAN METODE POLIGON

PADA PT. INTI BARA NUSALIMA

Nama : Ahlul Nazar

NPM : 1410024427007

Pembimbing 1 : Dr. Murad MS.MT Pembimbing 2 : H.Riko Ervil MT

ABSTRAK

PT. Inti Bara Nusalima merupakan perusahaan tambang swasta yang berkecimpung dalam bidang pertambangan batubara, yang berlokasi di desa jangga aur kecamatan batin xxiv kabupaten batang hari provinsi jambi dengan sistem penambangan yang dilakukan merupakan tambang terbuka, secara geografis terletak pada koordinat 100°04'00” BT dan -1° 51'00” LS. PT. Inti Bara Nusalima memegang hak izin usaha pertambangan (IUP) operasi produksi pada tambang batubara seluas 1.000 Ha.

Perhitungan sumberdaya Terukur batubara ini dilakukan dengan menggunakan metode Circular dan metode Poligon pada blok I dengan luas 178 ha, dengan data- data seperti kondisi geologi dilapangan dan data pengeboran, kemudian data tersebut diaplikasikan dengan program-program pendukung seperti Software Surpac 6.5.1.

Dari hasil pengolahan data didapatkan sumberdaya terukur batubara dengan metode circular sebanyak 1.259.790,59 ton dan overburden sebanyak 8.334.968.50 m3 sedangkan metode poligon didapatkan sumberdaya terukur batubara sebanyak 661.118,23 ton dan overburden sebanyak 4.740.728,89 m3.

Kata kunci: Jumlah sumberdaya Terukur, Volume Overburden,Circular, Poligon.

(5)

Analysis of Coal and Overburden Measured Resources Using Circular Method and Polygon Method in

PT. Inti Bara Nusalima.

Name : Ahlul Nazar Student ID : 1410024427007 Supervisor : Dr. Murad MS. MT Co Supervisor : H. Riko Ervil MT

ABSTRACT

PT. Inti Bara Nusalima is a private mining company working in the field of coal mining, which is located in jangga aur the village batin xxiv district batanghari region jambi province with a mining system that is done is an open pit mine, geographically located on coordinates 100°04'00” BT and -1° 51'00” LS. PT. Inti Bara Nusalima hold mining operation permit for production in a coal mine an area 1000 Ha.

Caculation of coal measured resources is carried out using the circular method and the polygon method on block one with an area 178 Ha, with data such as geological conditions in the field and drilling data, then the data is applieed with supporting programs such as software surpac 6.5.1

From the results of data processing we get measured coal resaources with as many circular method 1.259.790,59 ton and overburden as much 8.334.968,50 m3 while the polygon method gets measured coal resources as much 661.118,23 ton and overburden as much 4.740.728,89 m3.

Key words: Amount of measured resources, Overburden Volume, Circular, Polygon

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir sesuai waktu yang ditentukan. Shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya ke zaman modern saat ini.

Tugas Akhir ini berjudul“Analisis Sumberdaya Terukur Batubara dan Overburden Menggunakan Metode Circular dan Metode Poligon pada PT. Inti Bara Nusalima”. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini belum sempurna karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki.

Walaupun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyelesaian tugas akhir ini tepat pada waktunya.

Penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua yang selalu memberikan support doa maupun materi sehingga saya dapat menyelesaikan jenjang pendidikan di bangku kuliah.

2. Bapak Rizky Hartawan ST Selaku Kepala Teknik Tambang Pada PT.Inti Bara Nusalima

3. Seluruh Staff dan Karyawan pada PT. Inti Bara Nusalima

4. Bapak Dr.Murad MS,MT selaku pembimbing 1 dalam penyelesaian tugas akhir ini.

5. Bapak Riko Ervil, MT Selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang dan Pembimbing 2 dalam penyelesain tugas akhir ini..

(7)

6. Ibu Riam Marlina ST, MT Selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan dan Dosen Pembimbing Akademik..

7. Seluruh Dosen Teknik Pertambangan dan Karyawan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.

8. Teman-teman Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Padang, 2020

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PERSETUJUAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Rumusan Masalah ... 4

1.5 Tujuan Penelitian ... 4

1.6 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Landasan Teori ... 6

1. Survey Tinjau ... 6

2. Prospeksi ... 6

3.Eksplorasi Pendahuluan ... 7

(9)

4.Eksplorasi Rincian ... 7

2.1.1 Tipe Endapan Batubara dan Kondisi geologi... 8

2.1.1.1 Tipe Endapan Batubara ... 8

2.1.1.2 Kondisi Geologi ... 8

1. Kondisi Geologi Sederhana ... 8

2. Kondisi Geologi Moderat ... 9

3. Kondisi Geologi Komplek ... 9

2.1.2 Sumberdaya dan Cadangan ... 11

1. Sumberdaya Mineral ... 11

2. Cadangan ... 14

2.1.3 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan... 11

2.1.4 Dasar Klasifikasi ... 13

2.1.5 Perhitungan Sumberdaya ... 15

2.1.6 Metode Perhitungan Cadangan ... 16

1. Metode Circular ... 17

2. Metode Cross Section ... 19

3. Metode Poligon ... 21

4. Metode Garis Kontur (Isoline) ... 21

5. Metode Segitiga (Triangular grouping) ... 22

6. Metode Krigging ... 23

2.1.7 Gemcom Surpac ... 27

2.1.8 Autodesk Land Dekstop ... 28

2.1.9 Data-Data Perhitungan Sumberdaya ... 29

(10)

2.1.10 Pengertian Batubara ... 29

2.1.10.1 Genesa Pembentukan Batubara ... 29

2.1.11 Tinjauan Umum Perusahaan ... 37

2.1.11.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah ... 37

2.1.11.2 Morfologi ... 39

2.2 Kerangka Konseptual ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

3.1 Metodologi Penelitian ... 42

3.2 Jenis Penelitian ... 42

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

3.3.1 Lokasi Penelitian ... 43

3.3.2 Waktu penelitian ... 43

3.4 Variable Penelitian ... 43

3.5 Data dan Sumber Data ... 44

3.5.1 Data ... 44

3.5.2 Sumber Data ... 44

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.7 Teknik Pengolahan Data ... 45

3.7.1 Pengolahan dan Perhitungan Data Menggunakan Metode Circular Dengan Bantuan software Surpac 6.5.1 ... 45

3.7.2 Pengolahan dan Perhitungan Data Menggunakan Metode Poligon Dengan Bantuan Software Surpac 6.5.1 ... 47

3.7.3 Perhitungan Overburden ... 48

(11)

3.8 Analisa Hasil Pengolahan Data ... 48

3.9 Kerangka Metodologi ... 50

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 51

4.1 Pengumpulan Data ... 51

4.1.1 Data Primer ... 51

4.1.2 Data Sekunder ... 52

4.2 Pengolahan Data... 53

4.3 Perhitungan Sumberdaya Batubara ... 53

4.3.1 Perhitungan Sumberdaya Batubara Metode Circular ... 53

4.3.2 Perhitungan Sumberdaya Batubara Metode Poligon ... 62

BAB V ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA ... 73

5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Metode Circular ... 73

5.2 Analisa Hasil Pengolahan Data Metode Poligon ... 74

5.3 Perabandingan Hasil Perhitungan Metode Circular Dan Metode Poligon Dengan Bantuan Software Surpac 6.5.1 ... 74

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 77

6.2 Saran ... 78 DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Aturan Perhitungan Sumberdaya Batubara Metode Circular ... 17

Gambar 2.2 Sketsa Perhitungan Volume Endapan Sumberdaya Dengan Rumus Mean Area (metode Penampang) ... 19

Gambar 2.3 Sketsa Perhitungan Volume Endapan Sumberdaya Dengan Rumus Prismoida (metode Penampang) ... 20

Gambar 2.4 Sketsa Perhitungan Volume Endapan Sumberdaya Dengan Rumus Kerucut Terpancung (metode Penampang) ... 20

