• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan-bahan yang digunakan adalah surfaktan anionik, yaitu LAS dan NDS, surfaktan nonionik, yaitu Tween 80 dan Brij 35, heksana, silika gel, Na2SO4 anhidrat, 5% (b/v) limbah minyak berat yang berasal dari lapangan minyak di Duri Riau, larutan K2Cr2O7, ferroamonium sulfat, H2SO4 pekat, K2Cr2O7-HgSO4, Ag2SO4, dan H2SO4. Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, hot plate, waterbath, ultrasonic homogenizer, oven, magnetic stirrer , turbidimeter, piknometer dan surface tensiometer Model 20.

Prosedur Analisis

Pengukuran Bobot Jenis Akuades dan Surfaktan

Piknometer kosong ditimbang, lalu diisi dengan akuades sampai penuh dan ditimbang kembali. Bobot akuades merupakan selisih antara bobot piknometer yang berisi akuades dengan bobot piknometer kosong. Untuk penentuan bobot jenis surfaktan dilakukan dengan prosedur yang sama seperti bobot jenis akuades, pada suhu yang sama.

Pengukuran Tegangan Permukaan Surfaktan (ASTM 2001)

Surfaktan LAS dilarutkan dalam akuades dengan ragam konsentrasi 0.01, 0.02, 0.03, 0.06, 0.13, 0.25, dan 0.50 (% b/v). Surfaktan NDS dilarutkan dalam akuades dengan ragam konsentrasi 0.10, 0.15, 0.20, 0.25, 0.30, 0.35, dan 0.40 (% b/v). Surfaktan Tween 80 dan Brij 35 dilarutkan dalam akuades dengan ragam konsentrasi 0.0025, 0.0050, 0.0075, 0.01, 0.0125, 0.015, 0.0175, 0.02, 0.0225, 0.025, 0.0275, 0.03, 0.035 dan 0.04 (% b/v). Cincin Pt-Ir yang bersih dikaitkan pada kail. Sebanyak 40 mL dispersi dipindahkan ke dalam gelas kimia dan ditempatkan pada meja sampel. Meja sampel digerakkan sampai cairan ada di bawah cincin Pt-Ir. Cincin tercelup sekitar 1/8 inchi. Tangan torsi dilepaskan dan alat diatur ke posisi nol, posisi diatur dengan tombol putar bagian kanan sampai garis dan jarum penunjuk berimpit. Tombol putar di bawah skala depan diputar sampai skala vernier pada skala luar dimulai dari nol. Meja sampel diturunkan sampai cincin berada di permukaan cairan. Permukaan cairan akan menjadi gelembung, kemudian

dilanjutkan dengan dua pengaturan bersama sampai lapisan gelembung pada permukaan cairan pecah. Skala yang terbaca pada titik pecah lapisan gelembung adalah tegangan permukaan terukur.

Pengukuran Busa Larutan Surfaktan (ASTM 2002)

Dari stok surfaktan anionik (LAS dan NDS) dan surfaktan nonionik (Tween 80 dan Brij 35) dibuat lima konsentrasi yang memiliki nilai tegangan permukaan mendekati konsentrasi misel kritis (KMK), kemudian 20 mL surfaktan dengan masing-masing konsentrasi dimasukkan ke dalam botol khusus (volume 500 mL). Botol tersebut ditempatkan pada waterbath (25 ± 1ºC) selama 1 jam. Suhu dalam waterbath diukur dan diatur menjadi 25 ± 1ºC. Botol dikeluarkan dari penangas dan ditandai tinggi cairan 1 mm di atas permukaan cairan (I). Tanda kedua dibuat 10 mm lebih tinggi dari tanda pertama. Botol tersebut dikocok dengan kuat (minimal 40 kali) dalam waktu kurang dari 10 detik. Tinggi total busa ditandai (1 mm di atas permukaan busa), tinggi ini disebut dengan tinggi total busa pada waktu nol (M). Pencatat waktu dinyalakan. Botol diletakkan di meja dan dicatat waktu turunnya busa sampai tanda kedua. Jika tinggi busa melebihi tanda 10 mm tersebut, tinggi busa dicatat sebagai tinggi total setelah 5 menit (R). Suhu pengukuran dicatat. Tinggi busa maksimal (FM) dan tinggi busa setelah 5 menit (FR

