• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupatan Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan, diantaranya: pertama, populasi ternak ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati memiliki jumlah ternak yang paling banyak, dibandingkan di desa lainnya di Kecamatan Taman Sari. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah ternak yang diusahakan Kelompok Tani Sehati yaitu 1 500 ekor. Kedua, pemilihan lokasi tersebut juga dikarenakan sistem pemeliharaan yang dilakukan pada Kelompok Tani Sehati dengan pola intensif yang mengakibatkan adanya biaya investasi kandang. Ketiga, sumber modal yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati berasal dari Pemerintah melalui program Sarjana Membangun Desa (SMD). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampaiApril 2013 untuk pengumpulan data dan analisis data.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi tentang peternakan ayam buras pedaging yang diperoleh dari pengamatan langsung, wawancara langsung dengan para anggota kelompok ternak sehati dan pihak-pihak yang terkait lainnya. Data primer yang diambil antara lain yaitu data jumlah penjualan ayam per periode, biaya operasional ternak ayam, biaya investasi yang dikeluarkan, dan sebagainya. Data sekunder merupakan data yang diolah lebih lanjut yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Peternakan, Unit Pelayanan Teknis (UPT), internet, literatur yang relevan seperti jurnal, buku teks, majalah, surat kabar dan sebagainya serta penelitian-penelitan terdahulu yang dapat dijadikan bahan rujukan yang berhubungan dengan penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan wawancara langsung, wawancara mendalam dan survey. Teknik pengumpulan data tersebut digunakan untuk mengumpulkan data primer. Sedangkan untuk data sekunder, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur dan browsing internet. Pengambilan data dengan metode pengamatan langsung dilokasi penelitian, yakni dengan wawancara dan pengamatan langsung dengan berbagai pihak yang terkait atau instansi lain yang terkait dengan penelitian mengenai kelayakan usaha peternakan ayam buras pedaging ini. Selain itu, data juga dikumpulkan melalui penelusuran

pustaka ataupun literatur di perpustakaan IPB, instansi terkait dan media cetak maupun internet.

Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan sifat data.Data yang bersifat kualitatif dianalisis untuk mengkaji aspek kelayakan non-finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Analisis secara kuantitatif digunakan untuk menilai kelayakan usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati secara finansial dengan melakukan analisis laporan laba rugi, penilaian kriteria investasi yaitu: analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value atau NPV), tingkat pengembalian investasi ( Internal Rate of Return atau IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan masa pengembalian investasi (Payback Period atau PP), serta dilakukan juga analisis nilai pengganti (Switching value). Data yang diperoleh diolah dengan menggunkaan Microsoft Excel

dan kalkulator.

Analisis Kelayakan Aspek Nonfinansial

Analisis yang akan dilakukan terhadap aspek nonfinansial disesuaikan dengan skala usaha proyek atau bisnis, semakin besar skala usaha yang dilakukan maka analisis kelayakan nonfinansial juga akan semakin kompleks. Pada penelitian ini aspek yang akan dikaji adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum serta aspek social dan lingkungan.

1. Aspek Pasar

Analisis aspek pasar yang akan dilakukan pada usaha peternakan ayam buras pedaging kelompok tani sehati terdapat beberapa hal yang perlu dikaji. Pertama, berkaitan dengan adanya permintaan baik secara total ataupun terperinci menurut daerah, jenis konsumen, dan proyeksi permintaan. Kedua, berkaitan dengan penawaran baik yang berasal dari dalam negeri, maupun juga yang berasal dari impor, bagaimana perkembangannya pada masa lalu dan perkiraan masa yang akan datang. Ketiga, berkaitan dengan harga yaitu apakah terdapat kecenderungan perubahan harga. Keempat, berkaitan dengan program pemasaran yang telah dilakukan apakah ada perubahan dengan yang akan dilakukan, mencakup strategi pemasaran dan bauran pemasarannya. Kelima, berkaitan dengan perkiraan penjualan yang bisa dicapai peternakan ayam buras pedaging kelompok tani sehati. Menurut Jumingan (2009), jika dari hasil penelitian pasar diperoleh kesimpulan tidak ada permintaan dari produk maupun output yang dihasilkan maka usaha tersebut dinyatakan tidak layak karena diperkirakan tidak akan berhasil di masa yang akan datang.