Gambar 2.5 Metode Poligon (Area Influence) ... 21

Gambar 2.6 Sketsa Perhitungan Volume Endapan Sumberdaya Dengan Rumus Garis Kontur ... 22

Gambar 2.7 Sketsa Perhitungan Volume Endapan Sumberdaya Dengan Rumus Segitiga (Triangular Grouping) ... 23

Gambar 2.8 Perhitungan Metoda Geostatistik Dengan Support Suatu Block ... 24

Gambar 2.9 Ilustrasi Tanah Penutup ... 25

Gambar 2.10 Ilustrasi Luas Semu ... 25

Gambar 2.11 Ilustrasi Tebal Tanah Penutup ... 26

Gambar 2.12 Cropline Sumberdaya Metode Circular menggunaka Software Surpac 6.5.1 ... 27

Gambar 2.13 Cropline Metode Poligon Menggunakan Software Autodesk ... 28

Gambar 2.14 Tahap Pembentukan Batubara ... 32

Gambar 2.15 Gambut (Peat) ... 35

Gambar 2.16 Lignit (Brown Coal) ... 35

Gambar 2.17 Subbituminus ... 36

(13)

Gambar 2.18 Antrasit ... 37

Gambar 2.19 IUP Operasi Produksssi PT. Inti Bara Nusa Lima...39

Gambar 2.20 Kerangka Konseptual ... 46

Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian ... 55

Gambar 4.1 Pengambilan Koordinat Titik Pengeboran ... 56

Gambar 4.2 Pengambilan Data Dipp Singakapn... 57

Gambar 4.3 Tampilan Lubang Bor Pada Software Surpac 6.5.1 ... 58

Gambar 4.4 Format CSV Pada Excel ... 60

Gambar 4.5 Tampilan Set As work Directory ... 60

Gambar 4.6 Import Data CSV Kedalam Format Str ... 61

Gambar 4.7 Import Koordinat Csv ... 61

Gambar 4.8 Pengisian String ... 62

Gambar 4.9 Tampilan Lubang Bor ... 62

Gambar 4.10 Proses Membuat Circle ... 63

Gambar 4.11 Memasukkan Data Jarak Radius ... 63

Gambar 4.12 Clips Segment ... 64

Gambar 4.13 Pemotongan Circle Bagian Terluar ... 64

Gambar 4.14 Cropline Metode Circular ... 65

Gambar 4.15 Cropline Sumberdaya Terukur ... 66

Gambar 4.16 Circle Pada Lubang Bor ... 69

Gambar 4.17 Membuat Garis Pada Circle yang Bersinggungan ... 69

Gambar 4.18 Garis (string) pada Circle yang Bersinggungan ... 70

Gambar 4.19 Plane... 70

(14)

Gambar 4.20 Proses Pemotongan Circle ... 71

Gambar 4.21 Cropline I Blok Poligon ... 71

Gambar 4.22 Proses Mendapatkan Luas Area Poligon ... 72

Gambar 4.23 Cropline Sumberdaya Terukur Metode Poligon ... 73

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Aspek Tektonik Dan Sedimentasi Sebagai Parameter Dalam

Pengelompokkan Kondisi Geologi ... 10

Tabel 2.2 Persyaratan Jarak Titik Informasi Untuk Setiap Kondisi Geologi dan Kelas Sumberdaya ... 11

Tabel 2.3 Koordinat Batas Wilayah IUP PT. Inti Bara Nusaliama ... 38

Tabel 2.4 Hasil Pengeboran Dengan Unit Jacro 175 ... 45

Tabel 2.5 Perhitungan Cadangan Batubara ... 45

Tabel 2.6 Perhitungan Volume Batubara dan Overburden pada Rancangan Pit A Tabel 2.7 Jumlah Perhitungan Cadangan Batubara PadaDesain Pit B ... 46

Tabel 2.8 Jumlah Perhitungan Stripping Ratio dan Overburden dan Batubara ... 46

Tabel 4.1 Jumlah Tonase Batubara Dengan Metode Circular ... 66

Tabel 4.2 Jumlah Volume Overburden Metode Circular ... 67

Tabel 4.3 Perhitungan Tonase Batubara Menggunakan Metode Poligon ... 74

Tabel 4.4 Perhitungan Volume Overburden Menggunakan Metode Poligon... 75

Tabel 5.1 Perbandingan Hasil Perhitungan Metode Circular dan Poligon...80

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Data Pengeboran Eksplorasi Batubara Lampiran II Data Litologi batuan

Lampiran III Hasil Perhitungan Metode Poligon Lampiran IV Peta Eksplorasi

Lampiran V Peta Geologi Lampiran VI Peta Topografi

Lampiran VII Peta Cropline Poligon Lampiran VIII Peta Cropline Circular Lampiran IX Dokumentasi Lapangan

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem penambangan adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan untuk membebaskan atau mengambil endapan bahan galian yang mempunyai arti ekonomis dari batuan induknya untuk diolah lebih lanjut sehingga dapat memberikan keuntungan yang besar dengan kegiatan perhitungan sumberdaya dilakukan pada tahap eksplorasi sebelum tahap persiapan penambangan.

PT. Inti Bara Nusalima merupakan perusahaan tambang batubara yang melakukan kegiatan Operasi Produksi penambangan di desa aur jangga kecamatan batin XXIV kabupaten batang hari provinsi jambi, bahwasanya telah melakukan kegiatan penambangan dengan metode open pit dan sebagian wilayahnya masih dalam tahap eksplorasi.

Dalam wilayah IUP PT. Inti Bara Nusalima terbagi atas VII (tujuh) area blok Penambangan, berdasarkan observasi lapangan pada blok I dengan luas 178 ha saat ini belum melakukan perhitungan sumberdaya batubara dan overburden, hal ini dikarenakan pada blok I sedang melakukan kegiatan drilling untuk pengambilan sampel ketebalan batubara dan overburden.

Dalam hal usaha pertambangan, jumlah sumberdaya yang akan ditambang merupakan faktor untuk menentukan apakah suatu perusahaan akan tetap melakukan

(18)

kegiatan penambangan atau tidak, berdasarkan hal tersebut perlu di pertimbangkan, seperti: kalori batubara, kadar air, debu, sulfur, ketebalan overburden dan lain-lain.

Beberapa metode yang digunakan untuk perhitungan sumberdaya dan cadangan seperti: metode circular, metode poligon (area influence), metode mean area, metode penampang (cross section), metode kontur (isoline) dan metode kriging.

Adapun macam-macam software yang dapat digunakan untuk perhitungan sumberdaya dan cadangan seperti: software surpac 6.5.1, software minescape, Sofware Rockworks, Sofware Autodesk Land dekstop 2005 dan lain-lain

Metode circular merupakan pengembangan dari sistem blok dan perhitungan volume biasa. Sistem ini dianggap sesuai untuk diterapkan dalam perhitungan sumberdaya batubara, karena sistem ini ditujukan pada pengukuran bahan galian yang berbentuk perlapisan (tabular) yang memiliki ketebalan dan kemiringan lapisan yang relatif konsisten metode ini digunakan untuk menghtung sumberdaya batubara pada tambang terbuka.

Metode poligon merupakan metode umum diterapkan pada endapan-endapan yang relatif homogen, kadar pada suatu luasan didalam poligon ditaksir dengan nilai conto yang berada di tengah-tengah poligon sehingga metode ini sering disebut dengan metode poligon daerah pengaruh (area of influence). Daerah pengaruh dibuat dengan membagi dua jarak antara dua titik conto dengan satu garis sumbu.

