• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Madiun, sebagai salah satu sentra pertanaman kakao pada perkebunan rakyat di Provinsi Jawa Timur. Kegiatan pemasaran biji kakao sudah sampai pada industri pengolahan dan eksportir baik di Provinsi Jawa Timur maupun yang ada di provinsi lain.

Lokasi penelitian adalah Kecamatan Kare (Desa Kare dan Desa Cermo), Kecamatan Gemarang (Desa Batok dan Desa Durenan), dan Kecamatan Dagangan (Desa Segulung, Desa Ngranget, dan Desa Padas). Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa kecamatan dan desa terpilih merupakan wilayah sentra produksi komoditas kakao di Kabupaten Madiun. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber datanya melalui metode pengumpulan data tertentu untuk menjawab pertanyaan penelitian, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan berdasarkan hasil studi pustaka atau sumber yang telah ada dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian.

Data sekunder diperoleh melalui penelusuran karya-karya ilmiah atau literatur dan data-data relevan yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah dan instansi terkait guna membantu dan mendukung ketersedian data. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari instansi yang terkait yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Badan Pusat Statistik, tingkat Pusat, Provinsi Jawa Timur maupun Kabupaten Madiun serta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Indonesia. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari buku, jurnal, artikel, internet, dan literatur lain yang terkait dengan topik penelitian.

Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data primer adalah metode survey dengan melakukan observasi langsung dan wawancara yang dipandu oleh penyebaran kuesioner kepada petani kakao, pedagang pengumpul, industri pengolahan, dan pedagang besar. Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran sistem rantai pasok kakao dari produsen sampai ke industri pengolahan, eskportir, dan konsumen. Pengumpulan data dengan wawancara yang dipandu dengan kuesioner berisikan pertanyaan-pertanyaan relevan dengan tujuan penelitian. Kuesioner tidak diberikan langsung kepada responden secara langsung, tetapi peneliti akan menggunakan kuesioner pada saat mewawancarai responden agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan pertanyaan lebih tersusun dengan baik.

Metode Penentuan Responden

Penentuan responden merupakan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian untuk mengambil responden yang dapat mewakili populasi sebenarnya dalam menentukan kesimpulan penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah petani, pedagang pengumpul, industri pengolahan, dan pedagang besar di Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Penentuan responden petani kakao dilakukan secara purposive dimana setelah ditentukan lokasi penelitian maka responden adalah petani kakao yang memiliki curahan kerja pada usaha tani kakao dan kebun petani kakao tersebut telah berproduksi.

Jumlah responden berjumlah 90 petani kakao dari kecamatan terpilih sebagai sentra pertanaman kakao pada perkebunan rakyat di Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Persebaran petani kakao adalah sebagai berikut, 31 petani kakao (22 petani kakao menghasilkan biji kakao kering) berasal dari Kecamatan Gemarang, 29 petani kakao (22 petani kakao menghasilkan biji kakao kering) berasal dari Kecamatan Kare, dan 30 petani kakao (20 petani kakao menghasilkan biji kakao kering) berasal dari Kecamatan Dagangan. Sedangkan pengumpulan informasi saluran pemasaran biji kakao menggunakan teknik snowball sampling dari produsen biji kakao sampai industri pengolahan dan atau pedagang besar. Adapun rincian dari pedagang pengumpul adalah sebagai berikut, tiga pedagang pengumpul dari Kecamatan Gemarang, sembilan pedagang pengumpul dari Kecamatan Kare, dan enam pedagang pengumpul dari Kecamatan Dagangan. Industri olahan biji kakao dalam penelitian ini berada pada Kecamatan Dagangan. Sedangkan pedagang besar yang merupakan tujuan dari biji kakao Madiun berada di Kabupaten Blitar dan Kota Yogyakarta.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis (1) rantai pasok kakao sesuai dengan kerangka Food Supply Chain Networking (FSCN), (2) saluran pemasaran biji kakao dari petani berdasarkan pendekatan kelembagaan, dan (3) value-added activities berdasarkan pendekatan fungsional. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis (1) efisiensi pemasaran, (2) marketing channel choice, dan (3) nilai tambah pengolahan produk biji kakao.

