• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan bulan Februari hingga bulan Juni tahun 2015. Pengumpulan data tersebut difokuskan pada beberapa pelabuhan perikanan dan lokasi pendaratan ikan di kedua provinsi tersebut, yaitu:

1. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuhan Lombok, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi NTB

2. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Soruadu, Kabupaten Dompu, Provinsi NTB 3. Desa Malaju dan Desa Lasi, Kecamatan Kilo, Kabupaten Dompu, Provinsi

NTB

4. PPI Sape, Kabupaten Bima, Provinsi NTB

5. Desa Nipah, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima, Provinsi NTB 6. PPP Kupang, Kota Kupang, Provinsi NTT

7. PPI Oeba, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT

8. PPI Amagarapati, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Kerangka Pendekatan Masalah

Penelitian ini didasarkan pada isu terhadap kegiatan pemanfaatan ikan tuna di perairan Nusa Tenggara yang tidak bertanggung jawab. Hasil dari penelitian pendahuluan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat kegiatan pemanfaatan ikan tuna di Nusa Tenggara dengan menggunakan bom ikan, melanggar batas territorial, dan menggunakan rumpon secara illegal (tidak memiliki izin), bahkan terdapat pula pendaratan ikan tuna yang belum matang gonad (baby tuna). Isu-isu tersebut kemudian akan digali lebih mendalam dengan pengamatan secara langsung pada lokasi penelitian, yaitu berbasis pada beberapa pelabuhan perikanan dan lokasi pendaratan ikan yang paling banyak mendaratkan ikan tuna di Provinsi NTB dan NTT. Adapun hasil pengamatan tersebut akan diperkuat dengan pengumpulan beberapa data terkait yang dapat digunakan untuk melakukan analisis ilmiah sehingga akan menghasilkan alternatif strategi pemanfaatan sumberdaya ikan tuna di Nusa Tenggara secara berkelanjutan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan berpikir sistem, yaitu Soft System Methodology (SSM) untuk menghasilkan model pemanfaatan ikan tuna secara berkelanjutan. Penggunaan SSM pada penelitian ini karena permasalahan yang akan diteliti sangat terkait dengan aktivitas manusia, yaitu aktivitas para

stakeholder dalam pemanfaatan ikan tuna di Nusa Tenggara. Christis (2005) menyatakan bahwa soft system thinking memiliki landasan paradigma pembelajaran yang lebih tepat digunakan pada situasi pemecahan persoalan yang tidak terstruktur dan melibatkan aspek manusia dan sosial budaya. Adapun pendekatan soft system dapat dilakukan dengan menggunakan SSM yang bersifat interpretasi jika situasi permasalahan yang dihadapi bersifat kompleks dan messy

atau ill-defined. Selain itu, metode SSM merupakan metode yang berorientasi pada penyusunan pedoman untuk tindakan (action oriented) dan dapat digunakan dalam rangka memperhatikan upaya menyiapkan informasi yang relevan pada suatu kebijakan yang harus ditetapkan.

Strategi dan rencana aksi yang dihasilkan pada penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan pada kegiatan pemanfaatan ikan tuna di Nusa Tenggara. Tahapan yang dilakukan untuk mencapai strategi dan rencana aksi tersebut merupakan pengembangan metode dengan pendekatan EAFM dan pendekatan SSM. Pengembangan metode tersebut dimaksudkan untuk saling melengkapi kedua pendekatan tersebut. Tahapan untuk melakukan pemahaman situasi permasalahan yang terdapat pada pemanfaatan ikan tuna di Nusa Tenggara dilakukan dengan menggunakan identifikasi pola pemanfaatan ikan tuna. Identifikasi tersebut dilakukan dengan menganalisis empat aspek kajian pada pendekatan EAFM (aspek sumberdaya ikan, teknologi penangkapan ikan, ekonomi-sosial, dan kelembagaan). Selanjutnya, untuk mengidentifikasi dan menentukan isu, menentukan tujuan pengelolaan, serta penyusunan strategi dan rencana aksi dilakukan dengan menggunakan analisis pada tahapan proses pada pendekatan SSM.

Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan EAFM dan pendekatan SSM. Secara umum, kedua pendekatan tersebut memiliki tahapan proses yang serupa, namun perbedaan keduanya terdapat pada ketersediaan metode atau analisis yang digunakan pada setiap tahapan proses. Pendekatan SSM telah dilengkapi dengan analisis yang dilakukan pada setiap tahapan proses, sedangkan pendekatan EAFM tidak memiliki hal tersebut. Oleh sebab itu, sangat memungkinkan untuk saling melengkapi antar dua pendekatan tersebut.

Sumber: Heenan et al. (2015)

Pendekatan EAFM memiliki 5 tahapan proses, yaitu (1) mendefinisikan dan menetapkan ruang lingkup unit pengelolaan perikanan; (2) identifikasi dan prioritas isu dan tujuan; (3) menyusun rencana aksi untuk pengelolaan perikanan

dengan pendekatan ekosistem; (4) implementasi rencana aksi, serta (5) monitoring, evaluasi, dan adaptasi (Heenan et al. 2015). Tahapan proses

tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Pada penelitian ini, pendekatan EAFM hanya akan dibahas sampai pada tahapan proses ketiga, yaitu menyusun rencana aksi untuk kegiatan pemanfaatan ikan tuna di Nusa Tenggara.

2 Menyusun situasi permasalahan secara terstruktur 1 Memahami situasi permasalahan 3 Menyusun definisi permasalahan 4 Membuat model konseptual 5 Membandingkan model konseptual dengan dunia

nyata 6 Menentukan perubahan yang diinginkan 7 Menentukan langkah tindakan untuk perbaikan Dunia nyata Berpikir sistem

Gambar 4 Tahapan proses SSM

Pendekatan SSM memiliki tujuh tahapan proses, yaitu (1) memahami situasi permasalahan yang tidak terstruktur; (2) menyusun situasi permasalahan secara terstruktur; (3) menyusun definisi permasalahan; (4) membuat model konseptual; (5) membandingkan model konseptual dengan dunia nyata; (6) menentukan perubahan yang diinginkan; dan (7) menentukan langkah tindakan untuk perbaikan (Checkland and Poulter 2006). Pada penelitian ini, ketujuh tahapan proses SSM tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Gambar 4 menunjukkan tahapan proses SSM tersebut.

Bentuk saling melengkapi antara dua pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan analisis pada tahapan proses pendekatan SSM untuk mencapai tahapan proses pendekatan EAFM. Berikut merupakan tahapan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini:

1. Tahap 1 EAFM: Mendefinisikan dan menetapkan ruang lingkup unit pengelolaan perikanan

Tahap pertama pada pendekatan EAFM ini dapat dikatakan sebagai batasan sistem yang dilakukan. Beberapa hal yang dapat dijadikan batasan pada tahapan ini yaitu batasan geografi, dampak yang ditimbulkan dari permasalahan yang ada, dan/atau stakeholder yang terlibat. Pada penelitian ini, penentuan batasan tersebut didasarkan pada jenis sumberdaya ikan tuna yang menjadi tujuan ekspor dan ditangkap oleh jenis unit penangkapan ikan dengan berbagai ukuran. Sementara itu, wilayah Nusa Tenggara dipilih

karena diketahui terdapat permasalahan terkait penangkapan ikan tuna di wilayah tersebut dan belum terdapat penelitian yang menggunakan soft system thinking untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Setelah melakukan batasan sistem yang dikaji, selanjunya dilakukan analisis situasi untuk mengetahui kondisi terkini terhadap sistem yang sedang dikaji. Pada pendekatan SSM, analisis situasi tersebut dilakukan pada tahap pertama, yaitu tahap pemahaman situasi permasalahan. Penelitian ini menggunakan indikator yang terdapat pada aspek kajian pendekatan EAFM untuk menentukan pola pemanfaatan ikan tuna di Nusa Tenggara. Aspek kajian yang dimaksud yaitu aspek sumberdaya ikan, teknologi penangkapa ikan, ekonomi-sosial, dan kelembagaan.

