• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Metodologi Penelitian

Penelitian skripsi ini menggunakan metodologi penelitian seperti yang akan disebutkan di bawah ini :

1. Obyek Penelitian

Obyek kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berita Pilkada Tangsel 2010 yang terkait dengan kinerja KPUD Tangsel selama lima hari menjelang dilaksanakannya pemungutan suara, yaitu pada tanggal 8 – 12 November 2010 dalam Rubrik Pilkada Tangsel di Koran Tangsel Pos.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam memaparkan hasil penelitian ini, peneliti menggunakan media kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data desktiptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.7 Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendapat pemahaman yang bersifat umum yang diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman kenyataan tersebut.

3. Model Analisis

Dalam penelitian mengenai pemberitaan analisis wacana menekankan pada

“How the ideological significant of news is part and parcel of the methods used to

process news” (bagaimana signifikansi ideologi berita merupakan bagian dan menjadi paket metode yang digunakan untuk memproses media). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Teun Van Dijk yang menekankan bahwa wacana dapat berfungsi sebagai suatu pernyataan (assertion), pertanyaan

7

Lexy J. Maleong, (Ed. 13), Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3

(question), tuduhan (accusation), atau ancaman (threat). Wacana juga dapat digunakan mendiskriminasikan atau mempersuasikan orang lain. Karena model ini tidak terbatas pada analisis teks semata, melainkan juga meliputi struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau pikiran serta kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.8

Analisis wacana Pilkada Tangsel 2010 yang disampaikan dalam berita, baik dari metode penulisannya, kesesuaian isi yang disajikan dengan informasi yang ingin disampaikan, bahasa dan makna kata yang dipergunakan, cara penulisan yang mudah dipahami oleh pembaca, yang juga mendukung bagaimana pesan dan berita disampaikan dengan menggunakan metode Teun A. Van Djik.

Elemen analisis wacana dalam struktur teks dipaparkan oleh Teun Van Djik dibedakan menjadi tiga struktur atau tingkatan.9 Dengan struktur tersebut dapat diketahui apa dan bagaimana media mengungkapkan peristiwa ke dalam pilihan bahasa tertentu. Struktur teks tersebut terbagi ke dalam tiga bagian yaitu Pertama,

Struktur Makro, adalah makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang diangkat oleh suatu teks dengan menganalisis tema atau topik yang dikedepankan dalam suatu berita (tematik). Kedua, Superstruktur, adalah kerangka suatu teks yang terdiri dari bagian pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan dengan menganalisis bagian dan urutan berita yang disekemakan dalam teks berita utuh (skematik). Ketiga, Struktur Mikro, adalah makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat atau gaya yang dipahami oleh suatu teks dengan

8

Eriyanto, (Ed. 6), Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: ELKiS, 2001), h. 71

9

menganalisis makna yang ingin ditekankan dalam teks berita dengan memberi detil pada suatu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil pada sisi lain (semantik), menganalisis kalimat yang dipilih (sintaksis), menganalisis pilihan kata yang dipakai dalam teks berita (sitilistik), menganalisis cara penekanan yang digunakan dalam struktur bahasa (retoris).

Wacana model Van Djik merangkum model analisis wacana dari tiga struktur tersebut digabungkan ke dalam kesatuan analisis, tiga dimensi yang ditekankan pada analisis Van Djik ialah:

Pertama, analisis wacana struktur teks. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra, dan sebagainya. Bahasa (teks) mampu menentukan konteks. Karena bahasa dapat mempengaruhi orang lain (menunjukan kekuasaannya) melalui pilihan kata yang secara efektif mampu memanipulasi konteks. Dalam analisis struktur teks yang menjadi obyek penelitian adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipahami untuk menegaskan suatu tema tertentu. Serta membagi teks ke dalam struktur makro, superstruktur dan stuktur mikro. Pada struktur makro yang diamati adalah Tematik. Dan pada superstruktur hal yang diamati adalah Skematik. Selanjutnya dalam struktur mikro adalah semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris.