Sehingga dapat disimpulkan indikator dari layak atau tidaknya usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati secara aspek pasar dilihat dari ada atau tidaknya permintaan akan ayam buras pedaging kepada Kelompok Tani Sehati. Selain itu dari hasil penelitian Sianturi (2011) dan Saputra (2011) layak atau tidaknya pada aspek pasar suatu usaha yang dijalankan dilihat dari banyaknya permintaan. Sehingga berdasarkan kedua peneliti tersebut aspek pasar juga dilihat dari adanya permintaan dari output yang dihasilkan. Sehingga pada penelitian ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati dikatakan layak secara pasar apabila output yang dihasilkan yaitu ayam buras pedaging masih adanya permintaan akan output tersebut.

2. Aspek Teknis

Aspek teknis ini mencakup proses pembangunan proyek atau usaha secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut dibangun. Aspek teknis yang akan dilakukan mencakup lokasi usaha, bagaimana proses produksi dilakukan, tata letak (layout), serta kriteria pemilihan mesin dan peralatan atau teknologi yang digunakan. Menurut Jumingan (2009), penilaian aspek teknis dilihat dari apakah lokasi yang digunakan untuk pendirian usaha sudah pada lokasi yang tepat, mesin dan peralatan yang digunakan apakah sudah sesuai, tersedia bahan baku dan penolong dalam jumlah yang cukup dan kontinu sehingga tidak mengganggu proses produksi, serta proses budidaya apakah sudah dilakukan sesuai dengan proses budidaya yang umum dilakukan. Apabila dalam usaha ternak ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati memenuhi kriteria tersebut, maka usaha ternak ayam buras yang dilakukan layak secara teknis. Menurut Cahyono (2002) untuk usaha peternakan ayam buras, faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam aspek teknis yaitu faktor lingkungan hidup ternak. Lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan ayam buras adalah yang memenuhi syarat- syarat sebagai berikut:

a. Lokasi kandang harus terbuka dan cukup luas sehingga udaranya segar, bersih, dan tidak lembab.

b. Lokasi tidak berdekatan dengan keramaian yang dapat menimbulkan kebisingan.

c. Akses jalan menuju lokasi kandang dapat dijangkau dengan mudah.

d. Lokasi harus bersih atau tidak berdekatan dengan tanaman atau bangunan-bangunan tinggi yang dapat menghalangi sinar matahari masuk ke kandang.

Apabila lokasi usaha ternak ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati sudah sesuai dengan lingkungan hidup ternak ayam buras pedaging, maka secara lokasi pendirian kandang layak untuk dijalankan.

Selain lokasi kandang perlu dilihat apakah teknologi yang digunakan sudah sesuai untuk usaha ternak ayam buras pedaging.

Menurut Harianto dan Krista (2011) ada lima alat yang dapat digunakan untuk memanaskan DOC ayam buras pedaging yaitu gasolek, semawar, pemanas batu bara, pemanas kayu bakar, dan lampu bohlam.

Selain itu perlu dilihat juga proses budidaya yang dilakukan apakah sudah baik. Menurut Harianto dan Krista (2011) suatu usaha layak secara teknis budidayanya apabila menghasilkan output yaitu ayam buras pedaging tidak melebihi batas mortalitas maksimum. Mortalitas maksimum usaha peternakan ayam buras pedaging yaitu sebesar 10%. Apabila usaha ternak ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati memiliki tingkat mortalitas diatas 10% maka secara teknis budidaya tidak layak untuk dijalankan.

