• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini menjabarkan metodologi penelitian yang digunakan dalam studi ini. Pemaparan diawali dengan desain penelitian, yang mencakup komponen kuantitatif dari studi ini dengan rincian desain sampel. Kemudian pemaparan tentang komponen kualitatif dan penjelasan bagaimana dimensi kualitatif survei ini dirancang dan dilaksanakan. Terakhir, dijelaskan mengenai hambatan dan keterbatasan dalam pelaksanaan studi.

Metodologi yang digunakan dalam studi ini melibatkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Kombinasi pendekatan seperti ini biasanya lebih disukai daripada metode tunggal

mengingat kekayaan analisis yang dapat dihasilkan atas suatu fenomena yang diteliti. Untuk itu, studi ini didekati dengan: 1) Survei Kuantitatif dan 2) Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion). Masing-masing pendekatan dijelaskan dibawah ini.

Glover dan Jessup6mengklasifikasikan dampak kebakaran hutan dan lahan menjadi dua kategori: 1) Kerusakan yang terkait langsung dengan kebakaran (misalnya kehilangan kayu, kerusakan produk pertanian, biaya pemadaman, emisi karbon, kehilangan keanekaragaman hayati, kehilangan manfaat langsung dari hutan, kehilangan berbagai manfaat tidak

langsung dari hutan) dan 2) Kerusakan yang terkait dengan kabut asap (misalnya kesehatan, pariwisata, transportasi, kerugian industri, penurunan hasil perikanan).

Mengingat beberapa keterbatasan seperti waktu, sumber daya, dan keahlian, maka studi ini membatasi ruang lingkupnya pada dampak terhadap penghidupan yang dilihat dari sudut pandang rumah tangga (level mikro). Tim peneliti mengembangkan hipotesis bahwa rumah tangga menderita kerugian jauh lebih besar akibat kejadian kebakaran hutan dan lahan jika dibandingkan dengan informasi yang telah dipublikasikan. Asumsi ini didasarkan pada informasi yang didapatkan oleh staf lapangan LESTARI di Kalimantan Tengah dari para petani karet di Desa Buntoi (Kabupaten Pulang Pisau), yang melaporkan bahwa 90%

perkebunan karet mereka telah terbakar pada saat kejadian kebakaran baru-baru ini.

Meskipun berfokus pada dampak kebakaran hutan dan lahan di tingkat rumah tangga atau desa, studi ini juga mengumpulkan informasi dan data sekunder dari kabupaten dan propinsi untuk mendapatkan perspektif yang lebih luas mengenai dampak yang terjadi. Berbagai lembaga yang relevan telah dikunjungi. Data yang dikumpulkan diantaranya mencakup informasi tentang kesehatan, pembatalan penerbangan, total lahan terbakar, kecelakaan lalu-lintas, harga pasar untuk kebutuhan pangan, dan produksi karet.

Survei Rumah Tangga

Studi dampak kebakaran hutan dan lahan ini dilakukan di dua kabupaten dan satu kota di Lanskap Katingan-Kahayan, terdiri dari Kabupaten Pulang Pisau, Katingan, dan Kota Palangka Raya. Perlu dicatat bahwa unit analisis yang digunakan untuk studi ini adalah lanskap. Dengan demikian interpretasi dampak di tingkat propinsi harus dilakukan dengan

6Indonesia’s Fires and Haze: The Cost of Catastrophe, D Glover and T Jessup, Institute of Southeast Asian Studies, International Development Research Centre, Singapore.

hati-hati mengingat sampel kabupaten/kota tidak dipilih untuk mewakili (secara statistik) Propinsi Kalimantan Tengah.

Beberapa langkah diambil untuk mendapatkan sampel rumah tangga bagi keperluan studi.

Pertama, ukuran sampel ditentukan menggunakan data kependudukan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2013, total populasi di kabupaten/kota sasaran adalah 522.900 orang. Besarnya sampel kemudian dihitung dengan mengacu pada tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan (margin of error) 5%. Kalkulasi ini menghasilkan jumlah sampel sebanyak 390 responden.

Pemilihan Desa:

Langkah kedua adalah memilih desa sasaran.

Mengingat perbedaaan tingkat kejadian

kebakaran di tiga kabupaten/kota, tim peneliti memutuskan untuk membentuk cluster yang didasarkan pada peta titik panas7 yang disediakan oleh unit SIG LESTARI. Diidentifikasi terdapat 157 desa dengan titik panas di tiga kabupaten/kota, atau lebih dari 50% dari total 290 desa yang terdapat di ketiga wilayah tersebut.