Pada tahap pemahaman situasi permasalahan, analisis dilakukan berdasarkan pada hasil wawancara mendalam dengan stakeholder dan selanjutnya hasil wawancara tersebut dikonfirmasi dengan data time series yang berasal dari DKP Provinsi NTB, DKP Provinsi NTT, PPP Labuhan Lombok, PPI Oeba, PPP Kupang, dan PPI Larantuka, serta pengukuran secara langsung untuk ukuran ikan tuna yang didaratkan.

2. Tahap 2 EAFM: Mengidentifikasi dan menentukan prioritas isu dan tujuan Tahapan 2 EAFM ini umumnya dilakukan dengan teknik penilaian yang melibatkan stakeholder terkait, sehingga faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi unit pengelolaan dapat diidentifikasi. Analisis yang umum digunakan pada tahap kedua EAFM ini adalah component tree approaches,

causal chain analysis, risk mapping, dan/atau transect walks. Namun, pada penelitian ini, tahap mengidentifikasi dan menentukan prioritas isu dan tujuan dilakukan dengan analisis pada tahap proses kedua dan ketiga pendekatan SSM. Berikut merupakan rincian yang dilakukan pada kedua tahapan proses SSM tersebut:

a. Tahap 2 SSM: Menyusun situasi permasalahan secara terstruktur

Pada tahap ini dilakukan wawancara mendalam terhadap beberapa

stakeholder terkait kegiatan pemanfaatan ikan tuna di Nusa Tenggara. Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi terkait peran para stakeholder dalam kegiatan pemanfaatan ikan tuna di Nusa Tenggara, serta norma dan nilai mereka dalam melakukan peran tersebut. Selain itu, wawancara mendalam juga menggali informasi dari para

stakeholder terkait pengaturan atau penyusunan kekuasaan/kewenangan dan proses untuk mengisi kekuasaan/kewenangan tersebut. Studi literatur juga dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai penyusunan kekuasaan tersebut.

Setelah dilakukan wawancara mendalam dengan para stakeholder, selanjutnya dilakukan analisis dari hasil wawancara mendalam tersebut. Analisis yang dilakukan pada tahap ini yaitu analisis intervensi, analisis sosial, dan analisis politik. Pada analisis intervensi, akan ditentukan siapa saja aktor yang memiliki peran sebagai client, problem solver, dan

problem owner. Kemudian, pada analisis sosial akan dirinci mengenai peran, norma dan nilai dari masing-masing stakeholder yang berperan sebagai problem owner. Analisis politik kemudian dilakukan untuk memperjelas disposition of power dan nature power untuk masing-masing

Hasil dari ketiga analisis yang telah dilakukan (analisis intervensi, analisis sosial, dan analisis politik) akan memperjelas interaksi yang terjadi pada setiap stakeholder dalam kegiatan pemanfaatan ikan tuna di Nusa Tenggara. Untuk lebih mempermudah melihat interaksi yang ada, maka hasil dari ketiga analisis tersebut dan berdasarkan pemahaman situasi permasalahan pada tahap 1 SSM dilakukan penyusunan rich picture. Rich picture yang dibuat berupa gambar yang akan menunjukkan struktur dan proses dalam kegiatan pemanfaatan ikan tuna di Nusa Tenggara. Struktur yang dimaksud yaitu struktur pelaporan dan pola komunikasi pada setiap

stakeholder, baik secara formal maupun informal. Sedangkan proses yang dimaksud yaitu pelaksanaan monitor dan kontrol. Selain itu, pada rich picture tersebut akan terlihat pula permasalahan yang ada pada setiap struktur dan proses kegiatan pemanfaatan ikan tuna tersebut. Pada rich picture, akan diberikan simbol yang berbeda untuk menyatakan struktur, proses, dan permasalahan, sehingga mempermudah dalam membedakan ketiganya.