Analisis Rantai Pasok Biji Kakao

Kondisi rantai pasok biji kakao di Kabupaten Madiun yang meliputi anggota, proses, produk, sumber daya dan manajemen, hubungan antara atribut sehingga memungkinkan untuk dapat memahami satu sama lain secara jelas dengan menggunakan kerangka proses FSCN. Kerangka analisis deskriptif rantai pasok dengan menggunakan FSCN dari Lambert dan Cooper (2000) yang dimodifikasi oleh Van der Vorst (2006) dapat dilihat pada Gambar 10.

Pada kerangka FSCN sejumlah karakteristik yang khas dari rantai pasok dapat diidentifikasi dengan membedakan empat unsur berikut yang dapat

digunakan untuk menggambarkan, menganalisis dan/atau mengembangkan rantai pasok yaitu:

1. Struktur rantai pasok; (a) menggambarkan anggota utama atau aktor dari jaringan, dan dijelaskan pula peran tiap anggota rantai pasok; (b) menggambarkan elemen-elemen di dalam rantai pasok yang mampu mendorong terjadinya proses bisnis. Kuncinya adalah untuk memilah-milah mana anggota sangat penting untuk keberhasilan rantai pasok yang sejalan dengan tujuan rantai pasok, dengan demikian, harus dialokasikan perhatian kepada manajerial dan sumber daya.

Gambar 10 Kerangka analisis deskriptif rantai pasok Sumber: Van der Vorst (2006)

2. Proses bisnis rantai pasok yang terstruktur, kegiatan bisnis yang terukur dirancang untuk menghasilkan output tertentu (yang terdiri atas tipe fisik produk, layanan dan informasi) untuk pelanggan tertentu atau pasar. Seperti disebutkan sebelumnya, di samping proses logistik dalam rantai pasok (seperti operasi dan distribusi) terdapat proses bisnis lain seperti pengembangan produk baru, pemasaran, keuangan, dan manajemen hubungan pelanggan. Dalam proses bisnis rantai pasok dapat dilihat apakah keseluruhan alur rantai pasok sudah terintegrasi satu sama lain dengan setiap anggota rantai pasok dan apakah sudah berjalan dengan baik atau tidak serta Sasaran Rantai Kinerja Rantai • Siapa yang melakukan proses bisnis di FSCN ini? • Bagaimana tingkat integrasi proses?

Apa sumber daya (informasi, manusia, teknologi) yang digunakan dalam setiap proses oleh setiap anggota FSCN ini?

• Bagaimana struktur manajemen yang digunakan pada setiap proses?

• Bagaimana pengaturan kontrak yang dibuat?

• Struktur pemerintahan? • Siapa saja anggota

FSCN dan apa peran mereka? • Elemen-elemen yang dapat menciptakan proses bisnis?

menjelaskan bagaimana melalui suatu tindakan strategik tertentu mampu mewujudkan rantai pasok yang terintegrasi.

3. Manajemen rantai pasok menggambarkan bentuk koordinasi dan struktur manajemen dalam jaringan yang memfasilitasi proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan proses oleh anggota dalam rantai pasok, dengan memanfaatkan sumber daya yang teradapat dalam rantai pasok dengan tujuan untuk mewujudkan tujuan kinerja rantai pasok. Dengan adanya manajemen rantai pasok dapat diketahui pihak mana yang bertindak sebagai pangatur dan pelaku utama dalam rantai pasok. Beberapa hal yang perlu dilihat juga adalah pemilihan mitra, kesepakatan kontrak dan sistem transaksi, dukungan pemerintah dan kolaborasi rantai pasok.

4. Sumber daya rantai pasok yang digunakan untuk menghasilkan produk dan mengirimkannya kepada pelanggan (disebut transformasi sumber daya). Sumber daya rantai pasok dapat berupa sumber daya fisik, teknologi, sumber daya manusia, dan permodalan.

Sebelum menjelaskan empat karakteristik yang digambarkan melalui kerangka FSCN, perlu diketahui sasaran rantai pasok. Sasaran rantai pasok dapat dijelaskan dengan dua sisi pandang yaitu sasaran pasar dan sasaran pengembangan. Pada sasaran pasar dijelaskan seperti apa dan siapa pelanggan, apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari produk yang dipasarkan. Sasaran pasar dalam FSCN dapat diklasifikasikan ke dalam upaya segmentasi pasar, kualitas yang teritegrasi, dan optimalisasi rantai atau kombinasi antara tiga hal tersebut. Selain sasaran pasar perlu juga target dan objek dalam rantai pasok dikembangkan oleh beberapa pihak yang terlibat di dalamnya. Bentuk sasaran pengembangan dapat berupa penciptaan koordinasi, kemudahan akses perbankan, pengembangan pengggunaan teknologi atau hal lain yang dapat meningkatkan kinerja rantai pasok.

