• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

B. Metodologi Penafsiran

patriaki, atau hukum agama tentang keluarga. Jadi laki-laki masih mendominasi didalam keluarga, tempat kerja, dan pemerintahan.5

Selanjutnya Quraish Shihab ketika menulis tafsir al-Misbah kala itu sedang berada di Mesir menjadi duta besar RI. Pada hal ini, terdapat kesamaan antara Quraish Shihab dan Bint asy-Syati‟ karena dalam menulis tafsirnya, kedua mufassir sama-sama berada pada era reformasi. Jika Bint asy-Syati‟ saat itu sedang mengalami reformasi oleh Nasser, Quraish Shihab juga mengalami hal serupa, karena di Indonesia saat itu baru saja mengalami reformasi orde baru dari Soeharto diganti oleh B.J Habibie. Akan tetapi dalam reformasi di Negara Indonesia ini menurut hemat penulis tidak banyak berpengaruh pada penulisan tafsir al-Misbah. Karena semangat menulis yang di dapat oleh Quraish Shihab muncul dari permintaan beberapa orang yang sudah begitu rindu akan karyanya.

1. Basis metodenya adalah memperlakukan apa yang ingin dipahami dari Al-Qur‟an secara objektif, dan hal ini dimulai dengan pengumpulan semua surat dan ayat mengenai topik yang ingin dipelajari (Maudhu‟i).

2. Untuk memahami gagasan tertentu yang terkandung di dalam Al Qur‟an, menurut konteksnya ayat-ayat di sekitar gagasan itu harus disusun menurut tatanan kronologis pewahyuannya, hingga keterangan-keterangan mengenai wahyu dan tempat dapat diketahui. Riwayat-riwayat tradisional mengenai peristiwa pewahyuan dipandang sebagai suatu yang perlu dipertimbangkan hanya sejauh dan dalam pengertian bahwa peristiwa-peristiwa itu merupakan keterangan-keterangan kontekstual yang berkaitan dengan pewahyuan suatu ayat, sebab peristiwa-peristiwa itu bukanlah tujuan atau sebab atau syarat mutlak kenapa pewahyuan terjadi.

Pentingnya pewahyuan terletak pada generalitas kata-kata yang digunakan, bukan pada kekhususan peristiwa pewahyuannya.

3. Karena bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan dalam Al Qur‟an, maka untuk memahami arti kata-kata yang termuat dalam Kitab Suci itu – harus dicari arti linguistik aslinya yang memiliki rasa kearaban kata tersebut dalam berbagai penggunaan material. Dengan demikian, makna Al Quran dikaji melalui pengumpulan seluruh bentuk kata di dalam Al Qur‟an. Di samping itu, Al Qur‟an kemudian dipelajari dari sisi konteks spesifik kata yang ada dalam ayat-ayat dan surat-surat tertentu serta konteks umumnya.

4. Untuk memahami pernyataan-pernyataan yang sulit, naskah yang ada dalam susunan Al Qur‟an itu dipelajari untuk mengetahui kemungkinan maksudnya, baik bentuk lahir maupun semangat teks itu harus diperhatikan. Dengan demikian, apa yang dikatakan oleh para penafsir diuji kaitannya dengan naskah yang sedang dipelajari, dan hanya yang sejalan dengan naskah yang diterima. Seluruh penafsiran yang didasarkan kepada materi-materi Yahudi dan Kristen (isrāīliyyāt) yang mengacaukan - yang biasanya dipaksakan masuk ke dalam tafsir Al Qur‟an - harus disingkirkan. Dengan cara yang sama, penggunaan tata bahasa dan retorika harus dinilai, bukan sebaliknya. Sebab bagi kebanyakan ahli, bahasa Arab merupakan hasil capaian dan bukan

pada poin pertama tersebut terlihat bahwa Bint asy-Syati‟ menggunakan metode tematik dengan menggolongkan beberapa surat yang hendak di tafsirkan. Dalam hal ini surat ad-Dhuha menjadi surat pertama yang dibahas oleh beliau. Metode di atas memperlihatkan bahwa dengan pendekatan sastra, Bint asy-Syati‟ sangat ingin menyuguhkan penafsiran yang objektif.