Prinsip perhitungan sumberdaya adalah berdasarkan hasil suatu kisaran dan model sumberdaya yang dibuat, perhitungan dilakukan berdasarkan hasil pendekatan kondisi sebenarnya yang diperoleh dari kegiatan eksplorasi. Hasil dari perhitungan

(19)

tersebut masih mengandung ketidakpastian, oleh karena itu peneliti tertarik mengangkat judul “Analisis Sumberdaya Terukur Batubara dan Overburden Menggunakan Metode Circular dan Metode Poligon Pada PT. Inti Bara Nusalima”

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Belum melakukan perhitungan sumberdaya terukur batubara di wilayah blok I (satu) pada PT. Inti Bara Nusalima.

2. Belum melakukan perhitungan volume overburden di wilayah blok I pada PT.

Inti Bara Nusalima.

3. Belum adanya menggunakan software surpac 6.5.1.

1.3 Batasan Masalah

Berdasakan identifikasi masalah yang ada maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Menghitung jumlah sumberdaya terukur batubara dengan metode circular pada wilayah blok I.

2. Menghitung kapasitas volume overburden di wilayah blok I pada PT. Inti Bara Nusalima.

3. Menghitung jumlah sumberdaya terukur batubara dengan metode poligon pada wilayah blok I.

4. Pengolahan data menggunakan software surpac 6.5.1

(20)

1.4 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Berapakah jumlah sumberdaya terukur batubara menggunakan metode Circular pada blok I (satu) di PT. IntiBara Nusalima ?

2. Berapakah jumlah sumberdaya terukur batubara menggunakan metode poligon pada blok I (satu) di PT. IntiBara Nusalima ?

3. Berapakah volume overburden di wilayah blok I (satu) pada PT. Inti Bara Nusalima ?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menentukan jumlah sumberdaya terukur batubara dengan metode circular pada wilayah blok I (satu) di PT. Inti Bara Nusalima.

2. Menentukan jumlah sumberdaya terukur batubara dengan metode poligon pada wilayah blok I (satu) di PT. Inti Bara Nusalima.

3. Menentukan kapasitas volume overburden di wilayah blok I (satu) pada PT.

Inti Bara Nusalima.

1.6 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian dilakukan, penulis berharap hasil penelitian dapat memberi manfaat:

(21)

1. Bagi penulis

Sebagai landasan untuk menambah ilmu dan wawasan tentang perhitungan sumberdaya batubara dan agar dapat menjadi bekal untuk diaplikasikan nantinya didunia kerja.

2 Bagi perusahaan

Dapat menjadi bahan acuan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam perencanaan penambangan

3 Bagi STTIND Padang

Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa pertambangan, dan sebagai bahan referensi STTIND Padang dalam pembaharuan informasi yang ada.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Eksplorasi merupakan bagian dari kegiatan pertambangan, dimana kegiatan dimulai dari: survey tinjau, propeksi, eksplorasi pendahuluan, eksplorasi rincian.

Berdasarkan UU No 4 Tahun 2009, Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan telititentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumberdaya dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup.adapun tahapan dalam ekplorasi sebagai berikut:

1. Survei Tinjau (Reconnaissance)

Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi batubara yang paling awal dengan tujuan mengindentifikasi daerah–daerah yang secara geologis mengandung endapan batubara yang berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut serta mengumpulkan informasi tentang kondisi geografi, tata guna lahan, dan kesampaian daerah. Kegiatannya, antara lain, studi geologi regional, penafsiran penginderaan jauh, metode tidak langsung lainnya, serta inspeksi lapangan pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan skala sekurang-kurangnya1:100.000

(23)

2. Prospeksi (Prospecting)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah sebaran endapan batubara yang akan menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, diantaranya, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:50.000, pengukuran penampang stratigrafi, pembuatan paritan.

3. Eksplorasi Pendahuluan ( Preliminary Exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal bentuk tiga dimensi endapan batubara yang meliputi ketebalan lapisan, bentuk, korelasi, sebaran, struktur, kuantitas dan kualitas. Kegiatan yang dilakukan antara lain, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penampangan (logging) geofisika, pembuatan sumuran/paritan uji, dan pencontohan yang andal. Pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi dimulai dapat dilakukan.pembuatan sumuran, pemboran uji (scout drilling), pencontohan, dan analisis. Metode eksplorasi tidak langsung, seperti penyelidikan geofisika, dapat dilaksanakan apabila dianggap perlu 4. Eksplorasi Rincian (Detailed exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas serta model tiga dimensi endapan batubara secara lebih rinci. Kegiatan yang harus dilakukan adalah pemetaan geologi dan topografi dengan skala minimal 1:2.000, pemboran dan pencontohan yang dilakukan dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penampangan (logging) geofisika, serta pengkajian geohidrologi dan

(24)

geoteknik. Pada tahap ini perlu dilakukan penyelidikan pendahuluan pada batubara, batuan, air dan lainnya yang dipandang perlu sebagai bahan pengkajian lingkungan yang berkaitan dengan rencana kegiatan penambangan yang diajukan.

2.1.1 Tipe Endapan Batubara dan Kondisi geologi 2.1.1.1 Tipe Endapan Batubara

Secara umum endapan batubara utama di indonesia terdapat dalam tipe endapan batubara ombilin, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Bengkulu. tipe endapan batubara tersebut masing-masing memiliki karakteristik tersendiri yang mencerminkan sejarah sedimentasinya. Selain itu, proses pasca pengendapan seperti tektonik, metamorfosis, vulkanik dan proses sedimentasi lainnya turut mempengaruhi kondisi geologi atau tingkat kompleksitas pada saat pembentukan batubara.

2.1.1.2 Kondisi Geologi/ Kompleksitas

Berdasarkan proses sedimentasi dan pengaruh tektonik, karakteristik geologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama: Kondisi geologi sederhana, kondisi geologi moderat, dan kondisi geologi kompleks. Uraian tentang batasan umum untuk masing-masing kondisi geologi tersebut beserta tipe lokalitasnya adalah sebagai berikut, sedangkan ringkasannya diperhatikan pada Tabel 2.2.

(25)

1. Kondisi geologi sederhana

Endapan batubara dalam kelompok ini umumnya tidak dipengaruhi oleh aktivitas tektonik, seperti sesar, lipatan, dan intrusi. Lapisan batubara pada umumnya landai, menerus secara lateral sampai ribuan meter, dan hampir tidak mempunyai percabangan. Ketebalan lapisan batubara secara lateral dan kualitasnya tidak memperlihatkan variasi yang berarti. Contoh jenis kelompok ini antara lain, dilapangan Bangko Selatan dan Muara Tiga Besar (Sumatera Selatan), Senakin Barat (Kalimantan Selatan), dan Cerenti (Riau).

2. Kondisi geologi moderat

Batubara dalam kelompok ini diendapkan dalam kondisi sedimentasi yang lebih bervariasi dan sampai tingkat tertentu telah mengalami perubahan pasca pengendapan dan tektonik. Sesar dan lipatan tidak banyak, begitu pula pergeseran dan perlipatan yang diakibatkannya relatif sedang. Kelompok ini dicirikan pula oleh kemiringan lapisan dan variasi ketebalan lateral yang sedang serta berkembangnya percabangan lapisan batubara, namun sebarannya masih dapat diikuti sampai ratusan meter. Kualitas batubara secara langsung berkaitan dengan tingkat perubahan yang terjadi baik pada saat proses sedimentasi berlangsung maupun pada pasca pengendapan. Pada beberapa tempat intrusi batuan beku mempengaruhi struktur lapisan dan kualitas batubaranya. Endapan batubara kelompok ini terdapat antara lain di daerah Senakin, Formasi Tanjung (Kalimantan Selatan), Loa Janan-Loa Kulu,

(26)

Petanggis (Kalimantan Timur), Suban dan Air Laya (Sumatera Selatan), seta Gunung BatuBesar (Kalimantan Selatan).

3. Kondisi geologi komplek

Batubara pada kelompok ini umumnya diendapkan dalam sistim sedimentasi yang komplek atau telah mengalami deformasi tektonik yang ekstensif yang mengakibatkan terbentuknya lapisan batubara dengan ketebalan yang beragam.