Rich picture menunjukkan permasalahan pada pemanfaatan ikan tuna di Nusa Tenggara yang menjadi prioritas isu untuk diselesaikan atau diberikan upaya penyelesaiannya melalui tahap SSM selanjutnya.

b. Tahap 3 SSM: Menyusun definisi permasalahan

Pada tahap ini dilakukan analisis untuk menghasilkan alternatif upaya yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ditunjukkan pada rich picture. Analisis yang digunakan yaitu analisis

Root Definitions (RDs). Analisis tersebut menyatakan upaya penyelesaian masalah menggunakan rumus umum PQR, yaitu mengerjakan P dengan Q untuk mewujudkan R. Rumusan PQR tersebut selanjutnya dianalisis lebih rinci menggunakan analisis CATWOE, yaitu mengidentifikasi customer,

actor, tranformation proces, worldview, owner, dan enviromental. Identifikasi tersebut merupakan hasil dari wawancara mendalam dengan para stakeholder yang telah dilakukan pada tahap 2. Adapun hasil analisis RDs pada penelitian ini merupakan tujuan yang akan dicapai dalam pengelolaan pemanfaatan ikan tuna di Nusa Tenggara.

3. Tahap 3 EAFM: Menyusun rencana aksi

Rencana aksi yang disusun pada tahap ketiga EAFM berdasarkan pada tujuan pengelolaan perikanan yang telah ditetapkan pada tahap kedua EAFM, yaitu rencana aksi merupakan langkah-langkah untuk mencapai tujuan pengelolaan perikanan. Pada penelitian ini, rencana aksi diperoleh dari tiga tahapan proses pendekatan SSM, yaitu tahap 4, 5, 6, dan 7.

Rencana aksi disusun dengan tujuan untuk memberikan solusi secara teknis kepada problem owner untuk menyelesaikan atau meminimalisir permasalahan pada pemanfaatan ikan tuna di Nusa Tenggara. Rencana aksi tersebut disusun berdasarkan pada perubahan yang diinginkan terhadap hasil perbandingan antara model konseptual dengan dunia nyata. Berikut tahapan SSM yang dilakukan untuk mencapai rencana aksi pada penelitian ini:

a. Tahap 4 SSM: Membuat model konseptual

Hasil dari analisis root definitions pada tahap 3 SSM digunakan untuk pembuatan model konseptual. Pada penelitian ini dibuat model konseptual untuk masing-masing permasalahan dalam kegiatan pemanfaatan ikan tuna

di Nusa Tenggara. Adapun model konseptual diperoleh dari gagasan peneliti yang disesuaikan dengan aturan formal yang berlaku. Model konseptual yang dibuat pada penelitian ini memaparkan bekerjanya sistem sesuai dengan permasalahan yang dikaji. Sistem dalam tahap ini, menggambarkan input dan output dalam transformasi yang menjadi tujuan.

Selanjutnya dilakukan verifikasi terhadap model konseptual tersebut. Verifikasi dilakukan dengan pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan pemanfaatan ikan tuna di Nusa Tenggara dan pihak yang memiliki kewenangan dalam mekanisme pengambilan keputusan pada kegiatan pemanfaatan ikan tuna tersebut. Adapun diskusi yang dilakukan pada tahap 4 ini berupa diskusi pribadi kepada perwakilan stakeholder terkait yang merupakan problem owner.