Quraish Shihab memulai tafsirnya dengan latar belakang yang berbeda dari Bint asy-Syati‟, yaitu ketika beliau melihat realitas masyarakat Muslim di Indonesia yang sering keliru memaknai al-Qur‟an. Dari latar belakang tersebut beliau ingin menafsirkan al-Qur‟an dengan dengan rinci supaya pembacanya dapat memahami isinya dengan benar. Dalam hal ini beliau menggunakan Metode Tahlili, yaitu menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an dengan meneliti aspeknya dan menyingkap seluruh artinya, dari uraian makna

kosakata, makna kalimat, maksud setiap ungkapan, kaitan antar-pemisah (munasabah), hingga sisi keberkaitan antar pemisah.7 Penggunaan metode ini tentu saja berkaitan erat dengan tujuan penulisan tafsir al-Misbah yang hendak meluruskan anggapan masyarakat Muslim di Indonesia terhadap ayat-ayat al-Qur‟an yang terkadang salah paham terhadap kandungan isinya.

C. Tafsir surat al-Dluha> Bint asy-Syati’ dan Quraish Shihab

Setelah membahas perbandingan keilmuan, latar belakang pernafsiran dan metodologi penafsiran selanjutnya adalah perbandingan penafsiran surat al-Dluha>. Dalam kajian surat al-Dluha> ini penulis membandingkan pemikiran penafsiran antara Bint asy-Syati‟ dan Quraish Shihab dengan melihat sisi persamaan dan perbedaan keduanya. Dari pengamatan penulis ada beberapa perbedaan dan persamaan penafsiran surat al-Dluha> oleh kedua mufassir yang disebabkan oleh beberapa faktor yang juga telah penulis bandingkan sebelumnya, seperti keilmuan, latar belakang penafsiran dan metodologi penafsiran. Semua aspek tersebut begitu mempengaruhi penafsiran kedua mufassir yang darinya telah didapat perbedaan dan persamaan. Berikut analisa penafsiran kedua mufassir dalam surat al-Dluha>:

a. Perbedaan

Berbeda dalam menafsirkan ayat pertama, yaitu pada kata al-Dluha>. Jika Quraish Shihab mengartikan kata al-Dluha> waktu yang dimaksud disini adalah waktu atau hari-hari yang umum yang silih berganti terulang, seperti al-Fajr (Fajar), al-Lail (malam), dan al-Dluha> ini. waktu

7 Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir... 164

al-Dluha> ketika matahari naik sepenggalahan, cahayanya memacar menerangi seluruh penjuru, pada saat yang sama ia tidak terlalu terik sehingga tidak menyebabkan gangguan, bahkan panasnya memberikan kesegaran, kenyamanan, dan kesehatan. Jikapun ada sesuatu yang tidak tersentuh sinar matahari tersebut, hal itu bukan disebabkan oleh matahari itu, melainkan posisi lokasi itu sendiri sedang terhalang oleh sesutau. Disisi Allah swt. Menggambarkan kehadiran wahyu yang selama ini diterima nabi Muhammad saw. Sebagai kehadiran cahaya matahari yang sinarnya semakin jelas. Hal tersebut memang menguatkan bahwa petunjuk-petunjuk ilahi dinyatakan sebagai pembawa cahaya yang terang benderang. Sedangkan Bint asy-Syati‟ lebih dalam mengartikan kata al-Dluha> sebagai struktur balaghoh untuk menjelaskan makna ma‟ani dengan menampakkan perasaan.

Dan pada penafsirannya, Bint asy-Syati‟ juga terfokus pada “wawu” Qasam yang menjadi pendamping kata al-Dluha> disini. Meskipun dalam hal ini beliau tidak memiliki karangan khusu terhadap kajian aqsa>m al-Qur’an, namun beliau begitu menyoroti permasalahan ini. Hal ini terlihat dari empat belas surat yang ditafsirkannya, delapan di antaranya mengandung Qasam.