Kualitas batubaranya banyak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada saat proses sedimentasi berlangsung atau pada pasca pengendapan seperti pembelahan atau kerusakan lapisan (wash out).Pergeseran, perlipatan dan pembalikan (overturned) yang ditimbulkan oleh aktivitas tektonik, umum dijumpai dan sifatnya rapat sehingga menjadikan lapisan batubara sukar dikorelasikan. Perlipatan yang kuat juga mengakibatkan kemiringan lapisan yang terjal. Secara lateral, sebaran lapisan batubaranya terbatas dan hanya dapat diikuti sampai puluhan meter. Endapan batubara dari kelompok ini, antara lain, diketemukan diAmbakiang, Formasi warukin, Ninian,Belahing dan Upau (Kalimantan selatan), Sawahluhung (Sawahlunto, SumateraBarat), daerah Air Kotok (Bengkulu), Bojongmanik (Jawa Barat), serta daerah batubara yang mengalami ubahan intrusi batuan beku di Bunian Utara(Sumatera selatan).

(27)

Tabel 2.2

Aspek Tektonik Dan Sedimentasi Sebagai Parameter Dalam Pengelompokkan Kondisi Geologi

(Sumber:Pedoman pelaporansumberdaya mineral dan cadanganSNI 5015:2011) Tabel 2.3

Persyaratan Jarak Titik Informasi Untuk Setiap Kondisi Geologi dan Kelas Sumberdaya

(Sumber: Pedoman pelaporan sumberdaya mineral dan cadanganSNI 5015:2011)

(28)

2.1.2 Sumberdaya dan Cadangan

1. Sumberdaya Mineral (Mineral Resource)

Sumberdaya mineral adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata.Sumberdaya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.

2. Cadangan (Reserve)

Cadangan adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan.

2.1.3 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan

Klasifikasi sumberdaya dan cadangan adalah suatu proses pengumpulan, penyaringan serta pengolahan data dan informasi dari suatu endapan mineral untuk memperoleh gambaran yang ringkas mengenai endapan itu berdasarkan kriteria keyakinan geologi dan kelayakan tambang. Kriteria keyakinan geologi didasarkan oleh tahap eksplorasi yang meliputi survey tinjau, prospeksi, eksplorasi umum, dan eksplorasi rinci.Kriteria kelayakan tambang didasarkan pada faktor-faktor ekonomi, teknologi, peraturan/perundang-undangan, lingkungan dan sosial (economics, technological, legal, environment, and social factor).

(29)

1. Sumberdaya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource)

Sumberdaya mineral tereka adalah sumberdaya mineral yang tonase, kadar dan kandungan mineralnya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan rendah.

Tingkat keakuratan hasil perhitungannya baik kuantititas maupun kualitas 20-40%.

2. Sumberdaya Mineral Terunjuk (Indicated Mineral Resource)

Sumberdaya mineral terunjuk adalah sumberdaya mineral yang tonase, kadar dan kandungan mineralnya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan medium.

Tingkat keakuratan hasil perhitungannya baik kuantitas maupun kualitas 40-60%.

3. Sumberdaya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource)

Sumberdaya mineral terukur adalah sumberdaya mineral yang tonase, kadar dan kandungan mineralnya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan tinggi.

Tingkat keakuratan hasil perhitungannya baik kuantitas maupun kualitas hingga 80%.

4. Cadangan Terkira (Probable Reserve)

Cadangan terkira adalah sumberdaya mineral terunjuk dan sebagian sumberdaya mineral terukur yang tingkat keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga pertambangan dapat dilakukan secara ekonomis.

(30)

5. Cadangan Terbukti (Proved Recerve)

Cadangan terbukti adalah sumberdaya mineral terukur yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga pertambangan dapat dilakukan secara ekonomis.

2.1.4 Dasar Klasifikasi

Klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan berdasarkan 2 kriteria, yaitu:

tingkat keyakinan geologi dan pengkajian layak tambang.

1. Tingkat keyakinan geologi

Tingkat keyakinan geologi ditentukan oleh 4 tahap eksplorasi, yaitu:

a. Survey tinjau.

b. Prospeksi.

c. Eksplorasi umum.

d. Eksplorasi rinci.

Kegiatan dari keempat tahapan eksplorasi menunjukkan makin rincinya penyelidikan, sehingga tingkat keyakinan geologinya makin tinggi dan tingkat kesalahannya makin rendah.

2. Pengkajian layak tambang

a. Pengkajian layak tambang meliputi faktor-faktor ekonomi, pertambangan, pemasaran, lingkungan, sosial, dan hukum/ perundang-undangan. Untuk

(31)

endapan mineral bijih, metalurgi juga merupakan faktor pengkajian layak tambang.

b. Pengkajian layak tambang akan menentukan apakah sumberdaya mineral akan berubah menjadi cadangan atau tidak.

c. Berdasarkan pengkajian ini, bagian sumberdaya mineral yang layak tambang berubah statusnya menjadi cadangan sedangkan yang belum layak tambang tetap menjadi sumberdaya mineral.

Berdasarkan klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara didasarkan pada tingkat keyakinan geologi dan kajian kelayakan pengelompokkan tersebut mengandung dua aspek:

1.Aspek geologi

Berdasarkan tingkat keyakinan geologi, sumberdaya terukur harus mempunyai tingkat keyakinan yang lebih yang lebih besar dibandingkan dengan sumberdaya terunjuk, begitu pula sumberdaya terunjuk harus mempunyai tingkat keyakinan yang lebih tinggi dari sumberdaya tereka. Sumberdaya terukur dan terunjuk dapat ditingkatkan menjadi cadangan terkira dan terbukti apabila apabila telah memenuhi kriteria layak. Tingkat keyakinan geologi tersebut secara kuantitatif dicerminkan oleh jarak titik informasi (singkapan, lubang bor).

2. Aspek ekonomi

Ketebalan minimal lapisan batubara yang dapat ditambang dan ketebalan

(32)

maksimal lapisan pengotor yang tidak dapat dipisahkan pada saat ditambang,

yang menyebabkan kualitas batubaranya menurun karena kandungan abunya meningkat, merupakan beberapa unsur yang terkait dengan aspek ekonomi dan perlu diperhatikan dalam menggolongkan sumberdaya batubara.

2.1.5 Perhitungan Sumberdaya

Setelah dilakukan kegiatan ekplorasi pada tahap-tahap kegiatan pertambangan kemudian melakukan analisa dan perhitungan sumberdaya.Adapun tujuan dari perhitungan sumberdaya yaitu agar dapat menentukan jumlah dan mutu kualitas bahan galian. Kegiatan lapangan untuk memperoleh data guna perhitungan sumberdaya adalah sebagai berikut:

1. Observasi lapangan

Observasi lapangan merupakan gambaran praktis kondisi dan keadaan di lapangan meliputi pengambilan data geografi dan demografi

2. Pemetaan

Pemetaan tidak mutlak dilaksanakan, untuk pengambilan topografi, bentang alam, dan lereng awal jika peta telah tersedia maka hanya dilakukan ploting.

3. Pengambilan Conto

Pengambilan conto dapat berupa air, tanah, endapan, singkapan sesuai dengan metodenya.

(33)

4. Pengambilan data geologi

Pengambilan data geologi dapat dilakukan dengan studi literatur dan pengecekkan langsung di lapangan.

5. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan di lapangan (pengecekkan mudah) atau dikirim ke kantor termasuk pekerjaan studio, uji laboratorium dan analisa.

Untuk estimasi sumberdaya tidak lepas dari metode yang akan digunakan, adapun metode perhitungan sumberdaya dapat dikategorikan menjadi:

a. Metode konvensional

1) Tertua dan paling umum digunakan.

2) Mudah diterapkan, dikomunikasikan, dan dipahami.

3) Mudah diadaptasi dengan semua endapan mineral.

4) Kelemahannya sering menghasilkan perkiraan salah,karena cenderung menilai kadar tinggi saja.