Kedua, kognisi sosial yaitu mempelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu akan kesadaran mental dari wartawan atau penulis dalam membentuk teks. Analisis wacana dalam dimensi kognisi sosial adalah titik kunci dalam memahami sebuah produksi teks atau cerita, selain itu, penulis juga

meneliti proses terbentuknya teks. Proses terbentuknya suatu teks tidak hanya bermakna bagaimana suatu teks itu dibentuk tetapi juga proses memasukan informasi yang digunakn penulis dari suatu bentuk wacana tertentu. Menurut Van Djik, analisis kognisi sosial memusatkan perhatian pada struktur mental, proses pemaknaan, dan mental komunikator dalam memahami sebuah fenomena dari proses produksi sebuah teks (berita, cerita dan sebagainya). Kognisi sosial itu difokuskan pada efek kognitif atau efek media massa terhadap pengetahuan. Sebuah media tidak hanya mengubah sikap tetapi juga mengubah pengetahuan seseorang akan suatu hal. Kognisi sosial menjadi bagian penting dan tidak terpisahkan dalam memahami teks media. Struktur ini menekankan pada bagaimana peristiwa dipahami, didefinisikan dan kemudian ditampilkan dalam suatu model. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita. Adapun cara pencarian data adalah dengan melakukan proses wawancara kepada narasumber yang berkaitan.

Ketiga, konteks sosial yaitu mempelajari bangunan warna yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Konteks sosial berusaha memasukan seluruh situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa. Dengan mengacu pada tiga dimensi analisis wacana Teun Van Djik, maka yang menjadi penelitian di masyarakat adalah konteks dan kognisi sosial dalam menyusun berita dan stuktur teks yang digunakan dalam sebuah media. Menurut Van Djik, wacana yang terdapat dalam sebuah teks adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti suatu teks

perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang sesuatu hal diproduksi dan dikonstrouksi dalam masyarakat. Adapun elemen dalam analisis wacana model Teun A. Van Djik tersebut digambarkan sebagai berikut:

Table 1.1 Model Analisis Wacana teun Van Djik.10

Dalam Model Van Djik untuk memperoleh gambaran struktur teks, penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut:

a. Tematik

Tematik secara harfiah berarti tema. Tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan penulis melalui tulisannya. Nama lain dari tema bisa juga disebut topik. Topik secara teoritis digambarkan sebagai bagian dari informasi penting dari suatu wacana dan memainkan peranan penting sebagai pembentuk kesadaran

10

sosial.11 Gagasan Van Djik didasarkan pada pandangan ketika wartawan meliput suatu peristiwa dan memandang suatu masalah didasarkan pada suatu mental atau pikiran tertentu. Kognisi ini secara jelas dapat dilihat dari topik yang dimunculkan dalam berita.12

b. Skematik

Skematik atau alur dari pendahuluan sampai terakhir. Skematik menggambarkan wacana umum yang disusun dengan sejumlah kategori seperti pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan. Struktur skematik memberikan tekanan pada bagian mana yang didahulukan dan bagian mana yang dikesampingkan sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting.

c. Semantik

Semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang mengkaji makna satuan lingual, baik makna leksikal maupun makna gramatikal. Strategi semantik dimaksudkan untuk menggambarkan diri sendiri atau kelompok sendiri secara positif dengan detil yang besar, eksplisit, langsung dan jelas. Sedangkan menggambarkan kelompok lain secara buruk sehingga menghasilkan makna yang berlawanan yakni ketika menggambarkan kebaikan kelompok lain disajikan dengan detil pendek, dan samar-samar.13 Semantik menggambarkan bentuk wacana umum dengan kategori latar, detil, maksud.

11

Alex Sobur (ed. 4), Analisis Teks Media : Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 75

12

Eriyanto, Analisis wacana; Pengantar Analisis Teks media, (Yogyakarta: ELKiS, 2001), h.16

13

1. Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan pada teks.14 Latar teks merupakan elemen yang dapat mengungkap apa maksud atau apa isi utama yang tidak ditampilkan dalam teks. Dengan melihat latar apa yang ditampilkan dan bagaimana latar tersebut disajikan maka penulis bisa menganalisis maksud tersembunyi yang ingin disampaikan oleh wartawan.