GAMBAR 1: CLUSTERING BERDASARKAN JUMLAH TITIK PANAS

Analisis K-Means Cluster8 kemudian digunakan untuk membagi semua desa kedalam tiga cluster: 1) Merah – desa dengan jumlah titik panas tinggi; 2) Kuning – desa dengan jumlah titik panas sedang; dan 3) Hijau – desa yang tidak memiliki titik panas, namun wilayahnya terdampak oleh kebakaran hutan dan lahan. Gambar 1 menunjukkan pembagian wilayah tersebut.

Langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah sampel desa yang diperlukan.

Pertimbangan utama dalam menetapkan jumlah sampel desa adalah efektivitas dan efisiensi. Tim menetapkan total 30 desa menjadi lokasi survei yang didistribusikan secara merata di 3 kabupaten/kota. Dengan kata lain, diperlukan 10 desa sampel per

kabupaten/kota. Ini artinya 13 rumah tangga perlu dipilih di tiap desa untuk mendapatkan total 390 responden. Ke-10 desa di masing-masing kabupaten/kota ini kemudian

didistribusikan secara proporsional (proportionate to size sampling) kedalam cluster merah,

7 Data titik panas diperoleh dari MODIS dan menunjukkan jumlah titik panas sampai bulan Oktober 2015

8 Analisis cluster atau clustering adalah pengelompokkan sekumpulan obyek sehingga obyek-obyek yang berada dalam kelompok yang sama (disebut cluster) memiliki banyak kemiripan (dalam satu atau lain hal) dibandingkan dengan obyek-obyek dalam kelompok (cluster) lain.

Tidak ada titik panas yang teridentifikasi di wilayah hijau, namun wilayah ini terdampak kebakaran hutan dan lahan

Wilayah Kabupaten/Kota

Wilayah dengan jumlah titik panas

tinggi/pusat kebakaran Wilayah dengan jumlah

titik panas sedang

kuning dan hijau untuk mendapatkan jumlah sampel desa di masing-masing cluster.

Terakhir, desa target yang harus dikunjungi ditetapkan secara acak (random sampling).

Pemilihan Rumah Tangga: Responden rumah tangga dalam suatu desa dipilih

menggunakan systematic interval sampling dimana lokasi titik awal ditentukan oleh masing-masing supervisor lapangan. Selang interval yang digunakan dua rumah. Interval yang pendek ini digunakan mengingat kemungkinan ditemukan desa-desa dengan kepadatan penduduk yang rendah. Meskipun demikian, apabila tim survei menemukan desa padat penduduk, maka selang interval dapat ditingkatkan menjadi lima rumah. Tabel 1

menunjukkan kerangka sampel yang digunakan dalam studi ini, diikuti oleh peta indikatif wilayah studi pada Gambar 2.

TABEL 1: KERANGKA SAMPEL Kabupaten/

Kota Cluster Desa Target Jumlah Titik Panas

GAMBAR 2: DISTRIBUSI TITIK PANAS DI DESA-DESA TARGET

Pemilihan Responden Individu: Responden individu dipilih dari rumah tangga yang

disurvei di tiap desa. Kriteria yang digunakan untuk memilih responden ini adalah: 1) individu termasuk dalam kategori “dewasa” berdasarkan kriteria BPS; dan 2) individu tersebut adalah pembuat keputusan dalam rumah tangga atau memiliki pengetahuan/tanggung jawab untuk mengelola anggaran rumah tangga. Pengetahuan ini diperlukan jika responden harus menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan mata pencaharian dan pendapatan.

Kuesioner: Kuesioner survei dibagi kedalam 5 kelompok pertanyaan yang mencakup informasi umum mengenai responden dan rumah tangganya; kondisi ekonomi rumah tangga sebelum dan sesudah kejadian kebakaran dan kabut asap; dampak terhadap pertanian;

dampak terhadap kesehatan anggota rumah tangga; bantuan yang diterima oleh rumah tangga selama kejadian; serta penyebab dan penanggulangan kebakaran.

Anonimitas: Anonimitas responden dijamin dalam seluruh analisis data dan pelaporan.

Para responden diyakinkan bahwa, untuk melindungi kerahasiaan, hanya data agregat yang anonim saja yang akan dirilis. Para pewawancara dengan jelas menyatakan bahwa

keikutsertaan responden dalam survei ini bersifat sukarela, dan responden ditanya kesediaan mereka untuk berpartisipasi. Responden yang tidak merasa nyaman dengan kerahasiaan studi ini, atau tidak bersedia berpartisipasi dengan alasan apapun, tidak

diwajibkan mengikuti survei ini. Dalam kasus-kasus demikian, pewawancara menyampaikan rasa terima kasihnya kepada individu yang bersangkutan, mengakhiri wawancara, dan segera beralih ke rumah tangga selanjutnya yang telah dipilih berdasarkan pedoman pemilihan rumah tangga.