5) Kadar suatu luasan diasumsikan konstan sehingga tidak optimal secara matematika.

6) Untuk endapan yang terpencar dapat terjadi penafsiran yang salah.

b. Metode non konvensional

1) Pengembangan teori matematik dan statistik.

2) Secara teoritis akan lebih optimal.

(34)

3) Kelemahannya rumit data terbatas tidak optimal.

2.1.6 Metode Perhitungan Cadangan

Metode perhitungan sumberdaya yang digunakan harus sesuai dengan jenis bahan galian yang akan dihitung. Metode penampang tegak yang akan lebih tepat untuk batuan yang bersifat homogen seperti batubara, andesit maupun batugamping.

Sedangkan untuk mineral logam yang penyebarannya tidak merata metode daerah pengaruh yang lebih tepat digunakan.Beberapa metode perhitungan cadangan diantaranya metode Circular usgs, metode kurucut terpancung, metode penampang, metode poligon, metode garis kontur, metode segitiga, dan metode kriging.

1 . Metode Circular

Metode circular merupakan pengembangan dari sistem blok dan perhitungan volume biasa. Sistem ini dianggap sesuai untuk diterapkan dalam perhitungan

sumberdaya batubara, karena sistem ini ditujukan pada pengukuran bahan galian yang berbentuk perlapisan (tabular) yang memeiliki ketebalan dan kemiringan lapisan yang relatif konsisten, prosedur atau teknik perhitungan dalam sistem usgs adalah dengan membuat lingkaran-lingkaran (setengah lingkaran) pada setiap titik informasi endapan batubara

(35)

(Sumber:Jhemmy Cristian 2011)

Gambar 2.1 Aturan Perhitungan Sumberdaya Batubara metode circular dalam perhitungan sumberdaya menggunakan metode Ciricular rumus yang digunakan adalah:

(T) = (L/cos α) x t x D,...(2.1) Keterangan:

T = Tonase Batubara (ton) t = Tebal batubara (m)

D = Berat batubara pervolume (density) L = Luas area batubara (m2)

Α = Dipp lapisan batubara(°)

(36)

Kemiringan lapisan batubara juga memberikan pengaruh dalam perhitungan sumber daya batubara. Bila lapisan batubara memiliki kemiringan yang berbeda-beda, maka perhitungan dilakukan secara terpisah.

a. Kemiringan 0 – 10

Perhitungan tonase dilakukan langsung dengan menggunakan rumus Tonnase yaitu ketebalan batubara x berat jenis batubara x area batubara

b. Kemiringan 10 – 30

Untuk kemiringan 10 – 30, tonase batubara harus dibagi dengan nilai cosinus kemiringan lapisan batubara.

c. Kemiringan > 30

Untuk kemiringan > 30, tonase batubara dikali dengan nilai cosinus kemiringan lapisan batubara.

2. Metode Penampang (Cross Section)

Metode penampang masih sering digunakan pada tahap paling awal perhitungan cadangan. Hasil perhitungan secara manual ini dapat dipakai sebagai alat pembanding untuk mengecek hasil perhitungan yang lebih canggih menggunakan komputer.

Dalam perhitungan menggunakan metode penampang tegak, rumus yang biasa digunakan adalah:

a. Rumus luas rata-rata (mean area), rumus luas rata-rata dipakai untuk endapan sumberdaya yang mempunyai penampang yang uniform.

V= A A x 2

2 1

d ...(2.2)

(37)

Keterangan: A1,A2 = Luas penampang sumberdaya (m2).

d = Jarak antar penampang (m).

V = Volume (m3)

Sedangkan untuk menghitung tonase digunakan rumus:

Keterangan: T = Tonase

ρ = Massa Jenis (ton/m3).

(Sumber Mheea Nck 2011)

Gambar 2.2 Sketsa Perhitungan Volume Endapan Sumberdaya Dengan Rumus Mean Area (Metode Penampang)

b. Rumus prismoida

...(2.3) Keterangan:

M = Luas penampang tengah (m2).



V T

)6 2 4

1

( L

S M S

V   

(38)

(Sumber: Mheea Nck 2011)

Gambar 2.3 Sketsa Perhitungan Volume Sumberdaya Dengan Rumus Prismoida (Metode Penampang)

c. Rumus kerucut terpancung

...(2.4) Keterangan:

S1 = Luas penampang atas (m2).

S2 = Luas penampang alas (m2).

(Sumber: Mheea Nck 2011)

Gambar 2.4 Sketsa Perhitungan Volume Sumberdaya Dengan Rumus Kerucut Terpancung (Metode Penampang)

) 2 1 2 1

3(S S S S

VL   

(39)

3. Metode poligon (area of influence)

Metode poligon ini merupakan Metode ini umum diterapkan pada endapan- endapan yang relatif homogen.

Kadar pada suatu luasan di dalam poligon ditaksir dengan nilai conto yang berada di tengah-tengah poligon sehingga metode ini sering disebut dengan metode poligon daerah pengaruh (area of influence). Daerah pengaruh dibuat dengan membagi dua jarak antara dua titik conto dengan satu garis sumbu.

Rumus Tonase: T = V × x A x t...(2.5) V = Volume Ore

t = Ketebalan A = Luas T = Tonase = Density

(Sumber: Mheea Nck 2011)

Gambar 2.5 Metode Poligon (Area Of Influence)

(40)

4. Metode garis kontur (isoline)

Metode garis kontur, yaitu menggunakan kurva garis yang menghubungkan titik- titik dengan nilai yang sama. Metode garis kontur (Isoline) digunakan untuk endapan dengan kadar dan ketebalan yang berubah-ubah, terutama untuk endapan dengan tebal dan kadar yang memusat. Metode ini tidak tepat untuk endapan yang kompleks dan terputus-putus.

Pada endapan bahan galian berupa bukit yang bergelombang maka metode ini sangat tepat karena metode ini sangat dipengaruhi oleh perubahan elevasi. Rumus yang digunakan untuk perhitungan umumnya memakai rumus metode penampang.

...(2.6) Keterangan: A1 = Luas penampang kontur pada elevasi Z1.

A2 = Luas penampang kontur pada elevasi Z2 . ΔZ = Jarak antar penampang kontur.

Sedangkan untuk menghitung tonase digunakan rumus:

Keterangan: T = Tonase (ton) V = Volume (m3)

P = Massa jenis (ton/m3) 2

2 1 A Z A

V



V T

(41)

(sumber: Mheea Nck 2011)

Gambar 2.6 Sketsa Perhitungan Volume Endapan Sumberdaya Dengan Rumus Garis Kontur (Isoline)

5. Metode segitiga (triangular grouping)

Dilakukan dengan menggunakan tiga titik, dengan bidang yang dihitung tidak memiliki internal data.

(Sumber: Mheea Nck 2011)

Gambar 2.7 Sketsa Perhitungan Volume Endapan Sumberdaya Dengan Rumus Segitiga (Triangular Grouping)

Hitung batas terluar sebagai luasan persegi panjang kemudian hitung luasan A1, A2, dan A3 dengan menggunakan rumus segitiga.

AA

T1 T2

T3

(42)

T rata-rata =

3 3 2

1 T T

T

...(2.7)

Volume = Blok Segitiga × Tebal rata-rata 6. Metode Kriging

Kriging adalah penaksiran geostatistik linear tak bias yang paling bagus untuk mengestimasikan kadar blok karena menghasilkan varians estimasi minimum.

Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai dengan geometri dan sifat mineralisasi yang dinyatakan dalam variogram. Bobot yang diperoleh dari persamaan kriging tidak ada hubungannya secara langsung dengan kadar conto yang digunakan dalam penaksiran. Bobot ini hanya tergantung pada konfigurasi

(Sumber: Mheea Nck 2011)

Gambar 2.8 Perhitungan Metoda Geostatistik Dengan Support Suatu Blok

n

i V

v E Z aiZ xi

Z

1

* ( ) ( )

k2 Var(Zv Zv*)E(Zv Zv*)2

ai(xi,V)(V,V)...(2.8)

(43)

Keterangan: Z* = Nilai estimasi kriging di blok V

X1, X2, .... X6 = Posisi data pengamatan/pemboran Z(xi) = Nilai data pengamatan/pemboran di xi

Ai = Besaran bobot dari data yang berada di koordinat (xi, yi) untuk estimasi blok

σk2

= Varians estimasi kriging

γ(xi,V) = Variogram rata-rata dari data yang berada di koordinat (xi, yi) ke blok V

γ(xi,V) = Variogram rata-rata dari blok V

V = Blok estimasi (=ABCDE) μ = Koefisien lagrange

Dalam menggunakan metode ini, jika endapan bahan galian ditutupi oleh tanah penutup minsalnya saja tanah pucuk maka perlu perhitungan volume tanah penutup dilakukan dengan rumus:

...(2.9) Keterangan: Vob = Volume tanah penutup (m3).

A = Luas daerah perhitungan (m2).

f t A Vob  

(44)

t = Tebal rata-rata tanah penutup (m).

f = Persentase wilayah yang ditutupi tanah penutup

(Sumber: Mheea Nck 2011)

Gambar 2.9 Ilustrasi Tanah Penutup

Namun, bila kondisi daerah perhitungan berupa dataran yang tidak rata atau bergelombang seperti perbukitan maka luas wilayah usaha dan tebal tanah penutup akan bersifat semu sehingga dalam perhitungan akan digunakan rumus:

.. ...(2.10) Keterangan:  = Sudut relatif kemiringan lereng (0).

(Sumber: Mheea Nck 2011)

Gambar 2.10 Ilustrasi Luas Semu

Cos

f Sin t

VA(  )

(45)

(Sumber: Mheea Nck 2011)

Gambar 2.11 Ilustrasi Tebal Tanah Penutup Semu

Sehingga pada akhir perhitungan, volume bahan galian = volume total (metode garis kontur) – volume tanah penutup.

7. Pengertian Overburden

Lapisan tanah penutup (overburden) adalah batuan yang berada diatas dan langsung menutupi lapisan bahan galian berharga sehingga perlu disingkirkan terlebih dahulu sebelum dapat menggali bahan galian berharga tersebut.

Adapun rumus dalam perhitungan overburden pada metode circular dan poligon adalah:

Vob = A × T...(2.11) Keterangan:

Vob = Volome overburden A = Luas area overburden T = Ketebalan overnurden

(46)

Dari kenam metode yang ada diatas maka peneliti tertarik memilih metode circular dan metode poligon (area of influence) dikarenakan dua metode ini menggunakan sama-sama menggunakan circle pada proses membuat cropline sumberdaya batubara untuk mendapatkan luasnya. Kedua metode lebih cepat dipahami dan gampang dikerjakan, kekurangan dari dua metode ini adalah tingkat keakuratan yang rendah apabila terjadi kesalahan saat mengimput data.

2.1.7 Gemcom Surpac

Surpac adalah salah satu software tambang analist yang paling popular, terbaik khusunya didunia industri pertambangan yang secara mumpuni menangani cakupan kerja di bidang eksplorasi maupun mining engineer dan tersebar hampir di 90 negara menggunakanya. Perangkat lunak ini memberikan effisiensi dan akurasi melalui kemudahan penggunaan 3-D, grafis yang bagus dan alur kerja otomatis serta dapat disesuaikan dengan proses kerja khusunya untuk perusahaan yang bergerak diindustri pertambangan.

Surpac hampir merupakan sebuah persyaratan basic dari para ahli geologi, surveyor dan insinyur pertambangan. dibidang atau sektor sumberdaya lainya, surpac cukup fleksibel untuk setiap komoditas, banyak metode yang dapat diterapkan, kemudian kemampuan multibahasa yang memungkinkan perusahaan global memanfaatkanya sebagai solusi umum dalam pengoperasianya.

(47)

Gambar 2.12 Cropline sumberdaya metode circular menggunakan software surpac 6.5.1

2.1.7 Autodesk Land Desktop

Autodesk Land Desktop merupakan sebuah perangkat lunak (software) CAD yang memiliki fungsi untuk menggambar atau mendesain sebuah objek 2D (2 dimensi) ataupun 3D (3 dimensi). Pada umumnya orang menganggap Autodesk Land Desktop sebagai sebuah aplikasi yang digunakan dalam perancangan bangunan (arsitektur) atau perancangan mesin. Namun sebenarnya kegunaan Autodesk Land Desktop sendiri sangat banyak. Diantaranya dapat digunakan untuk menggambar peta kontur, blok modeling, desain tambang (mine design), pembuatan peta geologi , dan sebagainya. Dalam menggunakan Autodesk Land Desktop untuk menggambar sebuah obyek yang rumit seperti peta kontur atau blok modeling tentu saja yang dibutuhkan adalah penguasaan tools-tools didalam Autodesk Land Desktop itu sendiri. Layanan dalam membangun peta kontur dari data-data survey dan eksplorasi pada Autodesk Land Desktop ialah layanan terrain. Layanan ini yang membedakan Autodesk Land

(48)

Desktop dengan AutoCAD. AutoCAD biasa dalam mengerjakan pekerjaan sipil dan pertambangan.

Gambar 2.13 Cropline sumberdaya metode poligon menggunakan software autodesk land dekstop

2.1.8 Data-Data Perhitungan Sumberdaya

Dalam proses perhitungan sumberdaya batubara kelengkapan data sangat berpengaruh terhadap keakuratan hasil perhitunganya. Adapun data yang dibutuhkan.

Data singkapan atau out crop, data pemboran atau drilling,ketebalan batubara, density batubara serta peta wilayah tersebut yang bisa mendukung perhitungan cadangan nantinya, seperti peta geologi, topograpi, log bor dan lain-lain

2.1.9 Pengertian Batubara

Batubara (coal) adalah sedimen batuan organik yang mudah terbakar (dengan komposisi utama karbon, hidrogen dan oksigen), terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan selama periode waktu yang panjang (puluhan sampai ratusan juta tahun). Sisa-sisa tumbuhan dapat berasal antara lain dari lumut, ganggang, kayu, buah dan dedaunan

(49)

yang merupakan senyawa organik (sellulosa, karbohidrat, ligini, protein dan lemak).

Selain terbentuk dari senyawa-senyawa organik, juga disertai senyawa anorganik terutama unsur mineral yang berasal dari lempung, pasir kuarsa, batu kapur dan sebagainya. Akibat pengaruh tekanan dan mikroba disertai beberapa peristiwa kimia dan fisika ataupun keadaan geologi, sisa-sisa tumbuhan ini akan hancur, menggumpal, bersatu dengan lainnya yang akhirnya membentuk lapisan batubara.

2.1.10 Ganesa Pembentukan Batubara 1. Proses Pembentukan Batubara

Proses pembentukan batubara dari tumbuhan melalui dua tahap yaitu:

a. Tahap pembentukan gambut (peat) dari tumbuhan (peatification).

Tumbuhan yang tumpang atau mati pada umumnya akan mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang sempurna sehingga setelah beberapa waktu kemudian tidak terlihat lagi bentuk asalnya. Pembusukan dan penghancuran tersebut pada dasarnya merupakan proses oksidasi yang disebabkan oleh pertumbuhan dan aktivasi bakteri serta jasad renik lainnya. Proses oksidasi material penyusun utama cellulose (C6H10O5) dapat digambarkan sebagai berikut: C6H10O5 + 6O2 6CO2 + 5H2O.

Tumbuhan tumbang pada suatu rawa yang dicirikan dengan kandungan oksigen air rawa yang sangat rendah sehingga tidak memungkinkan bakteri aerob (yang memerlukan oksigen) hidup, maka sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami

(50)

proses pembusukan dan penghancuran yang sempurna atau kata lain tidak akan terjadi proses oksidasi yang sempurna atau dengan kata lain tidak akan terjadi proses oksidasi yang sempurna.