Penulis menilai bahwa Perbedaan penafsiran terhadap kata “al-Dluha>” yang begitu signifikan ini dikarenakan kedua mufassir yang memiliki sisi berbeda dalam menafsirkan al-Qur‟an. Penafsiran Quraish Shihab lebih sederhana dan mudah dipahami bagi semua kalangan, baik bagi orang yang memiliki kemampuan bahasa Arab aktif maupun pasif.

Mereka yang memiliki kemampuan bahasa Arab aktif tentunya kaum santri

atau terpelajar. Sedangkan penafsiran Bint asy-Syati‟ lebih terkhususkan kepada mereka yang paham bahasa Arab, dan struktur kebahasaannya. Hal demikian memang wajar, melihat beliau merupakan mufassir berkebangsaan Mesir yang bahasa komunikasi penduduknya menggunakan bahasa Arab.

b. Persamaan

Untuk mendapatkan persamaan dari kedua Mufassir dirasa bukan hal yang mudah melihat realita perbedaan metodologi yang mengakibatkan beberapa perbedaan terhadap penafsiran surat al-Dluha>. Penulis menemukan beberapa persamaan penafsiran surat al-Dluha> karya Bint asy-Syati‟ dengan Quraish Shihab:

Sebelum masuk pada penafsiran surat, kedua mufassir menjelaskan Asbabun Nuzul Surat apabila ada. Dan keduanya sama-sama menjelaskan bahwa Asbabun Nuzul surat al-Dluha> adalah melambatnya wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW. pada awalnya sehingga ayat tersebut dapat menjawab isu yang mana telah dikatakan bahwa: Tuhan telah meninggalkan Muhammad dan membencinya.

Pada awal penafsiran ayat, kedua mufassir menjelaskan perkata terlebih dahulu. Akan tetapi jika Quraish Shihab menjelaskan arti perkata saja, sedangkan Bint asy-Syati‟ menjelaskan kata tersebut dari sisi balaghah nya. Kedua mufassir juga menyertakan pendapat ulama pada saat mengartikan kata tersebut, seperti kata (

ََعّدَو

) pada ayat ke-tiga.

Dalam menafsirkan surat al-Dluha> kedua mufassir beberapa kali mengutip pendapat mufassir yang sama seperti az-Zamakhsyari,

Muhammad Abduh, Abu Hayyan. Akan tetapi berbeda dengan Bint asy-Syati‟, Quraish Shihab tidak pernah memberikan Kutipan dibawah keterangan (fote note) ketika mengutip pendapat mufassir.

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan

Penelitian ini telah sampai pada kesimpulan sebagai berikut:

1. Bint asy-Syati’ basik keilmuannya di bidang sastra arab (Universitas Kairo) sedangkan Quraish shihab merupakan doktor pada bidang tafsir (al-Azhar Kairo). Bint asy-Syati’ dan Quraish Shihab sama-sama menulis tafsirnya ini pada masa reformasi, jika di Messir sedang terjadi aksi nasional yang dikenal dengan Nasser’s 1962 socialist Charter for National Action, di Indonesia juga terjadi orde baru, yaitu berakhirnya kekuasaan Soeharto. Quraish Shihab yang sejak dini mendapat petuah-petuah yang disampaikan ayahnya dari ayat-ayat suci al-Qur’an membuatnya mencintai studi al-Qur’an dan ingin mempelajarinya lebih mendalam pada jenjang pendidikan formal nantinya. Hal serupa juga terjadi pada Bint asy-Syati’

yang sejak dini dididik tentang tata bahasa Arab oleh ayahnya sendiri membuat beliau begitu mencintai ilmu kebahasaan dan ingin lebih mendalaminya juga pada jenjang pendidikan formal.

