• Tidak ada hasil yang ditemukan

Migrasi Bahasa Melayu Ke Sumatra

Dalam dokumen SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME (Halaman 29-33)

BAHASA SANSKERTA DALAM PRASASTI MELAYU

2.1 Migrasi Bahasa Melayu Ke Sumatra

Bahasa yang dikenal oleh masyarakat Sumatra pada masa abad ke-7 hingga ke-10 M adalah bahasa Melayu Kuna jika dilihat dari pemakaian bahasa

dalam prasasti-prasastinya. Para ahli telah banyak meneliti mengenai asal-usul bahasa Melayu yang dikenal di Sumatra.

Bahasa Indonesia yang kita kenal sekarang berasal dari bahasa Melayu Polinesia yang serumpun dengan bahasa Austronesia. Bahasa Melayu sudah berperan di Nusantara sebagai bahasa tulis sejak penghujung abad ke-7. Dalam perkembangannya, bahasa Melayu Riau kemudian diketahui pada akhirnya berkembang menjadi bahasa Indonesia (Anceaux: 1991).

Dalam salah satu hipotesis dikatakan bahwa pada c.4000-3000 SM para pembawa bahasa Proto-Austronesia datang dari China Selatan lewat Taiwan. Lalu, antara 2500-1500 SM, mereka bermigrasi ke Kepulauan Filipina dan menjadi asal-usul beberapa ras seperti orang Igorot. Migrasi kemudian terjadi lagi pada 1500-500 SM dari Filipina turun ke selatan dan memasuki Sulawesi dan Kalimantan Utara dan menjadi asal-usul orang Dayak. Dari Kalimantan Utara, beberapa kelompok menyeberangi Laut China Selatan untuk bermukim di Vietnam Selatan dan Kamboja, menjadi asal-usul Ras Cham (Champa) di Vietnam (Bellwood, 1997: 118). Kelompok-kelompok lain melanjutkan perjalanan sampai ke Bali, Jawa, Sumatra. Yang terakhir inilah yang terutama disebut Melayu. Belakangan, migrasi juga terjadi ke Semenanjung Malaka dan ke Pulau Madagaskar di Afrika.

Slamet Muljana, dalam bukunya yang berjudul Asal Bangsa dan Bahasa

Nusantara, memperkirakan bahwa bahasa Melayu berasal dari bahasa yang

terdapat di daerah Indocina seperti Champa, Mon-Khmer, Bahnar, Rade, Jarai, Sedang, Mergui, Khaosan, Shan. Bahasa ini kemudian menyebar sampai di Nusantara salah satunya di daerah Sumatra, seperti yang dapat dilihat dari prasasti di Sumatra yang menggunakan bahasa Melayu (Muljana, 1964).

Sesuai dengan itu, Leonard Y. Andaya seorang Professor dari Departemen Ilmu Sejarah di Universitas Hawaii menyatakan bahwa, “Sejarahnya mungkin

harus dimulai di Taiwan, tanah asal dari penutur Proto-Austronesian. Berdasarkan dari bukti arkeologis dan linguistik, dipercayai bahwa orang-orang ini dulunya di Taiwan pada saat antara 4000-3000 SM. Kemudian mereka bermigrasi antara 2500-1500 SM melalui Filipina, bagian utara dari Kalimantan, Sulawesi, Jawa Tengah dan bagian timur Indonesia. Dikatakan juga bahwa

“sejak antara 1500-500 SM terjadi juga pergerakan lebih jauh ke arah selatan Kalimantan, lalu keluar ke arah barat Jawa dan menuju ke arah barat dari Sumatra, Semenanjung Malaya dan bagian tengah Vietnam” (Andaya, 2001:

316-317).

Daerah Sumatra juga diperkirakan mendapatkan pengaruh bahasa Melayu dari migrasi bangsa Proto-Austronesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya tulisan dalam prasasti yang menggunakan bahasa tersebut. Sebagian besar prasasti yang berasal dari abad ke-7 hingga ke-10 M di Sumatra berbahasa Melayu Kuna dengan aksara Pallawa. Selain prasasti-prasasti ditemukan juga berbagai naskah-naskah lainnya yang menggunakan bahasa Melayu seperti pada naskah-naskah Tanjung Tanah.