Selain itu juga, penilaian kinerja dari rantai pasok perlu dilakukan untuk memenuhi kepuasan konsumen dan seluruh anggota rantai pasok. Pengukuran kinerja rantai pasok dapat dilihat dengan melihat efisiensi pemasaran yang mencerminkan efisensi rantai pasok.

Analisis Saluran Pemasaran Biji Kakao

Analisis saluran pemasaran biji kakao dilakukan berdasarkan pendekatan kelembagaan (Kohls dan Uhl, 1998; Dahl dan Hammond, 1997). Saluran pemasaran yang merupakan serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau diknsumsi oleh konsumen. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dari produsen sampai konsumen (dan atau eksportir). Alur pemasaran dapat dijadikan dasar dalam menggambarkan pola saluran pemasaran. Semakin panjang rantai pemasaran maka jalur tersebut biasanya semakin panjang dan pada akhirnya marjin yang tercipta antara petani dan konsumen akhir akan semakin besar.

Saluran pemasaran biji kakao di Kabupaten Madiun dapat dianalisis dengan mengamati lembaga pemasaran yang membentuk saluran pemasaran tersebut. Lembaga-lembaga ini berperan sebagai perantara dalam penyampaian biji kakao

dan turunannya dari petani kakao ke konsumen akhir dan arus produk yang melalui lembaga-lembaga yang menjadi perantara membentuk saluran pemasaran. Perbedaan saluran pemasaran yang dilalui oleh produk akan berpengaruh pada pembagian pendapatan yang diterima oleh masing-masing lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya. Artinya, suatu saluran pemasaran yang berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda pula kepada masing-masing lembaga yang terlibat dalam kegiatan pemasaran tersebut.

Analisis Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu sistem pemasaran. Analisis efisiensi pemasaran dapat diukur untuk mengetahui efisiensi rantai pasok dimana di dalam rantai pasok terdapat kegiatan pemasaran yang pada akhirnya akan mencerminkan tingkat efisiensi suatu rantai pasok.

Menurut Kohls dan Uhls (2002), pendekatan yang digunakan dalam efisiensi pemasaran ada dua cara, yaitu efisiensi operasional dan efisiensi harga. Pada penelitian kali ini, analisis efisiensi pemasaran yang dilakukan hanya melalui pendekatan efisiensi operasional. Efisiensi operasional berhubungan dengan penanganan aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan rasio dari output- input pemasaran. Efisiensi pemasaran biji kakao dengan pendekatan operasional dapat diukur dari marjin pemasaran, analisis farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya.

Marjin Pemasaran

Analisis marjin pemasaran dilakukan untuk mengetahui biaya-biaya pemasaran yang membuat perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ke tingkat konsumen akhir. Marjin pemasaran mencerminkan perbedaan pendapatan yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran. Hal tersebut dikarenakan besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan setiap lembaga pemasaran juga berbeda, tergantung dari fungsi pemasaran yang dilakukan.

Berdasarkan marjin pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari marjin pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat. Besarnya marjin pada dasarnya merupakan penjumlahan dari biaya- biaya pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh oleh lembaga pemasaran. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

MT = Σ Mi

Mi = Psi – Pbi Mi = Ci + π

Dengan menggabungkan persamaan di atas maka diperoleh persamaan berikut: Psi – Pbi = Ci + π

Sehingga keuntungan lembaga tingkat ke-i adalah:

Δi = Psi – Pbi – Ci

Keterangan:

Mi : Marjin pemasaran tingkat ke-i Psi : Harga jual pasar tingkat ke-i Pbi : Harga beli pasar tingkat ke-i

Ci : Biaya lembaga pemasaran tingkat ke-i

Δi : Keuntungan pemasaran tingkat ke-i MT : Marjin total

Farmer’s Share

Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan pemasaran adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani (farmer’s share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir. Farmer’s share merupakan perbandingan harga yang diterima petani dengan harga yang diterima konsumen akhir. Farmer’s share dinyatakan dalam persentase.