Model konseptual yang dihasilkan pada tahap ini menjadi sasaran yang akan dicapai dengan serangkaian rencana aksi pada tahap selanjutnya. b. Tahap 5: Membandingkan model konseptual dengan dunia nyata

Pada tahap 5 ini dilakukan perbandingan antara model konseptual dengan dunia nyata, yaitu untuk mengetahui apa saja yang seharusnya dilakukan dan apa saja yang sudah dilakukan dalam kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan tuna di Nusa Tenggara. Melalui perbandingan tersebut diharapkan akan diperoleh gap antara model konseptual dengan dunia nyata. Adapun dunia nyata yang dimaksud yaitu kegiatan pemanfaatan ikan tuna di Nusa Tenggara.

c. Tahap 6: Menentukan perubahan yang diinginkan

Sebelumnya, tahap 5 telah menghasilkan gap antara model konseptual dengan dunia nyata. Selanjutnya dari gap tersebut dilakukan perumusan alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk penyelesaian masalah yang terdapat dalam kegiatan pemanfaatan ikan tuna di Nusa Tenggara. Perumusan strategi tersebut merupakan diskusi dengan para stakeholder

yang termasuk problem owner, sehingga diharapkan strategi yang dihasilkan pada penelitian ini merupakan strategi yang dapat diterima dan dijalankan oleh para pelaku kegiatan pemanfaatan ikan tuna di Nusa Tenggara.

d. Tahap 7: Menentukan langkah tindakan untuk perbaikan

Pada tahap ini, langkah tindakan dirancang sesuai dengan strategi yang dihasilkan pada tahap sebelumnya (tahap 6). Langkah tindakan tersebut berupa rencana aksi yang dapat diimplementasikan oleh stakeholder untuk mewujudkan strategi. Rencana aksi yang dihasilkan pada penelitian ini ditetapkan berdasarkan apa aksi yang dilakukan, siapa yang akan melakukan aksi, bagaimana aksi dilakukan, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan aksi tersebut.

Gambar 5 menunjukkan secara visual tahapan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini.

Keterangan: Tahapan proses pendekatan ekosistem Tahapan proses pendekatan SSM Mulai

Tahap 1 EAFM: Mendefinisikan dan Menetapkan Ruang Lingkup Unit Pengelolaan Perikanan

Tahap 1 SSM: Pemahaman Situasi Permasalahan

Analisis Aspek Sumberdaya Ikan:

-Length frequency analysis

-Trend CPUE

-Pola musim penangkapan -Daerah penangkapan ikan

Analisis Aspek Teknologi Penangkapan Ikan: -Desain API

-Fishing capacity

-Metode penangkapan ikan -Selektivitas API

-Desain alat bantu penangkapan

Analisis Aspek Ekonomi- Sosial: -Pengolahan ikan -Pemasaran ikan -Pendapatan usaha -Konflik -Pengetahuan lokal

Analisis Aspek Kelembagaan: -Kepatuhan

-Kelengkapan aturan main -Mekanisme pengambilan

keputusan -Kapasitas pemangku

kepentingan

Selesai

Tahap 2 EAFM: Identifikasi dan Prioritas Isu, serta penetapan tujuan pengelolaan

Tahap 2 SSM: Penyusunan Situasi Permasalahan

- Analisis Intervensi

- Analisis Sosial

- Analisis Politik

Penyusunan Rich Picture

Tahap 3 SSM: Penyusunan Definisi Permasalahan

Analisis CATWOE Analisis Root Definitions (RDs)

Tahap 3 EAFM: Menyusun Rencana Aksi

Tahap 4 SSM: Perancangan Model Konseptual

Tahap 5 SSM: Perbandingan Model Konseptual dengan Real World

Tahap 6 SSM: Penentuan Perubahan yang Diinginkan Tahap 7 SSM: Penentuan Langkah

Tindakan untuk Perbaikan

Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari DKP Provinsi NTB, DKP Provinsi NTT, DKP Kabupaten Dompu, DKP Kabupaten Bima, DKP Kabupaten Flores Timur, PPP Labuhan Lombok, PPP Kupang, PPI Oeba, Satker PSDKP Kupang, PPI Amagarapati, dan Satker PSDKP Larantuka. Sedangkan data primer pada penelitian ini diperoleh dari wawancara mendalam dengan pihak-pihak berikut:

a. Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP Provinsi NTB

b. Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Flores Timur

c. Pengelola pelabuhan perikanan di PPP Labuhan Lombok, PPI Soruadu, PPI Sape, PPP Kupang, PPI Oeba, dan PPI Amagarapati

d. Pengusaha/pengumpul ikan tuna di sekitar PPP Labuhan Lombok, PPI Soruadu, Desa Malaju, Desa Lasi, PPI Sape, Desa Nipa, PPP Kupang, PPI Oeba, dan PPI Amagarapati

e. Nelayan perikanan tuna di PPP Labuhan Lombok, PPI Soruadu, Desa Malaju, Desa Lasi, PPI Sape, Desa Nipa, PPP Kupang, PPI Oeba, dan PPI Amagarapati Rincian data yang dikumpulkan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Jenis dan sumber data yang dikumpulkan pada setiap tahapan SSM No. Tahapan SSM Jenis

Data Data yang Dibutuhkan Sumber Data 1. Memahami situasi permasalahan a. Aspek sumberdaya ikan: - Length frequency analysis

Primer Fork length (FL) per jenis ikan tuna yang didaratkan

Pengukuran langsung

- Trend CPUE Sekunder - Produksi masing-masing

jenis ikan tuna selama 5 tahun (tahun 2009 – 2013)

- Jumlah trip masing- masing jenis alat penangkap ikan tuna selama 5 tahun (tahun 2009 – 2013) - DKP Provinsi NTB - DKP Provinsi NTT - Pola musim penangkapan ikan

Sekunder - Produksi bulanan ikan tuna yang didaratkan di pelabuhan perikanan selama 5 tahun (tahun 2010 – 2014)

- Jumlah trip untuk masing-masing jenis alat penangkap ikan yang mendaratkan ikan tuna di pelabuhan perikanan selama 5 tahun (tahun 2010 – 2014)

- PPP Labuhan Lombok - PPP Kupang - PPI Oeba

Tabel 1 (lanjutan)

No. Tahapan SSM Jenis

Data Data yang Dibutuhkan Sumber Data - Daerah

penangkapan ikan

Primer - Daerah penangkapan ikan tuna - Lokasi pemasangan rumpon - Nelayan tuna - Perusahaan perikanan tuna - Pengumpul ikan tuna - Satker PSDKP - DKP Kabupaten Dompu - DKP Kabupaten Bima b. Aspek teknologi penangkapan ikan: - Deskripsi unit penangkapan ikan

Primer - Jenis dan dimensi alat penangkap ikan - Dimensi kapal - Metode penangkapan

ikan

- Jenis, dimensi, dan desain alat bantu penangkapan (rumpon) - Nelayan tuna - Pengumpul ikan tuna - Perusahaan perikanan tuna - Pengelola pelabuhan perikanan - Efisiensi teknis unit

penangkapan ikan

Sekunder - Produksi ikan tuna yang didaratkan per trip penangkapan oleh setiap jenis dan ukuran unit penangkapan ikan tuna selama 1 tahun (tahun 2014)

- Dimensi kapal (LOA, B, D, kekuatan mesin) per jenis alat penangkap ikan yang mendaratkan ikan tuna selama 1 tahun (tahun 2014)

- Jumlah ABK, kebutuhan BBM, dan kebutuhan es yang dibawa oleh unit penangkapan ikan yang mendaratkan ikan tuna selama 1 tahun (tahun 2014)

PPP Kupang

- Selektivitas alat tangkap

Sekunder - Jenis alat penangkap ikan

- Tingkat selektivitas alat penangkap ikan Studi literatur c. Aspek ekonomi- sosial: - Pengolahan ikan tuna

Primer - Jenis olahan ikan tuna - Harga beli bahan baku

ikan tuna - Nelayan tuna - Perusahaan perikanan tuna - Pemasaran ikan tuna

Primer - Tujuan pemasaran

- Harga jual ikan tuna - - Nelayan tuna Pengumpul ikan tuna

Tabel 1 (lanjutan)