Pada kondisi tersebut hanya bakteri anaerob saja yang berfungsi melakukan proses dekomposisi yang kemudian membentuk gambut (peat). Dengan tidak tersedianya oksigen maka hidrogen dan karbon akan menjadi H2O, CH4, CO, dan CO2.

Tahap pembentukan gambut ini sering disebut juga sebagai proses biokimia.

Gambut yang umumnya berwarna kecoklatan sampai hitam merupakan padatan yang bersifat sarang (porous) dan masih memperlihatkan struktur tumbuhan asalnya.

Gambut masih mempunyai kandungan air yang tinggi, bisa lebih dari 50%.

b. Tahap pembentukan batubara dari gambut (coalification).

Proses pembentukan gambut akan berhenti dengan tidak adanya regenerasi tumbuhan. Hal ini terjadi karena kondisi yang tidak memungkinkan tumbuhnya vegetasi, misalnya penurunan dasar cekungan yang terlalu cepat. Jika lapisan gambut yang terbentuk kemudian ditutupi oleh lapisan sedimen, maka lapisan gambut tersebut mengalami tekanan dari lapisan sedimen dimana tekanan akan meningkat dengan bertambahnya ketebalan lapisan sedimen akibat adanya penurunan dasar rawa yang signifikan.

(51)

Peningkatan temperatur disebabkan oleh bertambahnya tekanan dan kedalaman.

Kenaikan temperatur karena bertambahnya kedalaman disebut gradient geotermik.

Kenaikan temperatur dan tekanan dapat juga disebabkan oleh aktivitas magma, proses pembentukan gunung, dan aktivitas tektonik lainnya.

Peningkatan tekanan dan temperatur pada lapisan gambut akan mengkonversi gambut menjadi batubara dimana terjadi proses pengurangan kandungan air, pelepasan gas-gas (CO2, H2O, CO, CH4) peningkatan kepadatan dan kekerasan, serta peningkatan nilai kalor. Proses pembusukan terjadi pada lingkungan yang oksigennya kurang, sehingga terjadi pembakaran tidak sempurna.

5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6 CO2 + CO Pada tahap ini terbentuk lignit.

6(C6H10O5) C20H22O3 + 5 CH4 + 10 H2O + 8 CO2 + CO Pada tahap ini terbentuk bituminous coal.

Faktor tekanan, temperatur, dan waktu merupakan faktor-faktor yang menentukan kelas (rank) dan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering disebut juga sebagai proses termodinamika.

(52)

Gambar 2.14 Tahap Pembentukan Batubara 1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Batubara

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan batubara yakni:

1) Lingkungan pengendapan

Terdapat dua teori tentang lingkungan terbentuknya endapan batubara yaitu:

a. Teori insitu yaitu endapan batubara yang terletak didekat tumbuhan pembentuknya tumbuh. Teori ini yang menyatakan bahwa lapisan bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terbentuk dimana tumbuhan asal itu berada. Setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification.

b. Teori Drift yaitu endapan batubara yang terletak di muara sungai (jauh dari tempat tumbuhan pembentuknya tumbuh). Teori ini yang menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadinya ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah

(53)

mati diangkut oleh air dan berakumulasi di suatu tempat, kemudian tertutup oleh batuan sedimen dan mengalami proses coalification.

2) Temperatur

Ada tiga bentuk aksi temperatur yang bekerja pada endapan batubara yaitu:

a. Geothermal gradient

Temperatur endapan sangat ditentukan oleh jarak endapan tersebut dari perut bumi. Semakin jauh letak endapan dari permuaan bumi maka semakin tinggi temperaturnya. Secara umum temperatur lapisan tanah naik 3-40C setiap penambahan kedalaman 100 m.

b. Igneous intrusion

Igneous intrusion adalah peristiwa instrusi lapisan batubara oleh lelehan magma akibat aktivitas vulkanik. Intrusi lapisan batubara secara vertical oleh lelehan magma dinamakan dyke. Sementara intrusi lapisan batubara secara horizontal oleh lelehan magma disebut sill.

c. Tectonic activity

Aktivitas tektonik seperti pergeseran lempeng bumi atau blok batuan yag terjadi sekitar daerah endapan akan menimbulkan panas sehingga mempengaruhi temperatur pada daerah endapan tersebut.

3) Tekanan

Ada dua bentuk tekanan yang lazim bekerja pada endapan batubara yakni:

(54)

a. Tekanan overburden

Tekanan yang disebabkan oleh beban lapisan tanah tang menimbun endapan batubara dari arah atas ke arah bawah.

b. Tekanan trush

Tekanan mendatar yang disebabkan oleh pergeseran kulit bumi sebagai akibat dari aktivitas tektonik.

4) Waktu geologi

Skala waktu pembentukan geologi batubara mempengaruhi tingat kematangan batubara. Pada umumnya batubara indonesia terbentuk pada periode waktu geologi tertiary (2-65 juta tahun yang lalu), yang terbagi kedalam 5 periode yaitu paleocene (65-69 jtl), eocene (59-34 jtl), oligicene (34-25 jtl), miocene (925-12 jtl) dan pliocene (12-2jtl).

5) Rank Batubara

Rank batubara adalah tingkat kematangan batubara yang ditentukan oleh temperatur, tekanan dan umur geologi batubara tersebut. Ada lima rank batubara yakni gambut (peat), lignite (brown coal), sub bituminus, bituminus dan antrasit.

Ciri-ciri batubara berdasarkan rank batubara adalah sebagai berikut:

1. Gambut (peat)

Dengan ciri-ciri sebagai berikut:

(55)

a. Warna coklat

b. Material belum terkompaksi

c. Mernpunyai kandungan air yang sangat tinggi d. Mempunyai kandungan karbon padat sangat rendah e. Mempunyal kandungan karbon terbang sangat tinggi f. Sangat mudah teroksidasi

g. Nilai panas yang dihasilkan amat rendah.

Gambar 2.15 Gambut (peat) 2. Lignit (brown coal)

Dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Warna kecoklatan

b. Material terkompaksi namun sangat rapuh c. Mempunyai kandungan air yang tinggi d. Mempunyai kandungan karbon padat rendah e. Mempunyai kandungan karbon terbang tinggi

(56)

f. Mudah teroksidasi

g. Nilai panas yang dihasilkan rendah

Gambar 2.16 Lignit (Brown Coal)

3. Sub-bituminous dan Bituminous Dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Warna hitam

b. Material sudah terkompaksi c. Mempunyai kandungan air sedang

d. Mempunyai kandungan karbon padat sedang e. Mempunyai kandungan karbon terbang sedang f. Sifat oksidasi menengah

g. Nilai panas yang dihasilkan sedang

(57)

\

Gambar 2.17 Subbituminus 4. Antrasit

Dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Warna hitam mengkilat

b. Material terkompaksi dengan kuat c. Mempunyai kandungan air rendah

d. Mempunyai kandungan karbon padat tinggi e. Mempunyai kandungan karbon terbang rendah f. Relatif sulit teroksidasi

g. Nilai panas yang dihasilkan tinggi.

Gambar 2.18 Antrasit

(58)

2.1.11 Tinjauan Umum Perusahaan

2.1.11.1 Lokasi dan Kesampaian daerah

PT. Inti Bara Nusalima merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak dibidang pertambangan batubara dan pemegang IUP OP seluas 1000 ha sesuai dengan SK Bupati Batang hari No: 24/KP/TAHUN 2008 dan mendapat perpanjangan ijin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Jambi melaluli Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu pintu dengan Nomor: 296/KEP. KA.DPM-PTSP- 6.1/IUOP/X/2017.