Setelah itu perlu melihat apakah bangunan kandang yang dibangun sudah sesuai untuk usaha peternakan ayam buras pedaging. Ada dua jenis kandang yang dapat digunakan untuk usaha peternakan ayam buras pedaging yaitu kandang postal dan kandang panggung. Setelah itu dilihat apakah penempatan (layout) peralatan, kandang, serta sarana dan prasarana sudah sesuai dengan letaknya.

Apabila dalam menjalankan usahanya secara teknis Kelompok Tani Sehati sudah memenuhinya maka usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati layak secara teknis. 3. Aspek Manajemen

Aspek manajemen merupakan aspek yang cukup penting untuk kelayakan suatu proyek investasi. Karena walaupun suatu proyek investasi telah dinyatakan layak untuk diusahakan tanpa dukungan dengan manajemen yang baik, maka bukan tidak mungkin proyek tersebut tidak akan berjalan dengan lancar bahkan mengalami kegagalan. Aspek manajemen yang akan dikaji dalam penelitian ini menyangkut sumberdaya manusia (SDM) yang digunakan dalam kegiatan peternakan ayam buras pedaging oleh Kelompok Tani Sehati, serta fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian dan pengawasan yang diterapkan dalam proses operasional maupun non operasional. Dalam hal ini termasuk bahan kajian adalah mengenai pembagian kerja di kelompok ternak sehati. Menurut Mulyono (2002) dalam manajemen bisnis ayam buras perlu dilihat dari apakah suatu usaha ternak ayam buras tersebut sudah menjalankan fungsi manajemen. Apabila fungsi manajemen sudah dilakukan maka usaha ternak ayam buras dikatakan layak pada aspek manajemen. Adapun fungsi manajemen menurut Mulyono (2002) yaitu :

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan tindakan menentukan sasaran dan arah tindakan yang akan dijadikan pedoman. Di dalam perencanaan ini dituntut adanya keberanian dan kemampuan dalam mengasumsikan, meramalkan dan lain

sebagainya. Misalnya dalam merencanakan pakan maupun teknologi yang akan digunakan.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Yaitu tindakan mengatur atau mengorganisir, termasuk membagi pekerjaan kepada semua pihak-pihak, kelompok, atau unit-unit yang terlibat. Pengorganisasian tersebut menyangkut tugas, wewenang, dan tanggung jawab; menetapkan dan memutuskan; serta merinci hubungan-hubungan yang diperlukan sehingga tercipta keterpaduan dalam melaksanakan tugas sesuai bidang masing-masing. Contoh pengorganisasian dalam usaha ayam buras yaitu harus ada pembagian tugas, dalam hal siapa yang menyediakan bibt atau DOC, menyediakan sarana peternakan, melakukan vaksinasi, menangani hasil, dan memasarkan hasil. Pembagian ini diatur berikut jadwal dan waktunya.

c. Kepemimpinan (Leading)

Kaitannya dengan kepemimpinan ialah peternak pada dasarnya bukan hanya tenaga kerja, tetapi juga manajer yang harus dapat mengambil keputusan dan memimpin usaha.

d. Pengawasan (Controlling)

Dalam prakteknya semua kegiatan belum tentu dilaksanakan sesuai yang direncanakan. Oleh sebab itu, harus ada pengawasan agar tetap mengikuti rencana yang telah ditetapkan.Apabila Kelompok Tani Sehati dapat melakukan fungsi manajemen dengan baik pada kegiatan usahanya maka usaha peternakan ayam buras yang dijalankan pada aspek manajemen layak untuk dijalankan.

