Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study, yaitu desain penelitian untuk mempelajari dinamika antara faktor terpapar dan faktor tidak terpapar, dengan model pendekatan atau observasi sekaligus pada satu saat. Penelitian dilakukan di Kecamatan Cipatat desa Citatah dimana terdapat daerah penambangan batu kapur. Lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan tingginya polusi udara akibat kegiatan penambangan batu kapur tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus dan September 2010.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Contoh dalam penelitian ini adalah anak balita usia 12-59 bulan yang berada di daerah ruang lingkup wilayah kerja Puskesmas Cipatat. Metode yang digunakan dalam pengambilan contoh dilakukan secara purposive dengan kriteria mempunyai riwayat penyakit ISPA selama 2 minggu terakhir (sebagai kelompok ISPA) dan tidak memiliki riwayat ISPA (sebagai kelompok tidak ISPA) serta terdaftar di Puskesmas Cipatat. Kategori ISPA dan tidak ISPA ditetapkan berdasarkan data yang ada di Puskesmas Cipatat berdasarkan hasil diagnosis dokter di puskesmas setempat. Jumlah contoh masing-masing kelompok adalah 30 sehingga total 60 anak balita. Penetapan sampel kelompok ISPA dan tidak ISPA dilakukan berdasarkan rekomendasi dan hasil diagnosis. Menurut Singarimbun dan Efendi (2006) untuk menguji beda dan membandingkan antar kelompok seperti T-test dan analisis varian pada setiap sel dalam rancangan analisis jumlah sampel minimal adalah 30 sampel pada masing-masing kasus.
Gambar 3 Kerangka cara penarikan contoh
Balita 12-59 bulan Di Kecamatan Cipatat Terdaftar di Puskesmas ISPA n=30 Tidak ISPA n=30
Jenis dan Cara Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Data primer meliputi karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh (pendidikan, pekerjaan, besar keluarga, dan pendapatan), data kebiasaan merokok dalam rumah, serta data karakteristik contoh (umur, jenis kelamin), data konsumsi makanan serta data antropometri (berat badan, dan tinggi badan) contoh. Sedangkan data sekunder berasal dari puskesmas meliputi data profil puskesmas dan data kejadian penyakit ISPA pada balita selama 2 minggu terakhir.
Data karakteristik sosial ekonomi keluarga, data kebiasaan merokok dalam rumah dan data karakteristik contoh diperoleh dengan menjawab daftar pertanyaan pada kuesioner. Data tingkat konsumsi energi dan zat gizi dapat diketahui dari konsumsi pangan yang diperoleh melaluirecall2x24 jam konsumsi pangan pada hari yang tidak berurutan. Data yang dikumpulkan yaitu jumlah pangan yang dikonsumsi yang dinyatakan dalam satuan ukur rumah tangga (URT), hasilnya dikonversikan ke dalam satuan gram (g).
Jenis data status gizi yang dikumpulkan adalah jenis kelamin, umur, berat badan dan tinggi badan contoh dengan menghitung nilai z-skor. Cara pengumpulan datanya diperoleh dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan langsung di lokasi penelitian. Jenis dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini :
Tabel 4 Jenis peubah dan cara pengumpulan data
No Variabel Data Jenis
Data Cara Pengumpulan Alat Ukur 1. Keadaan Umum Lokasi Demografi, jumlah penduduk
Sekunder Data Puskesmas Pengambilan data Puskesmas 2. Kejadian ISPA Contoh penderita
ISPA dan tidak menderita ISPA
Sekunder Data Puskesmas Pengambilan data Puskesmas 3. Karakteristik sosial ekonomi keluarga Pendidikan, Pekerjaan, Besar keluarga, Pendapatan
Primer Wawancara Kuesioner
4. Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok dalam rumah
Primer Wawancara Kuesioner 5. Karakteristik
Contoh
Umur , Jenis Kelamin
Primer Wawancara Kuesioner 6. Asupan Energi
dan zat gizi
Konsumsi makanan Primer Wawancara Kuesioner Food Recall 2x24 jam 7. Status Gizi Berat badan, Tinggi
badan Primer Pengukuran Antropometri Timbangan Camry dan Microtoise
Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengolahan data meliputi editing, coding, cleaning, entry dan analisis. Program komputer yang digunakan untuk pembuatan data base dan pengolahan data adalah Microsft Exel 2007 sedangkan analisis data dengan menggunakan programSPSS versi 16 for windows.
Data karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh meliputi, tingkat pendidikan ayah, jenis pekerjaan ayah, besar keluarga, dan pendapatan keluarga, data kebiasaan merokok dalam rumah, dan data karakteristik contoh diolah dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskriptif.