Dengan melihat pada migrasi yang telah dilakukan, tidaklah mengherankan apabila bahasa Melayu kemudian menyebar luas di daerah Asia Tenggara dan beberapa kosa kata masih memiliki kata-kata dengan pelafalan dan arti yang mirip. Misalnya seperti kata “taôn” yang dalam bahasa Tagalog Filipina berarti tahun, juga sama artinya dengan bahasa Indonesia “tahun”, hanya berbeda dialek. Atau kata lainnya “inom” yang berarti memasukkan makanan atau minuman ke dalam mulut berarti sama dengan kata “minum” yang berarti memasukkan benda cair kedalam mulut dalam bahasa Indonesia.

Dewasa ini seiring dengan berkembangnya waktu, maka bahasa Melayu tersebut juga berkembang di daerahnya masing-masing sehingga menghasilkan berbagai macam perubahan bentuk kata dan dialek yang masih mirip dalam sejumlah kata. Bahasa Melayu yang berkembang di Nusantara kemudian menurunkan bahasa Indonesia yang menjadi bahasa kesatuan negara Indonesia.

Tidak mengherankan kalau bahasa Malaysia dan bahasa Indonesia memiliki banyak sekali kesamaan. Meskipun demikian terkadang terdapat kata-kata yang cara pengucapannya agak berbeda namun memiliki arti yang sama, atau cara pengucapan yang sama namun memiliki arti yang berbeda. Kesemuanya menunjukkan bahwa bahasa Melayu yang terdapat pada daerah-daerah di Asia Tenggara berasal dari satu rumpun yang sama. Tidak hanya bahasa yang memiliki kemiripan dan berasal dari suatu rumpun yang sama, banyak kali kultur budaya masyarakat di Asia Tenggara juga memperlihatkan kesamaan-kesamaannya.

Kelompok yang kedua adalah kelompok yang mendapatkan pengaruh Mongoloid dan menimbulkan pengaruh pada kelompok Thai dan Vietnam. Belum terdapat suatu teori yang pasti untuk mendukung pernyataan mengenai peleburan kelompok orang Melayu-Austronesia dengan kelompok Melayu-Polynesia (Melanesia), yang meliputi wilayah memanjang dari Kepulauan Pasifik bagian barat sampai Laut Arafura di sebelah utara dan timurlaut Australia. Mengenai hal ini, hanya terdapat hipotesa-hipotesa saja dari para ahli linguistik atau antropolog. Bahasa Melayu berkembang merupakan bahasa Lingua Franca atau bahasa pengantar yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari masyarakat. Bahasa ini dipergunakan oleh kalangan masyarakat yang melakukan kegiatan ekonomi dan kemudian menyebar ke berbagai kalangan lainnya sehingga digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa ini bukan merupakan bahasa yang hanya digunakan untuk kegiatan resmi sebagai bahasa formal dalam misalnya: kegiatan keagamaan, bahasa sastra, bahasa puisi, atau syair. Pada masa yang jauh lebih modern seperti pada awal abad ke-19 bahasa Melayu memang sudah digunakan sebagai bahasa sastra atau bahasa yang digunakan sebagai bahasa kepada orang tua, namun hal ini terjadi seturut dengan perkembangan dari masyarakat pemakainya.

Hal ini sangat berbeda dengan bahasa Sanskerta yang lebih merupakan bahasa mantra atau bahasa yang dipergunakan sebagai bahasa dalam kegiatan keagamaan. Bahasa ini kemudian digunakan sebagai bahasa resmi yang umumnya digunakan sebagai bahasa kerajaan. Karena itulah maka pada saat ini kita dapat menemukan bahasa Sanskerta umumnya digunakan sebagai bahasa prasasti atau literatur-literatur sastra. Bahasa Sanskerta adalah bahasa yang digunakan sebagai bahasa resmi dan bukan bahasa sehari-hari. Raja-raja akan mempelajari bahasa ini untuk mempelajari agama yang dianutnya dalam hal ini Buddha atau Hindu. Selain itu jika melihat pada perkembangan kolonialisme India yang kekuasaanya menyebar di berbagai tempat, bukan tidak mungkin jika bahasa Sanskerta pernah menjadi bahasa internasional pada kolonialisme India.

Dalam dokumen SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME (Halaman 29-33)