Menurut Mulyono (2002) ada tiga hal yang perlu dilakukan manajemen pada usaha peternakan ayam buras yaitu manajemen produksi, manajemen keuangan, dan manajemen pemasaran. Manajemen produksi layak apabila mampu menghasilkan output dari usaha yang dijalankan, manajemen keuangan layak apabila dalam menjalankan usahanya mengetahui besarnya biaya dan manfaat yang dikeluarkan dalam satu kali proses produksi, serta manajemen pemasaran dikatakan layak apabila mampu memasarkan output yang dihasilkan. Apabila Kelompok Tani mampu menjalankan ketiga manajemen tersebut dengan melakukan fungsi manajemen dengan baik. Maka secara manajemen layak untuk dijalankan. Pada Penelitian Sianturi (2011) dan Saputra (2011) aspek manajemen dilihat dari struktur organisasi yang dimiliki, dan dilihat dari aspek manjemen tersebut dapatkah menghasilkan output dari usaha yang dijalankan. Apabila mampu menghasilkan output dari usaha yang dijalankan maka secara aspek manajemen layak untuk dijalankan.

4. Aspek Hukum

Aspek hukum ini meliputi badan hukum pengusahaan peternakan ayam buras milik kelompok tani sehati meliputi ijin-ijin yang dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lainnya yang mendukung kegiatan usaha peternakan ayam buras. Menurut Harianto dan Krista (2011) dalam menjalankan usaha ternak ayam buras pedaging penting untuk mendapatkan keabsahan usaha. Jenis ijin yang diperlukan antara lain surat keterangan ijin lingkungan, surat keterangan usaha dan tanda pendaftaran usaha peternakan rakyat. Selain perijinan resmi dari pihak terkait, ijin lain yang cukup mendasar dan penting adalah ijin dari masyarakat sekitar yang berdekatan langsung dengan peternakan dan juga ijin ke perangkat desa atau RT/RW setempat. Persetujuan dari masyarakat sekitar akan memudahkan ijin dari tingkat selanjutnya, yaitu kelurahan dan kecamatan. Apabila usaha ternak ayam buras sudah memiliki ijin-ijin tersebut maka usaha ternak ayam buras layak secara hukum. Indikator layaknya usaha dari aspek hukum, yaitu apabila Persyaratan hukum seperti ijin usaha, kepemilikan dokumen-dokumen tersebut sudah dipenuhi oleh peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati maka dapat dikatakan layak dilihat dari aspek hukum.

5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Analisis proyek investasi akan selalu ingin mempertimbangkan secara teliti pengaruh yang akan merugikan suatu proyek pada golongan-golongan tertentu dalam daerah-daerah tertentu (Gittinger, 1986). Pada aspek ini, analisis akan dilakukan untuk menilai apakah peternakan ayam buras pedaging milik Kelompok Tani Sehati memiliki dampak positif atau negatif setelah dan sebelum adanya investasi. Dampak positif dan negatif ini akan dirasakan oleh berbagai pihak, baik kelompok maupun masyarakat luas termasuk pemerintahan. Menurut Jumingan (2009) sikap masyarakat yang mendukung adanya usaha petenakan, maka usaha peternakan tersebut layak dilaksanakan secara sosial dan lingkungan. Apabila dalam pengusahaan ternak ayam buras mampu mengelola limbah kegiatan produksinya dengan baik, sehingga tidak ada komplain dari masyarakat sekitar, dan dengan adanya kelompok memberikan manfaat bagi masyarakat, sehingga masyarakat sekitar mendukung usaha peternakan ayam yang dilakukan oleh kelompok, maka peternakan ayam buras pedaging milik Kelompok Tani Sehati ini layak untuk dijalankan pada aspek sosial dan lingkungan. Sedangkan pada aspek ekonomi dilihat dari seberapa besar penyerapan tenaga kerja yang diserap oleh adanya usaha yang dijalanakan.

Analisis Kelayakan Aspek Finansial

Aspek ini membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan suatu bisnis yang dijalankan. Analisis finansial mengkaji berbagai kebutuhan dana yang digunakan dalam usaha peternakan ayam buras pedaging, baik kebutuhan dana untuk biaya tetap, biaya investasi, biaya variabel, dan biaya lainnya. Analisis ini dilakukan dengan membuat cash flow dengan rincian inflow dan outflow. Menilai kelayakan usaha dilihat dari analisis laba rugi, kriteria kelayakan investasi yang digunakan yaitu: Net Present Value

(NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan

Payback Period (PP) serta dilakukan analisis nilai pengganti (switching value).