F

) dihitung dengan rumus sebagai berikut: M

F

= M-I R

Pengaruh Konsentrasi Surfaktan Terhadap Stabilitas Emulsi = R-I

Dari stok surfaktan anionik (LAS dan NDS) dan surfaktan nonionik (Tween 80 dan Brij 35) dibuat lima konsentrasi yang memiliki nilai tegangan permukaan mendekati konsentrasi misel kritis (KMK), kemudian 50 mL surfaktan dengan masing-masing konsentrasi tersebut dicampurkan dengan 14.7059 gram tanah tercemar minyak bumi. Larutan tersebut dihomogenkan dengan menggunakan ultrasonic homogenizer masing-masing selama 5 menit pada frekuensi 25 kHz, kemudian diukur turbiditasnya dengan menggunakan turbidimeter. Setiap emulsi yang sudah dibuat dimasukkan ke dalam tabung sentrifus dan disentrifus selama

awal sampel bobot

yak bobot min

45 menit pada kecepatan 2000 rpm, kemudian diukur kembali turbiditasnya dengan menggunakan turbidimeter. Stabilitas emulsi dihitung dengan rumus sebagai berikut: % Stabilitas emulsi = emulsi awal turbiditas emulsi akhir turbiditas X 100%

Pengaruh Laju Pengadukan Terhadap Dispersi Minyak dalam Air

Sebanyak 200 mL larutan surfaktan (LAS dan NDS) dan surfaktan nonionik (Tween 80 dan Brij 35) dengan konsentrasi stabilitas emulsi paling tinggi kemudian dicampur dengan 58.8235 gram tanah tercemar minyak bumi kemudian diaduk dengan magnetic stirrer dan diatur kecepatan pengadukan dengan laju 100, 120, dan 140 (rpm) selama 1 jam. Masing-masing perlakuan dianalisis TPH fasa padat, TPH fasa cair, pH, dan COD.

Pengukuran TPH Fasa Padat (US EPA Method 1998)

Tanah tercemar minyak bumi sebanyak 5 gram diekstraksi dengan Soxhlet menggunakan 100 mL heksana. Kandungan air pada ekstrak dihilangkan dengan menambahkan Na2SO4

%TPH (g/g) = x 100%

anhidrat, kemudian disaring. Pelarut diuapkan setelah itu dipanaskan dalam oven selama 45 menit pada suhu 70°C. Sampel hasil pengeringan dilarutkan kembali dengan 100 mL heksana dan ditambahkan silika gel untuk menghilangkan senyawa-senyawa polar dan disaring. Pelarut diuapkan kembali dan dipanaskan dalam oven selama 45 menit pada suhu 70°C, bobot yang terukur merupakan residu minyak (nilai TPH). Nilai TPH dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Pengukuran TPH Fasa Cair (US EPA Method 1999)

Sebanyak 50 mL larutan surfaktan yang telah dicampur dengan tanah tercemar minyak bumi disaring kemudian diekstrak dengan corong pisah menggunakan 25 mL heksana sebanyak dua kali. Kandungan air pada ekstrak dihilangkan dengan menambahkan Na2SO4 anhidrat, kemudian disaring. Pelarut

diuapkan setelah itu dipanaskan dalam oven selama 45 menit pada suhu 70°C. Sampel hasil pengeringan dilarutkan kembali dengan 50 mL heksana dan ditambahkan silika gel untuk menghilangkan senyawa-senyawa polar dan disaring. Pelarut diuapkan kembali dan dipanaskan dalam oven selama 45 menit pada suhu 70°C, bobot yang terukur merupakan residu minyak (nilai TPH). Nilai TPH dihitung dengan rumus sebagai berikut

%TPH (g/mL) = sampel bobot yak bobot min x 100% Pengukuran pH

Sebanyak 50 mL larutan surfaktan yang telah dicampur dengan tanah tercemar minyak bumi dimasukkan ke dalam gelas piala 100 mL kemudian dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan indikator pH universal. Pengukuran pH dilakukan sebelum dan sesudah pengadukan.

Pengukuran COD (Clesceri et al. 2005)

Sebanyak 10 mL sampel dimasukkan ke dalam tabung COD, ditambahkan 5 mL larutan campuran kalium dikromat-merkuri, ditambahkan 10 mL larutan campuran asam sulfat-perak sulfat dan campuran diaduk kemudian ditutup. Tahap diatas diulangi pada 10 mL air suling sebagai blanko. Setelah masing-masing unit pengaman pada tutup dipasang, tabung dimasukkan ke dalam oven pada suhu 150°C. Setelah 2 jam, tabung COD dikeluarkan dari dalam oven dan dibiarkan hingga dingin. Campuran dari tabung COD dipindahkan ke dalam labu erlenmeyer 100 mL dan dibilas dengan 10 mL air suling. 2 mL asam sulfat pekat dan 3 tetes larutan indikator feroin ditambahkan secara berturut-turut ke dalam campuran. Campuran dititrasi dengan larutan baku fero amonium sulfat 0.05 N yang telah distandardisasi sampai terjadi perubahan warna dari hijau menjadi merah coklat lalu dicatat volume pemakaian larutan baku fero amonium sulfat. Nilai COD dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

COD (mg/L) =

( )

( )

mL xfp sampel Volume oksigen BE x x N x B A 1000

A = volume FAS yang terpakai (blanko) B = volume FAS yang terpakai (sampel)

HASIL DAN PEMBAHASAN