Tabel 5 Cara pengolahan data
Data Variabel Kategori
Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh
Pendidikan Tidak sekolah,
SD
SLTP
SLTA dan Perguruan Tinggi Jenis pekerjaan Tidak Bekerja
Petani
Buruh
Pegawai Swasta
Pegawai Negeri (PNS) Besar keluarga Kecil (≤ 4)
Sedang (4-6) Besar (≥ 7) BKKBN (1998) Pendapatan Miskin (<Rp. 139.000) Tidak miskin (≥Rp. 139.000) BPS Pusat (2004) Kebiasaan merokok Kebiasaan merokok dalam rumah Ya Tidak Karakeristik contoh
Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan Umur 12-36 bulan
37-59 bulan
(penetapan umur berdasarkan AKG, 2004)
Status gizi contoh diolah dengan cara mentabulasi hasil pengukuran parameter berat badan, tinggi badan, dan umur. Parameter tersebut digunakan untuk mencari nilai median dan simpang baku yang ada pada buku rujukan WHO-NCHS. Nilai tersebut akan digunakan untuk menghitung z-skor dengan menggunakan rumus:
z-skor = nilai individu subyek – nilai median baku rujukan nilai simpang baku rujukan
Hasil perhitungan z-skor akan digunakan untuk menentukan status gizi sampel berdasarkan kategori seperti pada tabel berikut :
Tabel 6 Kategori Status Gizi Balita
Indeks Kategori
BB/U Gizi lebih : > 2.0 SD
Gizi baik : - 2.0 SD s/d + 2.0 SD Gizi kurang : < - 2 SD Gizi buruk : < - 3 SD TB/U Normal : ≥ - 2 SD Pendek/stunted : < - 2 SD BB/TB Gemuk : > 2.0 SD Normal : - 2 SD s/d + 2 SD Kurus/wasted : < - 2.0 SD Sangat kurus : < - 3 SD
Dimodifikasi dari SK Menkes 920/Menkes/SK/VIII/2002
Data konsumsi pangan diolah dengan cara mentabulasi hasil recall 24 jam yang dilakukan selama 2 hari, selanjutnya diolah dengan menggunakan program Nutrisurvey 2007 untuk mendapatkan data asupan energi dan zat gizi (protein, vitamin A, E, C, seng dan Fe ). Data tersebut kemudian di bandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) untuk mendapatkan data tingkat kecukupan Energi dan Zat Gizi. Kemudian dikategorikan menjadi lima yaitu :
Defisit berat : < 70% Defisit sedang : 70 – 79 % Defisit ringan : 80% - 89 % Normal : 90% - 119 % Lebih : > 120% (Depkes, Nasoetion 2008). Analisis data
Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecukupan energi, zat gizi dan status gizi antara penderita ISPA dan tidak ISPA dilakukan uji beda Indeppendent sample T-testmengggunakan programSPSS versi 16 for window.
Definisi Operasional
Contoh adalah anak balita yang berusia 12-59 bulan yang menderita ISPA dan tidak menderita ISPA, merupakan pasien dari puskesmas Cipatat.
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan atas maupun bawah yang ditunjukan dengan adanya demam, batuk dan pilek yang telah di tetapkan oleh dokter.
Tidak ISPAadalah seseorang yang tidak terdiagnosa oleh dokter terkena ISPA dan tidak mengalami demam, batuk dan pilek.
Status gizi adalah suatu keadaan yang menggambarkan kondisi seseorang mengalami kondisi normal, kurang atau lebih berdasarkan antropometri.
Asupan gizi adalah jumlah zat gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi oleh seseorang dalam periode waktu tertentu yang biasanya dinyatakan dalam satuan zat gizi per kapita/hari.
Tingkat kecukupanadalah suatu tingkatan dari sejumlah makanan yang dikonsumsi oleh individu atau kelompok dalam periode waktu tertentu dibandingkan dengan AKG.
Angka Kecukupan Gizi (AKG)adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran & aktivitas tubuh, untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang telah atau sedang ditempuh dan dikategorikan berdasarkan jenjang pendidikan SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.
Pekerjaan adalah jenis suatu usaha yang sedang dilakukan dengan tujuan mendapatkan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan.
Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang hidup dibawah pengelolaan sumberdaya yang sama.
Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan atau yang diusahan yang dinilai dengan uang dalam satu bulan.
Kebiasaan merokok dalam rumah adalah suatu aktivitas membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa dan dilakukan dalam rumah.