Farmer’s share mempunyai hubungan negatif dengan marjin pemasaran. Sehingga semakin tinggi marjin pemasaran, maka bagian yang diterima oleh petani semakin rendah. Secara matematis farmer’s share dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

Fs : Farmer’s share

Pf : Harga di tingkat petani Pr : Harga di tingkat konsumen

Rasio Keuntungan dan Biaya

Rasio keuntungan dan biaya menunjukkan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dengan keuntungan yang dihasilkan. Penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada lembaga pemasaran, dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

Li = Keuntungan lembaga pemasaran Ci = Biaya pemasaran

Angka rasio keuntungan dan biaya sama dengan satu menunjukkan bahwa keuntungan yang dihasilkan sama besar dengan biaya yang dikeluarkan dan lebih besar dari satu menunjukkan bahwa keuntungan lebih besar daripada biaya yang telah dikeluarkan.

Analisis Pilihan Saluran Pemasaran (Marketing Channel Choice) Biji Kakao

Analisis ini digunakan untuk melihat kecenderungan saluran pemasaran yang dipilih oleh petani dalam menjual biji kakao. Keputusan memilih saluran pemasaran merupakan keputusan penting dalam manajemen (Kotler, 1997), termasuk manajemen rantai pasok. Teori saluran pemasaran memberikan insentif baik kepada upstream actors (sebagai contoh petani) maupun downstream actors (sebagai contoh pedagang pengumpul dan pedagang lainnya) untuk membangun komunikasi dan hubungan untuk mengurangi ketidakpastian pasar dan berpeluang untuk merespon perubahan permintaan konsumen.

Terdapat beberapa pilihan saluran pemasaran yang dihadapi oleh petani kakao yaitu saluran pemasaran melalui pedagang pengumpul tingkat desa, pedagang pengumpul tingkat kecamatan, dan pedagang pengumpul tingkat kabupaten.

Analisis data yang digunakan dalam penentuan marketing channel choice dalam penelitian ini adalah analisis mutinomial logit. Karena variabel tak bebas yang dihadapi yaitu pilihan lembaga pemasaran oleh petani kakao di Kabupaten Madiun, adalah kategorik dan kategorinya lebih dari dua. Untuk mencari fakor- faktor yang mempengaruhi pilihan saluran pemasaran digunakan uji likelihood ratio (simultan) dan uji Wald (parsial). Sedangkan untuk mencari besarnya peluang dari faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan lembaga pemasaran digunakan uji odds ratio. Software statistik yang digunakan dalam pengolahan data adalah SPSS 16.

Model regresi multinomial logit digunakan untuk menganalisis data apabila responnya merupakan variabel kualitatif. Bentuk umum model peluang multinomial logit dengan m faktor diformulasi dalam persamaan sebagai berkut (Hosmer dan Lemeshow, 2000):

Keterangan:

: peluang terjadinya peristiwa ke-j

Untuk j = 0,1, 2 setiap fungsi vektor 2(p + 1) parameter Vektor dan

Dan fungsi logit yang ditunjukkan dalam persamaan berikut:

dimana j sebagai kategori dan m adalah kategori yang menjadi acuan.

Pada penelitian ini variabel respon yang digunakan adalah jenis pedagang yang menjadi saluran pemasaran petani kakao di Kabupaten Madiun, yaitu pedagang pengumpul tingkat desa, pedagang pengumpul tingkat kecamatan, dan pedagang pengumpul tingkat kabupaten. Yang menjadi variabel respon acuan (Y=0) adalah pedagang pengumpul tingkat desa. Variabel penjelas yang digunakan dalam analisis ini adalah faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan petani kakao dalam memilih saluran pemasaran kakao diantaranya

karakteristik petani, karakteristik usaha tani, karakteristik hubungan dan karaktersitik sosial ekonomi lainnya. Keterangan lebih jelas mengenai masing- masing peubah penjelas dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan diagram alur dari analisis data dengan model multinomial logit dapat dilihat pada Gambar 11.

Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit)

Uji kesesuaian model (goodness of fit) digunakan untuk mengetahui kesesuaian atau derajat bebas kecocokan dari model yang telah terbentuk. Uji kesesuaian model yang digunakan adalah uji Deviance yang mengikuti distribusi - chi-square dengan derajat bebas J-p-1, dimana J adalah banyaknya sampel dan p adalah banyaknya parameter dalam model. Daerah penolakan H0 adalah jika nilai

statistik uji atau nilai signifikansi Uji Deviance

ditunjukkan dalam persamaan berikut (McCullagh dan Nelder, 1989):

mendekati distribusi

Tabel 1 Rincian peubah penjelas pada model regresi multinomial logit

Variabel Uraian Jenis Pengukuran

Variabel Keterangan

X1 Umur Rasio Tahun

X2 Lama bertani kakao Rasio Tahun

X3 Pendidikan Rasio Tahun

X4 Jumlah panen/minggu Rasio Kg

X5 Harga/Kg biji kakao Rasio Rupiah

X6 Bertani kakao utama Nominal (Dummy) 1 = ya, 0 = tidak

Pengujian Parameter

Pengujian parameter dalam multinomial logit penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan pengujian tersebut digunakan untuk menentukan apakah variabel penjelas dalam model signifikan terhadap variabel respon.

a. Uji Likelihood Ratio (Uji Simultan)

Uji likelihood ratio digunakan untuk mengetahui apakah variabel penjelas mempunyai pengaruh yang signifikan terhdap variabel respon secara bersamaan. Pada penelitian ini digunakan uji likelihood ratio dengan persamaan sebagai berikut (Kleinbaum et al., 2008):

Keterangan:

: likelihood model tereduksi : likelihood model penuh

Statistik G ini mengikuti distribusi chi-square dengan derajat bebas p.

Statistik uji likelihood ratio mengikuti distribusi chi-square, sehingga untuk mengambil keputusan dalam pengujian, dibandingkan dengan tabel chi-square dengan derajat bebas p, dimana p adalah banyaknya parameter dalam model. Jika

atau dengan nilai signifikansi

b. Uji Wald (Uji Parsial)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji setiap secara individual. Hasil pengujian secara individual akan menunjukkan apakah suatu variabel penjelas layak untuk masuk ke dalam model atau tidak. Statistik uji Wald ini mengikuti distribusi normal dan kriteria penolakan (H0 ditolak) jika nilai atau

. Rumus persamaan uji Wald adalah sebagai berikut (Kleinbaum et al., 2008):

Keterangan:

: penduga untuk parameter

: penduga galat baku untuk koefisien

Rasio Kencederungan (Odds Ratio)

Odds ratio digunakan untuk mengetahui resiko kecenderungan faktor- faktor yang berpengaruh terhadap variabel respon yaitu pilihan lembaga pemasaran. Model odds ratio secara umum untuk multinomial logit kasus tiga kategori dapat ditunjukkan pada persamaan berikut (Hosmer dan Lemeshow, 2000):

Jika diasumsikan bahwa variabel respon untuk Y = 0 adalah sebagai kategori acuan. Maka odds ratio dari respon Y = j terhadap respon Y = 0 untuk nilai-nilai covariat dari x = a terhadap x = b.

Analisis Nilai Tambah Pengolahan Biji Kakao

Analisis nilai tambah dipandang sebagai usaha untuk melaksanakan prinsip- prinsip distribusi dan berfungsi sebagai salah satu indikator keberhasilan suatu kegiatan. Metode analisis nilai tambah yang digunakan adalah metode Hayami. Metode ini merupakan analisis nilai tambah yang sering digunakan dalam subsistem pengolahan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis nilai tambah menurut metode Hayami et al., (1987) adalah:

1. Membuat arus komoditas yang menunjukkan bentuk-bentuk komoditas, lokasi, lama penyimpanan, dan sebagai perlakuan yang pernah diberikan kepadakomoditas bersangkutan.