2. Metodologi yang didapat dari kedua mufassir berasal dari sejarah keilmuan dan konteks sosial mufassir tersebut. Adapun metode yang digunakan Bint asy-Syati’ adalah (1) metode tematik, dengan mengumpulkan beberapa surat mengenai topik yang ingin dipelajari (2) Untuk memahami gagasan tertentu yang terkandung di dalam Al Qur’an,

menurut konteksnya ayat-ayat di sekitar gagasan itu harus disusun menurut tatanan kronologis pewahyuannya (3) mencari arti linguistik aslinya yang memiliki rasa kearaban kata tersebut dalam berbagai penggunaan material (4) mempelajari naskah yang ada dalam susunan Al Qur’an untuk mengetahui kemungkinan maksudnya, baik bentuk lahir maupun semangat teks itu harus diperhatikan. Dari metodologi tersebut Bint asy-Syati’ berharap dapat mereperesentasikan kitab tafsir yang berupaya membawa Al Qur’an keluar dari kungkungan ekslusif tafsir tradisional dengan menempatkannya sebagai bagian dari kajian kebahasaan dan kesusastraan. Sedangkan Quraish Shihab menggunakan metode tahlili untuk mendapatkan penafsiran yang rinci guna menjelaskan tema pokok surat-surat al-Qur’an atau tujuan utama yang berkisar di sekeliling surat tersebut akan membantu meluruskan kekeliruan anggapan masyarakat Muslim di Indonesia.

3. Ada beberapa persamaan dan perbedaan yang di dapat dari membandingan penafsiran surat al-Dluha oleh Bint asy-Syati’ dan Quraish Shihab.

Adapun untuk perbedaannya ialah Quraish Shihab mengartikan kata al-Dluha> waktu yang dimaksud disini adalah waktu atau hari-hari yang umum yang silih berganti terulang, seperti al-Fajr (Fajar), al-Lail (malam), dan al-Dluha> ini. waktu al-Dluha> ketika matahari naik sepenggalahan. Sedangkan Bint asy-Syati’ lebih dalam mengartikan kata al-Dluha> sebagai struktur balaghoh untuk menjelaskan makna ma’ani dengan menampakkan perasaan. Dan pada penafsirannya, Bint asy-Syati’

juga terfokus pada “wawu” Qasam yang menjadi pendamping kata al-Dluha> disini. Meskipun dalam hal ini beliau tidak memiliki karangan khusu terhadap kajian aqsa>m al-Qur’an, namun beliau begitu menyoroti permasalahan ini. Hal ini tterlihat dari dari empat belas surat yang ditafsirkannya, delapan di antaranya mengandung Qasam.

Sedangkan untuk persaaman penafsiran dari kedua mufassir ialah:

a. Sebelum masuk pada penafsiran surat, kedua mufassir menjelaskan Asbabun Nuzul Surat apabila ada.

b. Pada awal penafsiran ayat, kedua mufassir menjelaskan perkata terlebih dahulu.

c. Dalam menafsirkan surat al-Dluha> kedua mufassir beberapa kali mengutip pendapat mufassir yang sama seperti az-Zamakhsyari, Muhammad Abduh dan Abu Hayyan.

B. Saran

Penelitian tentang tafsir surat al-Dluha> menurut Bint asy-Syati’ dan Quraish Shihab ini sudah penulis usahakan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada, akan tetapi penulis rasa skripsi masih jauh dari kata sempurna dikarenakan kurangnya waktu dan kemampuan penulis yang terbatas. Oleh sebab itu penulis berharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Dan bagi peneiti selanjutnya untuk bisa membuat tulisan yang lebih baik dari tentang tafsir surat al-Dluha> .

SKRIPSI

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora, Jurusan Tafsir Hadist Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

Oleh:

Nur Wahidah NIM : 082 142 030

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

JULI 2018

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Aisyah. at-tafsi>r al-Ba>ya>ni li> al-Qur’an al-Kari>m Vol I, (TT: Dar al-Ma‟arif ,1990)

Al-Husni, Muhammdad bin Alawi al-Maliki. Mutiara Ilmu-ilmu al-Qur’an, terj.

Rosihon (Bandung: Pustaka Setia, 1999)

al-Qathan, Manna‟ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS (Bogor:

Pustaka Litera AntarNusa, 2013)

Anwar , Hamdani. 2017, “Telaah Kritis terhadap Tafsir al-Mishbâh karya M.