2. Detil merupakan elemen strategis bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh wartawan tidak selalu disampaikan secara terbuka tetapi dengan diuraikan secara penjang detil bagaian mana yang dikembangkan dan bagian mana yang diberitakan dengan detil yang besar, akan menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media.

3. Maksud merupakan elemen yang melihat informasi yang menguntungkan komunikator, diuraikan secara eksplisit dan jelas sedangkan informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit dan tersembunyi. Tujuannya adalah agar publik hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator.

d. Sintaksis

Sintaksis merupakan struktur teks yang dalam pengemasannya menentukan koherensi dan kata ganti yang digunakan dalam kalimat. Strategi untuk menampilkan diri sendiri secara positif dan lawan secara negatif seperti pada pemakaiaan kata ganti, aturan tata kata, pemakaian kategori sintaksis yang

14

spesifik, pemakaian kalimat aktif dan pasif, peletakan anak kalimat, pemakaian kalimat yang kompleks dan sebagainya. Strategi pada level sintaksis ini diantaranya adalah:

1. Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata atau kalimat dalam teks. Dua kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren.15 Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa yang dipandang terpisah atau berbeda oleh wartawan. Koherensi dapat diamati dengan mudah melalui kata hubung (konjungsi) untuk menghubungkan fakta. Kata hubung yang digunakan antara lain adalah; dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun.16

a) Koherensi kondisional ditandai dengan pemakaian anak kalimat sebgai penjelas. Dan koherensi kondisional ini ada atau tidak ada anak kalimat tidak mengurangi anak kalimat, walaupun kalimat ke dua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama

b) Koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua peristiwa atau fakta akan dibedakan. Dua peristiwa dapat dibuat seolah-olah saling bertentangan dan berseberangan (contrast) namun dapat dibuat saling berhubungan.

2. Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis yaitu prinsip kausalitas.17 Logika kausalitas dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Dalam 15 Ibd, h.243 16 Ibid, h.243 17 Ibid, h.251

hal ini bentuk kalimat berkaitan dengan persoalan teknis kebenaran tata bahasa dan menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat.

3. Kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinasi yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukan posisi seorang dalam wacana. Sering kali di beberapa media menggunakan kata ‘kita’ untuk menjadikan sebagai representasi dari sikap bersama. Batas antara komunikator dengan khalayak dengan sengaja dihilangkan untuk menunjukkan apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap komunikan secara keseluruhan.18

e. Stilistik

Stilistik (style) yaitu cara yang digunakan seseorang pembicar atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sasaran.19 Gaya bahasa mencakup diksi-diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas dan citraan. Salah satu strategi pada level stilistik adalah leksikon. Leksikon merupakan elemen yang menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atau frase atas berbagai kemungkinan kata atau frasa yang tersedia. Pilihan kata-kata yang tersedia menunjukan sikap dan ideologi tertentu.20

18

David G. Smith, Modernisme, Hiperliteracy and Colonialization of The Word, Alternative No. 17, 1992. H. 250-252; dalam Erianto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks media. (Yogyakarta: ELKiS, 2001), Ibid, h.254

19

Alex Sobur (ed. 4), Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h.82

20

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks media. (Yogyakarta: ELKiS, 2001), h.255

f.Retoris

Retoris adalah gaya bahasa yang diungkapkan dalam ucapan atau tulisan yang memiliki fungsi persuasif dan berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu disampaikan kepada khalayak. Strategi pada level retoris adalah sebagai berikut : 1) Grafis, merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau

ditonjolkan atau dianggap penting oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Elemen grafis muncul dalam bentuk foto, gambar, atau table untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan. 2) Ekspresi dimaksudkan untuk membantu menonjolkan atau menghilangkan

bagian tertentu dari teks yang disampaikan. Elemen ekspresi adalah dengan menampilkan huruf berbeda dibandingkan denga huruf yang lain, misalnya dengan cetak tebal, huruf miring, huruf besar atau pemberian warna atau efek lain.21