1. Arus kas (Cashflow)

Arus kas berisi tentang semua pengeluaran maupun penerimaan dalam menjalankan suatu usaha. Hasil rincian arus kas (cashflow) akan memudahkan kita melihat apa saja yang menjadi penerimaan pada Kelompok Tani Sehati dan pengeluaran Kelompok Tani Sehati. Baik itu pengeluaran untuk biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, dan biaya lainnya yang digunakan untuk menjalankan usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati.

2. Analisis laporan laba rugi

Laporan laba rugi berisi tentang penerimaan, pengeluaran, dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi (Nurmalina et al 2010). Nurmalina (2010) menyatakan bahwa laporan laba/rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Hasil analisis laporan laba rugi ini untuk menilai berapa manfaat bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya dan dari hasil analisis laporan laba rugi akan diperoleh besarnya pajak yang akan digunakan dalam perhitungan arus kas (cashflow). 3. Analisis kriteria kelayakan investasi

Menurut Nurmalina (2010), analisi kriteria kelayakan investasi terdiri dari:

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek layak atau tidak. Menurut Ibrahim (1998), NPV merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya.

Net Benefit merupakan selisih antara cash inflow dengan cash

outflow yang terjadi pada setiap tahun. Net Benefit

selanjutnya didiscounted dengan opportunity cost of capital

menghasilkan present value. Jumlah dari hasil present value

net benefit menghasilkan NPV. Menurut (Nurmalina et al

2010) penentuan nilai NPV dapat dituliskan sebagai berikut :

Keterangan :

NPV = Net Present Value sampai dengan tahun ke-t

Bt = Manfaat pada tahun t (Rp) Ct = Biaya pada tahun t (Rp)

t = Tahun kegiatan bisnis (t = 1,2,3,....,n) i = Tingkat suku bunga (%)

n = Umur proyek

Dalam evaluasi suatu proyek investasi, apabila

perhitungan NPV ≥ 0 maka proyek tersebut layak untuk

dijalankan. Jika nilai NPV = 0, maka proyek tersebut berada pada posisi tidak menguntungkan dan tidak merugikan, dengan kata lain proyek tersebut berada pada posisi break

event point(BEP) dimana TR=TC. Jika nilai NPV ≤ 0, maka

proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan. b. Internal Rate of Return (IRR)

IRR menunjukkan kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan persentase keuntungan setiap tahunnya dan menunjukkan seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Nilai IRR ditentukan dengan mencari nilai discounted factor yang membuat nilai NPV sama dengan nol. Untuk menentukan berapa tepatnya tingkat bunga tersebut adalah dengan menggunakan metoda interpolasi, yakni dengan menyisipkan tingkat bunga diantara bunga yang menghasilkan NPV positif dan tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif (Umar 1997). Metode tersebut diformulasikan dengan rumus berikut (Nurmalina et al 2010):

IRR = i

1

+ [

* (i

1 –

i

2

)]

Keterangan :

IRR = Tingkat pengembalian internal NPVı = Nilai Net Present Value yang positif NPV2 = Nilai Net Present Value yang negatif

i1 = Tingkat suku bunga pada tahun NPV positif i2 = Tingkat suku bunga pada tahun NPV negatif Suatu usaha dinyatakan layak untuk dikembangkan jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga berlaku. Jika IRR sama dengan tingkat suku bunga berlaku maka usaha dinyatakan tidak untung atau tidak rugi. Sedangkan usaha dinyatakan tidak layak untuk dikembangkan jika IRR kurang dari tingkat suku bunga berlaku.