Wilayah izin usaha pertambangan.Secara Geografis lokasi kegiatan pertambangan batubara PT. Inti Bara Nusalima beserta sarana infrastrukturnya di wilayah Kabuapaten Batanghari terletak dalam batas koordinat pada (Tabel 2.3) berikut ini:

Tabel 2.3

Koordinat Batas Wilayah IUP PT. Inti Bara Nusalima TITIK

BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN

◦ ’ ” ◦ ’ ”

1 103 4 00 -1 51 00

2 103 5 30 -1 51 00

3 103 5 30 -1 52 30

4 103 5 50 -1 52 30

5 103 5 50 -1 53 00

6 103 4 20 -1 53 00

7 103 4 20 -1 52 30

8 103 4 00 -1 52 30

(59)

Secara administratif lokasi IUP PT. Inti Bara Nusalima terletak di desa Jangga, Kecamatan Batin XXIV, Kabupaten Batang Hari yang berada di sebelah Barat dari Kota Jambi sebagai Ibukota Provinsi Jambi. Kesampaian lokasi IUP PT.

Inti Bara Nusalima dapat dicapai dari kota Jambi melalui perjalanan darat ±110 KM dengan waktu tempuh kurang lebih selama 2 jam dari kota Jambi melalui jalan lintas Provinsi Jambi-Sarolangun dengan kondisi jalan beraspal baik. Akses jalan menuju lokasi penyelidikan pada umumnya dapat dijangkau dengan memakai kendaraan roda empat atau roda dua.Sedangkan dalam lokasi penelitian sebagian daerah dapat dijangkau dengan jalan kaki.

Adapun peta Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi kepada PT. Inti Bara Nusalima dapat dilihat seperti (Gambar2.19) dibawah ini

.

Gambar 2.19 IUP Operasi Produksi PT. Inti Bara Nusalima

(60)

2.1.11.2 Morfologi

Morfologi pada daerah penambangan dapat dibagi menjadi 4 (empat) satuan, yaitu:

a. Morfologi Dataran (Kemiringan lereng 0 – 5%)

b. Perbukitan Berelief Halus (Kemiringan Lereng 5 – 15%)

c. Perbukitan Berelief Sedang (Kemiringan Lereng 15 – 30%) d. Perbukitan Berelief Terjal (Kemiringan Lereng >30%)

Morfologi dataran sedang terletak pada elevasi antara 50 – 125 mdpl, dengan luas hamper 65% yang mana disusun oleh batu lempung, batu pasir, batu pasir tufaan dengan sisipan subbituminous yang sebagian besar merupakan batuan Formasi Muara Enim. Morfologi berelief halus umumnya tersebar disekitar alur – alur sungai.Batuan pada morfologi ini berupa penyusun Formasi Muara Enim dan Formasi Kasai.Morfologi berelief sedang disusun oleh batuan dari Formasi Muara Enim dan terakhir Formasi Kasai.

Morfologi perbukitan berelief terjal umumnya menempati daerah bagian selatan yang disusun oleh batuan dari Formasi Muara Enim yang terdiri dari batuan andesit, napal dan lanau.Sungai yang terbesar yang mengalir pada daerah penyelidikan adalah Sungai Lematang.Anak – anak sungai bermuara ke Sungai Tembesi dengan pola dendritik.

(61)

2.1.12 Penelitian Yang Relevan

Adapun jurnal yang digunakan pada review jurnal adalah:

1. Jurnal I (satu)

A. Judul jurnal: Perhitungan cadangan batubara menggunakan program surpac 6.2 berdasarkan data pemboran pada pit vi unrich mega persada (ump) site hajak kabupaten barito putra

B. Nama Peneliti: Kartion, Juli Chandra teruna

C. Metode Penelitian: Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantatif deskriftif, dimana teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi langsung di lapangan dengan mengikuti proses kegiatan pemboran dan mengumpulkan data-data pemboran.

Variable yang digunakan adalah data kedalaman pemboran dan data coring dari 7 (tujuh) sampel pemboran dengan menggunakan jacro 175 di pit VI site hajak PT. unrich Mega persada ,Muara Taweh, Barito putra D. Hasil Penelitian: Hasil kegiatan pengeboran dengan metode touch coring

yang telah diselesaikan sebanyak 7 (tujuh) titik bor dengan total kedalaman setiap titik bor 30 m dengan hasil core yang berbentuk seperti lemang.

(62)

Tabel 2.4

Hasil Pengeboran Dengan Unit Jacro 175

No Hole name Total depth (m)

1 LP_412 JK 30

2 LP_413 JK 30

3 LP_414 JK 30

4 LP_415 JK 30

5 LP_416 JK 30

6 LP_417 JK 30

7 LP_418 JK 30

2. Jurnal II (dua)

A. Judul Jurnal: Perhitungan sumberdaya batubara berdasarkan usgs circular no.

891tahun1983 CV. Amindo Pratama.

B. Nama Peneliti: Sundoyo

C. Metode Penelitian: Dalam perhitungan sumberdaya batubara menggunakan metode circular usgs dan untuk menganalisi data menggunakan perangakat lunak autocad land desktop:

Data yang dibutuhkan:

1) Data log bor /singkapan batubara 2) Peta topograpi

3) Peta cropline

D. Hasil Penelitian: Dari hasil yang dilakukan pada daerah penelitian didapatkan 3 ( Tiga ) singkapan dimana dua singkapan berada didalam daerah penelitian dan satu singkapan lagi berada di luar derah penelitian, singkapan batubara yang ada di daerah penelitian yaitu AP-01 dengan tebal 1,10 M, dan AP-02

(63)

dengan tebal 1,37 M kemudian singkapan yang berada di luar daerah penelitian AP-03 dengan tebal 0,70 M, dengan karakteristik umumnya berwarna hitam kecoklatan, kilap kusam, pecahan britle dengan gores coklat dan kedudukan lapisan antara N 147º E – N 168º E dengan kemiringan 12º - 22º.

3. Jurnal III (tiga)

A. Judul Jurnal: Estimasi sumberdaya batubara metode circular usgs pada PT.

Tuah Globe Mining Kalimantan Tengah

B. Nama Peneliti: Agus Ardianto Budiman, Ricky Dwi Akhsanul, Sri Widodo

C. Metode Penelitian: dalam estimasi sumberdaya batubara menggunakan metode circular usgs

Data data yang di perlukan yaitu:

1) data koordinat IUP

2) data cropline dan pemboran eksplorasi 3) data litologi

Pengolahan data selanjutnya dilakukan dengan membuat database hasil pemboran dalam bentuk tabel dalam microscoft excel estimasi sumberdaya pada penelitian kali ini hanya mengestimasi untuk sumberdaya Tertunjuk dan terukur.

D. Hasil Penelitian: Volume batubara pada daerah penelitian dihitung dengan menggunakan variabel luas area terkoreksi L dikalikan dengan tebal rata rata tiap seam batubara (seam A = 1,08, B = 1,24, C = 1,97, D = 1,3, E = 0.93), maka diperoleh total volume batubara tertunjuk yaitu 41.610.309 m3, Volume batubara pada daerah penelitian dihitung dengan menggunakan variabel luas area terkoreksi (L) dikalikan dengan tebal

Gambar

Gambar 2.1 Aturan Perhitungan Sumberdaya Batubara  metode circular  dalam perhitungan sumberdaya menggunakan metode Ciricular rumus yang  digunakan adalah:
Gambar  2.6  Sketsa  Perhitungan  Volume  Endapan  Sumberdaya  Dengan  Rumus Garis Kontur (Isoline)
Gambar 2.12 Cropline sumberdaya metode circular menggunakan software  surpac 6.5.1
Gambar 2.13 Cropline sumberdaya metode poligon menggunakan software  autodesk land dekstop
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teman-teman seluruh Mahasiswa Teknik Industri, khususnya angkatan 2008 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian

Santakarya - Wisanka) telah diuji dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Tugas Akhir sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri

Altman berusaha mengkombinasikan beberapa rasio keuangan menjadi suatu model prediksi dengan teknik statistik, yaitu analisis diskriminan yang dapat digunakan untuk