3) Metafora merupakan kelompok kata yang menyatakan arti yang tidak sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Dalam suatu wacana, wartawan atau komunikator menyampaikan pesan melalui kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksud sebagai ornamen dari suatu berita.22

4. Tekhnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan salah satu jenis penelitian yaitu discourse analysis (analisis wacana) dibandingkan dengan jenis lainnya. Karena dengan menggunakan analisis wacana

21

Ibid, h. 258

22

peneliti tidak hanya mengetahui isi teks namun juga dapat melihat bagaimana suatu pesan disampaikan melalui kata, frasa, kalimat atau pun bentuk metafora apa yang disajikan. Dan yang terpenting dalam analisis wacana adalah kepaduan (coherence) juga kesatuan (unity) serta penafsiran peneliti.

Deskriptif merupakan sesuatu tekhnik penelitian yang objektif sistematik dengan menggunakan metode wawancara dan observasi serta menggambarkan secara kualitatif pernyataan yang diungkapkan.23

Dalam analisis wacana ini penulis menggunakan beberapa tekhnik dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan yang diantaranya adalah: a.Dokumentasi

Dokumentasi di sini adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen tertulis. Peneliti melakukan studi dokumentasi sebagai bukti untuk pengujian, hasil pengkajian dokumen akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diteliti.24 Dalam penulisan ini peneliti mengumpulkan data-data atau teori dari buku, majalah, internet, profile lembaga, dan informasi tertulis dari Rubrik Pilkada Tangsel di Koran Tangsel Pos dan lainnya yang terkait dengan pembahasan.

Dokumen yang terkumpul seperti kumpulan berita KPUD Tangsel 2010 pada Rubrik Pilkada Tangsel di Koran Tangsel Pos, yaitu sejak tanggal 8 – 12 November 2010 atau menjelang pengutan suara tanggal 13 november 2010.

23

Rosadi, Ruslan, Metodologi Penelitian Public Relation & Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.215

24

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi atara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari orang lain dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.25 Dan wawancara merupakan tekhnik mengum pulkan data langsung dari narasumbernya. Pada penelitian ini, penulis menggunakan tekhnik wawancara semistruktur, yaitu wawancara yang dilakukan secara bebas namun terarah dengan tetap berada pada jalur pokok permasalahan yang akan ditanyakan dan telah disisipkan terlebih dahulu. Wawancara ini dilakukan sebagai pendukung yang terkait informasi kognisi sosial dan konteks sosial dalam analisis wacana.

c. Sumber Data

Sumber data terdiri dari dua jenis yaitu :

a) Data primer, adalah data utama, yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari berita-berita KPUD Tangsel 2010 pada Rubrik Pilkada Tangsel Koran Tangsel Pos dan hasil wawancara dengan redaktur pelaksana serta wartawan desk politik Koran Tangsel Pos.

b) Data skunder, adalah data tambahan digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku, makalah, dan karya ilmiah lainnya yang terkait dengan analisis wacana.

d. Tekhnik Analisis Data

Tahapan analisis isi kualitatif desktiptif adalah:

25

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi & Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 35

1) Masalah yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah pesan yang terkandung dalam berita KPUD pada rubrik Pilkada Tangsel di koran Tangsel Pos tanggal 8 – 12 November 2010 dan bentuk penyampaian pesan tersebut melalui tulisan dan penyajian beritanya. Dari masalah ini kemudian disesuaikan dengan struktur wacana pada teori Teun Van Djik.

2) Setelah melakukan analisis wacana dari berita tersebut, peneliti berharap dapat menjawab masalah yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini. Selanjutnya dalam menggunakan data-data tersebut, peneliti berusaha untuk memaparkan kerangka awal mengenai objek studi yang ditulis dengan memahami secara seksama kemudian memberikan interpretasi sesuai kecendrungan dan kerangan berpikir. Dalam tekhnik penelitian skripsi ini, penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh CEQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Dokumen terkait