Kontrol atas Kualitas: Untuk tujuan mengontrol kualitas, ditugaskan seorang supervisor untuk masing-masing tim pewawancara. Para supervisor ini melakukan pengamatan langsung dan merapikan data (data cleaning). Proses merapikan data ini termasuk

mengecek data yang kosong atau missing, memverifikasi bahwa skip dalam kuesioner telah diikuti dengan benar, dan memverifikasi bahwa kode jawaban yang tepat telah digunakan.

Uji lapangan akhir dilakukan oleh Landscape M&E Specialist di Kalimantan Tengah.

Kuesioner yang sudah terisi lengkap kemudian dikirimkan ke kantor Jakarta untuk menjalani proses verifikasi berikutnya oleh M&E Specialist dan staf entri data di Jakarta.

Analisis data: Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS oleh seorang ahli statistik di bawah bimbingan teknis Monitoring, Evaluation and Learning (ME&L) Coordinator LESTARI. Data sekunder digunakan untuk memperkaya analisis survei rumah tangga.

Survei ini dilakukan oleh sekumpulan pewawancara. Para supervisor survei

dan pekerja lapangan direkrut secara lokal, kebanyakan dari jaringan BPS kabupaten/kota, yang dikenal sebagai Mitra BPS, yang berpengalaman melakukan survei rumah tangga serta mengenal bahasa dan budaya setempat. Sesi pelatihan dilakukan di Kota Palangka Raya pada tanggal 11 November 2015. Studi ini berlangsung selama dua minggu, sejak tanggal 13 sampai 27 November 2015. Input dan analisis data dilakukan di kantor Jakarta.

Total 21 orang menjadi bagian dari tim survei dibawah supervisi langsung ME&L Coordinator LESTARI.

Secara rata-rata, setiap wawancara membutuhkan waktu satu jam 13 menit. Tim survei berhasil mewawancarai 390 responden—45%

perempuan dan 55% laki-laki. Untuk pengumpulan data sekunder, tim survei mengunjungi lebih dari 15 institusi di kabupaten/kota sasaran, termasuk kantor/dinas pemerintah, rumah

sakit/puskesmas, bandara, pasar, kantor polisi, dan asosiasi bisnis.

Diskusi Kelompok Terfokus

Diskusi kelompok terfokus dilakukan untuk mendapatkan lebih banyak

informasi mengenai dampak, penyebab, dan penanggulangan kebakaran di tingkat masyarakat. Komponen kualitatif ini dilaksanakan melalui total enam diskusi kelompok di 6 desa di seluruh wilayah lanskap. Dua desa per kabupaten/kota dipilih sebagai lokasi diskusi. Satu desa mewakili cluster merah, dan lainnya mewakili cluster hijau. Total 99 anggota masyarakat turut serta dalam sesi-sesi diskusi ini. Tabel 2 meringkas informasi diskusi kelompok.

TABEL 2: RINGKASAN DISKUSI KELOMPOK

Kabupaten/Kota Desa Tanggal Jumlah Partisipan

Palangka Raya

Habaring Hurung 14 November 2015 16 (9 perempuan, 7 laki-laki)

Tanjung Pinang 18 November 2015 15 (6 perempuan, 9 laki-laki)

Katingan

Kampung Melayu 21 November 2015 17 (1 perempuan, 16 laki-laki)

Petak Bahandang 25 November 2015 17 (6 perempuan, 11 laki-laki)

Pulang Pisau

Talio Muara 24 November 2015 15 (7 perempuan, 8 laki-laki)

Gohong 27 November 2015 19 (3 perempuan, 16 laki-laki)

Diskusi kelompok difasilitasi oleh para supervisor lapangan dan dihadiri oleh Landscape M&E Specialist. Untuk mendapatkan masukan dari para peserta, digunakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat penggalian dan berbagi pengalaman dalam kelompok. Pedoman fasilitasi diskusi disediakan bagi para fasilitator.

Hambatan dan Keterbatasan

Karena alasan aksesibilitas, beberapa desa digantikan dengan desa lainnya, namun tanpa mengabaikan keterwakilan cluster. Keterbatasan lain adalah cakupan studi ini sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Tim peneliti tidak melakukan upaya-upaya untuk menilai kerusakan yang berkaitan langsung dengan kebakaran, seperti dampak terhadap produksi kayu, biaya pemadaman, emisi karbon, kerusakan keanekaragaman hayati, serta

kehilangan manfaat langsung dan tidak langsung dari hutan.

Dokumen terkait