Quraish Shihab” jurnal Mimbar Agama dan Budaya, vol XIX, no.2.

Anwar, Rosihon dan Asep Muharom, ilmu tafsir (Bandung: Cv pustaka setia, 2015)

Baidan, Nashruddin dan Erwati Aziz. Metodologi Khusus Penelitian Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016)

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014)

Fawaid, Benny Hifdul. 2006. “al-Balad dalam al-Qur‟an (Studi Komparatif Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an dengan Tafsir al-Misbah)” Tesis Pascasarjana Konsentrasi Tafsir-Hadist UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Ghofur, Saiful Amin, Mozaik Mufasir al-Qur’an dari Klasik Hingga Kontemporer (Ypgyakarta: Kaukaba Dipantara, 2013)

Ilyas, Yunahar. Fenimisme dalam kajian Tafsir al-Qur’an dan Kontemporer, (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 1998)

Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Husni, Mutiara Ilmu-ilmu al-Qur’an, terj.

Rosihon (Bandung: Pustaka Setia, 1999)

Musbikin, Imam. Istanthiq al-Qur’an (Yogyakarta: Jaya Star Nine, 2016)

Mustaqim, Abdul. metode penelitian al-Qur’an dan Tafsir (Yogyakarta: CV Idea Sejahtera, 2015)

Nasaiy, Aziz. 2013, “Metode Penafsiran al-Qur‟an Versi Bint asy-Syati‟”Jurnal al-Muashirah vol 10

Nirwan Nuraripin. 2015. “Konstruksi Epistimologi Penafsiran Bint asy-Syati’

dalam Surat ad-Duha” Skripsi Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikir Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta Palmer, Richard E., Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi, terj.

Musnur Henry&Damanhuri Muhammed (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)

Salim, Abd Muin, Metodologi ilmu tafsir (Yoogyakarta: Teras, 2010)

Shihab, Quraish, Membumikan al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994)

Shihab, Quraish, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas pelbagai persoalan umat (Bandung: Mizan, 1997)

Shihab, Quraish, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol. I, (Jakarta:

Lentera Hati, 2007)

Shihab, Quraish, Kaidah Tafsir: syarat, ketentuan dan aturan yang patut anda ketahui dalam memahami ayat al-Qur’an ( Tangerang: Lentera Hati, 2013)

Suma, Muhammad Amin, Ulumul Qur’an (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014)

Susanto, Edi. Studi Hermeneutika Kajian Pengantar (Jakarta: Kencana, 2016) Syamsudin, Sahiron. Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an

(Yogyakarta: Pesantren Nawasea Press, 2009)

Syamsudin, Sahiron. 1998. “An Examination of Bint al-Shāti' Method of Interprinting the Qur‟an”, Tesis, MeGill University of Canada: Institute of Islamic Studies, MeGill University.

Tamam, Badru. 2008, “Corak Pemikiran Kalam Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah” Tesis Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta Taqiyun, Muh. 2010. “Qasam Dalam al-Qur‟an: Studi Komparasi Pemikiran Ibn

al-Qayyim al-Jauziyyah dan „Aisah Abdurrahman Bint al-Syati‟ terhadap ayat-yat sumpah” Skripsi Jurusan Tafsir dan Hadits Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember, 2017) Wahid, Masykur. Teori Interpretasi Paul Ricoeur, (Yogyakarta: LKIS, 2015)

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 2010) Zulfa, Aat Rif‟ati. 2017. “Upaya United Nations Women dalam Penghapusan

Diskriminasi Terhadap Kaum Perempuan Di Mesir Pasca Revolusi Messir” Skripsi, Jurusan Ilmu Hubungan International Fakulats Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta.

Situs Website

Bint Asy-Syati‟, Wikipedia, https://en.wikipedia.org/wiki/Aisha_Abd_al-Rahman, diakses 1 november 2017

Quraish Shihab, Wikipedia

https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab, diakses 1 november 2017

Dokumen terkait