• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metodologi Penelitian 1 Populasi dan Sampel

Dalam dokumen jurnal GICI 1 Vol 5 2015.pdf (Halaman 79-81)

di Wilayah Jakarta Barat

III. Metodologi Penelitian 1 Populasi dan Sampel

Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus mengetahui dan menetapkan populasinya, yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono : 2013)

Adapun populasi dari penelitian ini adalah calon mahasiswa khususnya siswa kelas III Sekolah Menengah (Fitriyani: 2012), orang tua calon mahasiswa dan perwakilan dari Kopertis (Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta) Wilayah III.

Pada penerapan metode AHP

(Analytical Hierarchy Process) yang diutamakan adalah kualitas data dari responden, dan tidak tergantung pada kuantitasnya (Saaty:1993). Oleh karena itu, penilaian AHP memerlukan pakar sebagai responden dalam pengambilan keputusan dalam pemilihan alternatif. Untuk jumlah responden dalam metode AHP tidak memiliki perumusan tertentu, namun hanya ada batas minimum yaitu dua orang responden (Saaty:1993).

Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling yaitu teknik menentukan sampel yang diambil sesuai maksud dan tujuan tertentu ( Sugiyono: 2013). Data diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa data tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Jumlah sampel yang terpilih ada 5 (lima) orang yaitu calon mahasiswa khususnya siswa kelas III Sekolah Menengah (Fitriyani: 2012), orang tua calon mahasiswa dan perwakilan dari Kopertis (Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta) Wilayah III.

III.2 Teknik Analisis Data

Analisis merupakan tindakan mengolah data hingga menjadi informasi yang bermanfaat dalam menjawab masalah riset. Pemilihan metode analisis ini harus sesuai dengan jenis riset yang dijalankan (Istijanto:2009). Kegiatan yang penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah pengolahan data. Dengan pengolahan data maka dapat diketahui dari data yang berhasil dikumpulkan. Oleh karena itu, hasil penelitian pun akan segera diketahui. Pengolahan data ini adalah menggunakan metode analisis AHP (Analytical Hierarchy Process).

Vol. 5, No.1 Tahun 2015 – ISSN 2088 – 1312

JURNAL GICI

III.2.1 Pengertian AHP (Analytical

Hierarchy Process)

AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Prof. Thomas Lorie Saaty dari

Wharton Business School di awal tahun 1970, yang digunakan untuk mencari ranking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam pemecahan suatu permasalahan. Dalam kehidupan sehari- hari, seseorang senantiasa dihadapkan untuk melakukan pilihan dari berbagai alternatif. Disini diperlukan penentuan prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang telah dilakukan. Dalam situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan multifaktor dan mencakup berbagai jenjang maupun kepentingan.

Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis (Saaty: 1993). Model AHP memakai persepsi manusia yang dianggap “expert” sebagai input utamanya. Kriteria “expert” disini bukan berarti bahwa orang tersebut haruslah jenius, pintar, bergelar doktor dan sebagainya tetapi lebih mengacu pada orang yang mengerti benar permasalahan yang dilakukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut.

III.2.2 Prinsip Dasar AHP

Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain:

1. Dekomposisi

Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian- bagian secara hirarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus. Dalam bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level alternatif. Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin beberapa elemen, dimana elemen-elemen tersebut bisa dibandingkan, memeiliki kepentingan-kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level yang baru. Struktur hierarki AHP dapat dilihat pada gambar I

Gambar 1 Struktur Hierarki AHP

2. Penilaian Komparasi (Comparative Judgement)

Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang relative 2 (dua) elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan di atasnya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuks matriks perbandingan berpasangan (Pairwise Comparasion).

3. Penentuan Prioritas

Dari setiap matriks pairwise

comparasion akan didapatkan

prioritas lokal. Karena matriks

pairwise comparasion terdapat pada setiap tingkat, maka untuk

Vol. 5, No.1 Tahun 2015 – ISSN 2088 – 1312

JURNAL GICI

menentukan prioritas global harus

dilakukan sintesis diantara prioritas lokal. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hierarki. Untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada tabel berikut:

Intensitas Kepentingan

Keterangan

1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih

penting daripada elemn yang lainnya

5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya

7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen daripada elemen lainnya

9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya

2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan

Tabel 1

Skala Penilaian Perbandingan

4. Konsistensi Logis (Logical Consistency)

Logical Consistency menyatakan ukuran tentang konsisten tidaknya suatu penilaian atau pembobotan perbandingan berpasangan. Pengujian ini diperlukan karena pada keadaan yang sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini dapat terjadi karena ketidak konsistenan dalam preferensi seseorang. Pengulangan wawancara pada sejumlah responden yang sama kadang diperlukan apabila derajat tidak konsistensinya besar.

Untuk model AHP matriks perbandingan dapat diterima jika nilai rasio konsistensi < 0.1. Batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matrik sebenarnya tidak ada yang baku hanya menurut beberapa eksperimen dan pengalaman tingkat inkonsistensinya sebesar 10% ke bawah adalah tingkat inkonsistensi yang masih bisa diterima. Lebih dari itu harus ada revisi penilaian karena tingkat inkonsistensi yang terlalu besar dapat menjurus pada suatu kesalahan.

Dalam dokumen jurnal GICI 1 Vol 5 2015.pdf (Halaman 79-81)

Dokumen terkait