c. Net B/C Ratio

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat sekarang yang bernilai negatif. Net B/C ratio digunakan untuk melihat berapa besar manfaat

bersih yang dapat diterima suatu proyek untuk setiap satu rupiah yang dikeluarkan. Untuk menghitung Net B/C ratio dihitung terlebih dahulu benefit bersih yang telah di discount factor untuk setiap tahun. Net benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang bernilai postifif dengan

net benefit yang telah di discount bernilai negatif. (Ibrahim 1998). Rumusnya adalah sebagai berikut (Nurmalina et al

2010):

Net B/C =

∑��= +� ��− � ∑� +� ��− � �=

⋯ ⋯ ⋯

[ � �>0] [ � �<0] Keterangan:

Bt = Manfaat pada tahun t (Rp) Ct = Biaya pada tahun t (Rp)

t = Tahun kegiatan bisnis (t = 1,2,3,....,n) i = Tingkat suku bunga (%)

n = Umur proyek

Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan

layak bila Net B/C ≥ 1, dan dikatakan tidak layak bila Net

B/C ≤ 1.

d. Payback Period

Payback period adalah waktu minimum untuk

mengembalikan investasi awal dalam bentuk aliran kas yang didasarkan atas total penerimaan dikurangi semua biaya. Semakin pendek payback period, menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut semakin cepat kembali. Untuk menghitung payback period mula-mula dihitung arus penerimaan kas, kemudian manfaat bersih dikumulatifkan dari tahun ke tahun dan dihitung rata – ratanya. Nilai Payback period dapat dihitung dari pembagian investasi dengan net benefit rata-rata (Nurmalina et al 2010). Periode pengembalian dirumuskan sebagai berikut (Nurmalina et al 2010) :

PP =

I Keterangan :

I = Total investasi dalam proyek

Ab = Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya

Payback period tidak dipakai untuk menilai layak

tidaknya suatu proyek tetapi melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya. Perhitungan

payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan

4. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)

Gittinger (1986) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Switching value adalah suatu nilai dimana pada nilai tersebut NPV yang dihasilkan sama dengan nol, Net B/C sama dengan satu, dan IRR sama dengan tingkat suku bunga (pinjaman atau deposito). Analisis nilai pengganti dilakukan dengan cara mengubah besarnya suatu komponen inflow dan outflow misalnya saja kenaikan harga pakan ataupun kenaikan biaya produksi, dan penurunan harga jual dari produk yang dihasilkan ataupun penurunan volume produksi yang dihasilkan. Besarnya perubahan ditentukan secara trial dan error (coba-coba) hingga diperoleh nilai perubahan maksimum yang dapat ditoleransi oleh suatu usaha dari sudut pandang finansial sehingga usaha masih dinyatakan layak untuk dijalankan (Nurmalina et al 2010). Analisis switching value yang akan dilakukan terhadap variabel-variabel yang paling mempengaruhi kelayakan usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati. Variabel yang dianggap paling mempengaruhi pada komponen inflow yaitu variabel harga jual ayam buras pedaging, sedangkan variabel yang paling mempengaruhi pada komponen

outflow yaitu variabel harga pakan ayam buras pedaging jenis Shinta BR 21 E.

Asumsi Dasar yang Digunakan

Analisis kelayakan usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati menggunakan beberapa asumsi, yaitu:

1. Seluruh modal yang digunakan dalam usaha peternakan ayam buras pedaging adalah modal dari pemerintah yaitu sebesar Rp150 000 000.

2. Biaya investasi dan biaya operasional semuanya menggunakan dana tersebut. Sehingga ayam yang dipelihara adalah ayam milik bersama.

3. Sistem pemeliharaan yang dilakukan yaitu sistem pemeliharaan intensif dengan menggunakan kandang bersama.

4. Pembagian pendapatan per anggota kelompok yaitu hasil penjualan ayam dibagi jumlah anggota kelompok.

5. Satu kali musim panen ayam buras pedaging yaitu selama tiga bulan. Satu bulan digunakan untuk istirahat kandang. Sehingga dalam satu tahun hanya 3 kali musim.

Dokumen terkait