2. Mengidentifikasikan setiap transaksi yang terjadi menurut perhitungan finansial.

Beberapa variabel yang terkait dalam analisis nilai tambah, yaitu:

1. Faktor konversi, menunjukkan banyaknya output yang dihasilkan dari satu satuan input.

2. Koefisien tenaga kerja langsung, menunjukkan tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input.

3. Nilai output, menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu satuan input. Perhitungan nilai tambah akan dilakukan pada proses pengolahan biji kakao menjadi produk turunannya di salah satu perusahaan pengolahan biji kakao yang ada di Kabupaten Madiun. Adapun prosedur perhitungan nilai tambah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Prosedur perhitungan nilai tambah produksi

Variabel Nilai

Output, Input, Harga

1. Ouput (kg) A

2. Input (kg) B

3. Tenaga Kerja (HOK) C

4. Faktor Konversi D = A/B

5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK/kg) E = C/B

6. Harga Output (Rp/kg) F

7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) G

Penerimaan dan Keuntungan (Rp/bahan baku)

8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) H

9. Harga Input Lainnya (Rp/kg) I

10. Nilai Output (Rp/kg) J = D x F

11. Nilai Tambah (Rp/kg) K = J – H – I

Rasio Nilai Tambah (%) L% = K/J x 100%

12. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/kg) M = E x G

Pangsa Tenaga Kerja (%) N% = M/K x 100%

13. Keuntungan (Rp/kg) O = K – M

Tingkat Keuntungan (%) P% = O/J x 100%

Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/kg) Q = J – H

Tenaga Kerja R% = M/Q x 100%

Modal (Sumbangan Input Lain) S% = I/Q x 100%

Keuntungan T% = O/Q x 100%

Sumber: Hayami et al., (1987)

Analisis nilai tambah pada subsistem pengolahan, akan menghasilkan informasi atau keluaran sebagai berikut:

1. Nilai tambah (Rp),

2. Rasio nilai tambah (%), menunjukkan persentase nilai tambah dari produk, 3. Balas jasa tenaga kerja (Rp), menunjukkan upah yang diterima oleh tenaga

kerja langsung untuk memperoleh satu-satuan bahan baku,

4. Bagian tenaga kerja (%), menunjukkan persentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah,

5. Keuntungan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima oleh pemilik faktor produksi karena menanggung resiko usaha,

6. Tingkat keuntungan (%), menunjukkan persentase keuntungan terhadap nilai tambah.

7. Marjin menunjukkan besarnya kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.

Peranan Subsektor Perkebunan

Secara luasan, penggunaan lahan di Kabupaten Madiun didominasi oleh penggunaan lahan pertanian yang mencapai 62.06 persen. Luasan perkebunan menduduki posisi kedua yaitu seluas 24.71 persen. Sisanya berupa hutan rakyat, kolam, dan lainnya. Luasan masing-masing penggunaan lahan disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Penggunaan lahan pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan di Kabupaten Madiun tahun 2010

Penggunaan Lahan Luas (Ha) %

Sawah 32 884.63 62.06 Perkebunan/Kebun/Tegal 13 093.36 24.71 Ladang/Huma 62.00 0.12 Hutan Rakyat 578.00 1.09 Kolam 8.00 0.02 Lainnya 6 363.14 12.01 Total 52 989.13 100.00

Sumber: BPS Kabupaten Madiun, 2012 (diolah)

Menurut BPS Kabupaten Madiun (2012), subsektor perkebunan merupakan subsektor yang memberikan sumbangan terbesar ketiga terhadap PDRB sektor pertanian yang signifikan selama empat tahun terakhir (2006–2006), yaitu setelah subsektor tanaman pangan dan perikanan. Jika dihitung rata-rata persentase nilai PDRB (atas harga konstan 2000) per sub sektor tahun 2006 sampai dengan 2009 sub sektor tanaman bahan makanan (pangan) menyumbang 27.32 persen diikuti tanaman perkebunan (4.50%), dan peternakan dan hasil-hasilnya (4.47%). Gambar 12 memperlihatkan kontribusi dari setiap sub sektor pertanian.

Gambar 12 Persentase nilai PDRB per sub sektor Kabupaten Madiun 2006-2009

Subsektor perkebunan sangat berpotensi untuk terus dikembangkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Madiun karena memiliki luasan lahan kering yang dominan dibandingkan lahan basah. Beberapa keuntungan yang dirasakan masyarakat dalam membudidayakan tanaman perkebunan adalah modal awal hanya dikeluarkan pada awal penanaman yang selanjutnya tanaman akan bertahan selama puluhan tahun dengan hasil yang dapat dipetik selama puluhan tahun juga, umumnya komoditas perkebunan merupakan komoditas ekspor, sehingga harga yang diterima petani cukup menguntungkan. Menurut BPS Kabupaten Madiun (2012) pada tahun 2010, komoditas perkebunan

Dokumen terkait