No. Tahapan SSM Jenis

Data Data yang Dibutuhkan Sumber Data - Perusahaan perikanan tuna - DKP Kabupaten Dompu - DKP Kabupaten Bima

- Pendapatan usaha Primer - Investasi usaha perikanan tuna

-Biaya perawatan barang investasi

- Biaya operasonal per trip selama 1 tahun

- Jumlah trip dalam 1 tahun (musim paceklik, musim sedang, dan musim puncak) - Nelayan tuna - Pengumpul ikan tuna - Konflik perikanan tuna

Primer Keberadaan konflik

penangkapan ikan tuna

- Nelayan tuna - Pengumpul ikan tuna - Perusahaan perikanan tuna - Pengelola pelabuhan perikanan - Satker PSDKP - DKP Kabupaten Dompu - DKP Kabupaten Bima - DKP Provinsi NTB - DKP Provinsi NTT

- Pengetahuan lokal Primer Sumber informasi

mengenai penangkapan ikan tuna - Nelayan tuna - Pengumpul ikan tuna - DKP Kabupaten Dompu d. Aspek kelembagaan:

Primer -Kelengkapan aturan main - Kepatuhan terhadap prinsip-prinsip perikanan bertanggung jawab - Mekanisme pengambilan keputusan - Kapasitas pemangku kepentingan - Nelayan tuna - Pengumpul ikan tuna - Perusahaan perikanan tuna - Pengelola pelabuhan perikanan - DKP Kabupaten Dompu - DKP Kabupaten Bima - Satker PSDKP - DKP Provinsi NTB

Tabel 1 (lanjutan)

No. Tahapan SSM Jenis

Data Data yang Dibutuhkan Sumber Data - DKP Provinsi

NTT 2. Menyusun situasi

permasalahan

Primer Stakeholder yang terlibat dalam kegiatan pemanfaatan ikan tuna di

Nusa Tenggara - Nelayan tuna - Pengumpul ikan tuna - Perusahaan perikanan tuna - Pengelola pelabuhan perikanan - DKP Kabupaten Dompu - Satker PSDKP - DKP Provinsi NTB - DKP Provinsi NTT

Sekunder Peran masing-masing

stakeholder

Aturan formal dan aturan non-formal Primer Pelaksanaan peran masing-

masing stakeholder dalam dunia nyata

Pengamatan di lapangan dan hasil

wawancara mendalam dengan

stakeholder

3. Menyusun definisi permasalahan

Primer - Transformasi yang diharapkan oleh

stakeholder pada setiap permasalahan - Sudut pandang stakeholder terhadap setiap permasalahan Hasil wawancara mendalam dengan stakeholder 4. Membuat model konseptual

Primer - Regulasi yang berlaku terkait permasalahan yang ada - Kebutuhan stakeholder dalam menyelesaikan permasalahan Hasil pemikiran peneliti mengenai sistem pemanfaatan ikan tuna yang ideal

sesuai dengan kondisi di Nusa Tenggara 5. 6. 7. Membandingkan model konseptual dengan dunia nyata Menentukan perubahan yang diinginkan Menentukan langkah tindakan untuk perbaikan

Primer - Model konseptual - Kondisi pada dunia

nyata

Hasil wawancara mendalam dengan

Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan beberapa analisis untuk menjawab tujuan yang ingin dicapai. Adapun rincian analisis yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Metode analisis untuk mencapai tujuan penelitian

Tujuan Penelitian Analisis Data Keluaran

Menentukan pola pemanfaatan ikan tuna

di Nusa Tenggara berdasarkan aspek- aspek pendekatan EAFM - Length frequency analysis

- Analisis trend CPUE - Analisis pola musim

penangkapan ikan - Analisis daerah penangkapan ikan - Analisis unit penangkapan ikan - Data Envelopment